• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Pengetahuan

Dalam dokumen GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERI (Halaman 31-39)

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh darimata dan telinga. Pengetahuan dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawati. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Hastutik, 2011:2).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yang meliputi : 2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 2.1.2.3 Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.1.2.4 Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

2.1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penelitian itu didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau di ukur dapat di sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang ada di atas (Hastutik, 2011:3).

Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, pembagian kriteria pengukuran data di bagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

1. Pengetahuan baik : jika didapat hasil >75% 2. Pengetahuan cukup : jika didapat hasil 60%-75% 3. Pengetahuan kurang : jika didapat hasil <60% 2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja : 2.1.4.1 Faktor Remaja

- Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampun penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Hastutik, 2011:3-4).

- Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi ialah faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi

seseorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah berbagai informasi tentang perilaku seksual yang sehat secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan remaja tentang perilaku seksual yang sehat (Hastutik, 2011:4).

- Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang dapat mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang sehat (Hastutik, 2011:3-4).

- Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada

pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual yang sehat (Notoadmodjo, 2007:95).

- Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahauan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upayauntuk memperoleh pengetahauan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (Hastutik, 2011:3-4).

2.1.4.2 Faktor Orang Tua (ibu)

Menurut Sarwono (2010), seorang ibu wajib mendidik anak remajanya dengan baik yang dapat didasari dari tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Menurut Santrock (2007:262), faktor orang tua khususnya ibu yang mampu mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat. Dalam keluarga ibu banyak bertanggung jawab dalam pendidikan anak di banding ayah dan penentuan peran seks lebih banyak dilakukan oleh ibu karena hubungan ibu dengan anak lebih dekat, hal ini mendorong anak lebih mudah di pengaruhi oleh ibu dari pada ayah (Hurlock, 2005).

Faktor orang tua (ibu), yaitu : - Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remajanya (Hurlock, 1999 : 61).

- Tingkat Pendidikan

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku remajanya. Dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3).

- Pekerjaan

Tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga dan tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, karena kodrat ibu yang telah digariskan oleh Tuhan YME bahwa tugas mulia seorang ibu adalah membesaran anak. Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang tidak sehat (Indarsita, 2007:3).

- Intelegensi

Intelegensi yang dimiliki seorang ibu mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta cara-cara dalam mengambil keputusan. Ibu yang memiliki kemampuan intelegensi yang lebih tinggi akan banyak berpartisipasi serta lebih cepat dan tepat dalam proses pengambilan keputusan tentang perilaku seksual pada remaja (Latipun, 2005:233).

- Status Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan

pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2.1.4.3 Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikirnya (Hastutik, 2011:4). 2.1.4.4 Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki seseorang (Hastutik, 2011:3-4).

2.2 Konsep Dasar Remaja

Dalam dokumen GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERI (Halaman 31-39)

Dokumen terkait