• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Dasar Depresi .1Definisi Depresi .1Definisi Depresi

Menurut Videbeck (2008) dalam Tobing (2012) menyatakan bahwa depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan/mood yang dapat mengganggu dalam kehidupan seseorang. Seseorang akan diliputi dengan perasaan yang bersalah, mudah marah yang akan melibatkan hubungannya dengan orang lain serta pekerjaan yang dimilikinya, meragukan dirinya dan mengalami kesedihan yang berkepanjangan.

Menurut Davison, dkk (2006)Depresi merupakan suatu kondisi emosional yang tidak stabil ditandai dengan mengalami hilangnya napsu makan, selalu merasa bersalah terhadap dirinya dan merasa dirinya tidak berguna, mengalami kesedihan yang mendalam, tidak dapat tidur dengan nyenyak dan hilangnya minat dalam melakukan berbagai aktivitas

Menurut Nugroho (2008:129) menyatakan bahwa depresi merupakan suatu perasaan yang selalu merasa sedih, merasa tidak berdaya dalam menghadapi sesuatu dan merasa bahwa dirinya hilang semangat. Hal inilah yang dikaitkan dengan adanya suatu penderitaan yang dialaminya. Masalah yang dihadapi dapat berupa sebuah serangan yang langsung ditunjukkan kepada diri sendiri/dengan perasaan yang penuh amarah yang sangat mendalam.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan/mood yang dapat mengganggu dalam kehidupan seseorang yang ditandai dengan hilangnya napsu makan, selalu merasa bersalah terhadap dirinya dan merasa dirinya tidak berguna, mengalami kesedihan yang

17

mendalam, tidak dapat tidur dengan nyenyak, hilangnya minat dalam melakukan berbagai aktivitas, merasa tidak berdaya dalam menghadapi sesuatu dan merasa bahwa dirinya hilang semangat. Hal inilah yang dikaitkan dengan adanya suatu penderitaan yang dialaminya.

2.2.2 Faktor Penyebab Depresi

Menurut Artikel Kesehatan, (2013) menyatakan faktor-faktor penyebab Depresi dibagi menjadi 2, yaitu: Faktor Fisik dan Faktor Psikologis.

a. Faktor Fisik

1. Faktor genetik. Faktor Genetika/keturunan dapat berpengaruh terhadap munculnya depresi pada diri seseorang karena merupakan bawaan sebelum lahir. Faktor genetik ini bahkan mempengaruhi dari berbagai tingkatan depresi dari depresi ringan sampai depresi berat.

2. Susunan Otak dan Tubuh Secara Kimiawi. Pada saat pengendalian emosi, terdapat suatu zat kimia yang berada pada otak dan tubuh seseorang, zat kimia itu yang berperan sebagai pengendalian emosi. Saat mengalami depresi terdapat perubahan jumlah pada zat kimia dalam tubuh. Pada pengendalian emosi terdapat suatu hormon yang dinamakan hormon noradrenalin. Apabila jumlah hormon noradrenalin rendah pada seseorang, maka orang tersebut akan mudah mengalami depresi.

3. Faktor Umur. Pada usia remaja dan usia yang tua dikatakan akan lebih mudah mengalami depresi dalam kehidupannya yang dikarenakan pada

18

usia-usia ini, akan mengalami perubahan yang cepat dalam dirinya dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalani hidupnya.

4. Gender. Pada wanita lebih rentan mengalami resiko depresi dibandingkan pada pria dengan perbandingan 30% pada wanita dan 12,6% pada pria. Hal ini yang diungkapkan dari data World Bank (Desjarlis, 2005).

5. Gaya hidup. Pada seseorang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat akan lebih mudah mengalami depresi. Tingkat stres dan rasa cemas yang tinggi dapat membuat seseorang lebih mudah berada dalam keadaan depresi.

6. Obat-obatan. Pada obat-obatan juga dapat meningkatkan terjadinya resiko mengalami depresi. Menurut McKenzie (1999), terdapat beberapa obat-obatan yang dapat menimbulkan depresi, yaitu: tablet antieplipsy, obat anti tekanan darah tinggi, obat antimalaria-melfloquine, obat antiparkinson, obat kemoterapi, pil kontrasepsi, digitalis, diuretik, interferon-alfa (hepatitis c), obat penenang dan terapi steroid.

7. Penyakit Fisik. Apabila seseorang divonis mengalami penyakit yang parah dan tidak dapat disembuhkan. Hal itu dapat membuat seseorang terkena depresi yang dikarenakan tidak mudah menerima kenyataan yang menyakitkan dengan ikhlas.

19

b. Faktor Psikologis

1. Kepribadian. Pada individu yang memiliki kepribadian yang pesimis dan sering merasa cemas terhadap sesuatu akan lebih rentan mengalami depresi. Pada seseorang yang memiliki kepribadian optimis dan selalu berpendapat baik terhadap suatu keadaan juga dapat mengalami depresi yang dikarenakan terlalu memaksakan dirinya untuk selalu menjadi baik.

2. Pola pikir. Pada seseorang yang selalu memiliki pikiran negatif terhadap dirinya sendiri akan lebih rentan mengalami depresi.

3. Stres. Stres merupakan suatu masalah yang sering dijumpai dalam setiap kehidupan dan dapat menyebabkan depresi. Banyak penyebab terjadinya stres, diantaranya: karena kehilangan sesuatu yang dimiliki, kehilangan seseorang yang disayangi, kehilangan/bermasalah terhadap pekerjaannya dan lain-lain.

4. Lingkungan. Dalam lingkungan yang tidak baik/tidak sehat dapat menyebabkan depresi, baik dalam lingkungan pekerjaan, lingkungan pergaulan, lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis pada seseorang.

2.2.3 Tanda dan Gejala Depresi

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) dalam penelitian Trisnapati (2011) dalam Siahaan (2014) menyatakan gejala depresi utama dan gejala depresi lain, yaitu:

20

a. Gejala utama meliputi: Terdapat perasaan depresi/perasaan yang mengalami tekanan, kehilangan pada minat dan semangat, kurangnya energi dalam menjalani aktivitas dan mudah merasa lelah.

b. Gejala lain meliputi: Berkurangnya daya konsentrasi dan perhatian, memiliki perasaan selalu bersalah dan tidak berguna, gangguan tidur, berkurangnya terhadap harga diri dan kepercayaan diri, adanya perbuatan yang dapat membahayakan diri dan memiliki keinginan untuk bunuh diri, selalu merasa pesimis dan berkurangnya napsu makan.

2.2.4 Tingkatan Depresi

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) dalam penelitian Trisnapati (2011) dalam Siahaan (2014) menyatakan bahwa depresi digolongkan menjadi tingkatan depresi ringan, sedang, dan berat yang disesuaikan dengan banyak dan beratnya gejala dan dampak terhadap fungsi kehidupan seseorang. Gejala ini terdiri dari kumpulan gejala utama dan gejala lain, yaitu:

1. Ringan. Sekurang-kurangnya harus terdapat dua dari tiga gejala depresi dan ditambah dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lain namun tidak diperbolehkan terdapat gejala diantaranya. Lama periode depresi ringan, sekurang-kurangnya selama 2 minggu. Hanya sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sosial yang umum biasa dilakukannya.

2. Sedang. Sekurang-kurangnya harus terdapat 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau 4 dari gejala lain.

21

Lama episode depresi sedang, minimal selama 2 minggu dan menghadapi kesulitan yang nyata dalam meneruskan kegiatan sosial yang akan dilakukannya.

3. Berat. Tanpa adanya gejala psikotik, yaitu semua 3 gejala utama harus terdapat ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lain. Lama episode depresi berat, sekurang-kurangnya selama 2 minggu. Apabila terjadi gejala yang sangat berat dan onsetnya sangat cepat, maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu selama 2 minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu dalam meneruskan kegiatan sosialnya yang biasa dilakukannya.

2.2.5 Dampak Depresi pada Lansia

Pada lansia, depresi dapat terjadi secara sendiri/terjadi bersamaan dengan penyakit lain. Hal ini harus ditangani dengan baik. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka dapat memperburuk terhadap perjalanan penyakit dan memperburuk prognosisnya. Pada depresi ini, terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003):

1. Depresi dapat meningkatkan terjadinya angka kematian pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler

2. Pada depresi dapat terjadi ketidakseimbangan hormonal yang akan memperburuk dari penyakit kardiovaskular. (contohnya: terjadi

22

peningkatan pada hormon adrenokortikotropin yang akan meningkatkan dari kadar kortisol).

3. Terganggunya metabolisme serotonin pada depresi yang akan menimbulkan efek trombogenesis.

4. Perubahan suasana hati (mood) dikaitkan dengan adanya gangguan respons imunitas dan perubahan dari fungsi limfosit dan adanya penurunan jumlah limfosit.

5. Penurunan aktivitas sel natural killer tejadi pada depresi berat.

6. Pada pasien depresi dapat menunjukkan adanya kepatuhan yang buruk pada suatu program pengobatan/rehabilitasi.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan berlangsung dengan bertahun-tahun lamanya dan dihubungkan dengan adanya kualitas hidup yang tidak baik/tidak mendukung, adanya kesulitan dalam fungsi sosial dan pada fisik, tidak patuh terhadap terapi, dan adanya peningkatan pada morbiditas dan mortalitas yang dikarenakan melakukan bunuh diri dan penyebab lain (Unutzer, 2007). Dari beberapa penelitian, menyatakan bahwa depresi pada lansia dapat menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap penggunaan rumah sakit dan out patient medical services (Blazer, 2003). Pada beberapa penelitian juga menyatakan depresi mayor pada lansia yang setelah menjalani masa follow-up yang lebih lama, dapat menunjukkan adanya perjalanan yang kronik (Blazer, 2003). Gallo & Gonzales (2001) dalam Saragih (2011) menyatakan bahwa lansia akan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dari depresi yang

23

dialami dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat dibandingkan orang-orang yang lebih muda.

2.2.6 Cara Mengukur Tingkat Depresi

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi disebut

Geriatric Depression Scale (GDS). Instrumen GDS ini terbagi menjadi 2, yaitu GDS panjang yang terdiri dari 30 pertanyaan dan GDS pendek terdiri dari 15 pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh klien. Klien nantinya hanya akan menjawab dengan jawaban Ya/Tidak pada setiap pertanyaan yang diajukan pada instrumen GDS ini. Pada tahun 1982, instrumen GDS ini dibuat oleh Yesavage J A dan teman-teman dalam GDS panjang. Pada tahun 1986 direvisi kembali oleh Yesavage J A menjadi GDS pendek. GDS dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat depresi lansia yang berada di institusi. Pada tahun 1989, Parmelee et al sudah melakukan pengujian pada lansia yang berada di panti dan kompleks perumahan, khususnya pada lansia dengan jumlah 806 lansia. Nilai yang didapatkan pada setiap pertanyaan yang berjumlah 30 pertanyaan ini, semuanya valid dan reliabel. Pada tahun 2010, Lopez, Quan & Carvajal menyatakan GDS ini juga dapat digunakan pada lansia yang mengalami gangguan kognitif dari hasil penelitian yang sudah dilakukannya dengan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada penderita gangguan kognitif/tidak dalam penggunaan GDS ini. Pada penelitian Cornett tahun 2009, GDS digunakan untuk membedakan tingkat kerusakan kognitif pada lansia dengan adanya perubahan kognitif sedang, demensia tipe alzheimer, dan demensia vaskuler. Hasilnya menyatakan bahwa GDS yang terdiri dari 30 pertanyaan/15 pertanyaan secara

24

umum, tidak dapat membedakan jenis dari demensia. Tetap peneliti menggunakan GDS pada responden lansia dengan berbagai tingkat demensia. Hal ini dapat membuktikan bahwa GDS dapat digunakan untuk lansia tanpa gangguan kognitif dan adanya gangguan kognitif. Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Adam et al pada tahun 2004, mereka mengelompokkan setiap dari pertanyaan di GDS menjadi lima klasifikasi besar, yaitu perasaan depresi (dysporia), cemas, gangguan kognitif/memori, agitasi (gejolak emosi), dan tiga serangkai (dimensi): menarik diri, apatis dan semangat (MAS) (Sari, 2012:26).

2.2.7 Penatalaksanaan Depresi

Depresi dapat ditangani dengan 2 jenis pengobatan, yaitu dengan pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis.

a. Pengobatan dengan farmakologis

Obat antidepresan efektif dapat membantu penderita depresi dan efektif dalam mencegah kumatnya depresi dan digunakan dalam jangka panjang. Obat antidepresan hanya boleh diresepkan oleh dokter umum/psikiater (Sydney & South Western Sydney LHD Mental Health Services, 2009). Efek dari antidepresan baru akan terlihat dalam 4 sampai 12 minggu. Sebelum mengurangi/menghapus dari gejala-gejala pada gangguan depresi, walaupun hasilnya sudah dapat dirasakan membuat perbaikan dalam waktu 2 sampai 3 minggu. Efek samping akan tetap dirasakan selama masa terapi ini. Efek samping yang ditimbulkan ada yang bersifat sementara dan ada juga menghilang ketika obat dilanjutkan, dan beberapa efek samping menetap yang ditimbulkan,

25

seperti mulut mejadi kering, mengalami konstipasi dan efek seksual. Pada lansia perlu mendapatkan perhatian dengan adanya daya absorbsi dan kepekaan terhadap efek dari obat. Memantau obat dan gejala yang timbul perlu dilakukan lebih cermat (Departemen Kesehatan RI, 2007). Ada beberapa jenis obat Antidepresan yang digunakan, yaitu:

Dokumen terkait