• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Persalinan1

Dalam dokumen LAPORAN TUGAS AKHIR ANJELIA KESYA JANWARIN (Halaman 32-39)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Dasar Persalinan1

Persalinan adalah proses yang normal dan spontan terjadi setelah kehamilan cukup bulan 38 – 42 minggu dengan presentasi belakang kepala. hal ini terjadi karena adanya dorongan dari janin ke pintu panggul atas (PAP) atau jalan lahir sehingga terjadinya penipisan dan serviks membuka dan dengan kekuatan ibu sendiri untuk mengeluarkan hasil konsepsi (Janin dan plasenta). Yang belangsung selama 18 jam tanpa komplikasi pada ibu dan janin (Word Heaslth Organization (WHO)).

a) Persalinan spontan

Perslinan yang dilakukan dengan kekuatan (Power) ibu sendiri dan janin keluar melalui jalan lahir.

b) Persalinan buatana

Persalianan yang dilakukan mengunakan alat bantu seperti vakum/forceps atau dengan melakukan tindakan SC.

c) Persalinan anjuran

Persalinan bantuan amniotomi atau dengan memberikan induksi persalinan yaitu pemberian prostaglandin atau pitocin.

2.3.2 Sebab mulanya persalinan 1. Teori penurunan Hormon

Pada akhir kehamilan mulai terjadi penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen sehingga uterus mengalami kontraksi.

2. Teori oksitosin

Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemai otot-otot rahim sehingga mengganggu serkulasi uterus-plasenta.

3. Teori plasenta menjadi tua

Penurunan hormon akan mengakibatkan kekejang pada pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi pada uterus.

4. Teori iritasi mekanik

Ganglion yang berada dibelakng serviks bila ditekan oleh kepala bayi serviks akan menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segmen Atas ahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawan maka akan timbul kontrasi dan rektraksi.

5. Induksi persalinan

a) Gangang laminaria di masukan kedalam serviks agak menimbulkan rangsangan fleksusfrankenhauser

b) Amniotomi, ketuban di pecahkan mengunakan alat stengah kocer. c) Oksitosin drip, pemberian oksitosin melalui cairan infus untuk

menambah kontraksi pada uterus. (Sulistyawati, 2010) 2.3.3 Lima benang merah dalam asuhan persalinan

Kelima benang merah yang menjadi dasar asuhan yang sangat pentin, bersih dan aman adalah:

a) Pengambilan keputusan klinik. b) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Anak c) Pencegahan infeksi

d) Aspek pencatatan e) Rujukan Medik

(Oktarina, 2016) 2.3.4 Tanda Persalinan

1. Rasa sakit oleh adanyan his

2. Lendir bercampur darah yang keluar karna robekan kecil 3. KPD yang terjadi tiba-tiba

4. Pada pemeriksaan dalam : serviks membuka dan menipis. 2.3.5 Faktor yang mempengaruhi persalinan

1. Passenger/Keadaan janin

2. Power/Kekuatan ibu untuk meneran dan menahan His 3. Passage/Keadaan jalan lahir

4. Psikologis/Keadaan, prilaku dan dukungan dari keluarga 5. Penolong

2.3.6 Proses pesalinan normal 1) Tahapan persalinan

a. Kala I persalinan

Kala satu dimulai sejak terjadinya his yang teratur dan meningkat, sehingga serviks membuka dan menipis dan mencapai pembukan 1 – 10 cm. Pada kala satu terdapat fase laten dan fase aktif

1. Fase laten yang berlangsung selama 8 jam pertama masa inpartu mulai dari his dan terjadinya pembukan dan penipisan.

2. Fase aktif mulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm dengan penurunan terbawah janin yang berlangsung kurang dari 7 jam untuk pembukaan 1 cm atau lebih per jam. Untuk primigravida fase aktif berlangsung selama 12 jam dengan pembukaan serviks kurang lebih 1-2 cm/jam, sendagkan untuk untuk multigravida fase aktif berlangsung selama 6 jam dengan pembukaan 2-5 cm/jam dengan dilatasi kurang lebih 1-5cm/jam. Di dalam fase aktif ada 3 sub fase, yaitu:

a. Periode akselerasi : lama 1 jam dengan pembukaan 4-5 cm/jam.

b. Periode dilatasimaksimal : lama 2 jam dengan pembukaan 5-9cm/jam.

b. Kala II persalinan

Kala II adalah pembukaan serviks yang lengkap (10cm) hingga lahirnya bayi.

c. Kala III atau kala uri

Kala III adalah proses lahrinya plasenta dengan lengkap d. Kala IV

Masa setalah lahirnya uri, mulai dari 1-2 jam atau 2 jam pemantaun pada postpartum.

(JNPK-KR, 2014.39) 2) Persalinan dengan 60 langkah APN

Pelakasanaan kala II, III,IV dalam 60 langkah APN antara lain :

Tabel 2.1 : 60 langkah Asuhan Persalinan Normal

NO 60 Langkah APN

I MELIHAT TANDA GEJALA KALA DUA

1. Mengamati tanda dan gejala kala dua Ibu merasakan ingin menera atau BAB

Ibu merasakan adanya tekanan pada rektum atau vagina Perinium yang menonjol

Vagina yang semakin membuka

II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Siapkan perlengkapan, partus set, obat-obatan, oksitosin 10 unit, dan suntik 3cc.

3. siapan diri, gunakan celemek plastik yang bersih.

4. Lepaskan semua perhiasan,cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan menggunakan tissue atau handuk bersih.

5. Gunakan sarunga tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam. 6. Mengambil cairan oksitosin 10 unit dengan suntik 3 cc menggunakan tangan

yang memakai sarung tanggan DTT pastikan alat suntik tidak terkontaminasi.

III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN

7. Membersikan vulva, perineum dan anus, dengan mengunakan kapas atau kasa yang di basuhi air DTT. Membersikannya mulai dari anterior (depan) ke posterior (belakang), agar kotoran dari anus tidak masuk ke vagina, lakukan secara hati-hati. Satu kasa atau kapas DTT untuk satu kali usapan.

8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan pembukan lengkap, apabila sudah pembukaan lengakp dan ketuban masih utuh maka diharuskan melakukan amniotomi.

9. Sarung tangan yang dipakai celupkan kedalam larutan klorin 0,5%, sarung tangan dilepaskan secara terbali dan rendam 10 menit. Kemudian cuci dan keringkan tangan.

10. Melakukan pemeriksaan DJJ untuk mengetahui dalam batasa normal atau tidak (120-160x/menit), dengan keadaan perut ibu tidak berkontraksi.

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan penilaian pada partograf.

IV MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA DALAM MEMBATU PROSES MENERAN

11. Memberitahukan pada pasien ada kemajuan dalam pembukaan, keadaan janin cukup baik, menganjurkan ibu untk mencari posisi senyaman ibu.

Menunggu hingga adanya kontraksi atau ibu merasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan keadan dan kenyamnan ibu serta janin sesuai pedoman persalinan aktif dan dokumentasi temuan-temuan yang ada. Jelaskan pada keluarga peran meraka dalam mendukung dan

memberi semangat pada ibu saat ingin meneran.

12. Minta kelurga membantu ibu mencari posisi senyaman ibu untuk meneran atau bila ada kontraksi.

13. Bimbing ibu meneran pada saat timbul kontraksi. Bimbing ibu cara meneran yang baik

Dukun dan beri semangat pada ibu saat meneran dan berikan posisi senyaman ibu.

Bantu ibu dengan posisi nyaman yang dipilih ibu. Anjurkan ibu istrahat di sela-sela tidak ad kontraksi Anjurkan kelurga berika dukungan dan semangat Beri makan atau minum di sela-sela tidak ada kontraksi Memeriksa DJJ setiap tidak ada kontraksi

Bila bayi belum segera lahir atau tidak segerah lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin dalam 2 jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida, maka segera melakukan rujukan.

V PERSIAPAN UNTUK MENOLONG KELAHIRAN BAYI

14. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan kain/handuk bersih diatas perut ibu untuk mengerikan bayi.

15. Melipat kain denga 1/3 dan letakan dibawah bongkong ibu 16. Membuka partus set

17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI MENOLONG MELAHIRKAN BAYI

18. Saat kepala bayi membuka vuvla dengan diameter 5 - 6 cm, letakan kain/handuk bersih didepan bawah vulva dan lindungi perineum ibu dengan handuk tersebut agar tidak terjadi robekan pada perineum, tekan dengan lembut perineum dan tidak menghambat kepala bayi untuk keluar. anjurkan ibu meneran dengan perlahan atau bernapas cepat saat kepala bayi lahir.

Segera lakukan hisap mulut dan hidung bila terdapat mekonium dalam cairan ketuban menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau karet pengsiap yang baru dan steril. 19. Menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan lembut mengunakan handuk

yang lembut atau kain bayi untuk gedong.

20. Perikasa adanya lilitan tali pusta, lakukan tindakan bila hal ini terjadi. Jika tali pusat melilit dengan longgar gunakan satu jari iuntuk

melepaskan lilitan lewat bagian kepala bayi.

Jika tali pusat melillit dengan kuat, klem klem tali pusat di dua sisi dengan 2 cm dan gunting.

21. Saat kepala bayi lahir biarkan dia melakukan putaran paksi luar dengan sendirinya.

22. Jika kepala bayi sudah lahir, pegang kepal secara bipariental, gerakan secara perlahan kearah bawah vulva hingga bahu depan bayi lahir dibawah arcus pubis dan kemudian gerakan keatas agar melahirkan bahu belakang

Lahirkan Badan dan Tungkai Bayi

23. Setelah bahu lahir, tangan satu menahan kepala serta bahu belakang sendangkan tangan lain menelusuri dari lengan hingga siku anterior bayi.

24. Kemudian lanjutkan menulusuri bagian punggungm bokong, sampai dengan kaki. Memegang kedua mata kaki (jari tenlunjuk ditengah kedua kaki dan ibu jari melinggar di kedua mata kaki) agar bayi tidak gampang jatuh.

VII PENANGAN BAYI BARU LAHIR

25. Menilai keadaan bayi sepintas, bila ada gejala yang tidak baik segera lakukan resusitasi pada bayi asfiksia.

26. Keringkan tubuh bayi, kecuali pada bagian telapak tangan.

27. Setelah itu potong tali pusat, klem tali pusat kurang lebih 3 cm dari pangkal tali pusat bayi dan 2 cm dari klem pertama.

28. Gunakan kedua jari untuk melindungi bayi dari gunting, potong tali pusat diantara kedua klem tersebut dan klem dengan salah satu klem.

29. Menganti handuk basah dengan handuk kering, selimuti bayi dan menutupi bagian kepala bayi.

30. Dekatkan bayi pada ibunya untuk melakukan skin to skin dan pemberian ASI selama 1 jam pertama, jika ibu menghendakinya.

VIII MANAJEMEN AKTIF KALA III

31. Segera cek fundus atau periksa uterus untuk memastikan janin tunggal atau

gemeli.

32. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan suntik.

33. Oksitosin 10 unit dilakukan secara IM di 1/3 paha atas bagian luar paha ibu. 34. Setalah melakukan suntikan pada ibu, klem di pindahkan dengan jarak 5-10

cm dari depan vulva.

35. Pada saat uterus berkontraksi, melakukan peregangan tali pusat sambil tangan yang satunya melakuakan dorso-kranial(uterus didorong ke belakang-atas). Bila plasenta tidak lepas dalam 30-40 detik hentikan peregangan dan tunggu hingga kontraksi, sambil meminta ibu/suami melakukan stimulasi puting susu untuk menambah kontraksi.

36. Bila kontraksi baik, maka dilakukan peregangan tali pusat.

37. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit, maka  Oksitosin 10 unit di berikan ulang secara IM  Gunakan katerisasi apabila kandung kemih penuh.  Minta keluarga untuk menyiapakn rujukan.

 Ulangi tekanan dorso karnial dan perengan tali pusat 15 menit berikutnya

 Jika plasenta tak lahir dalma 30 menit atau HPP segera lakukan plasenta manual.

Saat plasenta berada diinterior vulva, lahirkan plasenta dengan cara gerakan ke bawah dan ke atas ikut jalan lahir dan pegang di putar perlahan-lahan dan letakan pada wadah yang telah disediahkan.

38. Setelah plasenta lahir, segerah melakukan massage uterus, lakukakn gerakan secara melingkar dengan lembut hingga uterus teraba keras.

Lakukan tindakan KBI, KAA, TKK bila perlu dilakukan jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik.

IX MENILAI PERDARAHAN

39. Memeriksa kembali ke dua sisi plasenta (bila ada sisa dan selaput plasenta yang tertingal segera lakukan plasenta manual untuk membersipak), dan 40. Mengevaluasi laserasi vagina dan perineum. segera melakukan hatcing bila

terdapat robekan laserasi derajat 1 atau 2 untuk menghentik perdarahan.

X ASUHAN PASCA PERSALINAN

41. Memastikan uterus berkontrasi dengan baik sehingga tidak ada perdarahan pervaginam.

42. Memastikan selalu kandung kemih kosong, gunakan kateter untuk mengosongkan kandung kemih.

43. Lepasakan klem yang ada pada tali pusat dan di ganti dengan ikat simpul mati sekitar 1 cm dari pangkal tali pusat.

44. Kemudian, celupakan alat-alat yang terkontaminasi kedalam larutan klorin 0,5% . selama 20 menit

45. Mencelupkan kedua tangan yang menggunakan sarung tangan ke larutan klorin 0,5% dengan cara terbalik, cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan.

Evaluasi

46. Ajarkan ibu dan keluarga cara massage uterus untuk menjaga kontraksi tetap baik.

47. Evaluasi dan estimasi jumlah darah yang keluar.

48. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya atau skin to

skin

49. Pantau keadaan bayi:

Jika bayi sulit bernapas, segera merujuk ke RS

Jika pada bayi terdapat pernafasan cuping hidung, segera rujuk ke RS Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangn tetap hangat atau lakukan skin

to skin ibu dan bayinya.

Kebersihan dan Keamanan

50. Serta bersikan juga rangan dan sekitar temapt ibu, mengunakan larutan klorin 0,5% lalu bersikan menggunak air bersih, kemudia bantu ibu untuk menggunakan pakian bersih.

51. Pastikan keadan ibu merasa nyaman dan berikan makanan pada ibu untuk menambah kekuatan ibu dengan bantuan kelurga.

52. Setelah alat-alat yang direndam dalam larutan klotin 0,5% di rendam selama 20 menit, kemudia di tiris dan keringkan

53. Buang bahan yang terkontamisnasi pada tempat yang sesuai.

54. Lakukan dekontaminasi pada tempat bersalin dengan menggunakan larutan klorin 0,5%.

55. Masukan tangan dengan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik di dalam larutan klorin 0,5%, kemudian rendam selama 10 menit

56. Bersikan tangan dengan air mengalir, kemudian keringkan.

57. Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk memberikan salep mata profilaksis infeksi, Vitamin K1 (1mg) secara IM di 1/3 atas paha kiri, lakukan pemeriksaan fisik lanjutan, setelah 1 jam pemberian vitamin K1 di lanjutkan pemberian HB0 di 1.3 atas paha kanan bayi.lanjutkan pemberian ASI bila ibu ingin.

58. Semua sarung tangan yang terpakai dilepas dalam keadaan terbalik dan rendam di larutan klorin 0,5%

59. Mencuci tangan dengan air mengalir, keringkan menggunakan handuk bersih atau tissue.

60. Dokumentasi dan lengkapi patograf(halaman depan dan belakang).

2.4 Konsep Dasar Nifas

Dalam dokumen LAPORAN TUGAS AKHIR ANJELIA KESYA JANWARIN (Halaman 32-39)

Dokumen terkait