• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berbeda namun keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dan dihasilkan oleh adanya pembelahan sel dan sintesis protein. Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Perkembangan adalah Peningkatan keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. proses tersebut terjadi secara terus-menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan anatara satu komponen dan komponen lain. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu secara bertahap akan semakin bertambah berat dan tinggi. Sedangkan perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004).

11

2.1.2 Tumbuh Kembang Masa Balita

Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya bekerja lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai belajar berjalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga sekitar usia 16 bulan, tetapi masih terlihat kaku, oleh karena itu anak perlu diawasi, karena dalam beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya. Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu atau ragu-ragu (otonomi vs doubt), hal ini terlihat dengan perkembangannya kemampuan anak yaitu dengan belajar untuk makan, dan berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, makan hal ini dapat menimbulkan rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya (toilet training). Tahap perkembangan anak pada usia 2-3 tahun, anak balita sudah mampu mengucapkan keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil. Ini menandakan anak balita khususnya usia 2-3 tahun sudah mampu menunjukkan peningkatan kemandirian dalam hal toileting melalui proses toilet training. (Riyadi dan Sukarmin, 2009). Berikut akan dipaparkan beberapa teori perkembangan anak usia 1-3 tahun:

12

1. Teori perkembangan psikoseksual (Freud)

Fase anal (1-3 tahun), selama fase kedua, yaitu menginjak tahun pertama sampai tahun ketiga, kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya. Dengan demikian toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini (Soetjiningsih, 2014).

2. Periode perkembangan anak menurut Wong (2000), dalam Supartini (2004) Periode kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun), toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak-anak menunjukkan kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya, sehingga bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode ini. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut. Pada usia ini, sudah sampai waktunya seorang anak terlatih toileting.

3. Perkembangan mental, gerak kasar dan halus, emosi, sosial, prilaku, bicara anak usia 2-3 tahun.

Perkembangan mental, gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, bicara anak usia 2-3 tahun menurut Soetjiningsih (2014), adalah sebagai berikut: a. Belajar meloncat

b. Memanjat

c. Melompat pada satu kaki

13

e. Mampu menyusun kalimat

f. Menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang di tunjukkan kepadanya

g. Menggambar lingkaran

h. Bermain bersama dengan anak-anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar keluarganya

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang

Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2014), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor dalam (internal)

a. Genetika

Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang.

b. Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan hormon tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.

14

2. Faktor eksternal (lingkungan)

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1. Prenatal (selama kehamilan)

Meliputi: gizi, yaitu nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin selama trimester akhir kehamilan. Mekanis (posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan konginetal misalnya club foot). Toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin, infeksi TORCH atau penyakit menular seksual, kelainan imunologi, psikologis ibu.

2. Natal (kelahiran)

Riwayat kelahiran dengan vacum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

3. Pasca natal

Seperti halnya pada masa pasca natal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis atau kelainan konginetal, lingkunga fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.

2.2 Penyuluhan

Dokumen terkait