• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

2. Konsep Dasar Partisipasi

Berbicara tentang partisipasi, tentu akan kita dapati istilah-istilah lain yang merupakan sinonim darinya yaitu “keikutsertaan, keterlibatan dan partisipasi”.

Seorang ilmuwan bernama Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Humman Relation at Work memberikan pendapatnya tentang hal itu bahwa partisipasi dapat didefenisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seorang di dalam situasi kelompok yang mendorongya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha bersangkutan.

Dalam defenisi ini terdapat tiga unsur penting.pertama, partisipasi keikutsertaan/keterlibatan/peran serta sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata hanya keterlibatan secara jasmaniah. Unsur kedua adalah kesediaan memberi suatu sumbangan kepada usaha mencapai kelompok. Ini berarti terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. Unsur terakhir, adalah tanggung jawab. Unsur ini

merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota, yakni ada rasa “ ikut serta”.

Rumusan mengenai partisipasi menurut WHO dalam kaitannya dengan usaha melibatkan masyarakat desa adalah sebagai berikut : Partisipasi adalah pelibatan penduduk setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan mengenai pengembangan proyek atau pelaksanaannya. Empat unsur yang harus diperhatikan adalah pertama, pelibatan untuk turut dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, adanya pemberian sumbangan secara massal. Ketiga, adanya pelibatan untuk turut melakukan/mengadakan pengawasan.

Dibandingkan dengan rumusan Keith Davis, rumusan WHO memiliki beberapa kesamaan, di antaranya adanya unsur-unsur seperti turut mengambil keputusan, baik melalui pikiran dan perasaan; sementara sumbangan yang dimaksudkan adalah kontribusi kepada kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; dan turut serta mengenyam dalam hasil kenikmatan/manfaat, dan mengawasi usaha-usaha untuk mencapai tujuan,berarti pula ikut bertanggung jawab.

Dalam pelatihan kerja tentang partisipasi masyarakat pada 14 s.d. 20 November 1983 di jakarta, diselenggarakan oleh pusat pembangunan pedesaan untuk daerah asia dan pasifik, sekjen Departemen dalam negeri, Daryono SH, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, “ Adanya kalimat ‘ partisipasi ’ dalam pembangunan desa belum terlibat sepenuhnya.” Partisipasi dalam hal ini adalah keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, dan menentukan tujuan dan prioritas.

Dirjen pengembangan pedeasaan dalam pidatonya pada sebuah simposium Gotong Royong di Jakarta pada18 s.d. 19 Januari mengatakan, “ partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama dalam potensi yang hakiki dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pembangunan yang telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar bagi kelangsungan pembangunan nasional.” Sementara itu kata swadaya itu diberi arti sebagai kemampuan dari masyarakat/kelompok dengan kesadaran dan inisiatif sendiri, mengadakan ikhtiar ke arah pemenuhan kebutuhan jangka pendek (dan panjang) yang dirasakan kelompok/masyarakat ini.

Sementara itu GBHN yang dituangkan dalam keputusan MPR No.

IV/MPR/1978 merumuskan partisipasi sebagai berikut, “ partisipasi aktif segenap masyarakat dalam pembangunan harus semakin luas dan merata baik dalam memikul beban maupun di dalam menerima kembali hasil pembangunan.”

E. Inbar dalam tulisannya “ The Chalenge of Adult Education for Social Partisipation “ dalam vierteljahresberichte No. 72, tahun 1978 menyebut demikian, “ partisipasi adalah proses yang individu-individu dan kelompok-kelompoknya dengan kekuatan yang sama saling mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan yang akan menularkan tindakan nyata pada masa yang akan datang.”

Dalam rumusan itu terkandung rumusan sebagai berikut: partisipasi adalah suatu proses dan bukan tindakan sekali jadi, diperlukan suatu struktur organisasi dan prosedur untuk memudahkan koordinasi tindakan. Individu atau kelompok yang berinteraksi itu memerlukan kekuasaan yang sama. Partisipasi adalah proses

interaksi,proses saling mempengaruhi.Interaksi yang terjadi berkisar pada soal pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil mempunyai dampak langsung, dan tindakan partisipasi bersifat konkret, dapat diindera dan selalu membawa sebab-akibat di masa mendatang.

Istilah partisipasi dan partisipatoris, menurut Mikkelsen dalam bukunya Isbandi (2008:106-107) biasanya digunakan di masyarakat dalam berbagai makna umum, seperti berikut.

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek ( pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespons berbagai proyek pembangunan 3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai otonomi untuk melakukan hal itu

4. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial proyek terhadap masyarakat

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, partisipasi masyarakat yang dimaksud di sini pada dasarnya adalah adanya keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.

Sebalinya,bila masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap perubahan yang direncanakan oleh pelaku perubahan (misalnya, pihak lembaga pemerintahan, LSM maupun sektor swasta), masyarakat cenderung akan menjadi lebih dependent (tergantung) pada pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus menerus maka ketergantungan masyarakat pada pelaku perubahan akan menjadi semakin meningkat. (Isbandi, 2008:110-111)

b. Alasan/Dasar untuk Adanya Partisipasi

Pemerintah didirikan untuk melayani kepentingan kesejahteraan umum, sehingga rakyat harus dilibatkan dalam dan didorong untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,termasuk di dalamnya rencana pembangunan desa yang bertujuan menyejahterakan masyarakat pedesaan. Dengan memahami sifat-sifat khusus dari suatu proyek pembangunan desa, program sedemikian mungkin tidak

akan berhasil, kecuali bila terdapat partisipasi masyarakat yang cukup kenyataan menunjukan bahwa terdapat banyak instansi yang tidak meneliti keadaan, apakah aspek-aspek dari program itu memiliki relevansi dengan kebutuhan pokok. Bila tidak ada, maka tidak akan dicapai kebutuhan pokok atau aspirasi yang ada.

Akibatnya adalah kegagalan, kerugian, dan kekecewaan.

Pemerintah sekalipun tidak dapat secara berhasil memenuhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan desa tersebut, bagiannya partisipasi masyarakat tetap diperlukan karena faktor ini merupakan sumber tenaga manusia terbesar dengan biaya yang sedikit. Bidang-bidang untuk partisipasi masyarakat itu di antaranya adalah proses perencanaan kegiatan, pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan dalam menikmati hasil program, dan terhadap menikmati hasil program.

c. Mekanisme yang Melancarkan Partisipasi Masyarakat

Bila memungkinkan pencapaian suara aklamasi di dalam proses pengambilan keputusan merupakan faktor yang ideal. Karena hal demikian menunjukan telah tercapainya keterlibatan yang bersifat menyeluruh dari masyarakat bersangkutan. Di tingkat desa, konsultasi sederhana mendahului suatu pertemuan “rembung desa” yang besar, sangat perlu diadakan. Tujuannya adalah supaya ada umpan balik yang maksimal serta mengumpulkan gagasan-gagasan dari masyarakat yang mungkin tidak dapat hadir dalam rapat desa yang besar itu.

Semua rencana pembangunan desa harus berorintasi pada kebutuhan masyarakat serta tidak melanggar peraturan dan prinsip-prinsip serta tujuan

negara. Fasilitator−yang umumnya bukan warga desa setempat−dilatih terlebih dahulu dalam hal keterampilan,tekhnik, dan pengetahuan tekhnologi pengembangan sumber daya manusia guna melancarkan partisipasi masyarakat secara maksimal.

Lebih banyak partisipasi masyarakat dapat dicapai bilamana rakyat diorganisasi menurut kepentingan dan tujuan kelompok, untuk itu komposisi pengambilan keputusan tingkat desa (LKMD) harus memasukan wakil-wakil dari semua kelompok itu.untuk memperjelas gambaran warga, sarana audio visual dan peragaan sangat diperlukan dalam setiap musyawarah. Suatu dialog untuk komunikasi dua arah merupakan suatu sarana yang idieal untuk menjamin terdapat partisipasi aktif.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Faktor-faktor itu antara lain: pendidikan, kemampuan membaca/menulis, kemiskinan, kedudukan sosial, dan tindakan kepercayaan terhadap diri sendiri.

Faktor lainnya adalah jenis pengintegrasian terhadap agama, kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi masyarakat yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan motivasi serta orgaanisasi masyarakat; tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedeesaan; dan tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam program pembangunan yang telah terjadi.

e. Faktor-Faktor Tidak Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat

Beberapa alasan yang menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi (Caayupan R.B, In Guzman P.L 1989).

1. Kekurangan dasar dan kekurangan dalam konsep dan kebijakan dalam pembangunan,termasuk dalam implementasinya

2. Kesalahan asumsi mengenai partisipasi masyarakat; masyarakat desa tidak dapat berpartisipasi dalam program pembangunan secara efektif karena mereka kekurangan kemampuan manejerial dasar untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dasar, memobilisasi sumber daya mereka, merencanakan aktivitas mereka dan sebagainya

3. Kekurangan atau ketiadaan strategi dan pendekatan yang efektif untuk menumbuhkan/mendatangkan partisipasi yang harusnya merupakan komponen yang terintegrasi dalam program pembangunan

4. Agen pembangunan kurang dilatih, jika tidak semua, dalam seni, menimbulkan partisipasi (konsep, metode, tekhnik) pembangunan desa 5. Banyaknya agen pemerintah yang menyampaikan paket pembangunan

kepada sasaran yang sama, yang seringkali menemukan tujuan berseberangan satu sama lain

6. Organisasi berorientasi pedesaan yang tumbuh bagi jamur, yang biasanya merupakan inisiatif pemerintah, dan banyak waktu membebani/memaksakan kehendaknya kepada masyarakat

7. Organisasi dan lembaga lokal terutama yang asli setempat tidak digunakan dan dikembangkan mekanisme partisipatif tetapi malah mengambil manfaat dari paket pembangunan top-to-bottom/siap-pakai yang didesain dan direncanakan oleh perencana teknokrat bagi orang yang bahkan tidak membutuhkan paket tersebut

8. Sebagai akibat langsung, struktur kekuasaan yang ada di daerah pedesaan melayani sebagian besar kebutuhan kebanyakkan kelompok elit

9. Agen pembangunan pada mesin birokratis keseluruhan , seringkali memasukkan dan mengorbankan kepentingan partisipasi masyarakat dalam mengejar hasil dan prestasi.

f. Sifat-Sifat Dan Ciri-Ciri Partisipasi Masyarakat

Partisipasi haruslah bersifat suka rela. Berbagai isu atau masalah haruslah disajikan dan dibicarakan secara jelas dan objektif. Kesempatan untuk berpartisipasi haruslah mendapat keterangan yang jelas dan memadai tentang setiap aspek dari program yang akan didiskusikan. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sektor. Ia harus bersifat dewasa, penuh arti, berkesinambungan, dan aktif.

Pada masa sekarang ini pelaksanaan “ peran serta masyarakat” masih sering dihubungkan dengan hanya kesediaan memberi sumbangan atau turut bekerja dalam sesuatu kegiatan. Bahkan, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa peran serta berarti kesediaan menyerahkan barang atau harta secara suka rela untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

g. Keuntungan Bila Peran Serta Masyarakat Diterapkan

Keuntungan bila peran serta masyarakat diterapkan yaitu terdapat kelancaran berbagai kegiatan dalam penelitian,perencanaan penentuan lokasi kegiatan serta implikasi lain tak terduga sesuai kepentingan kedua belah pihak−

perencana/pelaksana dan konsumen−dan sambutan masyarakat yang lebih menggairahkan. Kerjasama antar departemen/lembaga-lembaga pemerintahan dan eselon bawahannya menjadi lebih serasi atau harmonis. Masyarakat akan tetap lebih simpatik memberikan sambutannya terhadap karya pembangunan pemerintah. Juga akan bergairah untuk turut bertanggung jawab dalam arti yang luas guna memelihara sarana dan menjadikannya milik bersama. Berbagai bahaya yang telah dan dan akan timbul dapat diatasi secara lebih mudah dan lebih dini, dan beban biaya pembangunan yang harus dipikul pemerintah menjadi berkurang.

h. Aspek Hukum dan Sosial dalam Peran Serta Masyarakat

GBHN Bab V Penutup menyatakan bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila tergantung kepada partisipasi seluruh rakyat serta pada sikap mental,tekad dan semangat, ketaatan, dan disiplin para penyelenggara negara serta seluruh rakyat indonesia.

Untuk berhasilnya pembangunan maka merupakan suatu keharusan untuk memahami saluran-saluran hierarki di dalam masyarakat yang seharusnya ditempuh, jalur pertama yang harus ditempuh adalah Tingkat I (provinsi).

Undang – undang No.5/1974 pasal 79 menyatakan bahwa kepala daerah Tingkat I karena jabatannya adalah kepala Wilayah Propinsi atau Ibu Kota Negara.

Kepala Daerah Tingkat II karena jabatannya adalah Kepala Wilayah Kabupaten atau Kotamadya. Pasal 80 dari UU itu mengatakan mereka sebagai wakil pemerintahan dalam wilayahnya. Kedudukan sebagai koordinator pembangunan wilayahnya haruslah diartikan bahwa beliau diwajibkan mengetahui tentang segala kegiatan pembangunan yang berada di wilayahnya.

i. Metode dan Tekhnik Penerapan

Peran serta adalah suatu kegiatan yang bersifat kejiwaan atau psikologis, sedang aktivitas fisik merupakan akibat dari jiwa dan perasaan. Dengan demikian usaha untuk menumbuhkan/menimbulkan peran serta masyarakat merupakan suatu kegiatan psikologis dan untuk itu diperlukan metode tertentu, metode untuk perubahan pandangan, pendapat dan tingkah laku. Metode tersebut terdiri dari dua buah yaitu metode ko-ersi dan metode persuasi.

1) Metode ko-ersi

Metode ini ditujukan untuk memaksa seseorang/ sekelompok orang untuk melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu pendapat, atau pandangan atau tingkah laku tertentu, Metode ini sifatnya sanksional, bilamana tidak mengerjakan dapat dikenakan hukuman, Akibatnya timbul ketegangan dalam jiwa orang yang dipaksa. Karena dipaksa seseorang melakukan dengan tidak senang dan tidak rela.

Selama si Pemaksa masih ada di sekitar, atau masih mengawasi kita, pekerjaan memang dilakukan dan kemudian ketika ia tidak ada, pekerjaan yang dipaksa pun dihentikan. Seuatu yang dipaksakan itu hanya berlangsung temporer.

Tekhnik dalam metode itu antara lain hardikan/bentakan,ancaman, pemukulan, teror, perampokan, penodongan, pemerkosaan dan sejenisnya, yang tidak lain dapat menimbulkan rasa takut dan ketegangan jiwa.

2) Metode Persuasi

Persuasi adalah metode melakukan perubahan pandangan, pendapat, dan tingkah laku dengan melalui perasaan senang, gembira, suka rela, dan spontanitas. Pengertian dari metode ini adalah mengadakan perubahan pandangan, pendapat, tingkah laku melalui rayuan, ajakan, imbauan, meminta, menyerahkan dll.

Dengan kegiatan itu maka orang yang diajak/ dirayu/ diimbau akan merasakan bahwa ia butuhkan, dianggap penting, dihargai, sehingga menimbulkan rasa senang, simpati terhadap yang mengajaknya. Ia dengan senang hati dan suka rela serta spontan akan memenuhi permintaan tersebut. Sebab pada dasarnya setiap orang merasa dirinya penting dan berharga.

Dokumen terkait