• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

A. Konsep Doktrin Bisnis dalam Alquran

BAB II

DOKTRIN BISNIS DALAM ISLAM

A. Konsep Doktrin Bisnis dalam Alquran.

Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktrina; yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran.1 Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis bukan praktis. Arti kata doktrin sebagaimana yang dijelaskan dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah ajaran (terutama yang diajarkan sebagai kepercayaan atau azas di keagamaan, atau beberapa ilmu pengetahuan).2 Pendapat yang lain mengatakan doktrin berarti suatu sistem.3

Bisnis merupakan suatu kata yang sudah populer dalam kehidupan sehari-hari. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain yang bergerak dalam kegiatan bisnis berhasil membuat keuntungan dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama makin meningkat.4 Dalam kamus bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha kemersial di dunia perdagangan dan dunia usaha. Skinner (1992) mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang

1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1990), 192.

2 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 256.

3 Ismail Nawawi, Islam dan Bisnis: Pendekatan Ekonomi dan Manajemen Doktrin, Teori dan

Praktik (Sidoarjo: VIVPRESS, 2011), 36.

33

saling menguntungkan atau memberi manfaat. Jadi bisnis merupakan suatu lembaga menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen atau masyarakat. Dalam hal ini termasuk jasa dari pihak pemerintah dan swasta yang disediakan untuk melayani anggota masyarakat.5

Ash-Shadr memberikan pemahaman lebih lanjut tentang pengertian doktrin yang dikaitkan dengan ekonomi atau bisnis. Doktrin ekonomi dalam sebuah masyarakat pada dasarnya adalah menunjukkan cara atau metode yang dipilih dan diikuti masyarakat tersebut dalam kehidupan ekonomi serta dalam memecahkan setiap problem praktis yang dihadapi.6 Di sisi lain dikemukakan ekonomi Islam sebuah doktrin yang berarti cara yang direkomendasikan Islam dalam mengejar kehidupan ekonomi.7

Berpijak dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud doktrin bisnis adalah ajaran keagamaan dalam masyarakat yang pada dasarnya menunjukkan cara atau metode yang dipilih dan diikuti masyarakat tersebut dalam kehidupan berbisnis serta dalam memecahkan problem praktis yang dihadapinya. Doktrin bisnis dalam Islam berarti ajaran agama Islam yang menunjukkan tatacara berbisnis.

5Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 15. Sedangkan aktivitas bisnis meliputi: (1). membuat dan memdistribusikan produk (barang atau jasa), (2). memasarkan produk, (3). perencanaan, pengendalian dan evaluasi SDM, dan (4). managemen keuangan. Lihat Ali Hasan, Manajemen

Bisnis Syariah: Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 5.

6 Muhammad Baqir Shadr, Induk Ekonomi Islam (Jakarta: Zahra, 2008), 79.

34

Islam merekomendasikan tentang bisnis, karena Islam adalah agama yang sempurna (di>n ka>ffah) yang mengatur semua kehidupan manusia.8

Kesempurnaan Islam tersebut telah dideklarasikan dalam Alquran secara tegas. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa ayat seperti pada surat Al An’a>m ayat 38 yang berbunyi:























9

“Sedikitpun tidak Kami lupakan di dalam kitab suci Alquran”`10 Demikian juga dalam surat Al-Ma>idah ayat 3 Allah Swt. telah berfirman:



























11

“Pada hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu dan Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku rida Islam itu sebagai agama kamu”.12

Kesempurnaan Islam ini selain telah dideklarasikan dalam Alquran, juga telah diakui baik oleh para ulama dan intelektual muslim maupun non muslim. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh seorang orientalis terkemuka bernama H.A.R Gibb, “Islam is much more than a system of

theologi its a complete civilization” (Islam bukan sekedar sistem theologi,

tetapi merupakan suatu peradaban yang lengkap). Dari pernyataan di atas

8 Kata Islam memiliki dua makna, yaitu 1) teks (nas}) wahyu yang menjelaskan agama dan 2) amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan pada teks itu. Lihat Nawawi, Islam dan Bisnis, 37.

9 Alquran, 6: 38.

10 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: Sya>mil Qur’a>n, 2012), 132.

11 Alquran, 3: 3

35

maka menjadi tidak benar atau relevan jika Islam dipandang sebagai agama ritual an sich, apalagi menganggapnya sebagai sebuah penghambat kemajuan pembangunan (an obstacle to economic growth). Pandangan yang demikian itu, disebabkan mereka belum memahami Islam secara ka>ffah.13

Konsep bisnis dalam Islam telah diatur dalam Alquran dan Hadis. Konsep tersebut harus diikuti dan dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam semua proses aktivitas bisnis dan perilakunya. Ahmad membagi konsep bisnis dalam Alquran tersebut menjadi tiga, yaitu bisnis yang menguntungkan, bisnis yang merugi dan pemeliharaan prestasi, hadiah dan hukuman.14 Bisnis yang menguntungkan menurut Alquran itu mengandung tiga elemen dasar yakni mengetahui investasi yang paling baik, membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal, dan mengikuti perilaku yang baik. Menurut Alquran, tujuan dari semua aktivitas bisnis manusia hendaknya diniatkan untuk mencari keridhaan Allah karena hal ini merupakan puncak dari seluruh kebaikan. Cara untuk mencari ridha tersebut dengan mempergunakannya dalam hal-hal yang baik disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah. Menurut Alquran bisnis yang menguntungkan adalah bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan duniawi yang hanya

13Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Etika Islam dalam Berbisnis (Solo: Zada Hanifa, 2008), 39-40.

14 Muhammad Djakfar, Agama, Etika dan Ekonomi: Wacana Menuju Pengembangan Ekonomi

Rabbaniyah (Malang: UIN-Malang Press, 2007), 142. Lihat juga Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, terj. Samson Rahman (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), 38-51.

36

berjangka pendek, tetapi keuntungan yang bisa dinikmati di akhirat yang kekal dan abadi.15

Bisnis yang merugi merupakan kebalikan dari bisnis yang menguntungkan, karena ketiadaan elemen-elemen dari bisnis yang menguntungkan menurut Alquran. Seluruh tindakan atau transaksi yang memungkinkan untuk mendatangkan keuntungan akhirnya berbalik menjadi bisnis yang merugikan. Contoh bisnis yang merugikan adalah riba, walaupun kelihatan harta orang yang melakukannya bertambah. Pedagang yang berbuat riba tidak akan memperoleh keuntungan apa-apa dan lebih parah lagi, ia akan kehilangan modalnya dan akhirnya bangkrut.16 Menurut Ahmad, termasuk bisnis yang merugikan adalah bisnis yang bertujuan untuk mencari harta kekayaan yang sebanyak-banyaknya, lebih mementingkan kemegahan dunia daripada kehidupan akhirat, terlalu disibukkan harta daripada ingat pada Allah.17

Terkait pemeliharaan prestasi, hadiah dan hukuman, dalam Alquran dijelaskan bahwa segala perbuatan manusia tidak lepas dari sorotan dan rekaman Allah Swt. Barang siapa yang melakukan prestasi yang positif akan mendapat reward (pahala), sebaliknya bagi yang melakukan prestasi negatif ia berhak mendapatkan hukuman yang setimpal. Para pelaku bisnis harus menyadari bahwa praktik bisnisnya tidaklah berarti bebas nilai. Jika sekiranya tindakan bisnis yang selama ini mereka lakukan merugikan yang

15 Muhammad Djakfar, Agama, Etika dan Ekonomi: Menyingkap Akar pemikiran Ekonomi Islam

Kontemporer, Menangkap Esensi, Menawarkan Solusi (Malang: UIN-Malang Press, 2007),154.

16 Ahmad, Etika..., 44.

37

tidak diketahui konsumen atau bahkan yang menguntungkan tidak mendapat pujian, semua itu kelak akan mendapatkan balasan di akhirat.18

Dokumen terkait