• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.3. Pengertian Produksi

2.1.3.1. Konsep Fungsi Produksi

Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi atau input dan produk atau output yang dihasilkan disebut fungsi produksi. Menurut Debertin, D.L. (1986) dalam Machmud (1997), fungsi produksi menguraikan suatu teknik hubungan yang mentransformasikan input (sumberdaya) ke dalam output (komoditi). Secara matematik fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2, X3,….. Xn) ... (2.1)

Dimana :

Y = output

Xn = input atau faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi

Y

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan input-input dalam output.

Fungsi produksi menghubungkan antara input yang dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan (Lipsey, at al., 1995). Hubungan fisik antara input dan output sering disebut dengan fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) dan keluaran produksi atau output. Analisis fungsi produksi sering digunakan oleh para peneliti karena

mereka menginginkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh (Soekartawi, 1993). Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan- kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik dari tiap-tiap tingkat input dalam pengertian fisik (Baettie dan Taylor, 1994).

Fungsi produksi dapat dinyatakan pula dalam grafik, dengan asumsi bahwa hanya satu faktor produksi saja yang berubah sedangkan faktor produksi lainnya dianggap tetap atau cateris paribus. Kebaikan fungsi produksi dinyatakan dalam grafik adalah mudah menganalisis peranan faktor produksi terhadap produk yang dihasilkan.

Sumber: Debertin, D.L. (1986) dalam Machmud (1997).

Keterangan:

MPP = Produk Marjinal (Marginal Physical Product) APP = Produk Rata-Rata (Average Physical Product) TPP = Produk Total (Total Physical Product)

A = Inflection Point

B = Titik Singgung Kurva TPP

C = Titik Maksimum TPP

Produk Total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode tertentu. Jika semua input kecuali satu faktor dijaga konstan, produksi total akan berubah menurut banyak sedikitnya variabel yang digunakan. Produk rata-rata (AP) adalah produk total produk total dibagi jumlah unit variabel yang digunakan untuk memproduksinya. Dalam Gambar 2.1. dengan makin banyaknya faktor variabel yang digunakan, produk rata-rata kemudian meningkat dan kemudian menurun. Tingkat output dimana produk rata-rata mencapai maksimum disebut titik berkurangnya produktivitas rata-rata (point of diminishing average productivity). Sampai dengan titik ini rata-rata produktivitas terus naik, diluar ini produktivitas rata-rata akan terus turun.

Produk marjinal (MP), kadang-kadang disebut juga produk incremental (incremental product) atau produk fisik marjinal (MPP), adalah perubahan dalam produk total sebagai akibat penambahan satu unit penggunaan variabel. Tingkat output dimana produk marjinal mencapai maksimum dinamakan titik berkurangnya produktivitas marjinal (point of diminishing marginal productivity) (Lipsey, et al.1995).

AP =

=

... (2.3)

Untuk melihat perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (EP) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input, atau dapat diartikan sebagai rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai. Secara Matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

EP = ∆ ∆ ... (2.4) atau

EP = ∆

. =

... (2.5)

Karena ∆ adalah MP, maka besarnya EP tergantung dari besar kecilnya MP dari suatu input. Adapun hubungan antara MP dan TP adalah:

1. Bila TP tetap naik, maka MP positif

2. Bila TP mencapai maksimum, maka nilai MP menjadi nol 3. Bila TP sudah mulai menurun, maka nilai MP menjadi negatif

4. Bila TP naik pada tahapan increasing rate, maka MP bertambah pada decreasing rate.

Apabila AP didefinisikan sebagai perbandingan antara TP per jumlah input, maka rumus untuk mencari AP adalah:

Dengan demikian hubungan antara MP dan AP adalah:

1. Bila MP lebih besar dari AP, maka posisi AP masih dalam keadaan menaik.

Sebaliknya , bila MP lebih kecil dari pada AP, maka posisi AP dalam keadaan menurun.

2. Bila terjadi MP sama dengan AP maka AP dalam keadaan maksimum.

Pada Gambar 2.1 menunjukan grafik fungsi produksi yang menggambarkan hubungan fisik antara satu faktor produksi dengan produksi, cateris paribus. Menurut Debertin, D.L (1986) dalam Machmud (1997), fungsi produksi terbagi dalam tiga daerah yang dibedakan elastisitas produksi dari faktor-faktor, yaitu daerah produksi dengan elastisitas produksi lebih besar dari satu (daerah I), daerah produksi dengan elastisitas antara nol dan satu (daerah II) dan daerah produksi dengan elastisitas produksi lebih kecil dari nol (daerah III).

Daerah I adalah yang terletak antara titik asal dan X2. Daerah ini produksi

marjinal (MP) mencapai titik maksimum dan kemudian mengalami penurunan tetapi marjinal masih lebih besar dari produk rata-rata (AP). Elastisitas produksi pada daerah I bernilai lebih besar dari satu, artinya penambahan faktor produksi sebanyak satu persen akan menyebabkan penambahan produksi selalu lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai karena masih selalu dapat ditingkatkan dengan penambahan input (faktor produksi). Dengan demikian, daerah ini merupakan daerah irasional (irrational region).

Daerah II adalah daerah yang terletak antara X2 dan X3. dengan elastisitas

produksi antara nol dan satu, artinya setiap penambahan faktor produksi satu persen akan menyebabkan penambahan produksi sebesar nol dan satu persen.

Daerah ini dikatakan daerah decreasing diminishing returns karena setiap penambahan faktor produksi akan meningkatkan jumlah produksi yang peningkatannya semakin lama semakin berkurang. Pada suatu tingkat tertentu dari penggunaan input akan memberikan keuntungan maksimum yaitu pada saat Nilai Produk Marjinal (Value Marginal Product atau VMP) untuk faktor produksi sama dengan biaya Korbanan Marjinal (Marginal Factor Costatau atau MFC). Jika harga faktor produksi (P) tetap maka keuntungan maksimum dicapai pada saat VMP = MFC = P. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi di daerah ini sudah optimal, maka dikatakan di daerah II merupakan daerah rasional (rational region).

Daerah III ini adalah daerah dengan elastisitas produksi dengan nilai kurang dari nol. Pada daerah ini produksi total mengalami penurunan yang ditunjukan oleh MP yang bernilai negatif. Dengan demikian, setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan, sehingga daerah III ini disebut daerah irasional (irrational region).

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi, yaitu hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Returns), sehingga informasi yang diperoleh dapat dipakai untuk melakukan upaya agar setiap upaya penambahan masukan produksi dapat menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar. Adapun bunyi hukum tersebut yaitu jika satu input ditambahkan terus menerus dalam proses produksi, sedangkan input lain tetap, tambahan output persatuan input akan berkurang. Hukum ini akan menggambarkan kenaikan yang negatif dalam kurva fungsi produksi.

Ada dua hal penting dari hukum ini:

1. Hukum ini menunjukan adanya input variabel dalam jumlah tertentu harus dikombinasikan dengan input tetap. Perusahaan atau industri tidak boleh menggunakan input terlalu banyak atau terlalu sedikit.

2. Hukum ini mensyaratkan bahwa metode produksi tidak berubah ketika input variabel yang digunakan bertambah.

Dalam banyak kenyataan, penelitian melupakan asumsi tersebut, karena berbagai alasan, antara lain:

1. Orang tidak mengetahui secara pasti bagaimana sebenarnya keadaan usaha yang dilakukannya, apakah dalam keadaan decreasing, constant, increasing of returns.

2. Orang menginginkan bagaimana pengaruh masing-masing masukan produksi dalam keadaan skala berbeda.

3. Orang melakukan pendugaan dengan fungsi Cobb-Douglas sebagai dasar untuk mendapatkan fungsi pendugaan dengan model yang lain.

2.1.3.2. Faktor-Faktor Produksi

Dokumen terkait