• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 DEFINISI

Penyakit menular seksual adalah penyakit infeksi organisme yang utamanya menulara melalui kontak seksual yang meliputi kontak oral-genital. Penularan PMS juga dapat terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah, transfer jaringan yang tercemar atau menular melalui alat kesehatan.

Organisme akan menginfeksi saluran genital (reproduksi), namun organisme penyebab PMS dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala pada mata, mulut, saluran pencernaan, otak, hati dan organ tubuh lainnya. Berbagai PMS sering timbul secara bersamaan. Sehingga apabila timbul PMS, adanya PMS lainnya harus dicurigai.

2.2 ETIOLOGI

Disebabkan oleh organisme penyebab penyakit seksual yang tinggal dalam darah dan cairan tubuh, Menurut Handsfield (2001), Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni:

a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.

b. dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2), Herpes Simplex Virus (tipe1 dan 2), Human papiloma Virus, Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus. d. Dari golongan ektoparasit, yakni P hthirus pubis dan Sarcoptes

scabei

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia PMS telah mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cepat. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

 Di Indonesia, , telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35%

 Di dunia, wilayah Asia Selatan Tenggara merupakan peringkat ke-2 dalam Infeksi Menular Seksual, termasuk Indonesia. (Bulletin of the World Health Organization, 2001, 79)

 Pada tahun 1995, WHO memperkrakan > 330juta penderita PMS berobat setiap tahunnya dan setiap hari terjadi sektar 1juta penderita infeksi PMS

 Angka insidensi sifilis dan gonorrhea pada lak-laki sedikit lebih tiggi dari pada perempuan.

 Sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS) secara nasional di Amerika Serikat pada tahun 2007 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di tingkat 9-12 telah melakukan hubungan seksual, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual dan 38,5% dari pelajar SMA tersebut tidak menggunakan kondom pada saat hubungan seksual yang terakhir kali dilakukan. Selain itu, 4,4% siswa SMA ternyata sudah menggunakan ekstasi.

2.4 FAKTOR RESIKO

- Resistensi (kekebalan) bakteri terhadap antibiotik akibat pemakaian antibiotik bebas. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya bakteri resisten terhadap antibiotik.

- Individu dengan gangguan imunitas - Prostitusi

- Hubungan seks tidak aman diluar nikah - Berganti-ganti pasagan

- Mobilitas penduduk

#Kelompok resiko tinggi tertular PMS - Pelancong - PSK - Peandu narkoba - Homoseksual - Pekerja kesehatan 2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang ditemukan berdasarkan organisme yang menginfeksi dan infeksi terjadi, namun pada umumnya beberpa menunjukkan manifestasi knis berikut :

 Keluar nanah kenyal kuning kehijuan dari vagina, penis atau dubur  Keputihan pada wanita berwarna kuning kecoklatan

 Gatal pada sekitar alat kelamin

 Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing  Ujung penis tampak merah dan bengkak

 Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun tidak),

 Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,  Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan

paha,

 Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,

 Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada hubungannya dengan haid),

 Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan  Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.  Kehilangan berat badan

2.6 KLASIFIKASI Hiv/ aids

a) Definisi

Suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human Immunoeficiency Virus). Pada kebanyakan kasus infeksi HIV menyebabkan acquiredimmune deficiency syndrome (AIDS).

AIDS didefinisikan oleh center for disease control and prevention sebagai HIV dengan indikator penyakit penyerta meliputi (1) infeksi orportunistik tertentu, (2)kanker tertentu, seperti sarkoma kaposi,limfoma, dan karsinoma servikalis atau anal invasif; (3) penyakit neurologis penyerta; dan (4) peumonia berulang .

b) Epidemiologi

Di Indonesia dilaporkan dari bali padabulan april tahun 1987. penderitanya adalah seorang wisatawan belanda yang meninggak di RSUP sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990.peningkatan kasus HIV/AIDS masih diangga belum mengkawatirkan. Tetapi sejak tahun1991 waktu yang dibutuhkan untuk peningkatan HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (doubling time) sudah kurang dari setahun. Bahkan selama triwulan pertama tahun 1993 sudah terjadi peningkatan pesat. Sampai akhir tahun 1996 terdeteksi 501 orang yang menderita dari 119 kasus AIDS dan 382 HIV+ yang dilaporkan dari 19 propinsi . itu gambaran umum puncak gunug es kasus HIV/AIDS.

c) Etiologi

HIV/AIDS disebabkan oleh dua jenis retrovirus yang berkaitan , dikenal dengan HIV-1 dan HIV-2 , HIV -1 kerap ditemukan di afrika tengah dan timur, amerika ,eropa ,serta Asia . HIV-2 kerap ditemukan di Afrika Barat ,prancis dan portugal. Retrovirus ditransmisikan melalui pertukaran cairan tubuh (mis : semen,darah) atau melalui transfusi darah. Individu yang terinfeksi akan mendapatkan uji HIV – selama beberapa minggu dan kemungkinan selama 1 tahun. Kecepatan perkembangan penyakit ini bervariasi . waktu rekaan perkembangan AIDS adalah 10 tahun.

d) Faktor resiko

 Pria yang berhubungan seks dengan laki-laki (homoseksual).

 Berganti-ganti pasangan seks

 Bergantian dalam memakai jarum suntikkan.

 Melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit HIV AIDS

 Melakukan hubungan seks bebas

 Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti syphilis, herpes, gonore atau bacterial vaginosis

 Mendapat transfusi darah dari seorang pendonor yang positif mengidap HIV AIDS

 Seorang ibu yang telah dinyatakan positif memiliki penyakit HIV, dan berpotensi menularkan penyakitnya tersebut pada anak yang dilahirkannya.

e) Patofisiologi

Virus HIV masuk kedalam tubuh melalui semen,cairan vagina dll. Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4

(limfosit T4, Monosit, Sel dendrit , Sel langerhans) Mengikat Molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun Infeksi oportunistik

Peradangan pd infeksi jamur pda mulut perdangan kulit infeksi ssp

Jaringan paru peradangan pd mulut timbul lesi

Sesak intake makanan menurun gatal, nyeri,bersisik

ggn pernafasan Ggn nutrisi kurang dri integritas kulit kebutuhan tubuh

peristaltik diarea kronis

mukosa kering & dehidrasi kekurangan cairan

f) Manifestasi klinis

Gejala – gejalanya sangat luas dapat mengenai berbagai organ :  Pernapasan

1 Sesak napas, batuk,nyeri dada, dan demam

2 Pneumonia (ppc) merupkan infeksi yang paling umum. 3 Penyakit kompleks Mycobacterioum avium (KMA) timbul

sebagai penyebab utama infeksi pernapasan.

4 Tuberkulosis yang berkaitan dengan HIV terjadi dini dalam perjalanan penyakit. Mendahului diagnosa . jika terdiagnosa lebih dini. Akan memberikan respon yang cukup baik terhadap terapi antituberkulosis.

 Gastrointestinal

1 Anoreksia , mual, muntah, kandidiasis oral dan esofagus, dan diare kronis : efek dari diarea dapat menjadi sangat membahayakan.

1 Penurunan berat badan involunter terjadi melebihi 10% dari berat bada dasar; ditunjukkan dengan diare kronis. Kelemahan kronis, dan terdapatnya demam intermiten atau konstan tanpa adanya penyakit penyerta.

 Kanker

1 Insiden kanker tinggi , termasuk sarkoma kaposi (SK) dan limfoma sel – B

2 Karsinoma kulit , lambung, pankreas , rektum, dan kandung kemih.

 Neurologis

1 Ensefalopati (Kompleks demensia AIDS(KDA)) terjadi pada dua pertiga pasien penderita AIDS.

2 Cryptococcus neoformans, infeksi jamur.

3 Leukoensefalopati multifokal progresif (LMP) suatu gangguan demielinisasi sistem saraf pusat.

 Integumen

1 Sarkoma kaposi, herpes simpleks, herpes zozter, dan berbagai bentuk dermatitis.

g) Pemeriksaan Diagnosis Diagnosa infeksi HIV

o Uji ELISA diikuti Western blot menegakkan diagnosa infeksi HIV

o Titer virus (reaksi rantai polimerase (HIV,RNA PCR) atau rantai cabang DNA (bDNA)), juga dinamakan beban virus, dapat diukur dalam hitungan jam sampai hari setelah infeksi.

o AIDS terdiagnosis jika terdapat antibodi positif dan titer virus plus CD4 < 200 atau infeksi oportunistik.

Uji Laboratorium setelah infeksi HIV ditegakkan  Assay beban Virus (HIV,RNA PCR atau bDNA)  Hitung sel CD4

 Hitung darah lengkap dengan diferensial dan hitung trombosit

 Panel kimia termasuk profil lipid puasa  Urinalisis

 Foto rintgen dada  PAP smear pada wanita

 Serologis, sifilis, toksoplasmosis gondii, hepatitis A,B,dan C, CMV , varicella zoster.

 PPD

h) Penatalaksanaan

Tujuan-tujuan pengobatan termasuk mengobati infeksi –infeksi yang berkaitan degan HIV dan malignansu. Menghentikan pertumbuhan dan replikasi HIV melalui agen-agen antivirus, serta augmentasi dan pemulihan sistem imun melalui penggunaan immunomodulator.

Pengobatan infeksi-infeksi yang berkaitan dengan HIV

1 PPC : obati dengan trimetoprimsulfatmetoksazoal, adalah suatu agen antibakterial. Pentamidin . suatu antiprotozoal, adalah suatu agen alternatif.

2 KMA : pengobatan untuk yang satu ini belum lagi ditetapkan dengan jelas dan mencakup regimen multiobat yang diberikan selama periode yang panjang.

3 Meningitis kriptokokus : obati dengan amfoterisin B IV dengan atau tanpa flukonazol. Suatu preparat antijamur.

4 Retinitis : Obati dengan gansiklovir.

Perawatan Pendukung dan terapi-terapi alternatif 1 Terapi spiritual

2 Terapi psikologis

3 Terapi nutrisional , misal : vegetarian, vitamin c atau suplemen betakaroten.

4 Dll.

i) Pence

gahan

- Mengubah Perilaku Seks (menerapkan prinsip ABC yaitu : Abstinence “ tidak melakukan hubungan seksual “, Be faithful “ setia kepada pasangan”, Condom “ pergunakan kondom jika berhubungan seksual)

- Meminimal kan penggunaan mis : tato, tindik, suntik obat bergantian,dll.

- Petugas kesehatan yang harus hati hati terhadap penanganan medis.

 Vaginitis a) definisi

Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri. Parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan sexual. Bakteri yang dominan adalah lactobacillus achidophilus.

Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi dipelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis. Vaginitis merupakan infeksi vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,terjadi ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas. (Prawirohardjo, Sarwono. 1976) ).

b) Infeksi penyebab

Tiga infeksi tersering adalah 1. Vaginitis bacterialis (40-50%) 2. Vaginitis kandidiasis (20-30%) 3. Vaginitis trikomonalis (15-20%)

c) Epidemiologi

Sumber yang kami tuliskan disini berdasarkan tinjauan epidemiologi di Amerika Serikat dan Skandinavia untuk tiga penyebab utama vaginitis: kandidiasis, trikomoniasis, dan vaginosis bakteri. Insiden kandidiasis telah meningkat secara dramatis selama dekade terakhir, dengan peningkatan persentase non-albicans strain Candida. Namun, di Skandinavia

kejadian kandidiasis telah relatif stabil, antara 10% dan 30%, selama 5 tahun terakhir. Insiden Trichomonas telah menurun secara dramatis di Amerika Serikat dan Skandinavia selama 15 tahun terakhir, sebagian disebabkan karena munculnya metronidazol. Di Amerika Serikat vaginosis bakteri terus menjadi berbagai utama infeksi vagina, mempengaruhi spektrum yang lebih luas dari wanita dibandingkan gonore. Prevalensi vaginosis bakteri di Skandinavia adalah sekitar 30%, dan persentase ini meningkat seiring dengan usia menurut studi dari pasien di klinik penyakit menular seksual.

d) Etiologi

- Infeksi (bakteri, jamor protozao, dll)

- Iritasi bahan kimia atau fisik (seperti sabun, gel, krim, spermisida, pembalut, kondom dan lain-lain)

- Dan produk –produk kewanitaan seperti semprotan wangi dan bubuk

- Alergi dan dermatitis kontak

- Penyabab lain yang jarang adalah: polips servikalis dan neoplasma lain.

- Tampon yang tidak digant e) Manifestasi klinis (umum)

 Pengeluaran keputihan berlebihan  Terasa panas dan gatal

 Suhu badan dapat meningkat  Bagian luar terjadi pembengkakan  Pada vagina terdapat bintik merah

 Terasa nyeri saat hubungan seks (dispareunia) f) Klasifikasi

A Vaginitis bakterialis, (40-50%)

VB dikaitkan dengan infeksi genitalia bagian atas secara perkontinuitatum, melalui kenalis servikalis dengan endoservitis secara dominan oleh gardnerella vaginalis. Untuk menegakkan diagnosis dikemukakan 4 kriteria

 cairan vagina homogen  pH vagina di atas 4,5;

 pemeriksaan preparat menunjukkan “clue cell”

B Vaginitis trikomonalis (15-20%)

VT trikomonalis merupakan infeksi yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis, protozo uniseluler yang terdapat dalam vagina, protozoa ini cepat bergerak krena mempunyai flagela, sebagian besar ditularkan memlaui hubungan seksual. Gejala klinisnya

 keputihan dengan jumlah yang banyak, warna putih, kuning, sampai hijau;

 gatal, terasa panas;  berbau kurang sedap

 pemeriksaan jika keputihan berbuih.

Pada diagnosis dijumpai gejala klinis trichomonas vaginalisdengan preparat basah

C Vaginitis kandidiasis (20-30%)

VK disebabkan oleh jamur kandida albikan yang tumbuh komensal pada vagina

 gejala klinis yaitu mengeluarkan cairan vagina kental sampai bergumpal,

 gatal, terasa panas, disuria sampai dispareuria g) Faktor resiko

- Lebih sering terjadi pada wanita Afrika-Amerika, wanita yang douche,

- wanita dengan pasangan seks baru, wanita dengan lebih dari dua pasangan seks dalam enam bulan sebelumnya,

- kurangnya perlindungan penghalang dan wanita yang kurang peroksida (H2O2) -producing lactobacilli flora vagina mereka . h) Pemeriksaan diagnostik

 Pemeriksaan penunjang yang paling bermanfaat adalah preparat basah dari sekret vagina. Pada pemeriksaan ini bisa ditemukan organisme penyebab dan sel polimorfonuklear.  Kultur bermanfaat bagi infeksi kandida dan trikomonas

diagosis vaginitis bacterialis(BV) ditegakkan berdasarkan tiga dari empat kriteria berikut

o cairan putih lengket, tdiak bergumpal o pH vagian >4,5.

o Bau amis setelah ditambahkan kalium hidroksida 10% pada sekresi

o Adanya clue cell

i) Penatalaksanaan keperawatan

 Mandi setiap hari dengan sabun lembut (non kimia) dan air hangat.

 Kenakan semua pakaian katun atau pakaian dengan selangkangan kapas.

 Ganti celana dalam dan stoking setiap hari.

 Hindari memakai stoking atau celana ketat terlalu banyak jam, terutama di tempat yang panas, cuaca lembab.

 baju ketat Kenakan katun dan celana ketat ketika Anda berolahraga.

 Gunakan deodorant bebas kertas toilet putih untuk menghindari parfum dan pewarna yang mungkin bisa mengganggu.

 Hindari menggunakan produk feminin kebersihan (seperti semprotan dan bubuk) dan aditif mandi (seperti gelembung mandi dan minyak).

 Hindari douching lebih dari sekali dalam sebulan. Douching tidak perlu.

 Gunakan pembalut deodoran bebas atau tampon.  Hindari busa spermisida, gel, dan krim.

j) Penatalaksanaan medis

 Obat pilihan untuk vaginitis bacterialis dan trikomoniasis adalah mitronidazol oral selama 1 minggu , terbukti menyembuhkan lebih dari 90% kasus pada kedua penyakit tersebut. Pasangan dari pasien trikomoniasis juga hrus diobati

 Vaginitis kandida bisa diobati dengan antijamur topikal (klotrimazol atau mikonazol) atau terapi oral dengan obat golongan azol; tingkat kesemuhan yang baik didapatkan dengan pengobatan jangka pendek.

a) Definisi

Human Papiloma Virus ( HPV ) adalah virus yang mudah menular dan sering menyebabkan kandiloma akuminata, kadang-kadang disebut kutil venereal. Kutil ini dapat ditemukan di serviks dan dinding vagina, uretra, bokong, anus, dan genitalia eksterna. HPV adalah virus penyakit menular seksual yang paling umum. b) Klasifikasi

HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi :  Familia : Papovaviridae

 Genus : Papillomavirus

 Spesies : Human Papillomavirus c) Epidemiologi

HPV merupakan penyakit infeksi menular sexual yang paling umum di dunia. Resiko seumur hidup untuk infeksi HPV serviks telah diperkirakan hingga 80%. Namun, pravelensi infeksi dilaporkan bervariasi tergantung pada rentang usia populasi dan metode deteksi yang digunakan. Analisis terbesar sampai saat ini termasuk 1.016.719 perempuan dari studi antara 2005-2009 yang memiliki sitologi normal dan diuji untuk HPV genital dengan alat tes PCR atau hybrid. Pravelensi di seluruh dunia untuk semua jenis HPV diperkirakan 11,7 %. Pravelensi tertinggi berada di sub Sahara Afrika ( 24%), Eropa Timur ( 21,4%), Amerika Latin ( 16,1%), Asia Tenggara ( 14%). Pravlensi rendah ditemukan di daerah sumber daya yang lebih tinggi termasuk Amerika Utara ( 4,7%), Eropa Selatan ( 8,8%), Eropa Barat ( 9%) Di seluruh dunia, usia tertinggi pravalensi spesifik ditemukan pada wanita kurang dari 25 tahun ( 24% ) dan pada usia 35-44 % tahun sekitar ( 9%)

d) Etiologi

a. Veruka pada genital umumnya disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16, 18, dan 31 atau oleh kombinasi di antaranya

b. HPV ditransmisikan secara sexual. Namun bila penyakit ini tidak aktif, virus tidak dapat ditularkan ke orang lain

c. HPV menyebabkan tingkat infekstifitas yang sedang

d. HPV membelah berkali-kali bila respons imun rendah misalnya dalam kasus HIV, kehamilan, merokok atau malnutrisi

e. HPV tidak dapat disembuhkan. Individu yang terinfeksi akan selalu membawa virus

e) Faktor Resiko a. Perilaku sexual b. Penyakit HIV AIDS

c. Koitus anal atau vaginal tanpa perlindungan

d. Internal Watersports ( berkemih ke dalam rongga tubuh seperti vagina atau anus )

e. Fisting ( memasukkan jari, jari-jari atau pergelangan ke dalam anus )

f. Seks oral-anal

g. Penggunaan bersama jarum kotor oleh pengguna obat intravena

f) Manifestasi Klinis

a. Masa inkubasi dimulai dari 2 minggu sampai 9 bulan setelah pajanan, namun bisa lebih lama

b. Veruka genital dapat terlihat pada vulva, vagina, anus, atau serviks, seperti di area penis dan anus pada pria

c. Pertumbuhan menyerupai veruka kecil, struktur khas menyebar, membesar, dan menyatumembentuk pertumbuhan, seperti tangkai kembang kol dengan dasar sempit. Pertumbuhan ini tampak dalam satu tandan kecil

d. Lesi hipertrofi selama kehamilan dan dapat menutupi vulva dan perineum , atau meluas sampai mukosa vagina dan serviks. Lesi ini akan berkurang setelah kelahiran

e. Veruka ini terkait dengan perkembangan kanker serviks. Pasien harus dipantau ketat

f. Papillomatosis saluran pernafasan dapat datang dengan suara parau, dispnea, stridor atau batuk

g) Patofisiologi

Etiologi seperti aktifitas sexual dg bergonta ganti pasangan , respons autoimun, dll

Papillomavirus menyerang epitel gepeng ( daerah yg peka infeksi ) pada kulit dan mukosa

Inokulasi virus pada sel basal

Diferensiasi sel menjadi keratinosit

Kepekaan sel berubah

Memungkinkan virus berkembang secara vegetatif sehingga infeksi menjadi produktif

Perubahan morfologi dan hiperplasia akibat percepatan proliferasi dan terhambatnya diferensiasi sel

Sifat kelainan yang ada tetap jinak dan ditandai oleh batas yg tegas dg jaringan norrmal. Ada pula yg menjadi displastik dan ditandai

oleh atipi inti sel, mitosis tak terkontrol dan perubahan kromosom. Beberapa diantaranya berlanjut menjadi karsinoma dan ditandai oleh invasi sel ke jaringan sekitarnya ataupun metastase jauh ke

organ lain

h) Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemakaian asam asetat 3% pada epitel yang terinfeksi dapat menunjukkan pemutihan ( perubahan aseton white ) memberi kesan hiperkeratosis khas infeksi HPV

b. Kutil genital dapat dibedakan dari kondiloma lata sifilis sekunder dengan serologi sifilis

c. Spesimen biopsi atau sitologi dapat diperksa untuk koilosit atau perubahan displastik

d. Beberapa laboratorium dapat mewarnai antigen kapsid papilloma virus, meskipun ini merupakan uji yang kurang sensitif

e. Uji DNA HPV biasanya dipakai sebagai alat penelitian, uji ini adalah uji yang paling sensitif dan spesifik

f. Tes Pap ( Pap Smear ) dipakai untuk memeriksa leher rahim perempuan dan dipakai untuk memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Kain penyeka diusap pada daerah yang ingin diperiksa dilumuri pada kaca dan diperiksa dengan mikroskop. Sel diperiksa untuk kelainan yang mungkin menunjukan perubahan abnormal pada sel, misalnya displasia atau kanker leher rahim. Pap smear juga bisa digunakan untuk mencari tipe HPV.

i) Penatalaksanaan Medis

a. Lakukan tes Pap smear bila terdapat veruka serviks, atipis, atau persisten

b. Anjurkan pasien yang memiliki veruka genital eksternal untuk mendapatkan uji Pap smear tahunan selama 3-5 tahun.

Sebesar 50-60% pasien ini akan mendapatkan uji positif HPV pada serviks

c. Identifikasi dan obati vaginitis yang menyertai. Infeksi sekunder umum terjadi

d. Veruka mungkin diobati dengan terapi asam biklorasetik atau triklorasetik

- Lindungi jaringan sekitar veruka dengan jeli petrolum - Gunakan asam biklorasetik atau triklorasetik pada area

yang terkena setiap seminggu sekali sampai 10 hari sekali. Lanjutkan pengobatan hingga veruka hilang

- Pertimbangkan metode zat kimia alternatif pada set alat pengobatan mandiri

o Pedofiloks ( Condylox ) adalah larutan topikal 0,5% yang dioleskan dua kali sehari selama 3 hari lalu dihentikan selama 4 hari. Pemakaiannya dapat diulang sampai lebih dari 4 minggu

o Imiquimod ( Aldara ) krim topikal 5% yang tersedia dalam 0,25 g bentuk sachet, 1 kotak berisi 12 sachet, dioleskan pada malam hari dua kali seminggu ke area yang terinfeksi selama 4 bulan o Bila veruka tidak sembuh sampai akhir masa

pengobatan yang diresepkan, pasien harus kembali mengunjungi dokter untuk mendapatkan terapi alternatif

e. Pertimbangkan terapi yang lain, termasuk bedah krio, pembedahan laser, atau biposi eksisi

j) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Sarankan praktik penggunaan dan penggunaan berikut untuk meredakan nyeri

o Taburkan bedak bayi di atas area terinfeksi

o Oleskan salep Nupercainal topikal 2,5% ke area tersebut

- Setelah terapi

o Lakukan rendam duduk dengan air hangat atau dingin selama 10-20 menit, satu atau dua kali sehari sesuai kebutuhan

o Minum 650-1000 mg asetaminofen setiap 4 jam sesuai kebutuhan

b. Sarankan pasien untuk menjaga area vulva sebersih dan sesering mungkin

- Sesering mungkin, lakukan higiene perineum

- Keringkan vulva setelah mencuci atau melakukan rendam duduk, gunakan alat pengering dengan set aliran terendah

- Kenakan pakaian dalam terbuat dari katun dan ganti celana dalam sesering mungkin

- Jangan mengenakan rok dalam bila berada di rumah atau tempat tidur

- Jangan menggunakan pembalut yang terlalu tebal atau tipis yang menyerap panas dan menggesek vulva, kecuali bila benar-benar terpaksa

c. Sarankan pasangan untuk menggunakan kondom sampai seluruh lesi sembuh

d. Pertimbangkan kemungkinan IMS ( Infeksi Menular Sexual ) yang menyertainya

- Hindari tindakan episiotomi atau laserasi sepanjang lesi saat kelahiran karena tindakan ini menimbulkan perdarahan yang banyak

- Pertimbangkan untuk menggunting episiotomi ke arah medialateral kanan atau kiri bukan menggunting episiotomi bagian tengah untuk menghindari lesi

- Untuk lesi yang ekstensif, konsultasikan dengan dokter. Bedah seksio sesaria mungkin diindikasikan

k) Komplikasi

a. Papilloma saluran pernafasan dapat menutup jalan nafas, menyebabkan gangguan pernafasan. Lesi ini dapat berulang dalam beberapa minggu pembuangan, memerlukan pembedahan yang sering. Papilloma jalan nafas dapat menjadi ganas, terutama jika mereka telah diobati dengan radiasi

b. Beberapa tipe HPV genital ( terutama HPV 16 dan

Dokumen terkait