• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN

PEKERJAAN IBU DI DESA KEDUNGKENDO, CANDI SIDOARJO

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ARINASARI EKA PRATIWI NIM : 2010.1080

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG - SIDOARJO

(2)
(3)

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN

PEKERJAAN IBU DI DESA KEDUNGKENDO, CANDI SIDOARJO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang - Sidoarjo

OLEH :

ARINASARI EKA PRATIWI NIM 2010.1080

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG – SIDOARJO

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Oleh : ARINASARI EKA PRATIWI

Judul : GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DI DESA KEDUNGKENDO, CANDI SIDOARJO

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal : 10 Oktober 2013

Menyetujui : Pembimbing

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah di Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo

tanggal: 10 Oktober 2013

Tim Penguji:

Penguji I : Agus Salim, S. Pd., M. Psi ( )

Penguji II : Yanik Purwanti, M. Keb. ( )

Mengetahui: Direktur

Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo

(6)

MOTTO

I AM NOT CLEVER BUT I HAVE STRONG

DESIRE TO MASTER IT

PERSEMBAHAN

Karyaku ini ku persembahkan Kepada :

Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan s

emangat, do’a dan kasih

sayang buat naa sampai naa bisa jadi seperti sekarang

apapun yang

terjadi naa selalu sayang Mama Papa

Haidar Abdillah

“my bear”

yang selalu memberikan dukungan, semangat,

do’a dan segala arahan selama pengerjaan KTI ini

Mas iwan, kakak sepupu terbaik sepanjang masa yang selalu memberikan

motivasi dan berbagai wejangan

Seluruh teman-teman AKBID terutama rini, azmil, putri, sin, dian selow,

sutra, tiwik, gita, embung.. naa bisa karna dukungan kalian semua dan

untuk luluk yang selalu menjadi panutan dan motivasiku.. kalian semua

adalah teman terbaikku..

Bu Siti Cholifah dan Bu Yanik Purwanti selaku pembimbing yang selalu

memberikan arahan, bimbingan dan motivasinya

Bu Djauharoh selaku pembimbing akademik yang tak pernah lelah

memberikan arahan

Almamaterku yang telah mendidikku untuk menjadi orang yang berguna

untuk masyarakat, bangsa dan Negara

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seksual Berdasarkan

Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Di Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang – Sidoarjo.

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan bagaimana faktor-faktor resiko pola pacaran yang salah dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan sehingga nantinya dapat menjadikan bahan masukan bahan pembelajaran, penyuluhan kepada remaja.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Yanik Purwanti, M. Keb. dan Siti Cholifah, SST. selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan koreksi, masukan, serta semangat sehingga terwujud karya tulis ilmiah ini

2. Bapak Sukiman selaku kepala RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kec. Candi Kab. Sidoarjo atas kebijaksanaannya dalam memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

(8)

4. dr. H. Zainul Arifin, M. Kes. selaku Direktur Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo.

5. Bapak dan ibu dosen Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo beserta staf yang telah banyak membantu penulisan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak, ibu dan keluarga besarku tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril, spiritual maupun materil.

7. Sahabat – sahabatku serta semua pihak yang setia memberikan semangat dan membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

(9)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan, dalam tahap ini mulai bangkitnya dorongan seks, Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami seks dengan baik dan benar, sehingga orang tua diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku seksual. Berdasarkan data sekunder di RT 14 RW VII Desa Buncitan Duran Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14 September 2012 – 20 September 2012 didapatkan masih banyak (60%) remaja belum mengetahui tentang perilaku seksual remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo.

Desain penelitian menggunakan deskriptif, populasi penelitian adalah remaja usia 15 – 19 tahun di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo. Didapatkan besar sampel sebanyak 20 orang. Pengambilan data secara primer dengan kuesioner. Data disajikan dengan tabel frekuensi. Dianalisis secara deskriptif tanpa menggunakan uji statistik.

Hasil penelitian remaja di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo sebagian besar memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual remaja yang cukup (60%) berdasarkan tingkat pendidikan ibu dan sebagian besar memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual remaja yang cukup (73,3%) berdasarkan pekerjaan ibu.

Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup. Disarankan kepada orang tua agar tetap memberikan informasi tentang perilaku seksual kepada para remaja sehingga remaja memiliki pengetahuan yang cukup dan memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

(10)

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition, the stage began to rise in sex drive, there was a need to be able to understand the sex is good and right, so that parents are expected to provide information about sexual behavior. Based on secondary data in RT 14 RW Village VII Buncitan Duran Sedati Sidoarjo district on 14 September 2012 - 20 September 2012 obtained many (60 %) teens do not know about the sexual behavior of adolescents. The purpose of this study was to determine the description of knowledge about adolescent sexual behavior based on the level of mother's education and employment in the Navy Housing descriptively without using statistical tests.

The results teenagers in Navy Housing Kedungkendo village, Candi Sidoarjo most knowledgeable about adolescent sexual behavior are sufficient (60 %) based on mother's education level and most have knowledge about adolescent sexual behavior are sufficient (73,3 %) based on the work mother.

The conclusions of this study are mostly teenagers in Navy Housing RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo knowledgeable enough. Advised the parents to continue to provide information about sexual behavior to young people so that teens have a sufficient knowledge and understanding of the needs of providing a rational basis of moral values in making decisions related to sexual behavior.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………i

LEMBAR PERSETUJUAN ………...ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….iv

KATA PENGANTAR ………v

ABSTRAK ………vii

DAFTAR ISI ………..ix

DAFTAR BAGAN ………...xii

DAFTAR TABEL ………xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 18

1.2 Idetifikasi Masalah ... 21

1.3 Pembatasan Masalah ... 26

1.4 Perumusan Masalah ... 26

1.5 Tujuan Penelitian ... 27

1.5.1 Tujuan Umum ... 27

1.5.2 Tujuan Khusus ... 27

(12)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan... 31

2.1.1 Pengertian ... 31

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 32

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan... 33

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 34

2.2 Konsep Dasar Remaja ... 39

2.2.1 Definisi ... 39

2.2.2 Karakteristik ... 41

2.2.3 Batasan Remaja ... 44

2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja... 46

2.3 Konsep Dasar Perilaku Seksual ... 47

2.3.1 Pengertian Seks ... 47

2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seksual ... 47

2.3.3 Perilaku seksual yang sehat ... 49

2.3.4 Perilaku seksual yang tidak sehat ... 49

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada remaja ... 50

2.3.6 Akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat ... 55

2.3.7 Cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat ... 57

2.4 Konsep Dasar Tingkat Pendidikan... 58

2.4.1 Pengertian Tingkat Pendidikan... 58

(13)

2.5 Kerangka Konsep ... 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 65

3.2 Populasi dan sampel ... 66

3.3 Identifikasi Variabel ... 66

3.4 Kerangka Kerja (Frame Work) ... 66

3.5 Definisi Operasional …...………... 46

3.6 Pengumpulan Data ... 69

3.7 Teknik Analisis Data ... 69

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian... 70

3.9 Etika penelitian ... 70

3.9.1 Infomed consent (persetujuan) ... 70

3.9.2 Anonimity (tanpa nama) ... 70

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan) ... 71

3.10 Keterbatasan ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………...53

4.2 Pembahasan ………...……….58

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ………..……….66

5.2 Saran ……….………67

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional ………49

4.1 Distribusi frekuensi Usia Ibu Remaja ……….54

4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja ……….54

4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja ……….55

4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Remaja ………..56

4.5 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual ……….56

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar kuesioner Lampiran 2 : Lembar Penilaian Lampiran 3 : Jadwal Penelitian KTI Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 8 : Kegiatan Bimbingan KTI

(17)

BAB I

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan definisi remaja didasarkan pada usia kesuburan (fertilisasi) perempuan, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi usia tersebut dalam 2 bagian, yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun. Selain itu, PBB menetapkan usia 15-24 tahun sebagai pemuda (Sarwono, 2011:12).

Masa remaja juga sering disebut dengan masa pubertas. Masa ini lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010:1). Istilah “pubertas”

mengacu pada fase pertama masa remaja, tahap perkembangan ini ditandai dengan kematangan organ-organ seks yang akan dipersiapkan untuk reproduksi (Wuryani, 2008:89). Selama pertumbuhan pesat masa remaja, terjadi perubahan fisik yang amat penting, seperti perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock, 2005:188).

(19)

memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang juga timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks (Sarwono, 2011:12).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku seksual dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, dalam khayalan atau diri sendiri (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010:86-87). Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami seks dengan baik dan benar merupakan sebuah petunjuk bahwa pendidikan seks diperlukan. Masyarakat selalu berkembang dan mengalami perubahan, termasuk perubahan nilai dan moralitas serta pandangan terhadap seks (Wuryani 2008:1).

Pendidikan seks bagi remaja yang di sampaikan oleh orang tua menjadi sesuatu yang harus dipertahankan. Dewasa ini, nilai-nilai moral seks sudah semakin kabur, dan para remaja pada akhirnya akan dikonfrontasi dengan godaan seksual. Satu-satunya penyelamat adalah orang tua yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan belajar tentang cara mengajarkan seks yang sehat kepada para remajanya serta memberikan latihan mental dan moral (Wuryani 2008:8).

(20)

remaja terhadap orang tuanya sehingga remaja lebih terbuka kepada orang tua agar orang tua dapat memantau pergaulan anak remajanya (Sarwono, 2011:205). Umumnya remaja cenderung lebih banyak berbicara mengenai seks dengan ibu dibandingkan dengan ayah (Santrock, 2007:289). Makin sering terjadi percakapan tentang seks antara ibu dan anak remajanya, maka perilaku seksual anak menjadi lebih bertanggung jawab (Sarwono, 2011:185). Peran ibu dalam memberikan pendidikan seks untuk remaja sangat besar. Sehingga ibu mampu mempengaruhi perilaku seksual pada anak remajanya (Sarwono, 2011:209).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual meliputi faktor dari dalam remaja itu sendiri, faktor orang tua (ibu) dan faktor lingkungan (Santrock, 2007:262). Faktor dari dalam diri remaja yang mempengaruhi pengetahuan tentang perilaku seksual, yaitu dari faktor umur, tingkat pendidikan, intelegensi, agama dan status sosial ekonomi. Faktor orang tua khususnya ibu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, tingkat pedidikan, pekerjaan, intelegensi, status sosial budaya dan status sosial ekonomi. Serta faktor lingkungan seperti adanya perkumpulan/group dan media (Sarwono, 2011:187-188).

(21)

Berdasarkan data diatas didapatkan masih banyak (60%) remaja belum mengetahui tentang perilaku seksual remaja. Dampak pada remaja yang tidak mengetahui tentang perilaku seksual dapat menimbulkan masalah seperti kehamilan remaja, infeksi yang ditularkan secara seksual, perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual (Santrock, 2007:270).

1.2 Idetifikasi Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, yaitu :

1.2.1 Faktor Remaja 1.2.1.1 Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Hurlock, 2005:61). Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan tentang perilaku seksual yang diperoleh (Hastutik, 2011:3-4).

1.2.1.2 Pendidikan

(22)

berpengaruh pada pengetahuan seseorang tentang perilaku seks remaja (Notoadmodjo, 2007:95).

1.2.1.3 Agama

Pengaruh lingkungan terhadap tingkat pengetahuan pada diri remaja tampak dalam aspek kehidupan beragama, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak dengan agama yang dianut. Keyakinan beragama merupakan mekanisme kontrol bagi perilaku seksual pada diri seorang remaja (Hastutik, 2011:8).

1.2.1.4 Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru secara efektif. Selama masa remaja, kemampuan untuk belajar, berpikir, dan mempergunakan pengetahuan semakin meningkat. Skor IQ (Inteligence Quotient) meningkat dan stabil dalam usia ini, kemampuan berpikir abstrak, memiliki kemungkinan, dan pengertian mengenai konsekuensi jangka panjang dalam pengambilan keputusan juga meningkat (Karya, 2010:10).

(23)

sehingga remaja mampu mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seorang remaja akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan remaja tentang perilaku seksual (Hastutik, 2011:4).

1.2.1.5 Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku individu. Remaja yang berasal dari status sosial ekonominya baik memiliki sikap positif terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual remaja di banding remaja yang berasal dari status ekonomi rendah (Latipun, 2008:233).

1.2.1.6 Sosial Budaya

Sosial budaya termasuk didalamnya yaitu pandangan keagamaan, khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial keagamaan untuk memperkuat super ego dalam diri seorang remaja (Latipun, 2008:233).

1.2.2 Faktor Orang Tua (Ibu) 1.2.2.1 Usia

(24)

cukup tinggi kedewasaannya memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remajanya (Hurlock, 2005:61).

1.2.2.2 Tingkat Pendidikan

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku remajanya. Dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3). 1.2.2.3 Pekerjaan

(25)

1.2.2.4 Intelegensi

Intelegensi yang dimiliki seorang ibu mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta cara-cara dalam mengambil keputusan. Ibu yang memiliki kemampuan intelegensi yang lebih tinggi akan banyak berpartisipasi serta lebih cepat dan tepat dalam proses pengambilan keputusan tentang perilaku seksual pada remaja (Latipun, 2008:233). 1.2.2.5 Status Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

1.2.3 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi remaja dimana seorang remaja dapat mempelajari hal- hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seorang remaja akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh terhadap cara berfikir dalam menghadapi hal apapun (Hastutik, 2011:4).

(26)

pengalaman mereka yang baru. Pada saat ini, peer groups menawarkan dukungan dan perasaan aman kepada remaja yang berusaha mandiri dan ingin lepas dari keluarga mereka. Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, pengaruh teman-teman sebaya tentang sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Soetjiningsih, 2004:10-11).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja agar penelitian lebih jelas dan lebih terarah, maka pada penelitian ini dibatasi pada faktor pendidikan dan pekerjaan ibu.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah sebagai berikut :

1.3.1.1 Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu remaja? 1.3.1.2 Bagaimana gambaran pekerjaan ibu remaja?

(27)

1.3.1.4 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan ibu?

1.3.1.5 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu?

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2 Tujuan Khusus

1.5.2.1 Mengidentifikasikan gambaran tingkat pendidikan ibu remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. 1.5.2.2 Mengidentifikasikan gambaran pekerjaan ibu remaja di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.3 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. 1.5.2.4 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang

(28)

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.5 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan atau informasi tentang pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual, agar para orang tua dapat memberikan pengetahuan yang lebih pada para remajanya.

1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan refrensi dalam hal kepustakaan tentang perilaku seksual pada remaja.

1.6.3 Bagi Masyarakat

(29)
(30)

BAB II

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan tentang konsep dasar yang berkaitan dengan judul penelitian, konsep dasar tersebut terdiri dari : konsep dasar pengetahuan, konsep dasar remaja, konsep dasar perilaku seksual, konsep dasar tingat pendidikan dan kerangka konsep.

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh darimata dan telinga. Pengetahuan dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

(32)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yang meliputi : 2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 2.1.2.3 Aplikasi (Application)

(33)

2.1.2.4 Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

2.1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penelitian itu didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

(34)

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau di ukur dapat di sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan yang ada di atas (Hastutik, 2011:3).

Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, pembagian kriteria pengukuran data di bagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

1. Pengetahuan baik : jika didapat hasil >75% 2. Pengetahuan cukup : jika didapat hasil 60%-75% 3. Pengetahuan kurang : jika didapat hasil <60% 2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja : 2.1.4.1 Faktor Remaja

- Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampun penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Hastutik, 2011:3-4).

- Intelegensi

(35)

seseorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah berbagai informasi tentang perilaku seksual yang sehat secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan remaja tentang perilaku seksual yang sehat (Hastutik, 2011:4).

- Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang dapat mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang sehat (Hastutik, 2011:3-4).

- Pendidikan

(36)

pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual yang sehat (Notoadmodjo, 2007:95).

- Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahauan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upayauntuk memperoleh pengetahauan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (Hastutik, 2011:3-4).

2.1.4.2 Faktor Orang Tua (ibu)

(37)

Faktor orang tua (ibu), yaitu : - Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remajanya (Hurlock, 1999 : 61).

- Tingkat Pendidikan

(38)

- Pekerjaan

Tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga dan tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, karena kodrat ibu yang telah digariskan oleh Tuhan YME bahwa tugas mulia seorang ibu adalah membesaran anak. Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang tidak sehat (Indarsita, 2007:3).

- Intelegensi

Intelegensi yang dimiliki seorang ibu mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta cara-cara dalam mengambil keputusan. Ibu yang memiliki kemampuan intelegensi yang lebih tinggi akan banyak berpartisipasi serta lebih cepat dan tepat dalam proses pengambilan keputusan tentang perilaku seksual pada remaja (Latipun, 2005:233).

- Status Sosial Ekonomi

(39)

pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggin sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2.1.4.3 Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikirnya (Hastutik, 2011:4). 2.1.4.4 Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki seseorang (Hastutik, 2011:3-4).

2.2 Konsep Dasar Remaja 2.2.1 Definisi

(40)

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang sulit. Berbagai tantangan yang sulit. Berbagai tantangan ini terkadang sulit diatasi baik secara fisik maupun secara psikologis.

Secara anatomis keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna dan secara fungsional alat-alat kelamin sudah berfungsi secara sempurna. Pada akhir perkembangan fisik akan didapatkan antara lain pada remaja laki-laki badan berotot, suara besar, berkumis atau berjanggut, pertumbuhan penis dan kantong zakar, ereksi dan ejakulasi, sedangkan pada remaja perempuan pertumbuhan Rahim dan vagina, pinggul melebar, payudara membesar, menstruasi pertama (Sarwono, 2011:8).

(41)

memperhatikan harga diri. Gejala lain yang juga timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks (Sarwono, 2011:12).

2.2.2 Karakteristik

Menurut Turner dan Helms (1995) dalam Karya (2010:10-11), menyatakan bahwa remaja yang merupakan kelanjutan dari masa anak-anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

2.2.2.1 Usia Pubertas

Usia dimana pertumbuhan fisik ditandai dengan kematangan karakteristik seksual primer dan sekunder, serta kemampuan untuk memiliki anak (reproduksi) dikenal sebagai pubertas. Oleh karena cepat lambatnya pubertas sangat tergantung pada kondisi tubuh masing-masing individu, maka sulit ditetapkan secara pasti usia berapa seseorang memasuki pubertas. Akan tetapi secara umum, remaja perempuan memasuki usia pubertas dua tahun lebih awal dibanding remaja laki-laki.

2.2.2.2 Pembentukan Konsep Diri

(42)

nilai, kepercayaan dan keidealan yang mengarahkan perilaku mereka. Dalam tahap ini, remaja mulai sanggup untuk peduli dan mencintai orang lain, serta alam sekitar.

2.2.2.3 Keterlibatan dalam Lingkungan Sosial

Hubungan personal diantara remaja semakin intensif tidak hanya karena hal ini penting agar diterima dalam sebuah peer, akan tetapi karena remaja memiliki kebutuhan untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka yang baru. Pada saat ini, peer groups menawarkan dukungan dan perasaan aman kepada remaja yang berusaha mandiri dan ingin lepas dari keluarga mereka.

Menurut Hurlock (2005), karena remaja lebih banyak berasa diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya tentang sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

2.2.2.4 Perkembangan Perilaku dan Peran Seksual

(43)

dinamakan perilaku seksual.Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang khayalan dan diri sendiri.

Di fase ini, remaja juga dituntut untuk berperilaku sesuai dengan peran seksual mereka, baik sebagai laki-laki atau perempuan. Misalnya laki-laki yang harus mulai berperan sebagai pemimpin dalam bidang sekolah, sementara perempuan mulai tertarik dengan kegiatan seputar dapur. 2.2.2.5 Perkembangan Moral

Remaja memiliki pengertian pentingnya peraturan dan hubungan dengan orang lain dalam lingkungan sosial. Oleh karena remaja memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak, maka hal tersebut membentuk pandangan-pandangan baru tentang benar dan salah, baik dan buruk. Bagi remaja jalan yang benar untuk berperilaku ditentukan oleh nilai dan keyakinan mereka terhadap sesuatu. Perkembangan moral ini akan berpengaruh bagaimana remaja memandang lingkungan sosialnya, politik dan agama.

(44)

(norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Tetapi jika perilaku itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Adapun perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh remaja adalah penggunaan obat-obatan terlarang, kerusuhan, pemberontakan terhadap otoritas, pemerkosaan, dan lain-lain.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja antara lain: keluarga berantakan (broken home), kurangnya kasih sayang orangtua, disiplin yang berlebihan, pengasuhan yang tidak stabil, dan kemiskinan ekonomi (Karya, 2010:10-11).

2.2.3 Batasan Remaja

(45)

2.2.3.1 Remaja awal (Early Adolescent)

Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan tersebut.

2.2.3.2 Remaja madya atau pertengahan ( Middle Adolescent )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka masih mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan.

2.2.3.3 Remaja akhir (Late Adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu : minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual, ego untuk mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri

(46)

2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010).

Menurut Hurlock (2005), setiap individu dalam setiap perkembangannya memiliki tugas-tugas yang harus dilalui. Kegagalan dalam pelaksanaannya akan mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-temannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan. Menurut Yuniarti (2007:6), tugas-tugas perkembangan remaja antara lain :

1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

(47)

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

6. Mempersiapkan karier ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi

2.3 Konsep Dasar Perilaku Seksual 2.3.1 Pengertian Seks

Seks adalah bukan hanya hubungan intim, ekspresi dari seksualitas dapat terkait dengan banyak perilaku lain. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin (Anton, 2010). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2007).

2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seksual 2.3.4.1 Masturbasi dan onani

(48)

bagian tubuh lain, seperti payudara, paha bagian dalam, atau anus. Sedangkan onani biasanya dilakukan oleh laki-laki dengan memegang penis dengan kepalan longgar dan kemudian menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara dinamis. Bentuk stimulasi tersebut dilakukan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi.

2.3.4.2 Petting

Merupakan kontak atau hubungan fisik antara orang untuk menghasilkan rangsangan erotis tetapi tanpa melakukan hubungan intim/senggama. Petting, yang termasuk di dalamnya adalah menyentuh dan mengelus dengan lembut berbagai bagian tubuh terutama payudara dan organ vital, biasanya lebih dapat diterima daripada hubungan seks karena petting bersifat kurang intim dan tidak menyebabkan kehamilan.

2.3.4.3 Oral seks

Oral seks termasuk beberapa tipe rangsangan seperti Fellatio (dari bahasa latin untuk ”menghisap” atau

”menyedot”) merujuk kepada rangsangan terhadap penis laki

-laki dan Cunnilingus (dari bahasa latin untuk ”vulva” dan ”lidah”) merujuk kepada stimulasi atau rangsangan oral

(49)

2.3.3 Perilaku seksual yang sehat

2.3.3.1 Adanya dorongan seks pada remaja merupakan bentuk dari perilaku seksual. Macamnya yaitu mulai dari berkencan, bercumbu dan bersenggama.Adanya dorongan seks ini tidak bisa ditolak, tetapi perlu disalurkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang produktif ataupun rekreatif sesuai dengan hobi dan minat masing-masing remaja.

2.3.3.2 Munculnya sumber informasi yang bisa merangsang munculnya dorongan seksual harus dihindari.

2.3.3.3 Perlunya ditanamkan pemahaman berbagai efek negatif dari perilaku seksual yang sehat, serta kemungkinan terserang suatu penyakit.

2.3.3.4 Adanya sumber informasi yang jelas serta mengenai pendidikan seks akan banyak manfaatnya.

2.3.4 Perilaku seksual yang tidak sehat

Perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya dilakukan yaitu : 2.3.4.1 Masturbasi dan onani merupakan suatu kebiasaan buruk

(50)

2.3.4.2 Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual dari yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

2.3.4.3 Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya

seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk

mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang

sebenarnya masih dapat dikerjakan.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada remaja Menurut Sarwono (2010) dan Nitya (2009), faktor-faktor yang menyebabkan masalah seksualitas pada remaja, yaitu :

2.3.5.1 Meningkatnya Libido Seksualitas

Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek dan tujuan seksual.

2.3.5.2 Penundaan Usia Perkawinan

(51)

untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga dengan adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa usia pria saat menikah harus sudah mencapai 19 tahun sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun.

2.3.5.3 Tabu-Larangan

Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang bertentangan dengan dorongan “moral”

sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi tentang seks.

2.3.5.4 Kurangnya Informasi tentang Seks

Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang seks dari orang tua sehingga mereka berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat.

2.3.5.5 Pergaulan yang Makin Bebas

(52)

2.3.5.6 Pengaruh Orang Tua

Peran keluarga khususnya ibu dalam komunikasi dengan remaja terbatas hanya dalam hal-hal tertentu saja seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan atau keuangan. Sementara untuk masalah pergaulan dan khususnya masalah seksual, remaja cenderung untuk lebih banyak bertanya kepada teman-temannya (Sarwono, 2010:139). Pengaruh orang tua ada karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan remaja dan tidak terbuka terhadap remajanya. Orang tua cenderung membuat jarak dalam masalah ini.

(53)

Pendidikan Seks terdiri dari dua segi yaitu pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat reproduksi, proses reproduksi, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS. Serta pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan hubungan seks. Pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia sehingga termasuk pendidikan akhlak dan moral.

(54)

Manfaat pendidikan seks dalam keluarga yaitu mendapat pandangan positif tentang informasi seks, mengetahui akibat dan bahaya tentang pergaulan bebas atau seks bebas, dapat mengetahui tindakan yang menyimpang dan dapat menghidarinya, menghindari terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari kegiatan seks bebas serta bahaya akibat seks bebas.

2.3.5.7 Pengaruh teman sebaya

Kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Selain itu pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

1. Perspektif akademik

(55)

dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

2. Revolusi Seksual

Sementara menurut Benokraltis (Karya, 2010:9), mengungkapkan bahwa pada pertengahan tahun 1970-an, beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah antara lain :ketakutan akan kehamilan, konsep dosa, dan rasa bersalah serta nilai keperawanan mengalami perubahan, dimana perilaku seksual lebih bebas dilakukan khususnya di kalangan remaja.

2.3.6 Akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat

Menurut Notoatmojdo (2007), begitu banyak remaja yang tidak tahu dari akibat perilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam keadaan waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih panjang. Beberapa dampak perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi, yaitu :

(56)

interuptus (senggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan penetus semakin banyaknya kasus unwanted pregnancy (Hamil yang tidak dikehendaki). 2.3.6.2 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah terhadap PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS seperti sivilis, Gonore, Herpes, klamidia, dan HIV/AIDS.

2.3.6.3 Psikologis

(57)

yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.

2.3.7 Cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat Menurut Nitya (2009), beberapa cara untuk menghindari pergaulan seks bebas yaitu :

2.3.7.1 Carilah kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat menemukan kepuasan yang mendalam dari interaksi yang terjalin (bukan kepuasan seksual).

2.3.7.2 Membuat komitmen bersama dengan pacar dan berusaha keras untuk mematuhi komitmen itu. Komitmen dalam hal ini adalah kesepakatan dalam batasan-batasan seksual yang dipilih dalam hubungan pacaran.

2.3.7.3 Hindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan fantasi atau rangsangan seksual seperti berduaan dirumah yang tidak berpenghuni, dipantai malam hari, tempat yang sepi dan gelap.

2.3.7.4 Hindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika sering bertemu tanpa adanya aktifitas pasti dan tetap, maka keinginan untuk mencoba aktifitas seksual biasanya semakin menguat.

(58)

2.3.7.6 Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah seksualitas dari sumber yang dapat dipercaya bukan dari BF, majalah dewasa dan lain-lain.

2.3.7.7 Pertimbangkan resiko dari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih.

2.3.7.8 Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras menghayati norma atau nilai yang berlaku.

2.4 Konsep Dasar Tingkat Pendidikan 2.4.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima onformasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperlukan (Nursalam dan pariani, 2003:133)

2.4.2 Tujuan Pendidikan

(59)

maksud yang terkandung dalam pemikiran tersebut membagi tujua pendidikan dalam tiga bidang pola tingkah laku (domain) meliputi:

1. Bidang kognitif (cognitif Domain) : penggetahuan (knowledge) 2. Bidang afektif (Affective Domain) : Sikap (Attitude)

3. Bidang Psikomotor (Psikomotor Domain) : Ketrampilan (Skill) Dengan mencapai tujuan pendidikan (Educational objectives) mempunyai tiga sub tujuan :

a. Tujuan kognitif (cognitif objectives) meliputi peningkatan pengetahuan

b. Tujuan affective (Affective Objectives) meliputi perasaan dan sikap

c. Tujuan Psikomotor (Psikomotor Objectives) meliputi pengendalian dan pengarahan otot-otot yang tepat dalam melaksakan suatu tujuan (ketrampilan atau skill)

2.4.3 Ruang Lingkup Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2012:99) Ruang lingkup pendidikan dapat dilihat dari berbagai dimensi sasaran pendidikan, dimensi tepat pelaksanaan atau aplikasinya dan tingkat pelayanan kesehatan dan dimensi sasarannya, pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :

1. Pendidikan keluarga

(60)

dalam kesehatan. Karena orang tua terutama ibu adalah peletak dasar prilaku. Terutama dalam pendidikan aak-anak mereka.

2. Pendidikan sekolah

Jenjang pendidikan dikenal tiga tingkat yaitu :

a. Pendidikan Dasar (SD, SLTP) b. Pendidikan Menengah (SLTA)

c. Pendidikan Tinggi (perguruan, Akademi) 3. Pendidikan didalam masyarakat

Berdasarkan jenis maka pendidikan dapat dilaksankan dalam 2 tempat yaitu :

a. Dalam institusi pelayanan

Misalnya : RS, Sekolah, kampus (untuk pendidikan formal). Ataupun dirumah bersalin dan sebagainya, pendidikan ini dapat diberikan kepada individu atau kelompok secara langsung atau tidak melalui gambar, poster dan lai-lain.

b. Dalam institusi masyarakat

(61)
(62)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Gambar Kerangka Konsep

Keterangan : Diteliti --- Tidak diteliti

(63)

Kerangka konsep penelitian ini adalah gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, meliputi : a) faktor remaja, b) faktor keluarga (ibu), c) faktor lingkungan, d) faktor informasi. Dari 3 faktor tersebut terdapat berbagai macam faktor pendukung di dalamnya. Salah satunya adalah faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Hal ini dikarenakan seorang ibu wajib mendidik anak remajanya dengan baik yang dapat didasari dari tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Ibu yang mampu mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat. Karena di dalam keluarga ibu banyak bertanggung jawab dalam pendidikan anak di banding ayah dan penentuan peran seks lebih banyak dilakukan oleh ibu karena hubungan ibu dengan anak lebih dekat. Hal inilah yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual.

(64)

BAB III

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010).

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: desain penelitian, sampling desain, variabel penelitian, kerangka kerja, definisi operasional, pengumpulan data dan analisis data, lokasi dan waktu penelitian, etika penelitian, dan keterbatasan.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat untuk peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2011:80).

(66)

3.2 Populasi dan sampel

Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011:89). Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 15 – 19 tahun di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo yang bersedia menjadi responden yaitu berjumlah 20 orang, semua populasi dijadikan sampel penelitian.

3.3 Identifikasi Variabel

Menurut Soeparto dkk (2005) yang dikutip Nursalam (2011:97), variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Pada penelitian ini variabel yang diteliti yaitu pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.

3.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

(67)

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.

3.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti dan makna pada variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi agar pemahaman yang sama kepada setiap orang mengenai variabel yang diangkat dalam suatu penelitian (Nursalam dan Pariani, 2003: 106).

-Tingkat pendidikan ibu -Pekerjaan ibu

pengetahuan remaja tentang perilaku

(68)

Tabel 3.1 Definisi operasional gambaran remaja tentang perilaku seksual yang sehat berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu

Variabel Definisi operasional dan kriteria Skala

Pengetahuan pertanyaan tentang pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual yang sehat :

- pengertian seks (soal no 1)

- bentuk-bentuk perilaku seksual (soal no 2)

- perilaku seksual yang sehat dan tidak sehat (soal no 3-4) - faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada

remaja (soal no 5-11)

- akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat (soal no 12) - cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak

Sehat (soal no 13-14)

Tingkat pendidikan ibu yang telah di akui berdasarkan jawaban kuesioner. Dengan kriteria dan kode :

1. 1. Tinggi : PT ( Perguruan Tinggi) 2. 2. Menengah : SMA sederajat

3. Dasar : SD- SMP sederajat

Nominal

Pekerjaan ibu

Kegiatan yang rutin dilakukan ibu untuk mencari nafkah berdasarkan jawaban kuesioner. Dengan kriteria dan kode : 1. Bekerja

2. Tidak bekerja

(69)

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Nursalam (2011:115), pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

3.6.1.1 Instrumen

Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data peneltian adalah data primer. Data primer dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi oleh responden sesuai dengan apa yang diketahui oleh responden. Lembar kuesioner pada lampiran.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya bisa dideteksi (Nursalam, 2011)

(70)

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Penelitian mulai tanggal 26 september 2013 – 30 september 2013. Pengambilan data di mulai tanggal 1 oktober 2013. Jadwal penelitian terlampir.

3.9 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis mendapatkan rekomendasi dari Akademi Kebidanan Siti Khodijah Sepanjang dan permintaan izin ke ketua RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo untuk mendapatkan persetujuan pengambilan data penelitian dengan menitik beratkan pada permasalahan etika meliputi:

3.9.1 Infomed consent (persetujuan)

Diberikan pada respondent, agar respondent mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika menolak tidak akan dipaksa dan tetap menghormati haknya. Lembar permohonan menjadi responden pada lampiran.

3.9.2 Anonimity (tanpa nama)

(71)

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek terjamin oleh peneliti dan tidak akan disampaikan pada pihak lain yang tidak terkait dengan peneliti.

3.10 Keterbatasan

(72)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo. Data ini diambil menggunakan data primer langsung dari remaja usia 15 – 19 tahun. Data di ambil pada tanggal 1 Oktober 2013 dengan jumlah sampel 20

remaja.

Hasil penelitian dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : data umum dan data khusus. Data umum menyajikan tabel karakteristik, yaitu : usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu remaja, sedangkan data khusus menyajikan variabel yang akan diteliti, yaitu : pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu.

Data-data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang kemudian dianalisis secara deskriptif tanpa dilakukan uji statistik dan dibahas dengan menghubungkan teori-teori yang ada.

4.1 Hasil Penelitian

(74)

Sidoarjo, kemudian direkapitulasi dan diolah sehingga diperoleh hasil sebagai

Usia Frekuensi Persentase 20 – 35 tahun 7 35 %

> 35 tahun 13 65 %

Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berusia > 35 tahun sebanyak 13 orang (65%).

4.1.1.2 Data tingkat pendidikan ibu

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase

Tinggi 5 25 %

Menengah 13 65 %

Dasar 2 10 %

(75)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65%).

4.1.1.3 Data pekerjaan ibu

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase

Bekerja 6 30 %

Tidak bekerja 14 70 %

Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang (70%).

4.1.2 Data Khusus

(76)

4.1.2.1 Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Pengetahuan Remaja Frekuensi Persentase

Baik 4 20 %

Cukup 15 75 %

Kurang 1 5 %

Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75%).

4.1.3 Tabulasi Silang

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Berdasarkan Perilaku Seksual dengan Tingkat Pendidikan Ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi

(77)

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 3 orang (75%), sedangkan yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 9 orang (60%). Serta yang yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk kurang sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 1 orang (100%).

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Pengetahuan Remaja

tentang Perilaku Seksual

Pekerjaan Ibu

Persentase Bekerja Tidak Bekerja

Baik 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%) Cukup 4 (26,7%) 11 (73,3%) 15 (100%) Kurang - 1 (100%) 1 (100%)

Total 6 14 20

(78)

4.2 Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada BAB 1 maka pada bagian ini diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian, adapun pembahasan ini sebagai berikut :

4.2.1 Gambaran tingkat pendidikan ibu remaja

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65%). Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4). Makin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh ibu. Pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual yang sehat (Notoadmodjo, 2007:95).

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku remajanya (Indarsita, 2007:3).

4.2.2 Gambaran pekerjaan ibu remaja

(79)

Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang (70%). Karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja atau ibu rumah tangga sehingga ibu mampu meluangkan waktu lebih banyak untuk berkomunikasi dengan remajanya. Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang beresiko (Indarsita, 2007:3).

4.2.3 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75%). Kemungkinan karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo ini berpendidikan menengah dan tidak bekerja, sehingga pengetahuan ibu tentang perilaku seksual termasuk baik. Ibu dapat memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan cukup berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku seksual remajanya dan ibu mampu mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3).

(80)

faktor orang tua (ibu), faktor lingkungan, dan faktor informasi (Santrock, 2007:262). Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikirnya (Hastutik, 2011:4). Informasi juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media maka akan dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki (Hastutik, 2011:3-4).

Menurut Sarwono (2010), ada pandangan yang menyatakan bahwa seks merupakan sesuatu hal yang sangat menarik bagi para remaja. Hal ini ditandai dengan adanya tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya, maupun dengan sesama jenis yang dinamakan perilaku seksual.Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang khayalan dan diri sendiri. Di fase ini, remaja juga dituntut untuk berperilaku sesuai dengan peran seksual mereka, baik sebagai laki-laki atau perempuan.

4.2.4 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat berdasarkan tingkat pendidikan ibu

(81)

Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 3 orang (75%) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi sebanyak 1 orang (25%). Data yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 9 orang (60%), pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi sebanyak 4 orang (26,7%), dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori dasar sebanyak 2 orang (13,3%).

Kemungkinan karena ibu yang berpendidikan tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3). Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan banyak berpartisipasi dan lebih cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan dan mampu memberikan informasi tentang perilaku seksual remaja secara benar.

(82)

mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, tetapi juga terdapat beberapa faktor yang juga mampu mempengaruhi pengetauan remaja tentang perilaku seksual diantaranya : usia, intelegensi, status sosial budaya, status sosial ekonomi, pengalaman, lingkungan, dan informasi.

Menurut Hurlock (1999), semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan cara pengambilan keputusan pun mampu lebih bijaksana. Sedangkan fasilitas atau sarana kesehatan juga menunjang untuk memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Sehingga tingkat pendidikan buka satu-satunya faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual akan tetapi masih banyak faktor lain seperti diatas.

4.2.5 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu

Gambar

Gambar Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi operasional gambaran remaja tentang perilaku seksual yang sehat berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mengetikkan email, nama, alamat, password, dan telepon dengan data yang benar kemudian klik tombol register.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh dari: (1) Sales promotion terhadap keputusan beli; (2) Fitur

Pada tingkat semai dan pancang, suatu jenis dikatakan dominan apabila jenis yang bersangkutan ditemukan dalam jumlah yang banyak dan tersebar merata diseluruh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sri Mailani mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Sukabumi (2017) bahwa sumber daya manusia dan

Video game juga dapat dianggap sebagai karya sastra yang dapat menggembangkan dan membuat pemain berpikir dengan tema-tema yang ditemukan di Deus Ex Human

Pengaruh Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja di Indonesia.. Pendidikan dan

Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu Nama, Tahun, Variabel dan Metode/ Judul Penelitian Indikator Analisis atau Fokus Data Penelitian Ariani Sita Profitabilitas, Analisis

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan di lapangan dan hasil temuan yang didapat cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan berempati pada anak, hal ini juga didukung