Pengertian doding dalam masyarakat Simalungun ialah sebuah nyanyian untuk mengungkapkan perasaan lewat syair dan melodi yang indah. Sebuah doding Simalungun ornament utamanya adalah inggou yaitu improvisasi permainan nada yang khas. .
Kekayaan kesenian tradisional masyarakat Simalungun adalah musik dan vokal (nyanyian) dan juga tari-tarian. Hampir semua aktivitas di Simalungun
memiliki nyanyian. Semua jenis nyanyian musik vokal Simalungun tidak terlepas dari Inggou.
Jenis nyanyian masyarakat Simalungun berdasarkan penggolongan yang di kemukakan Brunvand (dalam Danandjaja,1991 :145-152), dapat dibagi dalam sembilan bagian :
1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata- kata kasih sayang, sehingga biasanya membangkitkan rasa santai, sejahtera, dan sehingga anak-anak yang mendengarnya menjadi ngantuk dan tertidur. Contohnya nyanyian di Simalungun adalah urma lo manuk.
2. Nyanyian kerja (work song), yakni nyanyian yang mempunyai irama dan kata- kata yang bersifat menggugah semangat sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja. Contohnya orlei-orlei dan lailullah.
3. Nyanyian permainan (play song), yakni nyanyian yang mempunyai irama gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain (play) atau permainan bertanding (game) banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaan sedih putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak mungkin tercapai. Contohnya: tangis huda-huda, taur-taur simbandar, simangei, tangis-tangis boru laho.
4. Nyanyian yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni nyanyian- nyanyian dimana liriknya adalah mengenai cerita-cerita kitab injil, legenda
keagamaan, atau pelajaran-pelajaran keagamaan. Contohnya: mandilo tonduy, manalunda, Inggou turi-turian.
5. Nyanyian liris sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent). Banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan- keinginan yang tidak mungkin tercapai. Contohnya: tangis-tangis boru laho.
6. Nyanyian nasihat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat untuk kebaikan. Contoh: urma lo dayok, tihtolol.
7. Nyanyian mengenai pacaran dan pernikahan. Contohnya : tangis-tangis boru laho, taur-taur simbandar.
8. Nyanyian kanak-kanak. Contohnya: marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo- garo.
9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narative folksong), yakni nyanyian rakyat yang menceritakan suatu kisah. Contohnya : Inggou turi-turian mengisahkan asal mula pengobatan.
Pada dasarnya bentuk nyanyian pada masyarakat Simalungun yaitu taur- taur, yaitu istilah khas untuk nyanyian Simalungun. Tetapi karena perubahan jaman doding Simalungun mengalami perkembangan kenuansa yang lebih modern seperti aliran pop. Dengan alasan sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini juga memberikan dampak negatif kepada para pendengar dan masyarakat
Simalungun pada khususnya karena banyak makna dan syair yang tidak sesuai dengan kaedah budaya Simalungun.
Adapun jenis-jenis nyanyian musik vokal rakyat Simalungun antara lain :
1. Taur-taur dan simange, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan oleh pemuda dan seorang pemudi secara bergantian untuk menyampaikan keluh kesah yang dapat mebggugah perasaan kedua belah pihak. Biasanya taur-taur dinyanyikan oleh pemuda dan simangei dinyanyikan oleh pemudi. Contoh nyanyian taur- taur di Simalungun adalah taur-taur ada beberapa jenis yaitu taur-taur simbandar, taur-taur sibuat gulom, taur-taur balog ganjang, taur-taur ranto alim, taur-taur bahtonang, taur-taur dolok maria, dan lain sebagainya. Yang mana awalnya beberapa taur-taur tersebut perpecahan dari taur-taur simbandar yang kemudian di beri nama sesuai dengan latar belakang dimana tempat dan siapa yang menyanyikan lagu taur-taur tersebut. Taur-taur khususnya taur-taur simbandar merupakan lagu rakyat Simalungun yang paling utama atau yang paling tua dibandingkan dari lagu rakyat lainnya. Biasanya masyarakat Simalungun menyanyikan lagu taur-taur ini dapat dimana saja, waktu merenung, waktu bekerja, ditengah sawah, di sungai dan di segala aktivitas, apabila seseorang itu merasa sedih ataupun galau. Selain itu, taur-taur simbandar ini selalu ditampilkan apabila ada pesta besar rakyat Simalungun seperti pesta rondang bittang atau acara pasombu sihol. Tetapi mengikuti perkembangan zaman yang tidak hanya memberi dampak terhadap perkembangan teknologi namun juga terhadap kehidupan ataupun sosial masyarakat yang semakin maju yang memberi pengaruh terhadap kebudayaan
masyarakat Simalungun,yang semakin terkikis dan mengalami beberapa perubahan yang menghilangkan jati diri kebudayaan itu sendiri dan mengalami kepunahan. Hal ini terlihat pada sedikitnya masyarakat Simalungun yang mengetahui dan dapat menyanyikan lagu-lagu rakyat Simalungun khususnya nyanyian doding namarInggou Simalungun.
2. Tangis dan tangis-tangis, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan oleh seorang gadis atau ibu tua oleh karena putus asa, berpisah dengan keluarga oleh karena kematian,berpisah dengan kekasihnya. Seorang yang ditinggal suaminya karena meninggal dunia yang disebut tangis. Seorang gadis yang hendak meninggalkan orangtuanya untuk pergi mengikut suaminya, dimana akan mengumandangkan kata-kata perpisahan sekaligus perminta-annya. Nyanyian di Simalungun disebut tangis-tangis boru laho.
3. Urdo-urdo, yaitu nyanyian yang digunakan untuk menidurkan seorang anak. Hal ini biasanya dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya maupun seorang anak perempuan kepada adiknya. Urdo-urdo ini merupakan suatu bentuk kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Simalungun untuk menidurkan anaknya, karena hal ini di yakini akan membuat si anak dapat tidur lebih nyenyak dan bahkan membantu si anak untuk lebih merespon kepada orangtuanya.
4. Tihtah, yaitu nyanyian yang digunakan untuk mengajak seorang anak untuk bermain. Tihtah hampir sama dengan urdo-urdo, bedanya urdo-urdo untuk menidurkan sementara tihtah untuk bermain. Keempat jenis doding
Simalungun ini sangat erat hubungannya dengan Inggou karena didalam bernyanyi doding Simalungun haruslah ada ciri khas cengkok/ ornamen dan gaya bernyanyi seseorang penyanyi Simalungun bila sedang menyanyikan lagu rakyat Simalungun yang seperti tertulis diatas.
5. Ilah, yakni suatu nyanyian yang dilakukan oleh pemuda-pemudi secara bersamaan, pemuda saja atau pun pemudi saja sambil menari dan menepuk tangannya, berkeliling membentuk lingkaran dihalaman yang lebar (alaman na bolag). Biasanya dinyanyikan pada saat terang bulan dihalaman dengan riang dan gembira, sehingga menimbulkan rasa persaudaraan sesama penyanyi. Contohnya: ilah bolon,ilah doding.
6. Doding-doding, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan oleh seseorangsecara bersama-sama oleh pemuda-pemudi maupun orangtua untuk menyam-paikan rasa keagungan, pujian, ataupun sindiran. Melalui doding-doding juga mengungkapkan perasaan sedih dan kesepian. Contohnya: tading ma ham, sarsahon jambulanmu, layur mandera, Perawi.
7. Orlei dan mardogei, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan secara bersama-sama menarik kayu dan menginjak kayu dari hutan yang dibawa ke desa untuk keperluan pembuatan lumpung maupun keperluan pembuatan rumah. Demikian pula secara bersama-sama menginjak padi di ladang sambil bernyanyi melepaskan padi dari bulirnya. Contohnya: orlei-orlei dan lailullah.
9. Manalunda/mangmang, yaitu mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu (dukun) guna menyembuhkan suatu penyakit atau pelantikan seorang raja. Mula-mula mantera ini diucapkan seperti berbicara, kemudian bagian tertentu dinyanyikan. Mantera yang dinyanyikan disebut manalunda, sedangkan yang diucapkan disebut tabas.
10. Inggou turi-turian, yaitu suatu nyanyian yang dilakukan oleh seorang datu (dukun) atau seorang lelaki tua maupun seorang ibu tua. Biasanya pada acara marbah-bah seorang datu (dukun) menyanyikan cerita-cerita yang berhubungan dengan upacara tersebut dinyanyikan sebagai hiburan sampai berakhirnya suatu upacara. Demikian pula seorang ibu tua atau lelaki tua menyanyikan cerita-cerita yang dikerumuni oleh anak-anak maupun cucunya.