• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Manfaat Penelitian

2. Konsep Gender

Mosse (2018) menyebut gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi jalan yang menjadikan maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interprestasi biologis oleh kultur. Gender adalah seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa seseorang adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan diluar

rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles peran gender.

Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat sumber daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan dan kemapuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom. Gender bisa menjadi satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk seseorang.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2017) bahwa gender mengacu pada perbedaan peran, perilaku, fungsi dan status pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial budaya.

Terkait konsep gender tidak lepas dari konsep kesetaraan dan keadilan gender.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki.

Diskriminasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam proses yang cukup panjang. Paham patriarki yang membentuk pemikiran bahwa laki-laki dianggap superior dalam semua lini kehidupan telah memicu terjadinya diskriminasi.

Perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan menjadi hal yang turun temurun dipraktikan di masyarakat. Ketidakadilan gender tersebut termanifestasi dalam bentuk stereotype, marjinalisasi, subordinasi dan tindak kekerasan terhadap perempuan (kajian lanjutan indeks ketimpangan gender, 2017) .

Menurut Ratnawati dkk (2018) ketidakadilan gender dapat bersifat:

a) Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung, baik disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang berlaku.

b) Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaanya menguntungkan jenis kelamin tertentu.

c) Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau struktur dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat yang mewariskan keadaan yang bersifat membeda-bedakan.

Ketidakadilan gender menurut beberapa pakar timbul dalam bentuk:

a) Stereotype pembelaan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif secara umum dan melahirkan ketidakadilan.

b) Kekerasan (violence) kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidakseimbangan posisi tawar (bargaining position) atau kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.

c) Marginalisasi peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal bias berupa kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan, atau pengetahuan.

d) Subordinasi penomorduaan ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa jenis kelamin tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainya

e) Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden) adanya bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga berakibat semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.

3. Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan

Khayria dan Feki (2015) menyatakan ketidaksetaraan dalam pendidikan dapat mencegah pengurangan tingkat kesuburan, angka kematian bayi dan mungkin juga memiliki efek negatif pada pendidikan anak dan kesehatan.

Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (2016) menyatakan pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam pembedayaan perempuan karena pendidikan akan membuat perempuan mengetahui teknologi, sehingga ia mampu memanfaatkan sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun, perlu diingat pula seiring dengan meningkatnya kapabilitas perempuan maka akan meningkatkan human capital dan pada gilirannnya akan berperan besar dalam pembangunan.

Amory (2019) menjelaskan bahwa perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukakan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi dibidang lainnya.

4. Ketimpangan Gender di Bidang Kesehatan

Ketimpangan gender dalam kesehatan timbul akibat adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender, yaitu adanya diskriminasi dan kegagalan negara dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi perempuan (kajian lanjutan indeks ketimpangan gender, 2017).

European Institute for Gender Equality (2020) menyatakan perbedaan gender lebih relevan ketika mempertimbangkan alasan untuk kebutuhan medis yang belum terpenuhi. Perempuan biasanya lebih mungkin daripada laki-laki untuk dibatasi dalam mengakses layanan medis. Ini bias menjadi biaya perewatan medis yang dapat sangat mahal, waktu dan hambatan geografis yang disebabkan oleh daftar tunggu dan jarak untuk berpergian untuk perawatan. Pria

lebih mungkin daripada wanita untuk menyatakan alasan lain, seperti kurangnya waktu.

Gender memainkan peran tertentu dalam insiden dan prevalensi jenis patologi tertentu , tetapi juga dalam pengobatan mereka dan dampaknya dalam hal pemulihan. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan aspek biologis, perilaku psikologis dan budaya (etnis, sosial dan agama), kondisi sosial ekonomi dan fitur sistem kesehatan. Beberapa faktor dapat memperburuk ketidaksetaraan gender dalam kesehatan dan kesejahteraan, seperti perbedaan sumberdaya ekonomi dan beban tanggung jawab keluarga dan perawatan, serta kemiskinan dan isolasi. Dengan demikian, perempuan sangat rentan, terutama dalam hal keuangan, ketika datang untuk mengakses layanan kesehatan.

Lebih lanjut European Institue for Gender Inequality (2020) menyatakan bahwa perbedaan gender utama dan ketidaksetaraan dalam sektor kebijakan kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Perbedaan gender dalam status dan perilaku kesehatan

b) Ketidaksetaraan gender dan hambatan dalam hal akses ke layanan kesehatan

c) Kesehatan seksual dan reproduksi

d) Pemisahan gender dalam tenaga kerja kesehatan

e) Pelatihan dan pendidikan yang sensitive terhadap gender bagi para professional kesehatan

5. Ketimpangan Gender di Bidang Ketenagakerjaan

Menurut Ali (2015) diskriminasi gender dalam pekerjaan dan keterlibatan angkatan kerja menciptakan masalah dalam bentuk pengurangan potensi tenaga kerja dengan mengurangi bahwa kolom keterampilan dan kemampuan dari

perusahaan mana dapat mengilustrasikan dan memilih. Ini penurunan dan minimalisasi dalam keterampilan, bakat dan kemampuan angkatan kerja. Adalah salah satu kunci dan faktor yang luar biasa dalam pengurangan pertumbuhan ekonomi. Juga kesenjangan upah antara pria dan perempuan adalah salah satu penyedia utama untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungi Anak (2016) penyebab rendahnya angka partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja antara lain:

a) Persepsi terkait peran domestik perempuan;

b) Berkaitan dengan persepsi teresebut adalah pereangkat pengukuran, penentuan, atau definisian pekerjaan perempuan;

c) Sifat musiman, paruh waktu, dan informal dari kebanyakan pekerjaan perempuan

Diskriminasi perempuan tersebut banyak terjadi sehingga memicu adanya ketidaksetaraan gender dalam pasar tenaga kerja. Kecenderungan perempuan menerima upah antar gender tersebut terjadi lantaran posisi pekerja perempuan yang rendah atau pandangan nilai ekonomis yang rendah terhadap pekerja perempuan. Perbedaan upah terjadi karena wanita cenderung berada pada sektor jasa seperti kedokteran, kesehatan dan pendidikan. Segregasi pekerjaan antar laki-laki dan perempuan tersebutlah yang menyebabkan kesenjangan upah antar gender.

6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan ditemukan memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan modal rata-rata

manusia dan pengucilan peluang pendidikan perempuan berbakat yang dapat berbuat lebih baik daripada lelaki (Amory,2019).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengatakan pengaruh kesenjangan gender dalam pendidikan pada pertumbuhan ekonomi terutama timbul dari dampak pendidikan perempuan pada kesuburan dan pada penciptaan modal manusia untuk generasi berikutnya. Perempuan partisipasi buruh dapat memiliki efek langsung mekanisme pada PDB per kapitakarena sumber daya produksi rumah tangga dialihkan ke produksi pasar, yang ditangkap oleh pengukuran PDB.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kesetaraan gender dalam berbagai dimensi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi (khayria dan feki, 2015).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengemukakan bahwa jika ketidaksetaraan gender sepenuhnya dihapus, pendapatan perkapita akan 30,2% lebih tinggi daripada ekonomi benchmark setelah satu generasi dan 71,1% lebih tinggi setelah dua generasi. Juga menemukan bahwa pendapatan agregat ekonomi setara gender hipotesis akan 6,6% dan 14% lebih tinggi dari ekonomi benchmark setelah satu atau dua generasi, masing-masing. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan menghilangkan ketidaksetaraan gender, tingkat pertumbuhan tahunan pendapatan perkapita dan pendapatan agregat dapat ditingkatkan dengan masing-masing 1% dan 0,2%. Bahwa efek peningkatan pertumbuhan dari kesetaraan gender lebih besar dari atau paling tidak sebanding dengan kebijakan lain yang dipertimbangkan dalam negara. Juga menemukan bahwa kebijakan kesetaraan gender yang menurunkan biaya penitipan anak atau meningkatkan waktu pria untuk produksi rumah dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan output agregat.

B. Tinjauan Empiris

Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan judul penelitian:

Table 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama/

Tahun Judul dan Penulis Teknik

Analisis Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sekunder dan variabel bebas rasio angka harapan hidup laki-laki mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lai angka harapan hidup perempuan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan variabel bebas lainnya yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Serta secara simultan rasio angka harapan hidup laki-laki dan perempuan, rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan, serta tingkat partisipasi angkatan kerja mempunyai pengaruh positif

terhadap pertumbuhan rasio rata-rata lama sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. sedangkan dari variable bebas rasio tingkat partisipasi angkatan kerja berpengarh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung

Menunjukkan masih terdapat ketimpangan gender di Indonesia. Hal ini terlihat peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) belum mampu mengurangi gap secara nyata dalam pencapaian kapabilitas dasar antara laki-laki dan perempuan. Gap antara IPM dengan IPG terlihat tetap dan cenderung tidak berubah dari besarannya, dimana rasio (IPG/IPM) masih tetap berada

Variable ketimpangan gender dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah pada tahun 2011-2017. Variable ketimpangan gender dalam kesehatan yaitu memiliki pengaruh yang positf dan sinifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah tahun 2011-2017. Variable ketimpangan

gender dalam

ketenagakerjaan memiliki pengaruh yang negatif dan signiikan terhadapa Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) pada kota di jawa tengah tahun 2011-2017.

Ketimpangan gender dalam pendidikan, ketimpangan gender dalam kesehatan dan ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan secara bersama-sama memilki pengaruh yang signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

IPG berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa IPG belum tentu berpengaruh

langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi. IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan indeks IPM akan menaikkan pertumbuhan ekonomi

C. Kerangka Konsep

Pada dasarnya pembangunan ekonomi dipusatkan pada usaha-usaha untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tesebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin, suku dan agama. Akan tetapi dalam pelaksanannya masih terjadi pengabaian terhadap kesetaraan dan keadilan gender, dimana kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan sebagai pelaksana dan penerima hasil pembanguan.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia perempuan dalam hal pendidikan,

kesehatan dan ketenagakerjaan menyebabkan peran perempuan sebagai pelaksanan program pembangunan tak termanfaatkan secara optimal.

Ketimpangan gender di Sulawesi Barat diukur melalui dua pendekatan yaitu perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan berdasarkan rekomendasi perhitungan ketimpangan gender oleh UNDP dalam Human Development Report yaitu Gender Inequality Index (GII). Dari dua pendekatan tersebut variable kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan dianggap mampu mewakili pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi.

Barro dan Lee (dalam Hariadinata, 2019) menggunakan angka harapan hidup sebagai salah satu variabel dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sehingga angka harapan hidup menjadi Proxy yang layak ntuk dijadikan indikator kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Angka harapan hidup memiliki hubungan yang positif dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi angka harapan hidup tidak hanya mewakili kesehatan yang baik tetapi juga kinerja seseorang. Sebagai contoh, angka harapan hidup mungkin memilki korelasi dengan perilaku dan kemampuan pekerja yang tinggi. Maka dari itu dalam penelitian angka harapan hidup laki-laki dan perempuan menjadi variabel yang mewakili kesehatan. Variable ini diambil dari indikator IPM dan IPG.

Sari, Sarfita dan Indrawati (2019) menggunakan rasio rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki serta rasio rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki. Sehingga rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-lakai menjadi proxy yang layak untuk mewakili indikator pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi variable ini diambil dari indiaktor IPM dan IPG.

Klasen dan Lamanna (dalam Purba, 2016) menyatakan bahwa tenaga kerja perempuan bukan variabel yang mampu mewakii ketenagakerjaan. Hal ini terdapat kausalitas antara tenaga kerja perempuan dengan pertumbuhan ekonomi, contohnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik perempuan ke angkatan kerja dan sebaliknya. Tingkat partisipasi angkatan kerja dan pangsa perempuan dalam angkatan kerja menjadi proxy ketenagakerjaan. Sehingga pada penelitian ini untuk melihat sisi ketenagakerjaan menggunakan variable tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Variable ini berdasarkan indikator Gender Inequality Index (GII).

Sehingga indikator dalam penelitian ini yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki dan perempuan, Angka Hapan Hidup (AHH) laki-laki dan perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki dan perempuan

Gambar 2.1 Skema kerangka konsep Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki dan perempuan

(X1)

Angka Harapan Hidup laki-laki dan perempuan (X2)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan perempuan

(X3)

Pertumbuhan Ekonomi

(Y)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus di buktikan kebenaranya. berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan studi pustaka, maka dalam penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga variabel rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

2. Diduga variabel angka harapan hidup laki-laki dan perempuan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

3. Diduga variabel tingkat partisipasi angkata kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

.

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan adanya pengaruh antara Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan dengan tujuan menjelaskan dan mendeskripsikan peristiwa atau suatu keadaaan subjek yang terjadi dalam bentuk angka-angka bermakna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat, secara khusus bertempat pada instansi yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat.

Waktu penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan September 2020 sampai Oktober 2020.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel penilitan adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian yang akan ditarik kesimpulanya. Maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pencapaian pembangunan di bidang ekonomi, data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010-2019

2. Ketimpangan gender adalah kondisi dimana terdapat ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan berkontribusi pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Ketimpangan gender memiliki indikator sebagai berikut:

a. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang didefinisikan sebagai jumlah tahun yang oleh digunakan penduduk dalam menjalani pendidikan. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

b. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) yang didefinisikan sebagai perkiraan jumlah tahun hidup dari penduduk, yang digunakan sebagai evaluasi kenerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam bidang kesehatan. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang didefinisikan sebagai gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data runtun waktu 2010-2019 dari Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Angka Harapan Hidup (AHH), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita di Provinsi Sulawesi Barat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data melalui berbagai proses serta ketentuan yang telah ada.

penelitian ini sendiri menggunakan jenis data yang yaitu data sekunder. Data sekunder sendiri berarti sebuah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti berupa dokumen ataupun arsip yang dimiliki oleh seseorang ataupun sebuah lembaga yang dijadikan subjek penelitian oleh sang penenliti.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode dokumentasi dilakukan untuk melihat kembali laporan tetulis baik angka maupun keterangan, sedangkan studi pustaka merupakan mengumpulkan data yang relevan dari buku artikel ilmiah, berita, mapun sumber kredibel lainnya yang terjadi dengan topik penelitian.

F. Teknik Analisis

Analisis pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan metode regresi linear berganda. Regresi linear berganda merupakan model regresi linear yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas.

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kuantitatif dari variabel X1 yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), variabel X2

yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), dan variabel X3 yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap variabel Y yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita. Model regresi linear berganda di formulasi dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X1 = Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

X2 = Angka Harapan Hidup (AHH)

X3 = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) α= konstanta

β1 – β3 = koefisien ε = Error term

Analisis regresi linear beranda memiliki syarat atau asumsi klasik yang harus terpenuhi sehingga model regresi dapat dipertanggungjawabkan. Uji tersebut antaralain sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Pengujian untuk menentukan apakah dalam model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi yang normal. Uji Jarque Bera dilakukan pada pengujian normalitas untuk mengetahui normalitas dari variabel penggangu (Sugiyanto,2017).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya (Sugiyanto, 2017). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui model regresi ditemukan adannya korelasi antara variabel independent. Persyaratan dalam model regesi ini yaitu tidak adanya multikolinearitas. Cara mengetahui ada tidaknya multikolineritas yaitu melihat nilai VIF, jika nilai kurang dari 10 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random (Sugiyanto, 2017). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi (Sugiyanto, 2017). Model regresi yang baik yaitu homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.

Untuk menentukan apakah parameter-parameter pada persamaan regresi yang terbentuk merupakan estimator yang baik, maka diperlukan uji sebagai berikut.

a. Uji t

Uji t (Parsial) digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan uji f. Dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : β1 + 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

2. H0 : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

3. H0 : β3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable tingkat partipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

Ha : β3≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

Dengan tingkat singifikan 5%. Jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima dan nilai t hitung > t tabel H0 ditolak.

1. Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variable terikat.

2. Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka H0 diterima atau menolak Ha, artinya variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Uji f (Simultan)

Uji dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Hipotesisnya

Uji dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Hipotesisnya

Dokumen terkait