• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

2.4. Konsep Dasar Ergonomi

Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan design/perancangan. Ergonomi berkenaan dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah dan dimana saja manusia berada(Eko Nurmianto, 2004).

Martin Herlander dalam bukunya yang berjudul “A Giude to Human Factor and Ergonomics”, menyatakan ergonomi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode dalam merancang untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan.

2.4.2 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Wignjosoebroto,2008) adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja.

2.5. Physiological Performance

Physiological Performance yaitu mengukur energy yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Metode ini hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:

………(2.1)

Keterangan:

Y = Energi (Kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)

Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energy sebagai berikut:

Beban kerja ringan : 100 – 200 kkal/jam Beban kerja sedang : >200 – 350 kkal/jam Beban kerja berat : >350 – 500 kkal/jam

Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah.

Energi

Istirahat Duduk Angkat Roda

100 kg

Satuan Pengukuran Konsumsi Energi adalah Kilo Calori (kcal).

1 kcal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air dari 14,50 C menjadi 15,50 C. konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen, karena keduanya merupakan faktor yang

Tabel 2.2. Aktivitas dan Tingkat Energi

berhubungan langsung. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4.8 kcal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu oksigen

2.6. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto,2008).

Manusia pada umumnya memiliki bentuk ,ukuran, berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal:

1. Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dan lain-lain).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.6.1. Desain Produk(Peralatan) Ergonomis Berdasarkan Antropometri

Agar dapat mendesain produk sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar(persentil 95) dan ukuran terkecil tubuh(persentil5) atau hasil kalibrasi dari ukuran setiap bagian tubuh(Wignjosoebroto,2008). Produk yang disesuaikan dengan hasil kalibrasi

antropometri disebut desain produk ergonomi. Gambaran desaian produk ergonomis berdasarkan antropometri dapat dilihat pada Gambar 2.1. dibawah:

2.6.2. Model Perancangan Produk.

Model perancangan produk ada 2 jenis yaitu model deskriptif dan model perskriptif.

1. Model Deskriptif

Model deskriptif berfokus pada solusi, heuristic(pengalaman sebelum bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang ditampilkan pada Gambar 2.2. dibawah:

Produk:

Benda Kerja Instalasi

Manusia Pengguna Produk

Kalibrasi antropometri tubuh pengguna produk:

- Mean

- Standar deviasi

- Ukuran antopometri.(persentil 5, 50, 95)

Produk Ergonomis

Gambar 2.1. Gambaran Desain Produk

Sumber: Ergonomic Manusia, Peralatan dan Lingkungan(Gempur Santoso,2004)

Kebutuhan

Analisa masalah dan spesifikasi produk dan perencaaan

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

2. Model Preskriptif.

Model Preskriptif menawarkan prosedur yang lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan metodologi perancangan. Model perancangan ini terdiri dari:

a. Metode Zeid

Metode yang ditawarkan meliputi proses perancangan dan proses pembuatan, ditambah feedback dari pemasaran untuk pengembangan produk.

b. Metode French

Pada diagram alir tersebut, lingkaran menunjukkan hasil kegiatan yang mendahuluinya, sedangkan segiempat menyatakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Diagram alir model cara merancang preskriptif dari French sebagaimana dicantumkan pada Gambar 2.3. dibawah:

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumen untuk pembuatan produk

Gambar 2.2. Model Perancangan Deskriprif

Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008)

Kebutuhan

Analisis Masalah

Pernyataan Masalah

Perancangan Konsep

2.7. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja

Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industry, karena hal itu mempermudah modifikasi bila diperlukan hardware, prosedur kerja dan lain-lain. Pada umumnya dijumpai mesin atau fasilitas pabrik dibangun dan manusia harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang telah terpasang. Kondisi membuat tidak efisien ataupun tidak ergonomis. Beberapa ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan perlu dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja

Cara pengukuran tubuh posisi berdiri secara antropometi dapat dilihat pada Gambar 2.4. dan Tabel 2.3. di bawah:

Skets Terpilih

Detail

Pemberian Bentuk Pada Skets

Gambar Produk

Gambar 2.3. Diagram Alir Cara Merancang French

Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008 )

No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran

1. Tinggi Badan Tegak Ukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas dengan keadaan subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus kedepan.

2. Tinggi Mata Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung bagian dalam mata (dekat pangkal hidung).

Subjek berdiri tegak dengan mata memandang kedepan.

3. Tinggi Bahu Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang paling menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

4. Tinggi Siku Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai ketitik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri dengan kedua tangan tergantung wajar.

Tabel 2.3. Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri Gambar 2.4. Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri

No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran

5. Tinggi Pinggang Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri tegak.

6. Jangkauan Tangan Atas Tangan menjangkau ke atas setinggi-tingginya. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung tengah pada saat subjek berdiri tegak.

7. Panjang Lengan Bawah Subjek berdiri tegak tangan disamping. Ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

8. Tinggi Lutut Berdiri Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada saat subjek berdiri tegak.

9. Tebal Dada Subjek berdiri tegak. Ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.

10. Tebal Perut Subjek berdiri tegak. Ukur menyamping jarak dari perut ke depan sampai perut belakang secara horisontal.

11. Berat Badan Menimbang pada posisi normal diatas timbangan berat badan. Biasanya berat dikurangai beban yang dipakai seperti sepatu ataupun pakaian yang dipakai.

1. Perhitungan Keseragaman Data

Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam.

Adapun langkah-langkah perhitungan persentil adalah sebagai berikut:

(Wignjosoebroto, 2008).

a) Menghitung harga rata-rata dari data yang ada

Xi=

………..…..(

2.4)

Sumber: Wignjosoebroto, 2008

Tabel 2.3. Lanjutan Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri

b) Hitung standar deviasi

SD

= (σ) =

………..

2.5 Keterangan:

Xi = Ukuran antropometri

X = Ukuran antropometri rata-rata σ = Standar deviasi

N = Jumlah data pengamatan

c) Membuat uji keseragaman data dengan menentukan batas kontrol atas dan bawah.

BKA = X + 2 σ …...……….…… (2.6) BKB = X - 2 σ ………...……… (2.7) Keterangan:

BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah X = Nilai rata-rata

σ = Standar deviasi Ketentuan:

Jika X min> BKB dan Xmax< BKA maka data seragam Jika X min< BKB dan Xmax>BKA maka data tidak seragam d) Membuat Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui data dimensi tubuh operator yang telah dikumpulkan sudah mencukupi untuk melakukan redesign. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada

konsep statistik yaitu derajat ketelitian dan tingkat kayakinan/kepercayaan.

Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak (populasi). Uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% digunakan persamaan:

Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wignjosoebroto, 1995):

Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a) Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

b) Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

2.6.3. Perhitungan Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, 2003). Data perhitungan persentil dapat dilihat pada Tabel

 

2 2

Persentil Rumus Persentil 5 X – 1,64 σx Persentil 10 X – 1,28 σx

Persentil 50 X

Persentil 90 X + 1,28 σx

Persentil 95 X + 2 σx

2.6.4. Standard Nordic Questionaire (SNQ)

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekan fisik dengan resiko keluhan otot sketal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionaire (SNQ). Melalui kuisener ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit(AS), Sakit(S), dan Sangat Sakit(SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.5, maka dapat diestimasikan jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Tabel 2.4. Perhitungan Persentil

Sumber: Wignjosoebroto (2008)

Standard Nordic Questionaire (SNQ) Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut ini.

No Jenis Keluhan Tingkat Keluhan

Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri

Gambar 2.5. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah

2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan

2.7. Penentuan Waktu Standar

Penentuan waktu standar untuk menentukan target produksi yang dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Penjabaran dari langkah-langkah dalam menentukan waktu baku diantaranya yang disebutkan diatas sebagai berikut:

1. Memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti atau diamati waktu yang dipergunakannya untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan, dimana karyawan yang diambil sebagai sample adalah karyawan yang bekerjanya sesuai dengan waktu rata-rata, tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat dalam menyelesaikan pekerjaannya, baru setelah itu dihitung waktu rata-ratanya. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung waktu rata-rata(waktu siklus) adalah sebagai berikut:

……….(2.9) Keterangan:

Ws = Waktu rata-rata(waktu siklus) Xi = Data pengukuran

N = Jumlah data pengukuran

Waktu normal (Wn) = Ws x P………..…(2.10)

Waktu Standar = Wn x …………...……….(2.11) 1. Uji Keseragaman Data

Di dalam pengukuran idealnya memperoleh data yang seragam. Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam. Data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.

Dari data seragam itulah nanti akan dilakukan untuk mencari waktu yang diharapkan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut:

BKA = X + 2 σ ………(2.12)

BKB = X - 2 σ ………(2.13)

Keterangan:

BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah X = Nilai rata-rata

σ = Standar deviasi

Ketentuan:

Jika X min> BKB dan Xmax< BKA maka data seragam Jika X min< BKB dan Xmax>BKA maka data tidak seragam

Sebelum melakukan perhitungan waktu baku maka perlu diketahui dulu nilai faktor penyesuaian (rating performance) dan waktu kelonggaran(allowance).

2. Uji Kecukupan Data

Dalam penelitian ini yang dicari adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tingkat keyakinan atau ketelitian adalah merupakan pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk tidak melakukan jumlah pengukuran yang banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian.

Biasanya dinyatakan dalam persen(%).

Jadi dalam penelitian ini tingkat ketelitian 10 % memberikan arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10%.

Tingkat keyakinan 90% adalah kemungkinan memperoleh hasil tersebut adalah 90%.

Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas stopwatch time study selama ini dikenal lewat formulasi tertentu dengan pertimbangan tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wingjosoebroto, 2008).

N’ = ……….(2.14)

Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

b. Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

Tingkat ketelitian (s) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

a. Tingkat kepercayaan : 90% maka harga s = 0,10 b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga s = 0,05 c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga s = 0,01

Sedangkan harga indeks (k) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

a. Tingkat kepercayaan : 90% maka harga k = 1 b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga k = 2 c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga k = 3 3. Penentuan Waktu Normal.

Waktu normal suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi akan bekerja menyelesaikan pekerjaannya pada kecepatan normal(Wignjosoebroto, 2008). Namun pada prakteknya akan terlihat bahwa tidak bisa diharapkan operator akan mampu bekerja terus tanpa ada interupsi. Hal ini dikarenakan operator tidak bisa lepas dari aktifitas yang behubungan dengan kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan.

Rating performance pada dasarnya diaplikasikan untuk menormalkan

Dalam penelitian ini digunakan metode westing house untuk menentukan faktor penyesuaian. Westing House mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja. Setiap faktor dibagi dalam kelas yang nilainya berbeda.

1. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi 4 kelas dengan ciri- ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008):

a. SUPER SKILL yaitu:

1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

2. Bekerja dengan sempurna.

3. Tampak telah terlatih dengan sangat baik.

4. Gerakan-gerakan sangat halus tapi sangat cepat sehingga sangat sulit diikuti.

5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin.

6. Perpindahan dari satu elemen ke elemen yang lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.

8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja baik.

b. EXCELLENT SKILL yaitu : 1. Percaya pada diri sendiri.

2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.

3. Terlihat telah terlatih baik.

4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tampa kesalahan.

6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.

8. Bekerjanya cepat tapi halus.

9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.

c. GOOD SKILL yaitu:

1. Kualitas hasil baik.

2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.

3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

5. Tidak memerlukan banyak pengawas.

6. Tidak keragu-raguan.

7. Bekerjanya stabil.

8. Gerakannya terkoodinasi dengan baik.

9. Gerakan-gerakannya cepat.

d. AVERAGE SKILL yaitu :

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

2. Gerakannya cepat tetapi tidak terlambat.

3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang terencana.

4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak adanya keraguan.

6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.

7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk- beluk pekerjaannya.

8. Bekerjanya cukup teliti.

9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

e. FAIR SKILL yaitu :

1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

2. Mengenal peralatan dan lingkungan dengan cukup baik.

3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.

4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama.

6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi banyak tidak terlalu yakin.

7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.

9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

f. POOR SKILL yaitu :

1. Tidak bisa mengkoordinasikan tenaga dan pikiran.

2. Gerakan-gerakannya kaku.

3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan.

4. Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.

5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.

6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan kerja.

7. melakukan kesalahan-kesalahan.

8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

9. Tidak bisa mengambil inisiatif pada diri sendiri,

2. Untuk usaha atau effort westing house membagi juga atas kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud usaha ini adalah kesungguhan yang ditujukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaan.

a. EXCESSIVE EFFORT yaitu:

1. Kecepatan sangat berlebihan

2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh.

3. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

b. EXCELENT EFFORT yaitu:

1. `Jelas terlihat kecepatan kerjanya sangat tinggi.

2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis dari pada operator-operator biasa.

3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

4. Banyak memberi saran-saran.

5. Menerima saran dan petunjuk dengan senang.

6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu.

7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.

8. Bangga atas kelebihannya.

9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.

10. Bekerjanya sistematis.

11. Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

c. GOOD EFFORT yaitu:

1. Bekerjanya berirama.

2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang- kadang tidak ada.

3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

4. Senang pada pekerjaannya.

5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.

6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.

8. Dapat memberi saran untuk perbaikan kerja.

9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik.

11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.

d. AVERAGE EFFORT :

1. Tidak sebaik good tapi lebih baik dari poor.

2. Bekerja dengan stabil.

3. Menerima saran-saran tetapi tidak dilaksanakan.

4. Set up dilakukan dengan baik.

5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.

e. FAIR EFFORT yaitu :

1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.

3. Kurang sungguh-sungguh.

4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.

5. Tidak sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.

6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.

8. Terlampau hati-hati.

9. Sistematika kerjanya biasa-biasa saja.

10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.

f. POOR EFFORT yaitu:

1. Banyak membuang-buang waktu.

2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja.

3. Tidak mau menerima saran-saran.

4. Tampak malas dan lambat bekerja.

5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat

dan bahan.

6. Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi.

7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.

8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik.

Lihat Tabel 2.5 dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008).

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Super skill A1

A2

Good C +0,01

Average D 0,00

Fair E -0,02

Poor F -0,04

Dari tabel 2.13 di atas maka dapat ditentukan faktor penyesuaian terhadap masing-masing pekerjaan. Rating performance (RF) diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh di pengukuran waktu kerja akibat kecepatan yang berubah-ubah.

Adapun perumusan dalam menentukan waktu normal adalah sebagai berikut:

Waktu normal = Waktu siklus rata-rata x penyesuaian.

Wn = Ws x (p) ...(2.15) 4. Penentuan Waktu Standar.

Langkah-langkah dalam melaksanakan analisa studi waktu adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perhitungan uji keseragaman dan kecukupan data terhadap data diperoleh dalam sumber data.

b. Menghitung rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

c. Menghitung waktu normal, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

d. Menghitung waktu cadangan, yaitu yang dipergunakan seorang karyawan yang disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan terhadap mesin, kelelahan, gangguan proses produksi dan lain-lain.

Sumber: Wignjosoebroto(2008)

e. Menghitung waktu standar yang diperhitungkan berdasarkan penjumlahan waktu normal dan waktu cadangan.

Waktu standar suatu operasi kerja merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan

Waktu standar suatu operasi kerja merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan

Dokumen terkait