• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku Community Episode Uin Jakarta Dalam Mempertahankan Identitas Keislaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku Community Episode Uin Jakarta Dalam Mempertahankan Identitas Keislaman"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Nurfitriani 1112051000033

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

Konsep Diri Anggota Hijab Costum Player (Hijab Cosplay) Islamic Otaku Community Dalam Mempertahankan Identitas Keislaman

Kemunculan hijab costum player (cosplay) memunculkan pro kontra di kalangan pecinta Jepang maupun masyarakat umum. mempengaruhi khalayak yang beragama islam. Kelompok pro akan mendukung dengan alasan hijab cosplay merupakan tren positif dan unik, sedangkan kelompok kontra beralasan bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter asli. Respon pro dan kontra ternyata dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh cosplayer. Konsep diri

cosplayer bisa terbentuk dan berubah menjadi positif atau negatif tergantung dari stimulus dari luar dan penilaian mereka terhadap diri sendiri. Konsep diri inilah yang akan mempengaruhi cosplayer bersedia atau tidak untuk mempertahankan identitas agamis yang mereka miliki.

Berdasarkan pada konteks di atas penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan mengenai: bagaimana konsep diri anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) episode UIN Jakarta? Dan bagaimana cara yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman sebagai Muslimah?

Teori yang akan dipakai ialah teori konsep diri William D.Brooks yang menyatakan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor orang lain, kelompok rujukan dan diri sendiri dan teori identitas spiritual menurut Penney Upton bahwa identitas spiritual berupa keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan spiritualitas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dan instrumen penelitian yang digunakan berupa observasi, Focus Group Discussion

(FGD), wawancara, studi dokumentasi dan partisipasi peneliti pada setiap acara yang dihadiri oleh hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta memiliki konsep diri yang positif. Hal itu disebabkan karena kebanggaan dan kepercayaan diri mereka sebagai hijab cosplay, berupa keaktifan,

kekreatifan dan keinovatifan. Pada realitasnya IOC memberikan wadah kepada pecinta Jepang yang beragama Islam dan ingin bercosplay memiliki kepercayaan diri untuk berhijab cosplay atau beralih menjadi hijab cosplay.

Cara yang dilakukan oleh anggota IOC episode UIN Jakarta untuk menjaga identitas keislaman berbentuk peraturan yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Diantaranya, menjaga perkataan, tidak boleh menghina dan bertengkar, tidak membahas dan menyebarluaskan pornografi dalam bentuk apapun, memanggil dengan panggilan yang tidak disukai dan menjaga jarak dengan lawan jenis. Bagi cosplayer, pemilihan karakter, kostum yang sudah dimodifikasi agar tidak melanggar etika berbusana dalam Islam dan cara berhijab menjadi acuan dalam mempertahankan identitas keislaman. Selain itu, menunaikan sholat menjadi kewajiban yang paten bagi mereka laksanakan dimanapun event cosplay yang diadakan dan dalam keadaan apapun.

(6)

iii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Alhamdulillah. Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi besar,

Nabi agung tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk

umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Konsep Diri

Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta

dalam Mempertahankan Identitas Keislaman” ini dapat penulis selesaikan.

Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang

telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses

penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya

kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik,

Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, M.A dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(7)

iv

selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

terima kasih atas keikhlasannya telah mengajari dan memberikan ilmu kepada

penulis. Penulis memohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap

atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu. Penulis sangat

mengharapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu

berikan berkah dan bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain.

6. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta

pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanan dan kerja samanya. Semoga

pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

7. Bapak Ahmad Damyati dan Ibu Sukwati serta Teteh Yayah Fauziah, terima

kasih untuk berbait-bait do’a yang tak pernah berhenti terucap untuk penulis.

Terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungannya selama ini. I’m

so grateful to have you All

8. KLISE FOTOGRAFI yang telah banyak memberikan penulis pelajaran dan

pengalaman. IOC Episode UIN Jakarta yang sangat kooperatif,

menyenangkan dan baik sekali selama penelitian.

9. TIJEL (Dita, Keke, Epang, Tiray). TIWZ (Nunu dan Devi Jawir),

MaLoveSoul (Pammy dan Rween). KPI B angkatan 2012, KKN ORION

(8)

v

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, dengan lapang dada

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga segala apa

yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta

memberikan nilai kebaikan baik untuk penulis maupun para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 20 September 2016

Penulis

(9)

vi

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Kerangka Konsep ... 14

F. Metodologi Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Diri ... 27

B. Identitas Diri... 35

C. Adab Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam ... 40

D. Cosplay dan Model Cosplay ... 47

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Islamic Otaku Community (IOC) ... 53

B. Visi dan Misi ... 56

1. Visi ... 56

2. Misi ... 56

C. Program-Program ... 56

1. Program Jangka Panjang ... 56

(10)

vii

F. Struktur Besar Kepengurusan Islamic Otaku Community ... 63

G. Struktur Inti Kepengurusan IOC Episode UIN Jakarta ... 64

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ... 65

A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta ... 65

1. Latar Belakang Subjek Focus Group Discussion (FGD) ... 65

2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN Jakarta ... 68

a. Berdasarkan Penilaian Diri Sendiri ... 69

b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain ... 83

c. Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan ... 87

d. Konsep Diri Positif dan Negatif Hijab Cosplayer Anggota IOC Episode UIN Jakarta ... 91

B. Cara Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta Mempertahankan Identitas Keislaman ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(11)

viii

Gambar 2.1. Hatsune Miku, Japan Idol Star ... 50

Gambar 2.2. Shinoa Dan Mitsuba dalam Anime Owari No Seraph ... 51

Gambar 2.3. Cross Dress dari Anime Bleach ... 51

Gambar 2.4. Harajuku Style ... 52

Gambar 2.5. Tokusatsu atau Superhero Fiksi dari Jepang ... 52

Gambar 3.1. Project Cosplay Tokyou Ghoul ...59

Gambar 3.2. Cosplay Owari No Seraph, IOC Episode UIN Jakarta ... 60

Gambar 3.3. Cosplayer IOC Episode UIN dalam IC Fest ... 60

Gambar 3.4. Cosplay Tokyo Ghoul pada Hello Fest 2015 ... 60

Gambar. 3.5.Gathering IOC pada Acara di Pikologi UIN Jakarta ... 61

Gambar 3.6. Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community ... 63

Gambar 4.1. (Kanan) Gaya Berpakaian Dwi Sehari-Hari ... 70

Gambar 4.2. (Kiri) Dwi Saat Bercosplay Menjadi Shinoa ... 70

Gambar 4.3. (Kanan) Gaya Berpakaian Tina Sehari-Hari ... 73

Gambar 4.4. (Kiri)Tina Bercosplay Mitsuba ... 73

Gambar 4.5. (Kanan)Gaya Berpakaian Nada Sehari-Hari ... 76

Gambar 4.6. (Kiri) Nada Saat Bercosplay Menjadi Mito ... 76

Gambar 4.7. (Kanan) Mayya Saat Bercosplay Sebagai Shinon ... 78

Gambar 4.8. (Kiri) Gaya Berpakaian Mayya Sehari-Hari ... 78

Gambar 4.9. (Kanan) Rosi Yang Bercosplay Sebagai Silica ... 80

Gambar 4.10. (Kiri) Gaya Berpakaian Rosi Sehari-Hari... 80

Gambar 4.11. (Kiri)Gaya Berpakaian Rifka Sehari-Hari ... 81

Gambar 4.12. (Kanan) Rifka Saat Menjadi Hijab Cosplayer ... 81

Gambar 4.13. (Kiri) Dwi Berhijab Cosplay Sebagai Shinoa ... 101

Gambar 4.14. (Kanan) Karakter Shinoa Owari No Seraph ... 101

Gambar 4.15. (Kiri) Tina Berhijab Cosplay Sebagai Mitsuba ... 101

Gambar 4.16. (Kanan) Karakter Mitsuba Owari No Seraph ... 101

Gambar 4.17. (Kiri) Nada Berhijab Cosplay Sebagai Mito ... 101

Gambar 4.18. (Kanan) Karakter Mito Owari No Seraph ... 101

Gambar 4.19. (Kiri) Mayya Berhijab Cosplay Sebagai Sayuri ... 102

Gambar 4.20. (Kanan) Karakter Sayuri Owari No Seraph ... 102

Gambar 4.21. (Kiri) Rosi Berhijab Cosplay Sebagai Yukimi ... 102

Gambar 4.22. (Kanan) Karakter Yukimi Owari No Seraph ... 102

Gambar 4.23. (Kanan) Rifka Berhijab Cosplay Sebagai Kotori ... 102

(12)

ix

Tabel 3.1. Kegiatan IOC Episode UIN Periode 2015-2016 ... 58

Tabel 4.1. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Berdasarkan

Penilaian Diri Sendiri ... 69

Tabel 4.2. Ciri-Ciri Sifat Ekstrovert dan Introvert ... 82

Tabel 4.3. Konsep Diri Anggoa Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta

Berdasarkan Penilaian Orang Lain ... 84

Tabel 4.4. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta

(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena perkembangan budaya-budaya populer banyak

mempengaruhi dalam bidang seni yang membawanya melewati batas wilayah

negara. Majunya teknologi dan penyebaran informasi yang syarat akan

budaya yang terbawa di dalamnya membuat orang-orang yang berada di

bagian dunia lain dapat mengetahui, belajar, juga mengadopsi budaya luar

yang masuk untuk dijadikan landasan dalam perilaku juga gaya hidup.

Budaya asing dapat masuk kapan saja dan membuat perubahan yang

signifikan mulai dari pola pikir, perilaku maupun pola hidup masyarakat. Hal

itu berkaitan dengan konsep diri yang dibangun oleh individu dan cara

menyikapi masuknya budaya asing tersebut. Konsep diri yang positif akan

membawa individu pada keberhasilan dalam hidupnya, karena individu akan

lebih optimis dan menanggapi pendapat orang lain sebagai masukan untuk

memperbaiki dirinya. Berbanding terbalik dengan konsep diri yang dibangun

oleh individu itu negatif maka ia akan lebih pesimis menjalani hidup, lebih

banyak ketakutan dan berlaku inferior. Konsep diri sendiri bisa dilihat dari

sikap yang ditunjukkan oleh individu dalam menjalani kesehariannya.

Saat ini, budaya populer seperti costum player atau biasa disebut dengan cosplay yang sudah menjadi tren di berbagai belahan dunia seperti,

(14)

kostum dan aksesoris yang terkonstruksi dari berbagai budaya populer seperti

manga (komik), anime (kartun) dan game. Cosplay biasanya mengidentifikasi diri mereka dengan karakter-karakter fiksi melalui pakaian atau penampilan

yang berbeda dengan orang kebanyakan. Pakaian yang digunakan akan

terlihat mencolok begitupun dengan aksesoris dan riasan yang dipakai. Selain

itu para pelaku cosplay berusaha menirukan adegan-adegan atau gerakan

karakter yang sedang diperankannya untuk mendukung dan melengkapi

penampilan mereka agar semirip mungkin. Pelaku cosplay disebut dengan

cosplayer/ coser. Biasanya cosplayer akan berkumpul pada acara-acara tertentu bersama cosplayer lainnya dan juga penikmat cosplay. Terdapat beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan ditiru oleh banyak coser

diantaranya cosplay anime atau manga, cosplay game, cosplay gothic, cosplay original, cosplay dongeng dan harajuku style.1

Hijab cosplay sendiri merupakan salah satu project atau program yang dimiliki oleh Islamic Otaku Community yang ada pada tiap chapter maupun tiap episodenya, salah satunya episode UIN Jakarta. Anggota-anggotanya

terdiri dari mahasiswi-mahasiswi dari berbagai fakultas. Latar belakang

terbentuknya Islamic Otaku Community di UIN Jakarta dikarenakan banyaknya tanggapan miring mengenai pecinta Jepang yang bersumber dari

komunitas-komunitas Islam maupun dari civitas akademik UN Jakarta. Oleh

karena itu, dicetuskanlah Islamic Otaku Community yang menjawab bahwa

1

Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari

(15)

tidak semua pecinta Jepang dan cosplay melupakan identitas diri mereka

sebagai seorang muslim atau muslimah.2

Cosplayer atau coser meniru dan menggunakan berbagai perlengkapan yang menunjangnya agar menyerupai bahkan sama dengan

karakter yang diperankannya, meninggalkan karakter asli mereka yang

biasanya dijalankan sehari-hari menjadi karakter lain yang disenangi dan

sedang diperankannya. Namun, banyak juga Cosplayer yang tidak hanya

mengubah penampilan saat menjadi karakter tertentu, tapi juga mengubah

perilaku dan gaya hidup cosplayer yang bersangkutan. Konsep diri yang

dibangun oleh seorang coser berubah dan berkembang sejalan dengan akumulasi pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Konsep diri mencakup keseluruhan persepsi individu tentang karakter dirinya,

citra tubuh, kemampuan yang dimiliki, emosi serta hubungan dengan orang

lain.

Keberadaan Islamic Otaku Community yang muncul akibat masuknya budaya pop Jepang dianggap dapat membuat perubahan pada anggotanya

yang merupakan mahasiswi UIN Jakarta dan ikut terjun langsung menjadi

hijab cosplay, juga bagi dunia cosplay Jepang yang ada di Indonesia saat ini.

Dikarenakan UIN Jakarta merupakan instansi pendidikan Islam yang

didalamnya menegaskan dan mengharuskan setiap civitas akademiknya

menanamkan nilai Islam, baik dari segi fisik yang terlihat maupun nafs (jiwa).

Munculnya Islamic Otaku Community terutama Hijab cosplay memunculkan terjadinya percampuran antara nilai-nilai Islam dengan budaya Pop Jepang

2

(16)

yang dapat mengakibatkan perubahan pada identitas, gaya berpakaian,

perilaku, maupun gaya hidup hijab cosplay. Hal ini menjadi tantangan untuk

nilai-nilai dasar norma dan agama.3

Menurut William D.Brooks konsep diri adalah pandangan seseorang

tentang dirinya yang terdiri dari dua komponen yaitu kognitif dan afektif yang

dipengaruhi oleh persepesi orang lain dan dirinya sendiri. komponen kognitif

berupa citra diri dan komponen afektif yaitu harga diri. Seseorang yang

dinilai bodoh maka akan ada dua kemungkinan harga diri yang dimilikinya,.

Pertama, ia malu menjadi orang bodoh dan yang kedua dia tidak peduli

dengan dirinya yang bodoh.4

William H. Fitts berpendapat bahwa konsep diri berpengaruh kuat

terhadap tingkah laku seseorang. Perilaku, penampilan dan gaya hidup yang

dibawa dalam budaya Jepang berpengaruh terhadap pelaku-pelaku atau

generasi muda yang terpikat dan mengadopsi budaya dalam hal ini cosplay

Jepang dalam kehidupan mereka terutama dalam membangun konsep diri

mereka.5

Selain itu, konsep diri akan melahirkan identitas diri yang bermakna

kesamaan atau identifikasi dengan seseorang atau sesuatu.6 Dalam hal ini

banyak cosplayer yang mengubah identitas diri mereka di kehidupan nyata

demi melebur dengan karakter yang sedang diperankannya. Tetapi tidak

sedikit pula yang menjadikan identitas dalam karakter yang diperankannya

3

Islamicotaku.co.id/profile diakses pada tanggal 31 Juli 2016 pukul 19.20 WIB 4

Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). h.

160

5

Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi

Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom:

Universitas Padjajaran, 2010), h. 76.

6

(17)

menjadi identitas mereka yang terbawa hingga ke dunia nyata. Tapi

nyatannya menurut Lestari dalam Ganendra Widigdya menyatakan bahwa

terjadi skizofrenia sosial atau kepanikan yang menyebabkan seseorang

semakin menjauhi nilai identitas asal mereka. Sehingga tidak ada persamaan

antara karakter fisik maupun sifat orang yang melakukan cosplay dengan diri

mereka sehari-hari.7

Fenomena cosplay yang terus berkembang didukung dengan budaya

populer dari luar negeri yang juga masuk ke Indonesia tanpa hambatan

membuat akulturasi budaya yang saling mengkombinasi satu sama lainnya.

Di kutip dari Republika.co.id bahawa dalam catatan The Pew Forum on Religion & Public Life 2010 menyatakan Indonesia berada di Peringkat pertama sebagai negara dengan populasi orang Islam tertinggi di dunia

dengan persentase sekitar 88.1 persen penduduk memeluk agama Islam atau

hampir 12.7 persen dari populasi dunia.8 Sehingga tidak dipungkiri banyak

bermunculan orang Islam yang juga ikut menggemari dan menjadi

pelaku-pelaku cosplay. Tentu saja, hal ini memunculkan pertanyaan mengenai

konsep diri yang dibangun oleh pemuda-pemudi Islam yang juga ikut terjun

dalam seni berkostum ini. Mengapa demikian? Dan bagaimana identitas

keislaman terutama bagi muslimah yang menjadi hijab cosplay. Karena

tentunya ada perbedaan antara cosplay secara umum dengan cosplay

7

Lestari Indah, Cosplay: Postmodernisme and Japanese popular Culture in Indonesia,

terms paper: reading in literary Theory & Criticism, Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India, 2011.

8

Angga Indrawan, Inilah 10 negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia.

dipublikasikan pada 27 Mei 2015, pukul 06.16 WIB

m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/27noywh5-inilah-10negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia diakses

(18)

Muslimah, juga konsep diri serta identitas diri seperti apa yang mereka

tonjolkan dalam kehidupan.

Perbedaan yang mendasar dari cosplay umum dengan cosplay

Muslimah diantaranya ialah cara berpakaian sesuai karakter yang mereka

perankan serta cara berhubungan dalam mendalami karakter yang sedang

mereka perankan di area bercosplay. Banyak di antara cosplay umum memamerkan lekukan tubuh atau dengan pakaian yang minim yang sama

persis dengan karakter idola mereka. Sedangkan, pada cosplay Muslimah,

penampilan sexy dan membentuk lekuk tubuh sangat dihindari begitu juga

dengan penggunaan wig yang disiasati dengan memodifikasi hijab sehingga menyerupai rambut pada karakter yang mereka perankan.

Karakter-karakter dalam cosplay sedikit banyak memamerkan lekuk

tubuh juga mempertontonkan aurat yang menurut ajaran dan konsep

berpakaian dalam Islam seharusnya ditutupi untuk menghindari dari berbagai

macam hal buruk. Adab berpakaian dalam Islam yang mengharuskan agar

setiap Muslimah agar tidak menampakan lekuk tubuh, juga tidak memakai

pakaian yang tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya agar terhindar

dari adanya fitnah.9

Komunitas-komunitas cosplay yang berbasis Islam memang belum

banyak bermunculan di Indonesia, namun eksistensi mereka saat ini juga

tidak dapat diabaikan. Komunitas yang mengatasnamakan komunitas Islam

dengan ciri khas cosplaynya yang memakai hijab diantaranya ialah Islamic

Otaku Community dan Hijab Cosplay Indonesia. Tentunya kemunculan

9

M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2010),

(19)

cosplayer-cosplayer Muslimah ini menimbulkan berbagai macam tanggapan di masyarakat, baik dari sesama pelaku cosplay yang mendukung ataupun

cosplayer lain yang menganggap bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter asli (OOC atau out of Character). Stigma positif dan negatif yang diterima oleh cosplayer Muslimah dengan upaya memodifikasi penampilan karakter

yang diperankan dengan hal yang dapat mempertahankan identitas keislaman

mereka dan tetap menjaga syariat agama, terutama dalam beebusana, beriskap

dan berperilaku.

Berdasarkan pada alasan-alasan di atas, maka penelitian ini diberi

judul “KONSEP DIRI ANGGOTA HIJAB COSPLAY ISLAMIC

OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA DALAM

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan pada masalah di atas maka penelitian ini akan

membatasi masalah hanya pada member atau anggota dan pengurus

Islamic Otaku Community (IOC) sebagai individu. Sebaliknya, penelitian ini tidak memfokuskan pada pesan berupa teks dan makna mengenai

Islamic Otaku Community (IOC), tidak juga pada organisasi yang menaunginya dan dampak dari kegiatan bercosplay.

(20)

2. Rumusan Masalah

Adapun pokok masalah yang menjadi kajian berdasarkan pada

masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti,

meliputi:

1. Bagaimana konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay

Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan

pada penilaian diri sendiri, orang lain, kelompok rujukan terkait

konsep diri milik William D.Brooks ?

2. Bagaimana cara Hijab cosplayer mempertahankan identitas keislaman sebagai seorang Muslimah berdasarkan pada konsep identitas agamis

Penney Upton?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan gambaran mengenai konsep diri yang dibangun

oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan pada penilaian diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan.

b. Untuk memberikan gambaran mengenai cara mempertahankan

(21)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua aspek

yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis

a. Manfaat Akademis

Diharapkan dengan adanya skripsi mengenai konsep diri

dalam mempertahankan identitas keislaman dengan subjek Hijab

Cosplay Episode UIN Jakarta, penelitian ini akan menyumbangkan

dan menambah referensi pada penelitian yang sejenis dan referensi

Ilmu Komunikasi, terutama dalam bidang Psikologi Komunikasi,

yaitu komunikasi antar personal mengenai konsep diri (William D.

Brooks) dan identitas agamis (Penney Upton) dalam hal ini

identitas keislaman yang dibangun dan ditimbulkan dengan adanya

budaya pop Jepang yang mencampurkan antara budaya Jepang

yang bebas dengan etika Islam.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi anggota

Islamic Otaku Community (IOC) baik yang berada di dalam

dan di luar UIN Jakarta, maupun bagi cosplayer di luar Islamic

Otaku Community untuk memberikan gambaran terkait perihal

konsep diri anggota komunitas Islamic Otaku Community .

2. Menggambarkan upaya komunitas dan anggota dalam

mempertahankan identitas Islami dalam hal berbusana, bersikap

(22)

D. Tinjauan Pustaka

Uraian berikut akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah

dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan

penting dilakukan.

1. Genendra Widigdya membuat makalah individu singkat dengan dosen

pengampu Drs. Sudiyono S.U Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dengan judul Komunitas Cosplay: Tantangan Bagi Identitas Sosial Indonesia. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwasanya cosplay menjadi tantangan bagi setiap bangsa terutama bagi bangsa di kawasan

Asia dikarenakan kegiatan bercosplay yang dianggap menjauhi identitas

diri di dunia nyata dengan identitas saat seseorang sedang melakukan

aktivitas cosplay. Cosplayer cenderung terfokus pada bagaimana menjadi karakter ideal dan menjadi semirip mungkin dengan idola yang mereka

dengan melakukan transformasi dari segi fisik maupun karakter yang

berlawanan dengan identitas asli mereka yang bahkan tidak ada dalam

identitas asal cosplayer.

Pada penelitian yang dibuat oleh Genendra Widigdya diperoleh

persamaan dalam segi subjek yang diteliti yaitu mengnai identitas

cosplayer. Namun, pada penelitian ini cosplayer yang diteliti ialah

cosplayer secara umum atau konvensional dan subjek penelitiannya

hanya identitas bangsa, sedangkan pada penelitian ini akan menitikkan

pada konsep diri dan identitas cosplayer pada komunitas cosplay Islami.

2. Rizma Afian Azhiim dalam karya ilmiah yang dibuatnya mengenai

(23)

dengan judul Identitas dan Subjektivitas Budaya Populer Cosplay di Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa budaya populer Jepang dibawa akibat dari berkembangnya teknologi yang dapat

melintasi rruang dan waktu. Peran pemerintah Jepang melalui jalur

diplomasi membuat budaya juga nilai-nilai masyarakat Jepang ke seuruh

dunia. adanya cosplay secara bersamaan maupun bertahap merasuk ke ranah subjektivitas dan identitas masyarakat Indonesia, contoh nyatanya

yaitu gaya berpakaian anak muda yang banyak meniru role model yang disenanginya.

Pada penelitian ini, subjek yang diangkat ialah Cosplayer

Indonesia secara umum atau konvensional. Dan objek yang diteliti

mengenai subjektivitas dan identitas budaya yang dibawa oleh cosplayer.

Dan meenggunakan pendekatan psikoanalisis dengan teori subjektivitas

Foucault, dimana menurut Foucault subjectivitas muncul akibat sesuatu

yang dimunculkan atau bahkan dibuat-buat untuk membentuk suatu

produk historis.

3. Fidy Ramzielah F membuat Kajian Sastra dan Budaya, Fakultasi Ilmu

Budaya S2, Universitas Airlangga, Surabaya yang berjudul Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas SubkulturVirtual di Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa hijab cosplay muncul akibat adanya akulturasi subkultural budaya yang masuk

dengan budaya yang menetap di dalamnya. Hijab cosplay gallery

menjadi wadah tersendiri bagi hijab cosplayer yang awal mulanya berada

(24)

gallery terkesan membatasi dirinya terjhadap cosplay konvensional dan

hanya pada orang-orang yang memiliki sambungan internet saja. karena

hanya dapat dilihat pada web atau social media mereka.

Subjek penelitian yang diangkat mengenai hijab cosplayer yang

ada di Indonesia maupun di mancanegara. Sedangkan objek penelitian

yang diangkat ialah bagaimana hijab cosplay gallery menyebarkan tren

cosplay berhijab, yaitu dengan menggunakan sosial media dan website

resmi dari hijab cosplay gallery dan menjadikannya sebagai wadah untuk

bersilaturahmi dan mensosialisasikan keutamaan dari berhijab bagi

wanita.

4. Diny Fitriawati membuat penelitian untuk Program Magister Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran,

Bandung dengan judul “Konsep Diri Dan Pola Komunikasi Cosplayer : Self Concept And Communication Patterns In Cosplayer”

Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsep diri anggota cosplay

AEON cosplay team cenderung psitif karena baiknya interaksi yang

dialkukan oleh sesama anggota kelompk tersebut. hal itu dikarenakan

adanya kesamaan motif yang melatarbelakangi anggotanya untuk masuk

dan mengikuti kegiatan bercosplay. Konsep diri yang dibentuk oleh

AEON cosplay team dapat dilihat dari tindakan terlihat yang dilakukan

oleh anggotanya yang juga menyertakan pesan yang bersifat verbal

maupun non-verbal. Pola komunikasi AEON cosplay team terbentuk dari

(25)

Metode penelitian yang dilakukan ialah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan objek penelitian

mengenai konsep diri dan pola komunikasi anggota kelompoknya.

Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota komunitas

AEON cosplay team Bandung.

5. Felicia Wonodihadrjo dalam jurnal E-komunikasi Volume 2 Nomor 3

Tahun 2014. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Komunikasi, Universitas Kristen Petra, Surabaya dengan judul penelitian

“Komunikasi Kelompok yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay “COSURA” Surabaya”. Kesimpulan yang didapat

pada penelitian ini bahwa konsep diri individu terbentuk dari komunikasi

yang dijalin antar anggota kelompok dalam kelompok itu sendiri. konsep

diri negatif biasanya dimiliki oleh anggota baru dalam kelompok cosplay

COSURA karena anggota baru belum banyak berkontribusi dan masih

tertutup terhadap anggota kelompok lainnya. Namun, bagi anggota yang

memiliki konsep diri negatif, setelah lama bergabung maka konspe diri

yang dimiliki berangsunr menjadi positif. Hal itu dikarenakan sudah

terciptanya komunikasi yang baik dan saling keterbukaan antar anggota

kelompok cosplay tersebut.

Objek penelitian ini menitik beratkan pada konsep diri anggota

cosplay dan juga teori konsep diri postif-negatif milik William D.

Brooks. Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota cosplay

COSURA yang aktif mengikuti rapat mingguan ataupun event komunitas

(26)

menggunakan metode survey dan berlandaskan pada teori mengenai

komunikasi kelompok, juga konsep diri.

E. Kerangka Konsep

1. Konsep diri

Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita

rasakan. Dalam hal ini seorang manusia akan mempersepsikan dirinya

sendiri berdasarkan apa yang dia rasakan dan juga berdasarkan atas

persepsi orang lain dalam melihat dan memandang dirinya. Penilaian

yang diberikan oleh diri sendiri dan penilaian dari orang lain memberikan

pengaruh terhadap konsep diri atau makna realitas diri yang dibangun

oleh manusia.10

William D. Brooks menyatakan konsep diri diartikan sebagai

persepsi tentang diri yang sifatnya fisik berupa penampilan dan bentuk

10

Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997),

h.100.

KONSEP DIRI (WILLIAM D.BROOKS)

IDENTITAS AGAMIS (PENNEY UPTON)

ETIKA BERPAKAIAN BAGI WANITA DALAM ISLAM

(Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita,)

COSPLAY DAN MODEL/ TIPE COSPLAY

(27)

tubuh yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Juga bersifat

psikologis berupa karakter diri, keadaan emosional dan juga bersifat

sosial yang berhubungan dengan interaksi yang dilakukan bersama

individu lainnya.11

2. Identitas

Hogg & Abram menyatakan bahwa identitas diri adalah konsep

yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan mengenai tentang

siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka

berhubungan dengan orang lain.12 Sehingga akan terlihat identifikasi dan

kesamaan pada seseorang atau sesuatu tersebut yang diakui oleh banyak

orang yang melihatnya, dimana kita yang menjadi objek dalam

identifikasi tersebut diimajinasikan dan direpresentasikan kepada diri

sendiri untuk memberikan dan menampilkan identitas dirinya kepada

orang lain.

Sedangkan identitas spiritual atau identitas agamis berkaitan

dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan perilaku-perilaku

agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.13

Dalam Islam, seorang Muslim atau Muslimah akan menampilkan

identitas keislaman mereka dengan menggunakan busana yang sesuai

dengan ajaran atau bagi Muslimah menggunakan jilbab atau hijab

sebagai penutup kepala yang merupakan aurat wanita.

11

Nina Mutmainah, et al, Psikologi Komunikasi, h. 100.

12

Hogg, Michael A & Abrams, D (1990). Social Identification; A Psychology of

Intergroup Relation and Group Process. [On-line]

http://books.google.co.id/books?id=50OV4gqcFA0C&printsec=frontcover&dq=Social+Identifica ion%3B+A+Psychology+of+Intergroup+Relation+and+Group+Process&hl=en&sa=X&ei=kpnn Yr9NMHrrQeAzIHwDQ&redir_esc=y diakses tanggal 9 Mei 2016. pukul 11.20.

13

(28)

3. Etika Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam

Menurut M. Quraish Shihab, adab berpakaian dalam Islam selain

menutup aurat bagi laki-laki maupun perempuan, juga yang dianjurkan

seharusnya ialah menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua

telapak tangan, sederhana dalam berpakaian dan berhias, menampakan lekuk tubuh juga tidak tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya

agar terhindar dari adanya fitnah, dikenal oleh masyarakat Islam, tidak

menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai

pakaian wanita14 Sedangkan menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal,

dalam Fiqh Wanita, etika berpakian bagi wanita diantaranya menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak tangan, sederhana

dalam berpakaian dan berhias, tidak tipis menerawang sehingga warna

kulit masih bisa terlihat, dikenal oleh masyarakat islam, tidak menyerupai

pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian

wanita, dan berbeda dengan pakaian wanita kafir.15

4. Model dan Tipe Cosplay

Gerald S. Wilson dan Michael S. Hanna mengungkapkan

bahwasanya ada tiga hal yang menyebabkan seorang individu

memutuskan untuk menjadi atau masuk dalam keanggotaan kelompok

tertentu, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh anggota kelompok yang akan

dimasukinya, kegiatan dan tujuan kelompok, terakhir berdasarkan atas

14

M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, h.124-127.

15

(29)

alasan-alasan individu tersebut, dapat berupa alasan yang menyangkut

pribadi, sosial, simbolik maupun ekonomi.16

Ada beberapa komponen yang membedakan seseorang masuk

dalam sebuah komunitas, diantaranya berdasarkan lokasi orang tersebut

tinggal, berdasarkan minat dan kesenangan dan terakhir berdasarkan

komuni atau ide-ide yang muncul saat mereka bersama.17 Dalam hal ini,

komunitas cosplay disatukan dengan persaaan akan minat dan

kesenangan yang sama dan mereka melakukan kegiatan bersama untuk

menyalurkan minat dan memberikan kesenangan sendiri bagi individu

yang melakukannya.

Terdapat beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan

ditiru oleh banyak coser diantaranya: pertama, cosplay anime atau manga pada jenis ini coser meniru karakter yang terdapat dalam komik maupun kartun. Kedua, cosplay game dimana pada jenis ini coser

memerankan dan meniru karter yang ada dalam game. Ketiga, cosplay gothic bebeda dengan jenis sebelumnya. Pada jenis ini coser akan menggunakan busana yang bernuansa gelap dan misterius, dalam jenis

ini juga terdapat jenis lainnya yang dinamakan gothic lollyta yang menggnakan pakaian serba hitam namun kali ini dipadukan dengan

pakaian yang berenda dan imut. Keempat, cosplay original jenis ini menampilkan karkter yang belum pernah ada baik dalam anime maupun

manga. Biasanya juga para coser menggabungkan karakter-karakter yang ada dalam satu penampilan atau dapat dikatakan sebagai kombinasi.

16

Nina Mutmainah, et al.Psikologi Komunikasi, h. 144.

17

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. (Jakarta: Kencana,

(30)

Kelima, cosplay dongeng seperti namanya jenis ini menjadikan dongeng dan legenda sekitar sebagai modelnya. Terakhir, harajuku style.18

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan

pendekatan kualitatif. Pada pendekatan ini menekankan pada semua

temuan yang didapatkan saat melakukan penelitian dilandaskan pada data,

sehingga temuan tersebut lebih bisa dipercaya sebelum dikatakan sebagai

teori.19

Jenis penelitian yang digunakan ialan deskriptif kualitatif. Pada

metode jenis ini penulis mengumpulkan, pengklasifikasikan dalam hal ini

berdasarkan pada keaktifan anggota IOC episode UIN Jakarta dalam

kegiatan yang diadakan komunitas, lalu mendeskripsikan dan mencatat

hasil temuan di lapangan yang dikumpulkan dari observasi, FGD dan

wawancara. Selanjutnya, peneliti menganalisis data yang menggambarkan

situasi keadaan dan hasil temuan lapangan yang bersifat non hipotesis dan

menginterpretasikan konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN

Jakarta sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dirasakan dan

ditanyakan.20

Penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan

informasi mengenai keadaan yang ada dan sedang berlangsung. Jenis

penelitian ini dilakukan untuk meneliti sekelompok manusia taua objek

18

Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari

(31)

yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang disellidiki

secara sistematis, faktual dan akurat.21

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ialah 6

anggota Islamic Otaku Community yang berperan sebagai hijab

cosplay yang ditetapkan berdasarkan keaktifan dalam kegiatan yang

diadakan komunitas. 6 anggota yang menjadi subjek penelitian yaitu

Mayya (FAH), Dwi (FDK), Tina (Tarbiyah), Rifka (SAINTEK), Rosi

(FDK) dan Nada (FSH).

b. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini ialah konsep

diri dan cara anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community

dalam mempertahankan identitas keislaman oleh anggota Islamic

Otaku Communityyang turut aktif dalam kegiatan Cosplay.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang didatangi oleh saya sebagai peneliti untuk

mendapatkan data-data yang akurat ialah UIN Jakarta, tempat anggota

Muslimah komunitas Islamic Otaku Community ini berkumpul dalam

melakukan kegiatan mereka dan beberapa kegiatan di luar kampus seperti

19

A Khaidar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan

penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka jaya. 2002) cetakan ke- 1, h. 102 20

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya.

2005), h. 9. 21

Convelo G. Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia,

(32)

gathering cosplayer dan matsuri (festival Jepang) yang mereka hadiri dan saat photo session.

Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 sampai

dengan September 2016. Intensitas pertemuan sebanyak 6 kali selama 5

bulan waktu penelitian.

4. Sumber Data

Ada dua data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer

dan data sekunder

a. Data primer yaitu data yang peneliti kumpulkan secara langsung yang

diperoleh saat penelitian berlangsung. Dalam hal ini, data tersebut

didapat saat melakukan wawancara dan observasi subjek penelitian

yaitu ikut pada kegiatan hijab cosplay dan mengamati perilaku hijab

cosplayer dari jarak dekat dan sedang. Data primer didapat dari 6

anggota Muslimah Islamic Otaku Community yang aktif berkegiatan

di komunitas. Selain itu, sebanyak 6 anggota lainnya dari komunitas

Islamic Otaku Community sebagai kelompok rujukan untuk menilai

konsep diri anggota hijab cosplay yang menjadi subjek penelitian

utama dan 6 orang mahasiswi UIN Jakarta yang merupakan sahabat

dari subjek penelitian.

b. Data sekunder yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah

buku-buku, jurnal, artikel-artikel dari internet dan sumber-sumber bacaan

lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

5. Tahapan Penelitian

(33)

a. Pengumpulan Data

1. Observasi

Obesrvasi atau pengamatan ialah kegiatan yang dilakukan

peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan fakta

di lapangan. Pengamatan yang dilakukan dengan cara sistematik

terhadap fenomena-fenomena yang akan diselidiki kebenarannya.22

Dalam hal ini peneliti menempatkan diri sebagai obeservasi aktif,

dimana peneliti ikut melakukan kegiaatan yang dilakukan oleh subjek

penelitian, seperti pada acara-acara yang mereka hadiri dan berperan

sebagai fotografer cosplayer. Pada saat tertentu, saya sebagai peneliti menempatkan diri sebagai bagian dari anggota hijab cosplay dan di

lain waktu, saya sebagai peneliti memberikan jarak dengan anggota

hijab cosplay untuk mendapatkan fakta dilapangan mengenai respon

nyata orang lain dalam menilai hijab cosplay.

2. FGD

FGD atau Focus Group Discussion ialah diskusi kelompok terarah, dimana kegiatan diskusi ini dilakukan untuk pengumpulan

data dengan wawancara kelompok dan pembahasan yang dilakukan

secara berkelompok pula. FGD juga dikenal dengan teknik

pengumpulan data kualitatif dengan cara wawancara kelompok.

22

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(34)

Wawancara yang dilakukan membahas tentang fokus permasalahan

tertentu yang dipandu oleh seorang fasilitator dan juga moderator.23

Brajtman dalam Yati Afiyanti menyatakan bahwa metode

FGD dilakukan untuk mengeksplorasi suatu fenomena yang terjadi

dalam kehidupan melalui interaksi sosial antara diri seseorang dengan

kelompoknya. Tujuannya ialah meningkatkan kedalaman informasi

yang diperoleh untuk menyingkap fenomena dan memberi penjelasan

terhadap fenomena tersebut. Umumnya metode FGD mengangkat

mengenai isu sosial yang berhubungan dengan syigma buruk terhadap

individu dan kelompok tertentu.24

Pada penelitian ini FGD yang dilakukan kepada 6 orang

anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta. yaitu, Mayya, Dwi, Nada,

Rosi, Rifka dan Tina mengenai konsep diri anggota cosplay dalam

mempertahankan identitas keislaman komuniats Islamic Otaku

episode UIN Jakarta. Setelah FGD terlaksana diadakan wawancara

kembali untuk memperteguh hasil FGD.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara berdasarkan

pada laporan pribadi yang didapatkan peneliti dari hasil tanya jawab

yang dilakukan kepada repsonden yang menghasilkan pengetahuan

atau keyakinan pribadi dari responden tersebut. Pada penelitian ini,

23

Edi Indrizal. Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Jurusan Antropologi. Universitas Andalas, Padang. “Diskusi Kelompok Terarah: Focus Group Discuussion (FGD), Prinsip-Prinsip dan Pelaksanaan di Lapangan”, Jurnal Antropologi FISIP UNAND, h. 75-76.

24

Yati Afiyanti, Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK UI. “Focus Group

(35)

peneliti melakukan wawancara dengan anggota Muslimah Islamic

Otaku Community yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Jepang baik

yang dilakukan di area komunitas maupun di luar komunitas bahkan

di luar kampus. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan

sahabat dari anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, lalu wawancara dengan anggota

kelompok yang sama mengenai subjek (Hijab cosplayer) yang sedang

diteliti.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden

akan membantu peneliti dalam mendapatkan hasil yang maksimal

dengan membandingkannya dengan hasil observasi yang dilakukan

oleh peneliti. Tanya jawab yang dilakuukan saat wawancara juga

memberikan gambaran atas pengetahaun responden terhadap konsep

diri, keyakinan, sikap dan perilaku yang selama ini dilakukannya.

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dari dokumen memanfaatkan

catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan

yang diambil dari blog-blog penikmat dan pelaku cosplay terutama

dalam web resmi Islamic Otaku Community

(Islamicotakucommunity.com), juga jurnal-jurnal mengenai budaya

pop Jepang, gambar atau foto diambil dari kegiatan yang dilakukan

oleh anggota cosplay IOC dan koleksi pribadi mereka, koleksi pribadi

peneliti dan karya-karya lainnya. Dokumen juga berguna sebagai

(36)

yang dilakukan oleh saya sebagai peneliti. Adapun dalam hal ini,

peneliti mendapatkan data dokumen dari hasil penelitian terdahulu,

buku psikologi komunikasi yang membahas mengenai konsep diri dan

data-data kegiatan yang ditulisakan dalam catatan kegiatan Islamic Otaku Community, juga foto-foto kegiatan mereka dari tahun 2015 hingga 2016.

b. Analisa Data

Analisis data ialah teknik penyederhanaan hasil penelitian sehingga

lebih mudah untuk diinterpretasikan. Miles Hubermas membagi teknik

analisis data menjadi 3 yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Dimana pada tahap reduksi data. Pada tahap ini peneliti

mengolah data hasil observasi dan wawancara ditajamkan, digolongkan

juga membuang data yang tidak perlu dan mengorganisirnya dan

kemudian dideskripsikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan

dipahami. 25 Jika pereduksian dan penarikan kesimpulan dari hasil

pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumen telah

selesai. Maka dilanjutkan dengan pengolahan data dan penganalisisan data

yang diperoleh hingga menghasilkan laporan penelitian.

Tahap olah data yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu data-data yang ditemukan di

lapangan disimpulkan secara umum dengan cara menjabarkan,

menerangkan dan menginterpretasikannya dalam bentuk tabel. Data data

25

Ariesto Hadi Sutopo dan Andriana Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan

(37)

tersebut diperoleh dari hasil observasi, FGD, wawancara dan

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Pedoman Penulisan Skripsi

Pada penelitian ini, teknik dan metode penulisan laporan penelitian

mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang disusun oleh

Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi dkk.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat

sistematika penulisan sesuai sengan masing-masing bab. Penulis membaginya

menjadi 5 bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab yang

merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang penelitian mengenai konsep diri

yang dibangun dan dibentuk oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku

Community Episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman

yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu diri sendiri, orang lain dan kelompok

rujukan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan mengenai konsep diri sebagai muslimah yang

terdapat dalam subjek Psikologi Komunikasi mengenai. Konsep diri menurut

William D. Brooks dan Identitas Spiritual menurut Penney Upton dalam

pandangan Islam dan juga ayat maupun hadist yang bersangkutan dengan

(38)

BAB III : GAMBARAN UMUM

Merupakan gambaran umum mengenai sejarah, kegiatan, visi misi

dan struktur kepengurusan Islamic Otaku Community yang menjadi subjek

penelitian ini.

BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN DATA

Bab ini berisikan pemaparan atas hasil analisa temuan yang

ditemukan oleh peneliti di lapangan, terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Peneliti akan menganalisis mengenai konsep diri anggota

muslimah komunitas Islamic Otaku Community dan cara anggota maupun pengurus dalam mempertahankan identitas keislaman

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari

bab-bab sebelumnya dan juga saran untuk penelitian yang akan datang. Bab ini

juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

(39)

27

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diri

Konsep Diri menurut Rudolph V. Verderber dalam buku Psikologi Umum milik Alex Sobur didefinisikan sebagai:

“A collection of perception of every aspect of your being: your appearance, physical and mental capabilities, vocational potencial, size, strength and so forth”1

Dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimaksud ialah kumpulan

dari persepsi dari berbagai aspek yang ada dalam diri kita, baik dari segi

penampilan, kemampuan fisik dan mental yang dimiliiki, potensi

keterampilan yang berhubungan dengan ukuran kekuatan dan sebagainya.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman, konsep diri merupakan

sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri,

berkaitan dengan minat, bakat, kemampuan, penampilan dan psikologis.2

William D. Brooks dalam bukunya Speech Communication yang dikutip dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat

memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda seperti Rudolph V.

Verderber, ia menyatakan bahwa:

“Those physical, social, and physicological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”3

1

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 506.

2

Sarlito W. Sarwono, et,al, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,

2009), h. 53. 3

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),

(40)

Maksudnya ialah Brooks setuju konsep diri yang merupakan

persepsi, baik berupa pandangan dan perasaan seseorang yang bersifat

fisik, psikologis, maupun sosial. Persepsi diri yang berupa fisik dapat

berupa penampilan dan bentuk tubuh, sedangkan persepsi psikologis

berupa mental, emosi dan karakter. Dan sosial berupa hubungan dengan

indiviu lainnya atau dapat dibilang interaksi.4

Goss dan O’Hair berpendapat bahwa konsep diri mengacu pada

penilaian seseorang mengenai dirinya yaitu berdasarkan seberapa berharga

dirinya tersebut, penghargaan diri inilah yang dikatakan oleh Myers dan

Myers dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur sebagai perasaan yang diperoleh seseorang pada saat tindakan yang dilakukannya sesuai

dengan versi ideal orang tersebut mengharapkannya.5 Dengan kata lain,

seseorang akan merasa berharga apabila suatu hal yang dilakukannya

mendapatkan penghargaan yang sama dengan apa yang diharapkannya

dari orang lain dan berdampak pada perasaan berharga pada dirinya

sendiri.

Persepsi yang membangun konsep diri seseorang berdasarkan

penilaian terhadap dirinya sendiri dan berdasarkan pada penilaian orang

lain mengenai dirinya menjadikan manusia sebagai objek sekaligus subjek

persepsi tersebut atau dalam istilah lainnya menurut Charles H. Cooley

adalah looking glass self. Yaitu dimana ia membayangkan dirinya sebagai orang lain dan mulai melakukan penilaian bagaimana nantinya jika orang

lain melihat dirinya dan dirinya melihat dirinya yang lain tersebut dari

4

Nina Mutmainah, et,al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h.

100 5

(41)

sudut pandang sebagai objek penilaian. Dan kecenderungan untuk

berperilaku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki disebut dengan self-fulfilling prophecy.6 Misalnya, seseorang yang memiliki konsep diri dengan mempersepsikan dirinya bahwa ia kreatif, maka pada saat diminta

untuk mengumpulkan ide-ide cemerlang ia akan maemberikan ide

cemerlang yang dapat menyakinkan orang lain dengan idenya dan

membuat idenya terealisaasi. Namun, penilaian dan evaluasi dari orang

lain bukan satu-satunya hal yang membentuk konsep diri seseorang,

melainkan hasil tindakan dari orang tersebut juga lah yang dapat

mempengaruhi pembentukan konsep diri.7 Sebagai contoh, seseorang yang

belajar memainkan alat musik, menghafal not, menampilkannya hasil

latihannya. Maka ia akan menyadari, dirinya termasuk orang yang mudah

atau lambat dalam memahami dan belajar memainkan instrumen musik.

Ada dua komponen menggenai konsep diri, yang pertama ialah

komponen kognitif atau citra diri (self image) pengetahuan individu menganai dirinya dan komponen afektif atau harga diri (self esteem)

penilaian individu terhadap diri.8 Sebagai contoh, komponen kognitif

mengatakan, “saya orang miskin”. Komponen afektifnya bisa menjadi dua

kemungkinan. Pertama, “saya bahagia menjadi orang miskin, karena

mendapat banyak sumbangan dari orang kaya.” Atau” saya lelah menjadi

orang miskin karena kurang bekerja keras.”

6

Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h. 100.

7

Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 54.

8

Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). H.

(42)

Banyak faktor atau pihak-pihak yang dapat mempengaruhi konsep

diri seseorang, diantaranya:

1. Orang lain

Harry Stack Sullivan dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa seseorang dapat mengenal dirinya

sendiri dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Maksudnya ialah kita

akan lebih menghargai ataupun merasa diremehkan apabila orang lain

tersebut yang merasakan dan mepresepsikannya hingga diri kita tahu.9

Intinya apabila cita diri kita positif pada penilaian orang lain dan sudah

terbentuk citra diri yag sedemikian rupa pada diri kita, maka secara

langsung ataupun tidak kita akan berusaha lebih baik ataupun

mempertahankan citra diri tersebut untuk diri kita demi mendapatkan

penghargaan yang sama dari orang lain.

Namun tidak semua orang dapat berpengaruh terhadap diri kita.

Seperti yang dikemukakan oleh Mead, orang-orang yang paling

berpengaruh ialah yang memiliki hubungan paling dekat dengan diri kita

atau dapat disebut dengan significant others. Orang-orang tersebut diantaranya, keluarga, sahabat, orang yang tinggal satu rumah denga kita

atau bertemu setiap hari, saudara, guru dan sebagainya. Orang-orang yang

termasuk dalam significant other dapat mempengaruhu pikiran, perilaku dan perasaan kita. Dapat juga termasuk seseorang yang diidolakan, seperti

bintang film, pahlawan, tokoh dan seseorang yang disukai.10

2. Kelompok Rujukan atau kelompok acuan (reference group)

9

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.101.

10

(43)

Semakin bertambah dewasa dan bertambah usia, significant others

yang tadinya berperan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep

diri, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pihak yang dapat mepengaruhi

konsep diri. Diri akan mulai bergaul secara luas di masyarakat, kita dapat

menjadi anggota sebuah kelompok hobi atau minat, maupun organisasi di

universitas maupun di masyarakat.

Pada kelompok atau organisasi tersebut ada yang mengikat

anggotanya berdasarkan pada peraturan serta norma yang menjadi acuan

dan pedoman kelompok atau organisasi tersebut, mengarajkan perilaku

dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya, sehingga dapat

mempengaruhi konsep diri anggotanya. Kelompok atau organisasi inilah

yang disebut dengan kelompok rujukan atau kelompok acuan.11

3. Diri Sendiri

Bagaimanapun persepsi dari orang lain dan kelompok rujukan,

konsep diri tetap dipengaruhi oleh persepsi individu sendiri. mereka akan

melakukan hal yang sejalan dengan harapan mereka, entah itu akan

berakhir dengan penilaian positif ataupun negatif. Individu Islami akan

berperilaku secara Islami dan menjaga dirinya agar selalu dan sesuai

dengan kepribadian Islam.12

Terdapat dua kualitas dalam menilai konsep diri seseorang, yaitu

konsep diri positif dan konsep diri negatif.tentu saja konsep diri yang

positif akan mendukung komunikasi dengan orang lain menjadi positif

pula. Terdapat beberapa indikator konsep diri menurut Islam, diantaranya:

11

Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 521.

12

(44)

a. Sebagai makhluk basyariah atau sehat jasmani. Maksudnya ialah dengan mengkonsumsi segala hal yang baik dan halal dan hidup di

lingkungan yang baik pula.

b. Sebagai makhluk isyaniah atau sehat rohani, dengan menerapkan

rukun islam. Profesional dalam menjalankan kepemimpinan

ataupun pekerjaannya dan selalu ingat akan jati diri sebagai otang

Islam.

c. Mengetahui potensi akal atau dapat dikatakan menjadi pemikir,

inovator, menjadi ulil albab.

d. Menjadi orang yang mensucikan diri (qalb) yang selalu menghadirkan Allah dalam segala hal yang dilakukannya.

e. Potensi nafs. Berusaha ikhlas dalam menjadi juru damai dan hamba Allah. Dalam setiap yang dilakukannya menanamkan keihlasan

karena Allah, sebagai muslim pasrah dengan segala kehendak

Allah.

f. Sebagai manusia yang sempurna dan utuh. Percaya akan dirinya

dengan segala potensi yang diberikan Allah kepadanya.13

Terdapat beberapa ciri yang menunjukan konsep diri yang

dibangun oleh seseorang termasuk konsep diri postif atau negatif. William

D. Brooks dan Philip Emmert mengemukakan ciri konsep diri positif

sebagai berikut :

a. Yakin dengan kemampuannya. Apabila ia menghadpi masalah atau

kegagalan ia yakin bisa mengatasi itu

13

(45)

b. Merasa sama dan setara dengan orang lain atau percaya diri

c. Menerima pujian tanpa rasa malu dan menerima penghargaan tanpa

rasa bersalah

d. Berusaha memperbaiki dirinya dan menyadari kesalahan yang

diperbuat

e. Menyadari bahwa setiap orang memiliki hal yang berbeda karena

mereka memiliki perasaan, keinginan dan juga perilaku yang tidak

sepeuhnya diterima dan disenangi oleh masyarakat.14

Sedangkan konsep diri yang negatif, juga mempengaruhi dan

mengganggu keberhasilan komunikasi dengan orang lain. Ciri dari

seseoranng yang memiliki konsep diri negatif, antara lain:

a. Peka terhadap kritik yang diterimanya. Mudah emosi akan kritik

tersebut dan sulit menerimanya

b. Antusias terhadap pujian yang diberikan kepada dirinya. Mudah

menjatuhkan dan menjelek-jelekan orang lain

c. Hiperkritis, ialah mereka akan sulit memberikan pujian kepada orangg lain dan selalu saja mencari kekurangan. Penghargaan dan

pengakuan akan kelebihan orang lain menjadi hal yang sulit untuk

diberikan

d. banyak tidak disenangi orang lain karena sifatnya dan sulitnya

mereka akrab dengan orang lain, dan menganggap dirinya sebagai

korban dalam hubungan sosial masyarakat

14

(46)

e. enggan untuk bersaing, karena memiliki sifat pesimis. Dan tidak

mau melakukan hal yang merugikan bagi dirinya. 15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan persepsi

individu mengenai dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, psikologis

maupun sosial, yang juga dipengaruhi oleh penilaian yang diberikan oleh

orang lain dan kelompoknya yang nantinya berpengaruh terhadap konsep

diri mereka akan bersifat positif atau negatif.

Menurut Ikhwan Lutfi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial menyatakan bahwa konsep diri memberikan sumbangan terhadap identitas seseorang sepanjang kehidupan yang dilaluinya. Konsep diri juga

mengandung impilkasi motivasi yang mempengaruhi diri seseorang

mengenai serangkaian konsep yang dikonstruksikan berdasarkan pada

pengalaman mereka yang dapat mempengaruhi pengalaman di masa

depan, yang berkorelasi antara rekasi dan akibat yang akan ditimbulkan

dari pengalaman yang dilaluinya. 16

Penggunaan teori konsep diri William D.Brooks dianggap peneliti

dapat mencakup berbagai aspek dari konsep diri seseorang yang dinilai

dari aspek fisik, psikologi dan sosial. Selain itu, Brooks juga menguatkan

teorinya dengan tiga faktor pembentukan dan perunbahan konsep diri yang

dipengaruhi oleh faktor diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan.

15

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.105.

16

Ikhwan Lutfi, et al. Psikologi Sosial. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),

(47)

B. Identitas

Sih Natalia Sukmi menyatakan bahwa identitas adalah konsepsi

diri atas keberadaan seseorang agar dapat dipandang sebagai human being, maksudnya ialah manusia yang selalu mengapresiasikan hidupnya

dimanapun mereka berada dengan selalu mencurahkan yang terbaik

terhadap segala hal yang mereka lakukan dan kerjakan.17

Stephen W. Littlejohn dalam buku Encyclopedia of Communication Therory dikatakan bahwa:

“Identity is defined as cultural, societal, relational, dan individual images of self-conception and this composite identity has group membership interpersonal and individual self-reflective implications”18

Stephen W. Littlejohn mendefinisikan identitas sebagai budaya ,

sosial , hubungan dengan masyarakat dan identitas merupakan gambaran

mengenai individu dari konsepsi diri dan identitas yang dibuatnya. Hal ini

tentu saja memiliki implikasi terhadap keanggotaan kelompok

interpersonal dan diri individu yang menjalaninya.19

Penney Upton meyatakan bahwa identitas dibentuk berdasarkan

pada interaksi sosial yang dilakukan oleh diri seseorang dalam kehidupan

mereka. Pandangan dan reaksi orang lain pada diri seseorang akan

memberikan respon terhadap diri orang tersebut, bisa dalam sebuah

tindakan ataupun perilaku. Identitas menyangkut tentang bagaimana

seseorang membangun dirinya berdasarkan pada bagaiman ia mamandang

dirinya sendiri, bagaimana ia ingin dipandang oleh orang lain dan

17

Sih Natalia Sukmi, Konstruksi Identitas pengguna media yang Konvergen, (Jakarta:

FISIP Universitas Indonesia, 2013), h.456. 18

Stephen W. Littlejohn, et, Al. Encyclopedia of Communication Theory, (Singapore:

Sage Publication Inc, 2009), h. 492. 19

(48)

bagaimana orang lain memandang dia. Pada awalnya, identitas bisanya

dilakukan dengan merujuk pada orang lain dalam keadaan sadar dan

mengembangkan rasa diri yang berbeda sebagai individu.20 Lalu hal ini

akan memberikan respon atau feed back dari orang lain atas dirinya yang akan sangat berpengaruh terhadap identitas dan konsep diri yang dibangun

oleh seseorang.

Selain itu masih menurut Penney Upton, identitas personal akan

membuat seseorang menunjukan dirinya berdasarkan pada atribut atau ciri

khas yang membedakan dengan orang lain dan hubungan antar pribadi

yang dimiliki. 21 Sedangkan, Identitas spiritual atau identitas agamis

berkaitan dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan

perilaku-perilaku agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.22

Dennis McQuail berpendapat bahwasannya identitas juga

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti, kebangsaan, bahasa,

pekerjaan, etnis, agama, kepercayaan, gaya hidup, dan lain-lain.23 Identitas

memiliki pemahaman yang berbeda-beda, di Asia identitas dianggap

sebagai usaha individu yang didapatkannya dari hubungan interaksi

dengan kelompok dan anatar manusia lainnya. Dan bagi orang Yunani,

identitas akan dianggap sebagai suatu hal yang sifatnya pribadi dan

melihat dirinya berbeda dengan orang lain.24

20

Penney Upton. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 195.

21

Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 55.

22

Penney Upton. Psikologi Perkembangan, h.194.

23

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,

2010), h. 163. 24

Stephen W. Littlejohn, et, Al. Teori Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,

(49)

Namun menurut Ervin Goffman, individu menjadikan identitas diri

mereka hanya sebagai ilustrasi atas apa yang ingin dilihat oleh orang lain

atau masyarakat di luar sana, hanya dengan tujuan untuk mendapatkan

pengakuan sosial. Individu mengkonstruksikan apa yang ingin dilihat,

diekspektasikan dan diinginkan masyarakat atas dirinya sendiri setelah itu

mereka ak

Gambar

Tabel 4.4. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta
Gambar 2.1 Hatsune Miku, Japan Idol Star57
Gambar 2.2 Shinoa dan Mitsuba dalam anime Owari No Seraph
Gambar 2.4 Harajuku style58
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, temuan Suryana (2016) terkait implementasi pembelajaran Model PACE untuk meningkatkan Advanced Mathematical Thinking pada Mata kuliah Statistika

16. Bahwa hasil dari Rapat Pleno dimaksud telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Pemilihan Umum Kabupaten Musi Rawas No. Hendra Gunawan, SH, MH, sebagai Pasangan

Karakter yuridis yang spesifik dari sistem pendaftaran akta ( Registration of deeds) atau sistem pendaftaran negatif ini adalah bahwa dokumen tertulis atau akta yang dibuat oleh

Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain penelitian cross sectional , yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani nanas dari aspek teknis dan finansial dan mendeskripsikan kontribusi usahatani nanas terhadap pendapatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian terungkap bahwa pelaksanaan kegiatan laboratorum dalam pelajaran Fisika di SMA kota Padang belum berjalan

Proses pertumbuhan bakteri starter dalam pembuatan yogurt, diawali dengan peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus thermophilus memproduksi asam laktat pada pH