• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

C. Konsep Dasar Disleksia

Ketika peneliti akan melakukan penelitian pada anak disleksia kegiatan yang peneliti lakukan pertama adalah melakukan diagnosis terhadap anak yang mengalami disleksia (kesulitan belajar membaca) di lembaga bimbingan belajar Studia Center. Kegiatan diagnosis tersebut terdiri dari tiga langkah yaitu:

a) Mengidentifikasi kesulitan belajar,

b) Menelaah atau menetapkan status siswa, dan c) Memperkirakan penyebab kesulitan belajar31

Peneliti telah melakukan diagnosis tersebut jauh sebelum penelitian ini dimulai, karena peneliti merupakan tenaga pengajar di lembaga bimbingan belajar tersebut yang juga sering mengajar anak tersebut.

Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca adalah jenis lain gangguan belajar. Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasikan anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompetensi dengan temannya di sekolah.32

Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk")

dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Disleksia berarti suatu kesulitan pada membaca. Sedangkan Hornsby menyatakan bahwa kata disleksia berarti kesulitan pada kata-kata atau bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disleksia merupakan suatu kondisi atau bentuk kesulitan belajar membaca,

31 IG AK Wardani, Psikologi Belajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hlm. 6.14

32

kesulitan belajar membaca kata atau bahasa yang disebabkan oleh gangguan saraf pusat.

Terdapat beberapa pengertian disleksia yang dikemukakan para ahli seperti berikut.

a. Disleksia merujuk pada anak yang tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran, inteligensinya normal, atau keterampilan usia bahasanya sesuai. Kesulitan belajar tersebut akibat faktor neurologis. b. Disleksia sebagai kesulitan membaca berat pada anak yang berinteligensi

normal dan bermotivasi cukup, berlatar belakang budaya yang memadai dan berkesempatan memperoleh pendidikan serta tidak bermasalah emosional.

c. Disleksia adalah suatu bentuk kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, yang secara historis menunjukan perkembangan bahasa lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta berkesulitan dalam mempelajari sistem representasional misalnya berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.

d. Disleksia adalah bentuk kesulitan belajar membaca dan menulis terutama belajar mengeja secara betul dan mengungkapkan pikiran secara tertulis dan ia telah pernah memanfaatkan sekolah normal serta tidak memperlihatkan keterbelakangan dalam mata pelajaran-mata pelajaran lainnya.

Jadi pengertian disleksia adalah suatu tipe atau bentuk kelainan membaca yang disebabkan oleh faktor-faktor neurologis, genetika, dan psikologis dasar, tetapi umumnya mereka ini cukup cerdas yang ditandai oleh

skor IQ rata-rata/ normal atau di atas rata-rata. Untuk penanganannya membutuhkan keterlibatan para ahli selain guru yang bersangkutan, seperti ahli pendidikan khusus dan psikolog, Wikipedia tahun 2007 menambahkan, anak disleksia memiliki kesulitan dalam mengasosiakan antara bentuk huruf dengan bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadap huruf-huruf tertentu.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak disleksia adalah anak yang mengalami kesulitan belajar membaca yang disebabkan oleh faktor neurologis, genetika, dan psikologis dasar, serta sering menunjukkan kesulitan dalam mengasosiasikan antara bentuk huruf dan bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadap huruf-huruf tertentu, tetapi mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan ada di atas rata-rata.

2. Faktor Penyebab Anak Disleksia

Penyebab utama disleksia adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain:

a. Faktor genetik

b. Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen. c. Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk

d. Biokimia yang merusak otak (misalnya zat pewarna pada makanan), pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam), gizi yang tidak memadai.

e. Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak (deprivasi lingkungan).

Dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dari taraf yang ringan hingga taraf berat.33

3. Kemampuan Membaca Anak Disleksia

Kemampuan membaca erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, sementara itu kemampuan berbahasa berhubungan dengan intelegensi/kecerdasan. Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa anak disleksia ini memiliki kecerdasan rata-rata bahkan ada yang di atas rata-rata. Meskipun cerdas dan bicaranya cukup lancar mereka mengalami kesulitan belajar membaca. Tingkat kemampuan membaca, menulis ekspresif dan mengejanya berada di bawah rata-rata teman seusianya.

Gejala nomor satu bagi siswa disleksia adalah bahwa membaca itu sulit, dan siswa yang menderita disleksia entah menghindari atau berjuang keras untuk bisa membaca. Siswa yang menderita disleksia itu sering, tetapi tidak selalu, tidak mampu mengeja. Namun banyak pembaca baik yang memiliki kemampuan rata-rata bahkan tidak mampu juga dalam mengeja.34

Lebih rincinya pada saat membaca mereka menunjukkan adanya tanda-tanda kesulitan membaca sebagai berikut:

33

Iim Imandala, Remedial Membaca dengan Metode Fernald bagi Anak Disleksia, (http://pendidikankhusus.wordpress.com/2009/05/19/remedial-membaca-dengan-metode-fernald-bagi-anak-disleksia/)

34

a. membaca lamban, turun naik intonasinya, dan kata-demi kata;

b. sering membalik huruf-huruf dan kata-kata, Contohnya b dengan d, p dengan q, u dengan n, kuda dengan daku, palu dengan lupa, tali dengan ilat, papa dibaca dada;

c. pengubahan huruf pada kata, misalnya baju menjadi baja, batu menjadi bata;

d. kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya, misalnya: bau, buah, batu, buta;

e. sering menebak dan mengulangi kata-kata dan frasa, f. menghilangkan sebagian huruf (omission);

g. menambah huruf (addition); h. terbalik huruf (reversal);

i. tidak menguasai penggunaan tanda baca, misalnya tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!); dan

j. kesulitan dalam memahami isi bacaan.

Beberapa hal gangguan fungsi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi inteligensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang ditimbulkannya, menurut Aldenkamp dkk., dapat dibagi menjadi:

a. Gangguan pada tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan mengingat urutan huruf, suku kata, dan bunyian;

b. Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian; c. Gangguan pada seleksi pencandraan/seleksi perhatian, yaitu membedskan

d. Gangguan pada visuo-spatial organisasi, misalnya kiri kanan, orientasi ruang;

e. Gangguan pada pengenalan melalui pancaindra taktil, yaitu pengenalan figur melalui perabaan.35

D.Konsep Penerapan Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran

Dokumen terkait