• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (IOC)

2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN

Konsep diri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal

yang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang. Karena seseorang

akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya dan

label yang melekat pada diri orang tersebut. Selain itu, konsep diri yang

dibentuk oleh seseorang baik yang bernilai positif maupun negatif dapat

mempengaruhi kesuksesan dalam berkomunikasi interpersonalnya.1

Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengemukakan sebuah dalil yang berbunyi:

“anda hanya mendengar apa yang anda mau dan anda tidak akan

mendengar, apa yang tidak ingin anda dengar.”

Seseorang akan bereaksi seperti dalil diatas apabila ada kritikan

ataupun stimulus yang mengancam atau membuatnya tidak senang

terhadap apa yang didengar maupun diberikan oleh orang lain yang tidak

sesuai dengan harapan dan keinginan kita.2

1

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),

h.104. 2

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam

pembentukan konsep diri seseorang, yaitu:

a. Berdasarkan penilaian diri sendiri

Pengalaman-pengalaman yang datang dan kita lalui dapat

berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan konsep diri seseorang.

Walaupun tidak semua pengalaman tersebut memiliki pengaruh yang

dominan. Karena hanya pengalaman yang sesuai dengan nilai dan konsep

diri kita sajalah yang dapat diterima. Berdasarkan pada pengalaman

tersebut maka akan timbul keinginan dalam diri kita untuk

mempertahankan atau ingin mengubah konsep diri yang kita miliki

sebelumnya.3

Bagan dibawah ini memaparkan mengenai konsep diri secara

umum yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri oleh anggota

Hijab Cosplayer IOC episode UIN Jakarta

Tabel 4.1

Konsep diri anggota hijab cosplay IOC berdasarkan penilaian diri sendiri4

NAMA

ANGGOTA FAKULTAS KONSEP DIRI

DWI FIDKOM . Cerewet . Jahil . Percaya diri . Kekanak-kanakan MAYA FAH . Ramah . Percaya diri

. Pendengar dan pemberi tanggapan yang baik

. Cuek dengan penampilan

ROSI FIDKOM

. Introvert

. Solitary (lebih suka sendiri) . Kurang Percaya Diri

3

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 516.

4

. Mudah terbawa lingkungan

TINA TARBIYAH

. Pendiam

. Susah akrab dengan orang baru . Cuek

. Kurang percaya diri

NADA FSH

. Kekanak-kanakan . Berani mengambil sikap . Ceria

. Percaya diri . Humoris

RIFKA SAINTEK

. Tomboy

. Pendiam kalau di rumah

. Banyak bicara kalau di luar rumah Dwi sudah dikenal sebagai hijab cosplayer oleh teman-teman

terdekatnya bahkan dosen di kampusnya. Hal ini memunculkan identitas

baru bagi Dwi sebagai “Pecinta Jepang”. Kepercayaan diri Dwi terbentuk

dari respon-respon positif yang diberikan orang lain saat melihat dirinya

berhijab cosplay, respon tersebut berbentuk applause, orang-orang yang meminta foto bersama dirinya, dan beberapa media komunitas yang turut

serta mewawancarai dirinya saat menjadi hijab cosplayer. Hal itulah yang

membuat diirinya merasa diterima di masyarakat. Namun, ada saatnya

kepercayaan diri Dwi menjadi turun saat ia merasa cemas dengan

penampilannya dan tatapan-tatapan sinis yang diberikan oleh orang lain

saat melihat dan menganggapnya out of character.

Gambar 4.1: (kanan) Gaya berpakaian dwi sehari-hari

Sesungguhnya saat seseorang mendapatkan respon atau

tanggapan negatif yang ditujukan kepada dirinya, maka dibutuhkan

waktu untuk mengembalikan kesadaran diri seseorang untuk kembali ke

fitrahnya. Karena sedikit banyak respon atau tanggapan negatif akan

mempengaruhi pola pikir juga karakter seseorang. Untuk

menyeimbangkannya maka dibutuhkan pengalaman positif untuk

menetralkan kembali hati serta pikiran yang sudah terpengaruh oleh

dampak yang ditimbulkan dari lingkungan tempat anggota hijab

cosplayer melakukan pertunjukan.5 Itulah yang terjadi pada Dwi dan

anggota hijab cosplayer lainnya. Saat ada tanggapan negatif yang

menerpanya, salah satu energi positif yang didapatnya untuk menetralkan

kembali kepercayaan diri mereka adalah dengan respon positif dan

apresiasi yang ditunjukan oleh masyarakat yang menerimanya. Selain itu,

dukungan dari anggota kelompok lainnya juga memberikan dampak

positif bagi diri cosplayer.

Pada kesehariannya Dwi dikenal dengan pribadi yang cerewet

dalam arti kata ia seseorang yang suka sekali berbicara (bukan pendiam)

dan ceria, tetapi saat ia sudah menjadi karakter yang dicosplaykan, maka

karakter asli Dwi tergantikan dengan karakter yang sedang dimainkannya.

Konsep diri yang dibangun oleh Dwi di kehidupan nyata tidak

berpengaruh terhadap dirinya yang sedang bercosplay, hal itu

dikarenakan karakter cosplay dengan karakter asli Dwi memiliki

perbedaan dan Dwi tidak mencampur-adukan keduanya saat ia

5

Ary Ginanjar Agustian. ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ( Jakarta: Penerbit Arga, 2005). h.282.

bercosplay maupun di kesehariannya. Seperti petikan beberapa

wawancara berikut wawancara berikut:

“...Kalo saat bercosplay sih biasanya sesuai sama karakter yang lagi di cosplay-in, misalnya karakter yang sekarang tuh lebih ke pendiem, suka senyum. Tapi senyumnya tuh senyum palsu.”6

“....Pas lagi cosplay ya pada keget juga. “ini dwi, kok gini sih?”

biasanya lo cerewet kok jadi diem?”7

“karakternya sih engga mempengaruhi, jadi masing-masing. Cosplaynya gimana, akunya gimana.”8

Selain itu, kepercayaan diri saat Dwi berhijab cosplay bersama

lebih tinggi dibanding saat ia berhijab cosplay sendiri. Karena dirinya

masih merasa canggung bila berhijab cosplay sedirian pada sebuah event.

Pada lingkungan sosial dan keluarga, orang tua Dwi hanya tahu

bahwa dirinya suka dengan hal yang berhubungan dengan Jepang,

begitupun dengan dosennya. Tetapi mereka tidak tahu bahwa Dwi adalah

seorang hijab cosplayer. Hanya teman-teman terdekatnya dan teman

komunitas sajalah yang mengetahui bahwa dirinya seeorang hijab

cosplayer.

Awal mula Tina bercosplay karena rasa iri melihat orang lain bisa

bercosplay, sedangkan dirinya terhalang dengan dirinya yang memakai

jilbab. Tetapi setelah tahu akan adanya hijab cosplay dan masuk menjadi

anggota IOC, Tina bertemu dengan teman-teman yang memiliki kendala

sama dengan dirinya dan IOC menjadi wadah untuk dirinya membentuk

diri sebagi hijab cosplayer profesional.

6

Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

7

Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

8

Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

Gambar 4.3: (kanan) gaya berpakaian Tina sehari-hari Gambar 4.4: (kiri)Tina bercosplay sebagai Mitsuba

Tina merupakan tipe orang yang pendiam dan sulit akrab dengan

orang-orang yang baru ataupun sebentar dikenalnya. Bahkan kepada

sesama anggota IOC pun masih tidak terlalu akrab, hal itu dikarenakan

intensitas dirinya ikut dalam kegiatan IOC terbagi dengan organisasi lain

yang diikutinya. Tina termasuk orang yang cuek dengan respon negatif

yang ditujukan orang lain kepada dirinya saat menjadi hijab cosplayer.

Walaupun seperti itu, terkadang ia juga merasakan takut dengan

tanggapan orang lain yang ditujukan kepada dirinya, hal itu disebabkan

karena dirinya pernah merasakan langsung pandangan “aneh” dan tidak

suka saat dirinya menjadi hijab cosplay. Hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara berikut:

“....kalo omongan orang sih biarin aja, engga usah dimasukin ke hati.”

“di luar nge-cosplay sih orang-orang ya cuek aja, sebenernya kalo pas nge-cosplay takut di bilang out of character sih, takutnya dibilang

“kok lo jauh banget sih dari karakter yang lo cosplay-in”9

9

Wawancara langsung dengan Tina saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

Namun, tidak sedikit juga menurutnya yang memberikan

tanggapan positif terhadapnya. Selain itu, Tina termasuk orang yang suka

belajar untuk memperbaiki dirinya menjadi yang lebih baik, hal itu

diketahui dari dirinya yang rajin membuka tutorial di Youtube tentang

cara-cara membuat karakter cosplay yang mirip. Tina, melakukan

introspeksi atau peninjauan terhadap apa yang sudah dilakukannya pada

kejadian yang telah lalu dan kemudian berkaca dengan dirinya sendiri

untuk menghasilkan pemahaman dari perilaku yang sudah dilakukannya

terhadap perilaku yang akan dilakukan selanjutnya.10

Tina bukan seorang pemula dalam bercosplay, namun dirinya

masih merasa tidak percaya diri dan takut. Karena hijab cosplay dalam

project ONS IOC merupakan debut pertamanya bercosplay dengan memakai hijab. Sebelumnya ia bercosplay namun tidak memakai hijab,

walaupun kostum yang dipakainya tidak mengumbar aurat. Keikutsertaan

Tina dalam hijab cosplay mempengaruhi dirinya dalam hal merawat dan

memperbaiki diri dalam keseharian dan meningkatkan kemampuannya

dalam menampilakan karakter cosplay yang lebih baik agar lebih percaya

diri saat behijab cosplay.

Motif yang melatarbelakangi keikutsertaan Nada menjadi anggota

IOC dan menjadi hijab cosplay disebabkan menjadi cosplayer memang

sudah keinginannya sejak lama, tetapi hal itu terkendala dengan masih

sedikitnya komunitas hijab cosplay yang diketahui dan berada dekat

dengannya. Namun, setelah mengetahui adanya IOC epiisode UIN yang

10

Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan

mewadahi para pecinta Jepang terutama bagi wanita berhijab untuk tetap

bercosplay, maka Nada tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut

menjadi bagian dari Hijab cosplay IOC episode UIN.

Karakter Nada sehari-hari yang dikenal kekanak-kanakan

mempengaruhi dirinya dalam memilih karakter yang ingin

dicosplaykannya, seperti karater yang “moe” atau imut-imut. Terkadang pengaruh atas respon negatif yang diberikan oleh orang lain saat Nada

sedang berhijab cosplay membuat dirinya tidak percaya diri. Namun,

dukungan dari teman-teman dan anggota komunitas IOC membuat

dirinya tidak terlalu terpengaruh dengan respon negatif tersebut.

Selain kekanak-kanakan, menurut dirinya ia orang yang ceria,

percaya diri, dapat memimpin dan ia tidak suka sendirian, lebih suka

suasana ramai. Selain itu, Nada juga menyukai kekompakan, seperti yang

dikatakannya:

“...kadang satu tim engga bisa kumpul jadi satu. Jadi kurang

lengkap. Padahal maunya kita harus lengkap. Tapi sayangnya engga bisa

lengkap.”11

Teman-teman dan lingkungan sekitarnya mengenal Nada sebagai

seseorang yang humoris dan ceria, hal itu terlihat dari dirinya yang selalu

bisa membuat orang lain tertawa dengan kelakuan yang dibuatnya. Itu

terlihat jelas dari beberapa kali peneliti ikut dalam berbagai kegiatan IOC

episode UIN. Nada sering kali melakukan hal yang dapat membuat

teman-temannya tertawa.Walaupun demikian, Nada ialah orang yang

berani mengambil sikap terhadap apa yang dikatakannya.

“Pantaslah, makanya aku berani ngecosplay”12

11

Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

Itulah yang dikatakannya saat ditanya mengenai kepantasannya

menjadi seorang hijab cosplay. Ia berani membuktikan bahwa dirinya

pantas bercosplay dan tampil di depan publik. Hal yang tidak diketahui

oleh banyak orang ialah Nada yang seorang lulusan pondok pesantren,

tetapi karena penampilannya yang biasa saja maka tidak ada yang

menyangka dirinya dahulu seorang santriwati.

Gambar 4.5: (kanan)gaya berpakaian Nada sehari-hari Gambar 4.6: (kiri) Nada saat bercosplay menjadi Mito

Kepercayaan diri Nada terbentuk karena dukungan penuh oleh

keluarga, terutama ibunya. Menurut ibunya Nada termasuk orang yang

ambisius terhadap hobinya menjadi hijab cosplay. Ia tidak pernah

menyesali membeli kostum dan aksesoris yang mendukungnya untuk

menjadi hijab cosplayer. Ia juga membuktikan kepada ibunya bahwa

tanpa menanggalkan hijabnya ia masih bisa menekuni hobinya menjadi

cosplayer. Hal itu membuat kebanggan tersendiri untuk dirinya dan juga

ibunya. Selain itu, menjadi hijab cosplayer memberikan dampak positif

pada kepercayaan diri dan kreatifitasnya, juga mengajarkan untuk

merawat dan menghias diri sebagai perempuan.

12

Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

Keputusan yang diambil oleh Mayya untuk menjadi hijab

cosplayer dikarenakan dirinya memang sudah menyukai hal-hal tentang

Jepang dan budayanya. Salah satu hal baru yang ingin dicobanya ialah

menjadi seorang hijab cosplay. Ia beralasan bahwa dengan menjadi hijab

cosplay dirinya juga ikut berdakwah melalui hobinya.

Mayya dikenal sebagai seseorang yang ramah dan percaya diri, ia

paling tidak suka bila dirinya dihiraukan dan tidak ada yang bisa

mengimbangi pembicaraannya. Mayya mudah berbaur dan beradaptasi

dengan lingkungannya, oleh sebab itu ia menjadi teman yang baik saat

diajak berkomunikasi. Saat bercosplay, Maya tipe orang yang tidak

peduli dengan cibiran negatif yang diberikan untuknya, selagi masih ada

orang-orang yang selalu mendukung dan mengapresiasi dirinya sebagai

hijab cosplayer. Mayya lebih peduli pada respon orang tua apabila

dirinya yang pulang larut saat dirinya menghadiri event cosplay.

Walaupun begitu, Maya terkadang masih merasa canggung apabila ada

temannya yang baru tahu dan melihat dirinya saat menjadi hijab

cosplayer.

“Mereka ngeliat aku, ya aku asik, kata mereka yaa. Bukan kata aku. Soalnya kata mereka aku nyambung mau diajak ngobrol apa aja aku bisa. Soalnya aku mengikuti mereka juga, temen aku ada yang suka korea, aku suka. Suka Jepang, suka thailand, aku juga suka. Jadi aku

mengimbangi juga ke mereka.”13

Mayya yang di cap “asyik” oleh lingkungannya berusaha menjadi

sesorang yang “asyik” untuk diajak membicarakan banyak hal dengan

orang lain. Karena ia bertingkah laku berdasarkan apa yang dilihat dan

13

Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga secara sadar, mayya

mengikuti dan menjadikan cap “asyik” dari lingkungannya menjadi konsep dirinya.

Gambar 4.7 Mayya saat bercosplay sebagai Shinon Gambar 4.8 gaya berpakaian Mayya sehari-hari

Hampir semua teman sekelas Maya sudah mengetahui bahwa

dirinya hijab cosplayer, mereka mendukung Mayya dengan cara datang

ke event dimana Maya ikut berpartisipasi menjadi hijab cosplayer. Demikian itulah yang memotivasi Mayya untuk tetap bercosplay.

Dukungan juga diperoleh Mayya dari orang tua dan neneknya yang

sudah mengetahui mengenai hobi menggunakan kostum

karakter-karakter fiksi dan beradu peran ini. Ia beranggapan bahwa menjadi hijab

cosplayer membuat dirinya bangga karena dapat menyebarkan trend

positif ke masyarakat luas. Walaupun penampilan sehari-hari yang

ditunjukan oleh Maya terkesan cuek. Namun, Maya merasa pantas dan

“aku pantas, karena aku memang merasa pantas”14

Imbuhnya dengan percaya diri saat ditanyakan mengenai kepantasannya menjadi seorang hijab cosplay.

Lain halnya dengan latar belakang Rosi ikut dalam kegiatan hijab

cosplay, alasan atas dasar ajakan teman dan tidak ingin mengecewakan

teman yang sudah mengajaknya untuk terjun ke hobi yang terbilang baru

baginya membuat Rosi masuk dalam IOC episode UIN Jakarta dan mulai

mencoba berhijab cosplay.

Rosi mengenal dirinya sebagai pribadi yang introvert, suka

melakukan segala hal sendiri, agak sedikit pendiam, kurang percaya diri,

mudah terbawa suasana, suka menyenangkan dirinya sendiri, cuek

terhadap penampilan dan mudah sekali kepikiran dengan banyak hal.

Dalam petikan wawancara berikut, Rosi mengungkapkan bahwa dirinya

yang kurang percaya dengan dirinya sendiri dan mudah merasa cemas:

“....Pas lagi ngecosplay sedihnya, yaa karena engga bisa make up

banget yaa, jadi minta dandanin sana-sini. Aku ngerasa, kok aku engga punya bakat banget jadi cewek. Bahagianya karena temen-temennya mau nolong, asik-asik, temen-temennya care gitu.”15

“cemas kalau waktu yang bertabrakan aja sih gitu, misalnya cosplay kapan dan saat itu ada tugas yang penting juga. Padahal duaduanya pengen selesai bareng-bareng.”16

Tetapi walaupun seperti itu, Rosi mudah beradaptasi dengan

teman-temannya dikarenakan dirinya yang dapat menempatkan diri pada

kelompok pertemanan dengan baik, terutama di lingkungan yang

membuatnya nyaman. Rosi akan mudah dekat dengan teman-teman yang

menurutnya menyenangkan dan dapat diajak susah maupun senang

14

Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di

UIN Jakarta. 15

Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

16

Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.

bersama. Rosi suka melakukan banyak hal sendiri disebabkan oleh

dirinya yang merupakan anak tunggal dikeluarganya, namun saat ia

merasa sendiri dan butuh teman, dirinya tidak akan segan mengajak

teman dekatnya yang lain untuk menemaninya.

Gambar 4.9: (kanan) Rosi yang bercosplay sebagai Gambar 4.10: (kiri) Gaya berpakaian Rosi sehari-hari

Sejauh ini, hanya sedikit orang yang mengetahui identitas Rosi

sebagai seorang hijab cosplay. Seperti, teman dekatnya di universitas dan

teman-teman dari IOC saja. Hal itulah yang membuat Rosi kurang

percaya diri saat dirinya sedang menjadi hijab cosplyer selain hijab

cosplay pada project ONS ini merupakan debut pertamanya sebagai hijab

cosplayer, walaupun menurutnya teman-teman dekatnya suka akan

dirinya yang menjadi hijab cosplayer dan hanya orang lain (asing atau

tidak dikenalnya) yang berbisik dibelakang dengan guyonan mereka

tentang karakter cosplay yang dihijabkan.

Sama halnya dengan Rosi yang menilai dirinya sebagai pribadi

yang introvert. Rifka pun menilai dirinya sebagai pribadi yang introvert,

namun ia menjadi pribadi yang tertutup dan pendiam hanya saat berada

sedang berada di rumah. Rifka menyadari hal itu dan memberikan alasan

bahwa jika di rumah ia tidak memiliki teman berbagi cerita layaknya

teman. Rasa tidak enak membagi cerita terutama hal “percintaan” dengan

orang tua membuatnya lebih suka menyimpannya saja jika berada di

rumah. Ditambah ia merupakan anak pertama dari dua adik yang

semuanya laki-laki.

Selain mengenal dirinya sebagai seorang yang ambievert. Ia juga

menilai dirinya agak sedikit tomboy. Walaupun gaya busananya selama

tiga tahun terakhir ini hanya menggunakan pakaian berjenis rok. Banyak

teman-temannya yang tidak percaya kalau dirinya sering bercosplay

dengan karakter-karakter yang berkebalikan dengan karakter yang

ditunjukan Rifka sehari-hari. apa yang ditunjukan Rifka di depan

teman-temannya menganai pribadinya yang tomboy berbanding terbalik dengan

keinginan hatinya yang selalu menginginkan menjadi wanita yang lebih

manis.

Gambar 4.11 gaya berpakaian Rifka sehari-hari Gambar 4.12 Rifka saat menjadi hijab cosplayer

Setiap orang memiliki sifat ekstrovert dan introvert dalam diri

yang terdapat dalam diri orang tersebut.baukan berarti buruk dan

introvert bukan berarti baik. Keduanya sama saja, tergantung pada

kondisi dan pada aspek apa sifat itu diuntungkan. 17 Eysencek

mengelompokan ciri dua kepribadian berikut menjadi:

Tabel 4.2

Ciri-ciri sifat ekstrovert dan introvert18

Ekstrovert Introvert

Banyak teman, Butuh teman

bicara, Tidak menyukai

kesendirian, Menyukai

kegembiraan, Senang bercanda, Mudah berteman, Optimistik, aktif, berani mengambil resiko, bebas, menyukai perubahan

Pendiam, Tenang, Introspektif, Lebih senang membaca buku daripda berhubungan degan orang lain, Tidak mudah marah, Mengambil jarak kecuali pada teman dekat, Menjaga perasaan, pesimistik, serius, hidup teratur.19

Oci, orang yang kurang bisa membanggakan dirinya akan lebih

membutuhkan persetujuan sosial dari lingkungannya dan lebih sensitif

terhadap bentuk-bentuk penolak yang ditujukan kepadanya.20Perubahaan

suasana hati dapat mendorong seseorang mengubah atau mengatur

dirinya. Saat suasana hati menjadi buruk maka hal itu akan mendorong

seseorang untuk mencari teman atau merileksasikan dirinya

Dari pemaparan tindakan, sikap, respon dan latar belakang enam

hijab cosplayer IOC episode UIN diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

baik Rosi, Tina maupun Rifka memiliki pribadi introvert pada situasi dan

lingkungan tertentu dan mereka akan berubah menjadi pribadi ekstrovert

di lingkungan yang membuat mereka nyaman sehingga membawa

17

Rafy Sapuri, Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009) h. 168. 18

Rafy Sapuri , Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 168.

19

Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 155.

20

mereka menjadi lebih terbuka dan dapat secara lepas mengekspresikan

diri tanpa takut mendapatkan respon negatif ataupun tidak mendapatkan

dukungan. Sedangkan bagi ketiga cosplayer lainnya yang memiliki

pribadi yang dominan ekstrovert dan memiliki kepercayaan diri tinggi,

selain disebabkan oleh dukungan dari orang-orang terdekat terutama

keluarga, lingkungan komunitas yang membuat mereka nyaman juga

membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri hijab cosplayer.

b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain

Orang lain dapat memberikan penilaian terhadap diri kita baik

secara langsung dengan cara memberikan feedback secara aktif mengenai diri kita, juga penilaian secara tidak langsung yaitu dengan cara

melakukan refleksi terhadap reakasi yang diberikan oleh orang lain

menyangkut perilaku yang kita lakukan. Maksudnya ialah mengamati

cara orang lain bersikap dan memandang diri kita saat bersama

dengannya, lalu memasukan pandangan tersebut ke dalam konsep diri

yang kita miliki.21

Tabel 4.3

Konsep diri anggoa hijab cosplay IOC Eps UIN Jakarta berdasarkan penilaian orang lain22

NAMA

ANGGOTA FAKULTAS KONSEP DIRI

DWI FIDKOM

. Pendengar dan pemberi tanggapan yang baik

. Pintar

. Banyak bergerak/ aktif

21

Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan

Dokumen terkait