• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH DI KANAL (STUDI KASUS MASYARAKAT SEKITAR PA BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH DI KANAL (STUDI KASUS MASYARAKAT SEKITAR PA BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PA’BAENG-BAENG KOTA MAKASSAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

ABDUL MALIKOLEH 105380 2170 11

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)
(3)
(4)

viii

“Janganlah mununda pekerjaan baik,sungguh kita termasuk orang-orang yang merugi”

“10% Hidup itu itu adalah apa yang terjadi pada diri kita dan 90% nya adalah apa tindakan kita selanjutnya”

“Kemenangan bukanlah segala-galanya, tapi perjuangan untuk menang adalah segala-galanya” (Vince Lombard).

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, keluargaku dan sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(5)

ix

Abdul Malik.2015. Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah di Kanal (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Pa’baeng-baeng Kota Makassar) Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Dibimbing oleh Hj. Syahribulan dan Hambali.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2015 di Kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai penyebab masyarakat membuang sampah di kanal dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan sampah di Kanal Jongaya Kelurahan Pa’baeng-baeng Kota Makassar.

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau arah kuantifikasi lainnya. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif yang ditekankan pada metode analisis kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerintah harus ikut berperan aktif agar dapat membangun kerja sama yang baik dengan masyarakat dan para petugas kebersihan dalam mencapai cita-cita Kota Makassar menjadi kota yang bersih dan sehat.

Kata Kunci: Partisipasi masyarakat, penanggulangan sampah.

(6)

x

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dengan judul “Partisipasi dalam Penanggulangan Sampah di Kanal ( Studi Kasus Masyarakat Sekitar Pa’beng-baeng Kota Makassar)”, sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Begitu pula shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, serta keluarga-Nya dan para sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang yang mengikuti beliau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini sungguh banyak permasalahan, kesukaran, serta hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat rahmat dan hidayah-Nya disertai usaha dan doa serta ikhtiar sehingga semua itu dapat dijalani dengan ikhlas dan tawadhu.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya serta salam penuh hormat dengan segenap cinta, Ananda haturkan kepada Ayahanda Ahmad Hanafi (almarhum) dan Ibunda Kadaria Kiung yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasan dalam mendidik dan mengiringi doa restu yang tulus demi tercapainya cita-cita. Segenap keluargaku yang selama ini telah memberikan dorongan, motivasi, dan

(7)

xi mengirimkan doa demi kesuksesanku.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dra. Hj.

Syahribulan, K, M.Pd. dan Drs. Hambali, S.Pd., M.Hum. pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini

Dan juga ucapan terima kasih kepada; Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. H. Nursalam, M.Si., ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Muhammad Akhir S.Pd., M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidkan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Kelurahan Pa’baeng-baeng Kota Makassar beserta jajarannya, dan masyarakat kelurahan Pa’baeng-baeng Kota Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga dari ayah dan ibu atas kasih sayangnya yang telah penuh kesabaran dan kasih memberikan bantuan baik moril maupun materi kepada penulis, dan senantiasa mendoakan

(8)

xii

yang selalu memberikan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

Sahabat-sahabatku terimah kasih yang tak terhingga atas persahabatan dan persaudaraan selama ini. Serta teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 D Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku. Tidak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih atas kebersamaan dan segala kebaikan teman-teman kost yang selalu hidup berdampingan apa adanya.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan berserah diri kepada Allah Swt, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan mudah-mudahan Allah Swt, berkenan membalas jasa-jasa setiap amal bakti hambanya. Amin.

Makassar, Oktober 2015

Penulis

(9)

xiii HALAMAN JUDUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

KARTU KONTROL BIMBINGAN... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

SURAT PERJANJIAN ... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii

ABSTRAK ……… ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Masyarakat ... 8

2. Konsep Dasar Partisipasi... 13

3. Sampah ... 24

4. Kanal ... 28

B. Landasan Teori. ... 31

C. Kerangka Konsep... 32

(10)

xiiii

A. Rancangan Penelitian... 34

B. Lokasi Penelitian... 34

C. Instrumen Penelitian... 35

D. Teknik Pengambilan Data... 35

E. Teknik Analisis Data... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan... 50

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 63 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi.

Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan dan di sekitar kota tersebut, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota yang menurut anggapan mereka kota menjanjikan masa depan yang lebih baik, menyebabkan tingkat arus urbanisasi semakin tinggi. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota maka akan menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan lingkungan.

Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan yang kurang baik. Sampah yang merupakan bagian sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun gangguan pada

(12)

lingkungan seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, menurunnya estetika dan sebagai pembawa penyakit. Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi.

Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu :

1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.

2. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.

(13)

3. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.

4. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.

5. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah, mengakibatkan masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas.

6. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.

7. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.

8. Manajemen sampah tidak efektif.

Selanjutnya masalah yang sering timbul dalam penanganan sampah adalah tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari sampah rumah tangga, pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Tingginya tingkat pencemaran tersebut sebagai akibat makin padatnya penduduk dan makin meningkatnya aktivitas manusia sehingga volume sampah yang ditimbulkan semakin meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah oleh karena volume sampah yang dapat diangkut dan dikelola tidak seimbang dengan volume produksi sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya mempunyai dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga sangat diperlukan sistem pengelolaan persampahan yang memadai. Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung yaitu aspek teknis,

(14)

kelembagaan, hukum atau peraturan, pembiayaan maupun peran serta masyarakat.

Demikian halnya yang terjadi di Kota Makassar sebagai kota metropolitan masalah persampahan masih merupakan masalah yang sangat kompleks. Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebersihan kota Makassar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar.

Adapun kegiatan organisasi dalam mencapai visi dan tujuannya ditentukan oleh faktor internal antara lain sumber daya manusia, biaya operasional, sarana dan prasarana, sistem dan prosedur serta teknologi. Sedangkan faktor eksternal antara lain koordinasi dengan organisasi lain, dukungan masyarakat dan faktor lingkungan lainnya. Kedua faktor ini saling terkait dan mendukung. Organisasi yang efektif adalah organisasi yang mempunyai orientasi dan proyeksi dalam mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah ditetapkan. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi efektivitasnya.

(15)

Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif . Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat .

Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan persampahan, pemerintah kota Makassar telah berupaya mewujudkan Makassar sebagai kota bersih dengan membentuk sebuah organisasi yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga kebersihan kota Makassar dengan upaya pengelolaan persampahan yang efektif dan efisien mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, hingga tahap pembuangan akhir.

Namun dengan melihat keadaan lingkungan di Kota Makassar saat ini, di beberapa wilayah tertentu mulai dari ruas jalan raya, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan perkantoran, sekolah-sekolah, sekitar pusat perbelanjaan (mall), pasar-pasar tradisional dan kanal, masih sering ditemukan sampah yang

(16)

menumpuk karena tidak terangkut setiap harinya. Tentunya keadaan ini menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, memperbesar timbulnya bahaya banjir pada saat musim hujan karena tersumbatnya saluran air / drainase kota serta dapat menjadi sumber penyakit.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berinisiatif untuk melakukan suatu penetilian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah di Kanal (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Pa’baeng-baeng Kota Makassar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor penyebab masyarakat membuang sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar ?

2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam penanggulangan sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuai faktor penyebab masyarakat membuang sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar ?

2. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penanggulangan sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar ?

(17)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, meliputi dua dimensi yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukkan atau perbandingan bagi yang berminat untuk meneliti topik pembahasan yang berkaitan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan sampah di kanal Pa’baeng-baeng

b. Sebagai bahan perbandingan terhadap apa yang didapat di bangku kuliah yang bersifat teori dengan pelaksanaannya

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam rangka terwujudnya Makassar menjadi kota yang bersih, sehat dan indah.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukkan yang cukup bermanfaat di dalam rangka memecahkan masalah lingkungan yang sedang kita hadapi.

(18)

8

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Masyarakat (society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan- hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli adalah :

1) Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2) Max Weber, Masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

3) Emile Durkheim, Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

(19)

4) Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.

5) Soerjono Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat terjadi proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder.

6) Abdul Syani (1987: 30) mengemukakan bahwa “Masyarakat adalah berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi”.

7) Menurut Hassan Shadily (1983: 31) “Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.

b. Ciri-Ciri Masyarakat

Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut : 1) Kumpulan orang.

2) Sudah terbentuk dengan lama.

3) Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri.

4) Memiliki kepercayaan ( nilai ), sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama.

5) Adanya kesinambungan dan pertahanan diri.

6) Memiliki kebudayaan.

(20)

c. Golongan Masyarakat

1) Masyarakat Tradisional. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.

2) Masyarakat Modern. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

3) Masyarakat Transisi. Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya.

(21)

Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri. Ciri-ciri masyarakat transisi adalah: adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.

d. Kriteria Masyarakat

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai masyarakat, yaitu:

1) Ada sistem tindakan utama.

2) Saling setia pada sistem tindakan utama.

3) Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4) Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.

e. Lembaga Kemasyarakatan

1) Pengertian Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-institution. Ada yang mempergunakan Istilah pranata- sosial, tetapi social-institution menunjukan pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Misalnya Koenjaraningrat mengatakan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan

(22)

yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan.

2) Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan a) Norma-norma Masyarakat

Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula- mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja, Namun lama kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.Misalnya, dahulu di dalam jual-beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan tetapi, lama kelamaan menjadi kkebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya, di mana sekaligus di tetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli atau penjual.

b) Sistem Pengendalian Sosial

Di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian sosial ( Social Control) sering kali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparaturnya.

Pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahandalam masyarakat. Atau suatu sistem pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan.

(23)

3) Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan

Gillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul general Features Of Social Institution, telah menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan dimana salah satunya ialah Suatu lembaga kemasyarakatan bercirikan organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.

2. Konsep Dasar Partisipasi a. Pengertian partisipasi

Berbicara tentang partisipasi, tentu akan kita dapati istilah-istilah lain yang merupakan sinonim darinya yaitu “keikutsertaan, keterlibatan dan partisipasi”.

Seorang ilmuwan bernama Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Humman Relation at Work memberikan pendapatnya tentang hal itu bahwa partisipasi dapat didefenisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seorang di dalam situasi kelompok yang mendorongya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha bersangkutan.

Dalam defenisi ini terdapat tiga unsur penting.pertama, partisipasi keikutsertaan/keterlibatan/peran serta sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata hanya keterlibatan secara jasmaniah. Unsur kedua adalah kesediaan memberi suatu sumbangan kepada usaha mencapai kelompok. Ini berarti terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. Unsur terakhir, adalah tanggung jawab. Unsur ini

(24)

merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota, yakni ada rasa “ ikut serta”.

Rumusan mengenai partisipasi menurut WHO dalam kaitannya dengan usaha melibatkan masyarakat desa adalah sebagai berikut : Partisipasi adalah pelibatan penduduk setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan mengenai pengembangan proyek atau pelaksanaannya. Empat unsur yang harus diperhatikan adalah pertama, pelibatan untuk turut dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, adanya pemberian sumbangan secara massal. Ketiga, adanya pelibatan untuk turut melakukan/mengadakan pengawasan.

Dibandingkan dengan rumusan Keith Davis, rumusan WHO memiliki beberapa kesamaan, di antaranya adanya unsur-unsur seperti turut mengambil keputusan, baik melalui pikiran dan perasaan; sementara sumbangan yang dimaksudkan adalah kontribusi kepada kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; dan turut serta mengenyam dalam hasil kenikmatan/manfaat, dan mengawasi usaha-usaha untuk mencapai tujuan,berarti pula ikut bertanggung jawab.

Dalam pelatihan kerja tentang partisipasi masyarakat pada 14 s.d. 20 November 1983 di jakarta, diselenggarakan oleh pusat pembangunan pedesaan untuk daerah asia dan pasifik, sekjen Departemen dalam negeri, Daryono SH, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, “ Adanya kalimat ‘ partisipasi ’ dalam pembangunan desa belum terlibat sepenuhnya.” Partisipasi dalam hal ini adalah keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, dan menentukan tujuan dan prioritas.

(25)

Dirjen pengembangan pedeasaan dalam pidatonya pada sebuah simposium Gotong Royong di Jakarta pada18 s.d. 19 Januari mengatakan, “ partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama dalam potensi yang hakiki dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pembangunan yang telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar bagi kelangsungan pembangunan nasional.” Sementara itu kata swadaya itu diberi arti sebagai kemampuan dari masyarakat/kelompok dengan kesadaran dan inisiatif sendiri, mengadakan ikhtiar ke arah pemenuhan kebutuhan jangka pendek (dan panjang) yang dirasakan kelompok/masyarakat ini.

Sementara itu GBHN yang dituangkan dalam keputusan MPR No.

IV/MPR/1978 merumuskan partisipasi sebagai berikut, “ partisipasi aktif segenap masyarakat dalam pembangunan harus semakin luas dan merata baik dalam memikul beban maupun di dalam menerima kembali hasil pembangunan.”

E. Inbar dalam tulisannya “ The Chalenge of Adult Education for Social Partisipation “ dalam vierteljahresberichte No. 72, tahun 1978 menyebut demikian, “ partisipasi adalah proses yang individu-individu dan kelompok- kelompoknya dengan kekuatan yang sama saling mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan yang akan menularkan tindakan nyata pada masa yang akan datang.”

Dalam rumusan itu terkandung rumusan sebagai berikut: partisipasi adalah suatu proses dan bukan tindakan sekali jadi, diperlukan suatu struktur organisasi dan prosedur untuk memudahkan koordinasi tindakan. Individu atau kelompok yang berinteraksi itu memerlukan kekuasaan yang sama. Partisipasi adalah proses

(26)

interaksi,proses saling mempengaruhi.Interaksi yang terjadi berkisar pada soal pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil mempunyai dampak langsung, dan tindakan partisipasi bersifat konkret, dapat diindera dan selalu membawa sebab-akibat di masa mendatang.

Istilah partisipasi dan partisipatoris, menurut Mikkelsen dalam bukunya Isbandi (2008:106-107) biasanya digunakan di masyarakat dalam berbagai makna umum, seperti berikut.

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek ( pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespons berbagai proyek pembangunan 3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai otonomi untuk melakukan hal itu

4. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial proyek terhadap masyarakat

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat

(27)

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, partisipasi masyarakat yang dimaksud di sini pada dasarnya adalah adanya keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.

Sebalinya,bila masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap perubahan yang direncanakan oleh pelaku perubahan (misalnya, pihak lembaga pemerintahan, LSM maupun sektor swasta), masyarakat cenderung akan menjadi lebih dependent (tergantung) pada pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus menerus maka ketergantungan masyarakat pada pelaku perubahan akan menjadi semakin meningkat. (Isbandi, 2008:110-111)

b. Alasan/Dasar untuk Adanya Partisipasi

Pemerintah didirikan untuk melayani kepentingan kesejahteraan umum, sehingga rakyat harus dilibatkan dalam dan didorong untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,termasuk di dalamnya rencana pembangunan desa yang bertujuan menyejahterakan masyarakat pedesaan. Dengan memahami sifat-sifat khusus dari suatu proyek pembangunan desa, program sedemikian mungkin tidak

(28)

akan berhasil, kecuali bila terdapat partisipasi masyarakat yang cukup kenyataan menunjukan bahwa terdapat banyak instansi yang tidak meneliti keadaan, apakah aspek-aspek dari program itu memiliki relevansi dengan kebutuhan pokok. Bila tidak ada, maka tidak akan dicapai kebutuhan pokok atau aspirasi yang ada.

Akibatnya adalah kegagalan, kerugian, dan kekecewaan.

Pemerintah sekalipun tidak dapat secara berhasil memenuhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan desa tersebut, bagiannya partisipasi masyarakat tetap diperlukan karena faktor ini merupakan sumber tenaga manusia terbesar dengan biaya yang sedikit. Bidang-bidang untuk partisipasi masyarakat itu di antaranya adalah proses perencanaan kegiatan, pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan dalam menikmati hasil program, dan terhadap menikmati hasil program.

c. Mekanisme yang Melancarkan Partisipasi Masyarakat

Bila memungkinkan pencapaian suara aklamasi di dalam proses pengambilan keputusan merupakan faktor yang ideal. Karena hal demikian menunjukan telah tercapainya keterlibatan yang bersifat menyeluruh dari masyarakat bersangkutan. Di tingkat desa, konsultasi sederhana mendahului suatu pertemuan “rembung desa” yang besar, sangat perlu diadakan. Tujuannya adalah supaya ada umpan balik yang maksimal serta mengumpulkan gagasan- gagasan dari masyarakat yang mungkin tidak dapat hadir dalam rapat desa yang besar itu.

Semua rencana pembangunan desa harus berorintasi pada kebutuhan masyarakat serta tidak melanggar peraturan dan prinsip-prinsip serta tujuan

(29)

negara. Fasilitator−yang umumnya bukan warga desa setempat−dilatih terlebih dahulu dalam hal keterampilan,tekhnik, dan pengetahuan tekhnologi pengembangan sumber daya manusia guna melancarkan partisipasi masyarakat secara maksimal.

Lebih banyak partisipasi masyarakat dapat dicapai bilamana rakyat diorganisasi menurut kepentingan dan tujuan kelompok, untuk itu komposisi pengambilan keputusan tingkat desa (LKMD) harus memasukan wakil-wakil dari semua kelompok itu.untuk memperjelas gambaran warga, sarana audio visual dan peragaan sangat diperlukan dalam setiap musyawarah. Suatu dialog untuk komunikasi dua arah merupakan suatu sarana yang idieal untuk menjamin terdapat partisipasi aktif.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Faktor-faktor itu antara lain: pendidikan, kemampuan membaca/menulis, kemiskinan, kedudukan sosial, dan tindakan kepercayaan terhadap diri sendiri.

Faktor lainnya adalah jenis pengintegrasian terhadap agama, kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi masyarakat yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan motivasi serta orgaanisasi masyarakat; tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedeesaan; dan tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam program pembangunan yang telah terjadi.

e. Faktor-Faktor Tidak Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat

Beberapa alasan yang menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi (Caayupan R.B, In Guzman P.L 1989).

(30)

1. Kekurangan dasar dan kekurangan dalam konsep dan kebijakan dalam pembangunan,termasuk dalam implementasinya

2. Kesalahan asumsi mengenai partisipasi masyarakat; masyarakat desa tidak dapat berpartisipasi dalam program pembangunan secara efektif karena mereka kekurangan kemampuan manejerial dasar untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dasar, memobilisasi sumber daya mereka, merencanakan aktivitas mereka dan sebagainya

3. Kekurangan atau ketiadaan strategi dan pendekatan yang efektif untuk menumbuhkan/mendatangkan partisipasi yang harusnya merupakan komponen yang terintegrasi dalam program pembangunan

4. Agen pembangunan kurang dilatih, jika tidak semua, dalam seni, menimbulkan partisipasi (konsep, metode, tekhnik) pembangunan desa 5. Banyaknya agen pemerintah yang menyampaikan paket pembangunan

kepada sasaran yang sama, yang seringkali menemukan tujuan berseberangan satu sama lain

6. Organisasi berorientasi pedesaan yang tumbuh bagi jamur, yang biasanya merupakan inisiatif pemerintah, dan banyak waktu membebani/memaksakan kehendaknya kepada masyarakat

7. Organisasi dan lembaga lokal terutama yang asli setempat tidak digunakan dan dikembangkan mekanisme partisipatif tetapi malah mengambil manfaat dari paket pembangunan top-to-bottom/siap-pakai yang didesain dan direncanakan oleh perencana teknokrat bagi orang yang bahkan tidak membutuhkan paket tersebut

(31)

8. Sebagai akibat langsung, struktur kekuasaan yang ada di daerah pedesaan melayani sebagian besar kebutuhan kebanyakkan kelompok elit

9. Agen pembangunan pada mesin birokratis keseluruhan , seringkali memasukkan dan mengorbankan kepentingan partisipasi masyarakat dalam mengejar hasil dan prestasi.

f. Sifat-Sifat Dan Ciri-Ciri Partisipasi Masyarakat

Partisipasi haruslah bersifat suka rela. Berbagai isu atau masalah haruslah disajikan dan dibicarakan secara jelas dan objektif. Kesempatan untuk berpartisipasi haruslah mendapat keterangan yang jelas dan memadai tentang setiap aspek dari program yang akan didiskusikan. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sektor. Ia harus bersifat dewasa, penuh arti, berkesinambungan, dan aktif.

Pada masa sekarang ini pelaksanaan “ peran serta masyarakat” masih sering dihubungkan dengan hanya kesediaan memberi sumbangan atau turut bekerja dalam sesuatu kegiatan. Bahkan, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa peran serta berarti kesediaan menyerahkan barang atau harta secara suka rela untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

g. Keuntungan Bila Peran Serta Masyarakat Diterapkan

Keuntungan bila peran serta masyarakat diterapkan yaitu terdapat kelancaran berbagai kegiatan dalam penelitian,perencanaan penentuan lokasi kegiatan serta implikasi lain tak terduga sesuai kepentingan kedua belah pihak−

(32)

perencana/pelaksana dan konsumen−dan sambutan masyarakat yang lebih menggairahkan. Kerjasama antar departemen/lembaga-lembaga pemerintahan dan eselon bawahannya menjadi lebih serasi atau harmonis. Masyarakat akan tetap lebih simpatik memberikan sambutannya terhadap karya pembangunan pemerintah. Juga akan bergairah untuk turut bertanggung jawab dalam arti yang luas guna memelihara sarana dan menjadikannya milik bersama. Berbagai bahaya yang telah dan dan akan timbul dapat diatasi secara lebih mudah dan lebih dini, dan beban biaya pembangunan yang harus dipikul pemerintah menjadi berkurang.

h. Aspek Hukum dan Sosial dalam Peran Serta Masyarakat

GBHN Bab V Penutup menyatakan bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila tergantung kepada partisipasi seluruh rakyat serta pada sikap mental,tekad dan semangat, ketaatan, dan disiplin para penyelenggara negara serta seluruh rakyat indonesia.

Untuk berhasilnya pembangunan maka merupakan suatu keharusan untuk memahami saluran-saluran hierarki di dalam masyarakat yang seharusnya ditempuh, jalur pertama yang harus ditempuh adalah Tingkat I (provinsi).

Undang – undang No.5/1974 pasal 79 menyatakan bahwa kepala daerah Tingkat I karena jabatannya adalah kepala Wilayah Propinsi atau Ibu Kota Negara.

Kepala Daerah Tingkat II karena jabatannya adalah Kepala Wilayah Kabupaten atau Kotamadya. Pasal 80 dari UU itu mengatakan mereka sebagai wakil pemerintahan dalam wilayahnya. Kedudukan sebagai koordinator pembangunan wilayahnya haruslah diartikan bahwa beliau diwajibkan mengetahui tentang segala kegiatan pembangunan yang berada di wilayahnya.

(33)

i. Metode dan Tekhnik Penerapan

Peran serta adalah suatu kegiatan yang bersifat kejiwaan atau psikologis, sedang aktivitas fisik merupakan akibat dari jiwa dan perasaan. Dengan demikian usaha untuk menumbuhkan/menimbulkan peran serta masyarakat merupakan suatu kegiatan psikologis dan untuk itu diperlukan metode tertentu, metode untuk perubahan pandangan, pendapat dan tingkah laku. Metode tersebut terdiri dari dua buah yaitu metode ko-ersi dan metode persuasi.

1) Metode ko-ersi

Metode ini ditujukan untuk memaksa seseorang/ sekelompok orang untuk melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu pendapat, atau pandangan atau tingkah laku tertentu, Metode ini sifatnya sanksional, bilamana tidak mengerjakan dapat dikenakan hukuman, Akibatnya timbul ketegangan dalam jiwa orang yang dipaksa. Karena dipaksa seseorang melakukan dengan tidak senang dan tidak rela.

Selama si Pemaksa masih ada di sekitar, atau masih mengawasi kita, pekerjaan memang dilakukan dan kemudian ketika ia tidak ada, pekerjaan yang dipaksa pun dihentikan. Seuatu yang dipaksakan itu hanya berlangsung temporer.

Tekhnik dalam metode itu antara lain hardikan/bentakan,ancaman, pemukulan, teror, perampokan, penodongan, pemerkosaan dan sejenisnya, yang tidak lain dapat menimbulkan rasa takut dan ketegangan jiwa.

(34)

2) Metode Persuasi

Persuasi adalah metode melakukan perubahan pandangan, pendapat, dan tingkah laku dengan melalui perasaan senang, gembira, suka rela, dan spontanitas. Pengertian dari metode ini adalah mengadakan perubahan pandangan, pendapat, tingkah laku melalui rayuan, ajakan, imbauan, meminta, menyerahkan dll.

Dengan kegiatan itu maka orang yang diajak/ dirayu/ diimbau akan merasakan bahwa ia butuhkan, dianggap penting, dihargai, sehingga menimbulkan rasa senang, simpati terhadap yang mengajaknya. Ia dengan senang hati dan suka rela serta spontan akan memenuhi permintaan tersebut. Sebab pada dasarnya setiap orang merasa dirinya penting dan berharga.

3. Sampah

a. Pengertian Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang

(35)

dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).

b. Jenis dan Karakteristik Sampah 1) Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya sampah terdiri dari : 1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan

plastik.

2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya

b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu 2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas c. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging 2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)

(36)

2) Karakteristik Sampah

a) Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

b) Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor- kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.

c) Ashes (abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri.

d) “Street sweeping” (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.

e) “Dead animal” (bangkai binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.

f) Houshold refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.

g) Abandonded vehicles (bangkai kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api.

h) Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi.

i) Demolition wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

j) Construction wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

(37)

k) Sewage solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.

l) Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

3) Sumber-Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut

a) Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur, 1995) .

b) Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan.

Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa- sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan

(38)

kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain.

Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

d) Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

e) Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan- bahan makan yang telah membusuk, pembasmi serangga tanaman (Chandra: 2007).

4. Kanal

Kanal atau umumnya disebut dengan terusan (terusan kapal) merupakan jalur air buatan manusia. Kanal terdiri dari dua macam, yaitu kanal yang hanya digunakan untuk mengarahkan dan mengalirkan air saja dan satunya adalah kanal yang merupakan jalur transportasi yang dapat di navigasi, digunakan untuk angkutan barang dan orang, seringkali terhubung dengan sungai, laut dan danau.

(39)

Kanal adalah sebuah kata yang penuh imajinasi tentang keindahan dan menjadi icon kebanggaan suatu kota yang airnya jernih, tepi kanal dipenuhi rumput hijau atau bunga-bungaan, ada bangku di bawah pepohonan yang teduh.

(Anonim 2006, 23 April 2009). Selain itu, kanal dapat diartikan sebagai terusan yang berfungsi sebagai wadah untuk menyalurkan genangan air atau banjir di suatu wilayah.

Kanal juga disebut sebagai Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase dapat di definisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan / lahan, sehingga fungsi kawasan / lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.

Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.

(40)

Drainase sering direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan yang penting, atau paling tidak dianggap kecil dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pengendalian banjir. Padahal pekerjaan darainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, biasa jadi memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir.

Secara fungsional sulit memisahkan secara jelas antara sistem drainase dan pengendalian banjir, namun secara praktis dapat dikatakan bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur-alur besar atau sungai. Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada, dengan sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air.

Kenyaataannya kanal/drainase di Makassar tercemar karena limbah padat dan limbah cair perkotaan (limbah domestik) sehingga sangat sulit membersihkannya. Kalau hanya limbah padat kerahkan puluhan excavator dan truk pengeruk kanal, dalam sehari kanal-kanal kota Makassar akan bersih. Tapi bersihkah kanal dengan mengeruk limbah padatnya? Tidak demikian, karena kanal di kota Makassar adalah terminal akhir seluruh sistem jaringan selokan kota Makassar, meski dikeruk dalam beberapa hari kanal menjadi tercemar lagi karena air selokan yang merupakan air limbah domestik dari semua rumah di Makassar tetap masuk ke kanal dan dalam tempo beberapa hari air kanal berangsur lagi ditumbuhi jamur, lumut, sehingga berwarna pekat, berbau, terbentuk lendir,

(41)

endapan, buih dan sebagainya akibat reaksi fisika-kimia maupun biologis polutan yang ada di dalam air limbah domestik

.

B. Landasan Teori

Kota Makassar sebagai kota metropolitan masalah persampahan masih merupakan masalah yang sangat kompleks. Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebersihan kota Makassar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar.

Berbicara tentang kebersihan kota makassar, maka penulis mengemukakan teori pembangunan Midgley (Isbandi 2008 :51). Menurut Midgley, pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan,dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, landasan teori ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada penulis untuk menganalisis partisispasi masyarakat dalam penanggulangan sampah di kanal ( studi kasus masyarakat sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar ).

(42)

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dirumuskan kerangka pikir sebagai dasar dalam penelitian ini. Adapun kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut :

.

Gambar 1. Diagram kerangka pikir Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah di Kanal (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Pa’baeng-baeng).

Berdasarkan kerangka pikir di atas, partisipasi /keikut sertaan/ keterlibatan /peran serta sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata hanya keterlibatan secara jasmaniah. Kesediaan memberi suatu sumbangan kepada usaha mencapai kelompok. Ini berarti terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. Lebih lanjut merupakan rasa tanggung jawab. Unsur ini merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota, yakni ada rasa “ ikut serta”.

Partisipasi Masyarakat

Penanggulangan Sampah

Lingkungan Terpelihara Teori “Pembangunan”

(43)

Kemudian sebagai wujud dari rasa tanggung jawab dalam bentuk partisipasi masyarakat secara kolektif adalah penanggulangan sampah yang berada pada kanal di sekitar Pa’baeng-baeng. Sebagai hasil daripada partisipasi masyarakat dalam penanggulangan sampah tersebut, maka akan tercipta lingkungan yang sehat bagi masyarakat di Kelurahan Pa’baeng-baeng kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(44)

34

METODE PENELITIAN

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis (Husaini Usman dan Setiady Akbar, 2004: 42). Metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif. Pendekatan deskriptif eksploratif dimaksudkan untuk penjelajahan di lapangan dan klarifikasi (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan hubungan antar variabel yang ada.

Oleh karena itu pada suatu pendekatan deskriptif eksploratif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis (Faisal, 2005: 20).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kaulitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau arah kuantifikasi lainnya. Penelitian yang mereka teliti sangat rinci dibentuk dengan kata-kata (Moleong, 2006). Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna, suatu peristiwa, interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Kota Makassar, karena lokasi ini sangat tepat untuk mendapatkan data

(45)

yang diinginkan oleh peneliti. Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yaitu mulai dari bulan Juli sampai dengan september 2015.

C. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian yang menjadi sumber datanya adalah tokoh masyarakat dan masyarakat setempat sekitar kanal Pa’baeng-baeng sebanyak 10 orang, di Kelurahan Pa’baeng-baeng kecamatan Tamalate Kota Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau berupa angka (Arikunto, 2002: 96). Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut subjek, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan penelitian, baik pertanyaan tertulis atau lisan (Arikunto, 1986: 102). Sumber data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder merupakan data yang berbentuk dokumen- dokumen atau arsip-arsip penting yang diperoleh melalui dinas-dinas tertentu seperti, buku-buku, majalah, koran, dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian.

Dalam kegiatan penelitian, tentunya diperlukan suatu cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang biasa disebut “Metode Pengumpulan

(46)

Data” yaitu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi (pengamatan) yaitu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara sengaja dan sistematika melalui pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti (Hadi, 1991: 136). Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 145), observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.

Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif dilakukan terhadap situasi sebenarnya yang wajar tanpa disiapkan, dirubah atau bahkan diadakan khusus untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode partisipasi dimana peneliti menjadi bagian dari kelompok yang diteliti, karena peneliti langsung berfungsi sebagai aktor.

2. Wawancara

Menurut M. Ali (1989: 83), interview adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Menurut Lexy J.

Moleong (1991: 135), interview adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview)

(47)

yaitu yang memberikan jawaban. Data diambil dengan menggunakan instrumen wawancara mendalam yang dibantu dengan alat rekam yaitu handphone.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka perlu ada proses pemilihan data dan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan cakap sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif. Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu referensi.

Batasan lain mengungkapkan bahwa analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide (Moleong, 2000: 103). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif yang ditekankan pada metode analisis kualitatif.

(48)

38

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum Obyek Penelitian a. Keadaan Geografis

a) Letak Geografis Kota Makassar

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang pesat. Pada abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota terbesar di Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar berdasarkan catatan sejarah, dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor. Pertama, adalah letak strategis Kota Makassar pada bentangan Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar dalam menerima berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasional, sehingga mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkikan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu mensuplai kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan.

Pesatnya perkembangan Kota Makassar ternyata masih meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan jika makassar

(49)

berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika kemudian mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan untuk dapat selalu mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar yang secara formal ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 1999.

Secara Geografis, Kota Makassar berada pada kordinat 119 derajat Bujur Timur dan 5,8 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat. Luas wilayah seluruhnya 175,77 km2 daratan termasuk 11 pulau di selat Makassar dan luas wilayah perairan sekitar 100 km2. Kota Makassar terbagi 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan, berbatasan dengan Kabupaten Pangkep di sebelah utara, kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Gowa di sebelah selatan, dan Selat Makassar di sebelah barat. Dari gambaran selintas, memberi penjelasan bahwa secara geografis makassar sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik.

Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. Selama ini akan makro pemerintah seolah-olah menjadikan Kota Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft Kawasan Timur Indonesia, membuat Kota Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Dengan mengembangkan Kota Makassar sekaligus akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian, dari sisi pengembangan Kota Makassar sekaligus menjadi jalur dan

(50)

simpul perekat yang strategis hubungan antara Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia.

Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim hujan terjadi pada bulan December - April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Oktober.

Curah hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata 144 hari per tahun. Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara berkisar antara 74 persen – 84 persen, suhu udara antara 24.50C – 31,80C.

Berdasarkan keadaan litologi, topografi, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung.

b) Letak Geografis Kecamatan Tamalate

Kecamatan Tamalate merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kota Makassar. Kecamatan Tamalate mempunyai batas-batas, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mamajang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar, sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Kecamatan Tamalate terdiri dari 10 Kelurahan dengan luas wilayah 20.21 km². dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Barombong memiliki wilayah terluas, yaitu 7,34 km², terluas kedua adalah kelurahan tanjung merdeka dengan luas wilayah 3,37 km², sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Bungaya yaitu 0,29 km².

(51)

Ada 3 kelurahan yang terletak di daerah pantai, yaitu kelurahan Barombong, Tanjung Merdeka, dan Maccini Sombala. Selanjutnya 7 kelurahan lainnya yang merupakan daerah bukan pantai. Kemudian 2 kelurahan yaitu Barombong dan tanjung merdeka merupakan daerah perkotaan.

Tabel I : Letak dan status kelurahan di kecamatan tamalate

Sumber: kecamatan Tamalate dalam Angka 2012 c) Letak Geografis Kelurahan Pa’baeng-baeng

Kelurahan Pa’baeng-baeng merupakan bagian dari kecamatan tamalate kota Makassar dengan Luas Wilayah 54,90 Ha, dengan batas administrasi sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Banta-bantaeng dan kelurahan bonto lebang

 Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan parantambung dan kelurahan jongaya

 Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan manuruki

Desa/Kelurahan Letak Kelurahan Status Daerah

Pantai Bukan

pantai Kota Desa

Barombong  - - 

Tanjung merdeka  - - 

Macini Sombala  --

Balang Baru -   -

Jongaya -   -

Bungaya --

Pa’baeng-baeng -   -

Mannuruki -   -

Parang Tambung -   -

Mangasa -   -

Kecamatan 3 7 8 2

(52)

 Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan bongaya.

b. Kependudukan

Pada tahun 2015,Kelurahan Pa’baeng-baeng kepadatan penduduk tercatat sebanyak 22.10 jiwa yang terdiri dari 8.988 laki-laki dan 8.996 perempuan Dan jumlah kepala keluarga sebanyak 4.158.

kepadatan penduduk kelurahan pa’baeng-baeng berdasarkan agama didominasi oleh umat islam 91,8%, protestan 4,3 %,katolik 2,8%,Budha 0,6%, Hindu 0,6 %. Sedangkan kepadatan penduduk berdasarkan mata pencaharian kelurahan Pa’baeng-beng mayoritas buruh/swasta dan pegawai negeri (Buruh/swasta, PNS dan TNI/POLRI).

c. Kondisi Sosial Budaya

Penduduk Kelurahan Pa’beng-baeng adalah masyarakat yang majemuk dilihat dari agama dan keyakinan yang mereka anut. Berdasarkan hasil sensus penduduk menunjukkan penduduk kelurahan Pa’baeng-baeng beragama Islam sebesar 91,8% persen, Protestan 4,3% persen, Katolik 2,8% persen, Budha 0,6%

persen, Hindu 0,6% persen. Selain keanekaragaman latar belakang agama, penduduk kelurahan Pa’baeng-baeng juga mempunyai keanekaragaman latar belakang suku bangsa dan budaya, yaitu suku Makassar, suku bugis, suku Mandar, suku toraja, dan lain lain.

Dalam kemajemukan sosial budaya, masyarakat kelurahan Pa’baeng-baeng diharapkan pada arus informasi yang sangat deras yang kemudian nilai-nilai baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(53)

2. Faktor penyebab masyarakat membuang sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar

Masalah pembangunan tidak lepas dari permasalahan lingkungan hidup untuk itu perlu adanya penanganan yang serius. Penataan lingkungan yang tidak baik dan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak teratur berakibat timbulnya berbagai masalah seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainya.

Sedangkan penataan lingkungan yang baik akan menghasilkan lingkungan yang bersih, teratur dan bisa meningkatkan pelestarian lingkungan itu sendiri. Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat dalam memelihara lingkungan sekitarnya yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan disekitarnya. Untuk membangun lingkungan perkotaan yang sesuai dengan keinginan tersebut perlu pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Menurut Pasal 28 Ayat 1 Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, yang berbunyi “Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan pemerintah dan/atau pemerintah daerah.” itu artinya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik sehat, bersih dan rapi. dalam hal pemeliharaan lingkungan hidup ada beberapa yang sangat diperlukan yaitu:

Pertama kesadaran masyarakat, Berbagai alasan bahwa kebijakan yang telah di buat sudah menginterpretasi individu tentang adanya kesadaran , tetapi fakta yang ada kesadaran itu tidak di dapatkan oleh individu-individu maupun masyarakatnya dalam menjalankan kebersihan. Sebagaimana yang kita ketahui

(54)

bahwa kesadaranlah hal yang terpenting dalam perubahan karena tanpa kesadaran semuanya itu hanya omong kosong belaka. Berikut merupakan penuturan dari beberapa informan berdasarkan hasil wawancara terhadap faktor penyebab masyarakat membuang sampah di kanal sekitar Pa’baeng-baeng kota Makassar, seperti yang diutarakan oleh informan : Abdul Hasan (49) tahun yang menyatakan :

“Kan biasa orang cari praktisnya kalau tidak mau repot ke tempat sampah langsung saja melempar ke kanal dan tidak ada anu kesadarannya. Ada penjual juga yang tinggal di sekitar kanal biasa di bungkus lalu di buang ke kanal apalagi dia nda mau repot karena masih kurang kesadarannya” (wawancara, 22 Agustus,2015).

Senada dengan apa yang disampaikan oleh informan Abdul Hasan di atas, informan abdul majid (66) tahun juga menyampaikan seperti di bawah ini:

“Yang menyebabkan sampah di kanal yaitu orang-orang lewat dengan tenteng kantongannya lalu di buang di kanal” (wawancara,01 september 2015).

Selain kurangnya kesadaran masyarakat bapak Abdul Majid juga menambahkan faktor penyebab sampah di kanal Berasal dari pemukiman penduduk.

“Ada juga dari selokan pemukiman berupa sampah organic seperti teh gelas yang di minum anak-anak dan di buang tidak pada tempat sampah”

(wawancara,01 September 2015).

Begitupula ungkapan Ibu Murni S.Pd,M.Pd. (32) tahun salah seorang guru SD sekaligus pedagang rempah-rempah.

“Kalau pedagang di sini tidak membuang sampah di kanal tapi membuang sampah di masing-masing tempatnya terus di ambil sama tenaga kebersihan, cuman itu sampah datangnya dari sampah masyarakat,inikan airnya mengalir, jadi sampah kiriman bukan dari sampah pedagang” ( wawancara 25 Agustus 2015).

Gambar

Gambar 1. Diagram kerangka pikir Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah di Kanal (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Pa’baeng-baeng).
Tabel I : Letak dan status kelurahan di kecamatan tamalate

Referensi

Dokumen terkait

mengenai penanganan sampah di Kota Semarang agar dapat menyadarkan masyarakat pentingnya membuang sampah serta tidak membuang sampah secara sembarangan yang akan

Papan larangan membuang sampah sembarangan merupakan reaksi atas budaya masyarakat dalam membuang sampah secara sembarangan. Masyarakat di sekitar lokasi atau area tempat

Penumpukan sampah di sepanjang kanal makin menguatkan perilaku masyarakat membuang sampah di kanal. Kawasan Kelurahan Bontorannu memiliki beberapa potensi yang dapat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Kalidoni Kota Palembang

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE

sedangkan faktor eksternal yakni faktor yang datang di luar Bank Sampah Kekait Berseri yakni kesadaran masyarakat masih rendah untuk memilah sampah plastik dan sampah organik, kesadaran

Program “Sampah Merdeka” adalah usaha pemerintah Desa Pulau Beringin dalam meningkatakan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan bisa terbebas dari sampah yang

Hal ini diperburuk dengan kurang memadainya tempat dan lokasi pembuangan sampah, kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah, masih kurangnya