• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pato fisiologi Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Pato fisiologi Gizi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN GULA DARAH PUASA (GDP) DAN GULA DARAH POST PRANDIAL (GDPP)

Anggota Kelompok :

1. Afhan Tolana G1H011001

2. Cahyani Wulandari G1H011002 3. Yenny Istiqomah G1H011003 4. Aufa Ulwiyatul Lubnah G1H011004

5. Devi Ratnasari G1H011005

6. Pambayun Retno G1H011006

7. Andreas Agung G1H011023

8. Dira Asmarani G1H011037

Asisten Praktikum : 1. Willy Gustafianto 2. Indah Permata Sari 3. Dera Fakhrunisa 4. Khairul Anam

KEMENTERIAN PENDIIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI (S1) ILMU GIZI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pratikum ini berjudul “Pemeriksaan Dan Pemantauan Gula Darah Puasa (GDP) Dan Gula Darah Post Prandial (GDPP)”.

B. Waktu dan Tanggal Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 13 November 2012 pukul 13.00-16.00 WIB.

C. Tujuan Praktikum Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan pemantauan kadar gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi glukosa pada tubuh. 2. Mahasiswa dapat mengetahui metabolisme glukosa dalam

tubuh.

3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar gula darah. 4. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi klinis dari pemeriksaan gula

darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.

D. Dasar Teori

Glukosa merupakan salah satu komponen karbohidrat yang termasuk dalam golongan monosakarida. Glukosa terdapat luas dalam alam dalam jumlah sedikit. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energy (Almatsier,2004)

(3)

dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan sumber endogen berasal dari glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen hati dan otot menjadi glukosa dan glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari substansi non gula. Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ). ( Depkes RI, 1999 ) Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hormone insulin dan glucagon. Hormone insulin bekerja mentransport glukosa ke dalam sel-sel tubuh, sedangkan hormone glucagon berperan untuk memobilisasi glukosa dari tempat simpanannya.

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009)

(4)

DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute. Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Alat

GCUH (Glucose-Cholesterol-Uric-Hemoglobin meter), terdiri dari :

a. Puncturer (alat tusuk)

b. Check strip

c. Lancet

d. Kode (chip)

2. Bahan

a. Kapas

b. Alkohol

F. Cara Kerja

(5)

2. Ambil satu strip glukosa dari vial, kemudian vial segera ditutup. Strip test dapat rusak jika tidak disimpan dan ditutup dengan benar.

3. Masukkan strip glukosa ke dalam celah pada alat pengukur (meteran). Alat akan menampilkan kode angka, simbol darah, dan tanggal pemeriksaan.

4. Ketika layar pada alat menunjukan simbol darah, bersihkan jari dengan kapas alkohol, dan biarkan sampai kering.

5. Tekan lancet yang sudah dimasukkan ke dalam penusuk ke jari. Tempat penusukan terbaik adalah di tepi jari, karena di daerah tersebut mendapatkan suplai darah yang paling baik.

6. Cara memasang lancet ke dalam penusuk :

a. Putar penutup untuk membuka penusuk.

b. Masukkan lancet.

c. Lepaskan penutup pelindung lancet dengan cara diputar.

d. Pasang kembali penutup dari alat penusuk dan pilih angka kedalaman

tusukan :

1) Kedalaman 1-2 : untuk kulit yang tipis

2) Kedalaman 3 : untuk kulit pada umumnya

3) Kedalaman 4-5 : untuk kulit yang agak tebal

e. Pegang ujung penusuk dengan satu tangan, dan tarik ujung satunya dengan tangan yang lain sampai terasa bunyi “klik” (pelatuk sudah naik).

f. Bebaskan tarikan untuk mengembalikan ujung penusuk ke posisi semula.

(6)

8. Biarkan tetesan darah yang besar jatuh di atas strip glukosa. Darah harus menutupi lapisan strip. Darah akan diserap, kemudian pada meteran akan muncul hitungan mundur dari 10 detik, kemudian akan memunculkan hasilnya.

9. Hasil kemudian akan tersimpan di dalam meteran secara otomatis.

10. Catat hasil kadar gula darah yang muncul pada meteran.

11. Tarik strip dari meteran dan meteran akan mati secara otomatis.

12. Lepaskan lancet dan tutup kembali dengan penutup pelindungnya.

(7)

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada praktikum ini praktikan memeriksa kadar gula darah puasa dan gula darah sewaktu. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :

a. Gula Darah Puasa

1. Nama probandus : Andreas Agung 2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Usia : 19 tahun

4. Gula darah puasa : 68 mg/dL

b. Gula Darah Sewaktu Probandus 1

1. Nama probandus : Afhan Tolana 2. Jenis kelamin : Laki-laki 3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 111 mg/dL

Probandus 2

1. Nama probandus : Cahyani Wulandari 2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 66 mg/dL

Probandus 3

(8)

Probandus 4

1. Nama probandus : Devi Ratnasari 2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 88 mg/dL

Probandus 5

1. Nama probandus : Pambayun R. 2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 70 mg/dL

Probandus 6

1. Nama probandus : Andreas Agung 2. Jenis kelamin : Laki-laki 3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 62 mg/dL

Probandus 7

1. Nama probandus : Dira Asmarani 2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Usia : 19 tahun 4. Gula darah sewaktu : 69 mg/dL

B. Pembahasan

(9)

Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya. Namun, pada probandus satu dan tiga masih dikatakan normal. Karena kadar gulanya masih diatas 50 mg/dL.

Pemeriksaan gula darah pada probandus dua menunjukkan hasil gula darah normal. Pada probandus empat menunjukkan hasil kadar gula puasa masih dalam batas maksimal normal.

Hipoglikemia bisa disebabkan karena,

a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:

a. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa b. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap

makan, biasanya karbohidrat

(10)

adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus puasa terlebih dulu. Uji glukosa puasa dan 2 jam pp merupakan uji untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus (DM). Dalam pemeriksaan ini harus benar-benar teliti dari awal pemeriksaan sampai akhir antara lain jari tangan sebelum ditusuk dibersihkan dengan kapas alkohol dan tunggu sampai kering untuk menghindari infeksi, pastikan jarum tusuk yang digunakan masih baru, steril, dan untuk sekali pakai, dipilih angka kedalaman tusukan 4 m agar efektif dan untuk menghindari penusukan dengan lancet secara berulang-ulang.

Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) yang dihasilkan, rata-rata dari semua anggota kelompok praktikum sebagai probandus termasuk ke dalam kategori normal. Khusus untuk Andre yang sebelumnya juga diperiksa gula darah puasanya, hasil gula darah sewaktunya jadi lebih rendah dibandingkan hasil para probandus perempuan. Hal ini disebabkan Andre belum mengkonsumsi asupan karbohidrat lagi meskipun setelah dilakukan pemeriksaan gula darah puasanya ia diberi minum susu untuk minimal proses pemulihan. Sedangkan untuk probandus Aufa (19th) saat ditusuk dengan lancet tidak keluar darahnya meskipun sudah dilakukan berulang-ulang. Hal ini mungkin disebabkan kulitnya yang tebal, atau peredaran darah tidak merata ke seluruh bagian tubuh khususnya di jari tangan sehingga saat ditusuk pun darah tidak keluar.

(11)

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Villee, 1999).

Kadar Hb normal bervariasi tergantung :

1. Umur

Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb-nya.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kadar Hb pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormon pada pria maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena faktor aktifitasnya yang lebih sedikit dibanding aktivitas pada pria, selain wanita mengalami menstruasi.

3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah )

Tempat tinggal di dataran tinggi, makhlik hidup disana tubuhnya cenderung lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah daripada di dataran rendah. Hb makhluk hidup yang tinggal dipesisir cenderung mempunyai Hb yang lebih rendah sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal.

4. Nutrisi

Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel darah yang di produksi akan meningkat sehingga Hemoglobin yang terdapat dalam darah pun meningkat. Dan begitu juga sebaliknya.

5. Faktor Kesehatan

Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah,. Jika kesehatan terjaga dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.

(12)

7. Bila seseorang terhirup CO2

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Lehninger, 1994).

Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan energi (Nogrady, 1992).

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat

menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.

C. Aplikasi Klinis a. Hiperglikemia

Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Umumnya kadar gula darah pasien melebihi 120 mg/dL diakatakan mengalami hiperglikemia.

(13)

pentamidin, inhibitor protease, L-asparaginase, dan beberapa agen antipsikotik.

Pengobatan hiperglikemia memerlukan eliminasi penyebab yang mendasari,”misalnya,”pengobatan diabetes ketika diabetes adalah penyebabnya. Hiperglikemia akut dan berat dapat diobati dengan administrasi langsung insulin dalam kebanyakan kasus, di bawah pengawasan medis. Sebagian besar dari pasien yang menderita suatu stres akut seperti infark stroke atau miokard dapat mengembangkan hiperglikemia glukosa plasma lebih dari 120 mg / dl dengan tidak adanya diabetes merupakan tanda klinis dari sepsis serta trauma fisik, operasi dan berbagai bentuk stress berat sementara waktu dapat meningkatkan kadar glukosa.

Hiperglikemia terjadi secara alami selama masa infeksi dan peradangan. Ketika tubuh mengalami stres, katekolamin endogen yang dilepaskan bahwa antara lain berfungsi untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Jumlah kenaikan bervariasi dari orang ke orang dan dari respons inflamasi respon. Dengan demikian, tidak ada pasien dengan hiperglikemia pertama kali harus segera didiagnosis dengan diabetes jika pasien yang sakit bersamaan dengan sesuatu yang lain. Pengujian lebih lanjut, seperti gula darah puasa, glukosa plasma acak, atau dua-jam kadar glukosa plasma postprandial, harus dilakukan.

Gejala-gejala berikut mungkin berhubungan dengan hiperglikemia akut atau kronik :

1. Polyphagia yang di tandai dengan sering kelaparan, terutama kelaparan diucapkan

2. Polidipsia yaitu sering haus, haus yang berlebihan terutama

(14)

4. Penglihatan kabur

5. Kelelahan (kantuk)

6. Koma

7. Miskin penyembuhan luka (luka, goresan, dll)

8. Mulut kering

9. Kulit kering atau kulit gatal

10. Impotensi (laki-laki)

11. Berulang infeksi seperti infeksi jamur vagina, ruam selangkangan, atau infeksi telinga eksternal (telinga perenang)

12. Kussmaul hiperventilasi: dalam, bernapas cepat

13. Aritmia jantung

14. Keadaan pingsan

Kelaparan Sering tanpa gejala lainnya juga dapat mengindikasikan kadar gula darah yang terlalu rendah. Hal ini dapat terjadi ketika orang yang menderita diabetes minum obat terlalu banyak hipoglikemik oral atau insulin untuk jumlah makanan yang mereka makan. Penurunan mengakibatkan tingkat gula darah hingga di bawah kisaran normal meminta tanggapan kelaparan. Kelaparan ini tidak biasanya diucapkan seperti dalam Tipe I diabetes, terutama bentuk awal remaja, tapi itu membuat resep obat hipoglikemik oral sulit untuk mengelola.

(15)

Efek hiperglikemia

Sementara hiperglikemia sering jinak dan tanpa gejala. kadar glukosa darah dapat naik jauh di atas normal untuk jangka waktu yang signifikan tanpa menghasilkan efek permanen atau gejala. Namun, hiperglikemia kronis pada tingkat lebih dari sedikit di atas normal dapat memproduksi berbagai macam komplikasi yang sangat serius selama periode tahun, termasuk kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kerusakan jantung, kerusakan retina dan lain-lain.

Hiperglikemia akut melibatkan kadar glukosa yang sangat tinggi adalah suatu keadaan darurat medis dan cepat dapat menghasilkan komplikasi serius (seperti kehilangan cairan melalui diuresis osmotik). Hal ini paling sering terlihat pada orang yang menderita diabetes insulin-dependent tidak terkontrol.

b. Hipoglikemia

(16)

Hipoglikemia diperlakukan cepat dengan mengembalikan tingkat glukosa darah normal oleh konsumsi makanan atau administrasi dekstrosa atau karbohidrat cepat dicerna menjadi glukosa. Dalam keadaan tertentu itu diperlakukan dengan suntikan atau infus glukagon. Hipoglikemia yang berkepanjangan atau berulang dapat dicegah dengan membalikkan atau menghilangkan penyebab yang mendasari, dengan meningkatkan frekuensi makan, dengan obat-obatan seperti diazoxide, octreotide, atau glukokortikoid, atau bahkan dengan operasi pengangkatan pankreas banyak.

Tingkat glukosa darah cukup rendah untuk mendefinisikan hipoglikemia mungkin berbeda untuk orang yang berbeda, dalam situasi yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda, dan kadang-kadang telah menjadi kontroversi. Kebanyakan orang dewasa yang sehat menjaga kadar glukosa puasa di atas 70 mg / dL (3,9 mmol / L), dan mengembangkan gejala hipoglikemia bila glukosa turun di bawah 55 mg / dL (3 mmol / L). Kadang-kadang bisa sulit untuk menentukan apakah gejala seseorang adalah karena hipoglikemia. Ahli endokrin (dokter dengan keahlian dalam gangguan metabolisme glukosa) biasanya mempertimbangkan kriteria disebut sebagai tiga serangkai Whipple sebagai bukti konklusif bahwa gejala individu dapat dikaitkan dengan hipoglikemia bukan ke beberapa penyebab lainnya:

1. Gejala diketahui disebabkan oleh hipoglikemia 2. Rendah glukosa pada saat gejala-gejala muncul

3. Pembalikan atau perbaikan gejala atau masalah ketika glukosa dikembalikan ke normal

(17)

BAB III KESIMPULAN

1. Glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam penyediaan energi tubuh.

2. Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui dua mekanisme yaitu anerobik dan aerobik. Proses anaerobik akan berlangsung dalam sitoplasma sedangkan proses aerobik akan berjalan dengan menggunakan enzim sebagai katalis dalam metokondria dengan kehadiran oksigen.

3. Pemeriksaan gula darah menggunakan 2 cara yaitu melakukan pemeriksaan dan pemantauan gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS). nilai normal gula darah puasa : dewasa 70-104 mg/dL (3.9-5.8 mmol/L), sedangkan nilai darah normal post prandial : dewasa <140 mg/dL/2 jam (serum/plasma) dan <120 mg/dL/2 jam( darah).

4. Aplikasi klinis

a. Diabetes millitus adalah sindrom kelainan metabolik yang memiliki tanda utama hiperglikemia.kriteria diagnosis DM adalah kadar gula darah puasa : lebih dari 126 mg/dL/>7.0 mmol/L dan kadar gula darah sewaktu adalah lebih dari 200 mg/dL/>11.1 mmol/L.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Depkes. R.I.,1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

Guyton & Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Nabyl. (2009). Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Nogrady, Thomas. 1992. Kimia Medisinal Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit ITB.

Siswono, 2002. Glisemik Bahan Pangan Perspektif Baru-Pada Formulasi Produk Pangan untuk Penderita Diabetes. http://www.gizi.net. Diakses pada tanggal 16 November 2012.

Villee, Claude A. 1999. Zoologi Umum Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. http://www.news-medical.net/health/Hyperglycemia-Causes-(Indonesian).aspx.

Diakses pada tanggal 17 November 2012.

http://www.newsmedical.net/health/HyperglycemiaEffects%28Indonesian %29.aspx. Diakses pada tanggal 17 November 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut WHO (2006) Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan gangguan metabolisme

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

Menurut WHO (2006) Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan gangguan metabolisme

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan

Penyakit Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) akibat adanya gangguan pada pankreas yang tidak dapat memproduksi

Sedangkan tekanan darah disaat seseorang sedang dalam keadaan beraktivitas disebut tekanan darah kausal yang memiliki angka yang lebih besar dari tekanan darah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus DM adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia yang tidak