• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI BARAT SKRIPSI. Oleh INDAH RAHAYU NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI BARAT SKRIPSI. Oleh INDAH RAHAYU NIM"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

INDAH RAHAYU NIM 105711110416

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

SKRIPSI

Oleh

INDAH RAHAYU NIM 105711110416

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada almamater, bangsa, dan agamaku kepada kedua orang tuaku Suaib dan Hasiani tercinta

serta keluarga dan sahabat-sahabat yang tersayang yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu

baik moril maupun materil demi keberhasilan penulis

MOTO HIDUP

Tetaplah berusaha untuk santai meski jiwamu terbantai

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Barat”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak “Suaib” dan Ibu “Hasiani” yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan

dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Dr. Edi Jusriadi, SE., MM. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik. Ibu A. Nur Fitrianti, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga selesai.

5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama

yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi

penulis.

(9)

ix

8. Terima kasih kepada semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, Desember 2020

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

INDAH RAHAYU, Tahun 2020. Pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Barat. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Edi Jusriadi dan Pembimbing II A. Nur Fitrianti.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai (1) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (2). Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (3) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (4) Menganalisis pengaruh rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup dan tingkat partisipasi angkatan kerja pada laki-laki dan perempuan secara bersama-sama diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Teknik anaisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda.. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah perempuan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Angka Harapan Hidup laki-laki dan variabel Angka Harapan Hidup (perempuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel rata-rata lama sekolah laki-laki, angka harapan hidup laki-laki dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata Kunci : Ketimpangan Gender , Pertumbuhan Ekonomi

(11)

xi

ABSTRACT

INDAH RAHAYU, Year 2020. The influence of gender inequality on economic growth in the province of West Sulawesi. Thesis Program of Economic Development Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah Makassar. Guided by Supervisor I Edi Jusriadi and Supervisor II A. Nur Fitrianti.

The purpose of this study is to gain an understanding of (1) Analyzing the influence of gender inequality from the Mean Years School on economic growth in West Sulawesi Province, (2). Analyzing the influence of gender inequality from Ratio of Life Expectancy on economic growth in West Sulawesi Province, (3) Analyzing the influence of gender inequality from the Ratio of Labor Force Participation on economic growth in West Sulawesi Province, (4) Analyzing the influence of Mean Years School, Ratio of Life Expectancy, Ratio of Labor Force Participation men and women together is thought to have an influence on economic growth of West Sulawesi Province. This research uses secondary data with documentation method and library study method. This research method is descriptive with qualitative approach. Anaisis technique used is multiple regression analysis.. From the results of the research that has been done, it was obtained that the variable Mean Years School of men has a positive but insignificant influence on economic growth while in the variable Mean Years School women also have a positive and significant influence on economic growth. Male Ratio of Life Expectancy variables and female Ratio of Life Expectancy variables have a positive and significant influence on economic growth. Male Ratio of Labor Force Participation variables and female Ratio of Labor Force Participation variables have a negative and insignificant influence on economic growth. The variable average length of male schooling, male life expectancy and male labor force participation rates together have a significant influence on economic growth.

Keywords: Gender Inequality, Economic Growth

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ...

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

HALAMAN PERNYATAAN ...

KATA PENGANTAR ...

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...

ABSTRACT ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

I ii iii iv v vi vii x xi xii xiv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

1 1 11 11 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Teori ... 12

1. Teori Pertumbuhan ... 12

2. Konsep Gender ... 16

3. Ketimpangan Gender Terhadap Pendidikan ... 19

4. Ketimpangan Gender Terhadap Kesehatan ... 19

5. Ketimpangan Gender Terhadap Ketenagakerjaan ... 21

6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 22

B. Tinjauan Empiris ... 22 13

13 13 17 20 20 21

22

24

(13)

xiii

C. Kerangka Konsep ... 1 25

D. Hipotesis ... 27

26 28 BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 29

D. Populasi Dan Sampel ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31 F. Teknik Analisis ...

30 30 30 30 31 32 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...

B. Hasil Penelitian ...

C. Analisis dan Interpretasi ...

37 37 39 59 BAB V PENUTUP ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

63 63 64 DAFTAR PUSTAKA ...

DAFTAR LAMPIRAN

65

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 IPG Menurut Provinsi Di Indonesia, Tahun 2014-2019 ... 2

Tabel 1.2 Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019 ... 5

Tabel 1.3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ... 6

Tabel 1.4 Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2014-2018 ... 7

Tabel 1.5 IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2011-2019 ... 9

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Laki-Laki ... 40

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Perempuan ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Laki-Laki ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Perempuan ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Laki-Laki ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Perempuan ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Laki-Laki ... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Perempuan ... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Laki-Laki ... 54

Tabel 4.10 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Perempuan ... 55

(15)

xv

Tabel 4.11 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Laki-Laki ... 57 Tabel 4.12 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Perempuan ... 58 Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian Laki-Laki .. 58 Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian

Perempuan ... 59

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Barat Menurut

Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ... 5

Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017- Agustus 2019 ... 8

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep ... ... 28

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Laki-Laki ... 47

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Perempuan ... 48

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Regresi Linear Berganda ... 68

2. Hasil Uji Normalitas ... 69

3. Uji Multikolinearitas ... 70

4. Uji Autokorelasi ... 71

5. Uji Heterokedasitas ... 73

6. Uji T Statistik ... 74

7. Uji F Statistik ... 75

8. Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ... 75

9. Data Sebelum Diolah ... 76

10. Surat Penelitian ... 77

11. Surat Balasan penelitian ... 78

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) atau konsep pembangunan berkelanjutan yang dideklarasikan PBB pada September 2015 dimana salah satu tujuan dari tujuh belas tujuan yang termuat didalamnya yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa isu mengenai kesetaraan gender merupakan masalah global yang dihadapi semua negara baik negara maju atau negara berkembang termasuk di Indonesia.

Gender sendiri merupakan adanya perbedaan dan persamaan non biologis antara perempuan dan laki-laki, dalam istilah ini seringkali disandingkan dengan kesetaraan dalam hak sebagai makhluk hidup. Sedangkan kesetaraan gender berarti dimana perempuan dan laki-laki memiliki status, kondisi dan potensi dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan berkontribusi pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Wujud dari hal tersebut yaitu tidak adanya diskriminasi antara penduduk perempuan dan laki- laki dalam merasakan pembangunan nasional. Adanya ketidakadilan atau ketimpangan dalam gender dapat mengakibatkan terhambatnya potensi pembangunan negara.

Pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen pada upaya mewujutkan

keadilan dan kesetaraan gender dengan mengeluarkan INPRES nomor 9 tahun

2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional yang

(19)

menginstruksikan seluruh pejabat negara untuk melaksanakan Pengurusutamaan Gender diseluruh wilayah Indonesia.

Sitorus (2016) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan ketimpangan gender. Hubungan tersebut tak lepas dari masalah pendidikan dan ketenagakerjaan. Indeks ketimpangan gender yang diproksi dengan rasio (IPG/IPM) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi tidak hanya didorong oleh keberhasilan kapabilitas dasar penduduk laki-laki tetapi juga penduduk perempuan.

Pencapaian Indeks Pembangunan Gender di Indonesia berubah setiap tahunnya. Beberapa provinsi mengalami peningkatan setiap tahun namun juga terdapat beberapa provinsi mengalami fluktuasi.

Table 1.1

IPG Menurut Provinsi di Indonesia, Tahun 2014-2019

Provinsi/Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Gender (IPG) 2014 2015 2016 2017 2018 2019

ACEH 91.5 92.07 91.89 91.67 91.67 91.84

SUMATERA UTARA 90.26 90.96 90.82 90.65 90.66 90.71 SUMATERA BARAT 94.04 94.74 94.42 94.16 94.17 94.09

RIAU 87.62 87.75 88.04 88.17 88.37 88.43

JAMBI 87.88 88.44 88.29 88.13 88.44 88.44

SUMATERA SELATAN 91.64 92.22 92.08 92.43 92.62 92.4 BENGKULU 91.02 91.38 91.06 91.34 91.37 91.19

LAMPUNG 89.62 89.89 90.3 90.49 90.57 90.39

KEP. BANGKA BELITUNG 87.74 88.37 88.9 88.93 89.15 89

KEPULAUAN RIAU 93.2 93.22 93.13 92.96 92.97 93.1

DKI JAKARTA 94.6 94.72 94.98 94.7 94.7 94.71

JAWA BARAT 88.35 89.11 89.56 89.18 89.19 89.26

JAWA TENGAH 91.89 92.21 92.22 91.94 91.95 91.89

D I YOGYAKARTA 94.31 94.41 94.27 94.39 94.73 94.77

(20)

JAWA TIMUR 90.83 91.07 90.72 90.76 90.77 90.91

BANTEN 90.99 91.11 90.97 91.14 91.3 91.67

BALI 93.32 92.71 93.2 93.7 93.71 93.72

NUSA TENGGARA BARAT 90.02 90.23 90.05 90.36 90.37 90.4 NUSA TENGGARA TIMUR 92.76 92.91 92.72 92.44 92.57 92.72 KALIMANTAN BARAT 84.72 85.61 85.77 86.28 86.74 86.81 KALIMANTAN TENGAH 89.33 89.25 89.07 88.91 89.13 89.09 KALIMANTAN SELATAN 88.46 88.55 88.86 88.6 88.61 88.61 KALIMANTAN TIMUR 84.75 85.07 85.6 85.62 85.63 85.98 KALIMANTAN UTARA 85.67 85.68 86.34 85.96 86.74 87 SULAWESI UTARA 94.58 94.64 95.04 94.78 94.79 94.53 SULAWESI TENGAH 92.69 92.25 91.91 91.66 92.08 92.01 SULAWESI SELATAN 92.6 92.92 92.79 92.84 93.15 93.09 SULAWESI TENGGARA 89.56 90.3 90.23 90.24 90.24 90.56 GORONTALO 85.09 85.87 86.12 86.64 86.63 86.83 SULAWESI BARAT 89.18 89.52 89.35 89.44 90.05 89.76

MALUKU 92.55 92.54 92.38 92.75 93.03 93.04

MALUKU UTARA 88.79 88.86 89.15 89.15 89.5 89.61 PAPUA BARAT 81.95 81.99 82.34 82.42 82.47 82.74

PAPUA 78.57 78.52 79.09 79.38 80.11 80.05

INDONESIA 90.34 91.03 90.82 90.96 90.99 91.07

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel 1.1, mengambarkan bahwa angka indeks IPG di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 90,34 kemudian naik pada tahun 2015 sebesar 91,03 mengalami penurunan di tahun 2016 sebesar 90,82 kemudian terus mengalami peningkatan secara perlahan di tahun selanjutnya yaitu sebesar 90,96 di tahun 2017, 90,99 di tahun 2018 dan 91,07 di tahun 2019.

Provinsi Sulawesi Barat sendiri memiliki angka indeks IPG pada tahun

2014 sebesar 89,18 kemudian naik pada tahun 2015 sebesar 89,52, sedikit

menurun pada angka 89,35 di tahun 2016, mengalami peningkatan sebesar

(21)

89,44 di tahun 2017 dan 90,05 di tahun 2018 dan kemudian kembali mengalami penurunan di tahun 2019 sebesar 89,76.

Indeks IPG Provinsi Sulawesi Barat setiap tahunnya masih berada di bawah rata-rata pencapaian secara nasional. Sari, Sarfiah dan Indrawati (2019) mengemukakan bahwa semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil kesenjangan pembangunan laki-laki dan perempuan. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kondisi kesetaraan gender yang ada di Provinsi Sulawesi Barat masih relatif rendah. Oleh karena itu peneliti mengambil Provinsi Sulawesi Barat sebagai lokasi penilitian.

IPG memiliki komponen penyusun yang sama dengan IPM yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan pengeluara perkapita yang dilihat dari dimensi laki-laki dan perempuan. Perubahan angka IPG selama periode 2014-2019 tentu di pengaruhi oleh komponen-komponen tersebut, atau dengan kata lain terjadi perubahan pada kualitas dasar hidup perempuan dalam hal pendidikan, kesehatan dan hidup layak pada periode tersebut.

Angka harapan hidup di Provinsi Sulawesi Barat mencerminkan derajat

kesehatan maysarakat, baik dari sarana prasarana, akses maupun kualias

kesehatan. Secara tidak langsung, peningkatan angka harapan hidup di Provinsi

Sulawesi Barat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat yang semakin baik

dalam semua aspek kesehatan.

(22)

Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 (Tahun)

Gambar 1.1, menunjukkan perbedaan Angka Harapan Hidup (AHH) laki- laki yang memiliki kecenderungan empat tahun lebih rendah dibandingkan Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan. Meskipun begitu selama periode data tersebut terjadi peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki mengalami peningkatan dari 62,18 persen ditahun 2014 menjadi 62,96 ditahun 2019 dan Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan dari 66 persen ditahun 2014 menjadi 66,78 ditahun 2019.

Kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang setara antara laki-laki dan perempuan di Sulawesi Barat belum sepenuhnya terpenuhi, hal tersebut dapat dilihat pada angka melek huruf usia 15 tahun keatas dan rata-rata-rata lama sekolah.

Tabel 1.2

Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019

Tahun Laki-laki Perempuan

2015 96.58 94.57

2016 96.17 94.34

2017 95.71 95.01

2018 96.37 93.61

2019 96.91 95.24

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020 55

60 65 70

2014 2015 2016 2017 2018 2019

U s ia ( ta h u n )

laki-laki

perempuan

(23)

Berdasarkan tabel 1.2, kemampuan membaca dan menulis penduduk laki-laki dan penduduk perempuan usia 15 tahun keatas. Pada tahun 2015 penduduk perempuan persentasinya sedikit lebih rendah sebesar 94,57 dibandingkan 96,58 pada penduduk laki-laki. Meskipun rata-rata perempuan tiap tahunnya berada diawah persentasi rata-rata laki-laki tetapi terus mengalami kenaikan sampai ditahun 2017, sempat mengalami penurunan sekitar 2 persen di tahun 2018 kemudian kembali meningkat sebesar 95,24 di tahun 2019.

Sedangkan pada penduduk laki-laki sejak tahun 2015 sampai 2017 mengalami penurunan, kemudian pada 2018 baru mengalami kenaikan sebesar 96,37 persen dan 96,91 persen pada tahun 2019.

Angka rata-rata lama sekolah mengambarkan rata-rata jumlah tahun dalam menempuh pendidikan formal penduduk usia 15 tahun keatas.

Pencapaian Provinsi Sulawesi Barat pada angka rata-rata sekolah mengalami kenaikan tetapi masih tedapat gap antara pencapaian penduduk laki-laki dan perempuan.

Tabel 1.3

Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019 (Tahun)

Tahun Laki-laki Perempuan

2014 7.32 6.45

2015 7.33 6.71

2016 7.4 6.91

2017 7.55 7.08

2018 7.66 7.28

2019 8 7.5

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

(24)

Peningkatan persentasi penduduk laki-laki sebesar 7,32 tahun pada tahun 2014 menjadi 8 tahun pada 2019. Sedangkan penduduk perempuan pada tahun 2014 sebesar 6,45 tahun menjadi 7,5 tahun pada 2019. Gap sebesar 0,5 tahun pada 2019 menunjukkan rata-rata penduduk laki-laki mengenyam pendidikan formal lebih lama dibandingkan penduduk perempuan.

Sumbangan pendapatan perempuan di Provinsi Sulawesi Barat mengalami kenaikan tiap tahunnya, terdapat kabupaten yang pencapaiannya diatas pencapaian provinsi tapi juga terdapat beberapa jauh dibawah pencapaian provinsi.

Tabel 1.4

Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2014-2018 Kabupaten dan

Provinsi

Sumbangan Pendapatan Perempuan (Persen)

2014 2015 2016 2017 2018 Majene 38.04 38.37 - 38.42 38.48 Polewali Mandar 36.41 37.32 - 37.22 37.29 Mamasa 25.7 25.57 - 25.67 25.55 Mamuju 27.62 27.93 - 27.99 28.09 Pasangkayu 19.76 18.87 - 18.98 19.1 Mamuju Tengah 22.18 22.02 - 21.99 22.09

Sulawesi Barat 36.11 36.17 36.2 36.21 36.26 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Sumbangan pendapatan perempuan Provinsi Sulawesi Barat rata-rata

sebesar 36 persen. Kabupaten Majene mendapatkan persentasi jumlah tertinggi

sebesar 38,48 di ikuti kabupaten Polewali Mandar sebesar 37.29 pada tahun

2018. Sedangkan dua kabupaten terendah yaitu kabupaten Mamasa sebesar

25,55 pada tahun 2018 dan kabupaten Pasangkayu yang hanya 19.1 persen.

(25)

Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan besaran persentase penduduk usia kerja yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Untuk Provinsi Sulawesi Barat terdapat kesenjangan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan.

Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017 – Agustus 2019

Berdasarkan gambar 1.2, tingkat partisipasi perempuan lebih rendah sekitar 30-34%. Hal ini dipengaruhi oleh budaya di Indonesia, dimana laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga ketika memasuki usia kerja akan terjung dan terlibat langsung dalam kegiatan perekonomian.

KPPA (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan ketimpangan gender, membaiknya kesetaraan gender dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

0 20 40 60 80 100

2017 2018 2019

p e rsen laki-laki

perempuan

(26)

Tabel 1.5

IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2011-2019

Tahun

Indeks Pembangunan

Gender (IPG)

Laju Pertumbuhan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB) Perkapita (persen)

2011 87.6 8.59

2012 87.9 7.15

2013 88.56 4.89

2014 89.18 6.79

2015 89.52 5.30

2016 89.35 4.04

2017 89.44 4.43

2018 90.05 4.32

2019 89.76 3.77

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel 1.5, pencapaian IPG Provinsi Sulawesi Barat selama periode 2011-2019 mengalami fluktuasi begitupula dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita selama periode 2011-2019.

Selama periode 2011-2015 pecapaian IPG setiap tahunnya mengalami peningkatan namun tidak diikuti dengan pencapaian laju petumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana pada pada tahun 2011 sebesar 8.59 persen kemudian menurun hingga pada 2013 sebesar 4.89 persen naik sebesar 6.79 persen di tahun 2014 kembali menurun di tahun 2015 sebesar 5.30 persen.

Pada tahun 2016 pecapainan IPG menurun sebesar 89.35 persen diikuti laju

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita yang juga

menurun sebesar 4.04 persen. Pada tahun 2017 IPG dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) mengalami peningkatan yaitu masing-masing 89.44

(27)

persen dan 4.43 persen. Pada tahun 2018 pencapaian IPG mengalami kenaikan yaitu 90.05 persen dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita mengalami penrunan sebesar 4.32 persen. Terakhir pada tahun 2019 pencapaian IPG dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita mengalami penurunan yaitu masing-masing 89.76 persen dan 3.77 persen.

Upaya pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Barat telah banyak mengalami kemajuan, namun belum sepenuhnya mampu mengatasi ketidaksetaraan gender terutama pada perempuan. Amory (2019) mengatakan kurangnya peran perempuan terhadap pembangunan perekonomian di Sulawesi Barat. Padahal keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan kunci untuk menuntaskan kemiskinan yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi. Menahan investasi perempuan dalam hal pendidikan dan kesehatan yang rendah menurunkan tingkat modal manusia masyarakat sehingga ikut menurunkan tingkat pendapatan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan perempuan serta kesehatan dan terbatasnya akses sumber daya membatasi produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan mengurangi efekivitas pembangunan secara keseluruhan. Atau dengan kata lain isu mengenai ketimpangan dan/atau kesetaraan gender menjadi sangat penting dalam upaya mendorong keberhasilan pembangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti mengambil judul:

“Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Sulawesi Barat” guna menganalisis mengenai pengaruh ketimpangan gender

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah indikator dairi variabel ketimpangan gender yaitu Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

2. Apakah ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

3. Apakah ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

2. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

3. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

(29)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya:

1. Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu juga dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Lembaga penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

b. Bagi penulis sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan dan tambahan wawasan mengenai pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi

c. Bagi pembaca diharapkan mampu memberikan referensi bagi

pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa depan.

(30)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Prawoto (2019) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah masalah ekonomi jangka panjang, hal ini menyangkut tentang kualitas sumber daya manusia, ketersediaan sumberdaya alam dan posesnya terjadi output sehingga menjadi pendapatan bagi masyarakat. Atau lebih jelasnya pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Peningkatan pada output per kapita terjadi karena terdapat kenaikan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah meliputi: (Subandi, 2019)

a) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).

b) Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkata kerja (labor forces) yang secara umum dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.

c) Kemajuan teknologi, merupakan faktor yang paling penting bagi

pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi dapat dikelompokkan dalam

3 macam, yaitu: netral, hemat tenaga kerja (labor saving), dan hemat

modal (capital saving).

(31)

Adapun beberapa teori pertumbuhan ekonomi berunjuk pada teori ahli ekonomi antaralain:

a. Teori pertumbuhan Adam Smith

Adam Smith menekankan pertumbuhan ekonomi pada dua aspek utama, yaitu pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output terkait dengan tiga unsur sistem reproduksi, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan stok kapital. Aspek kedua dalam pertumbuhan ekonomi menurut smith adalah pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah pas-pasan untuk hidup (Prawoto, 2019).

b. Teori pertumbuhan Rostow

Dalam buku The Stage of Econommic Growth: a non-communist manifesto yang terbit pada tahun 1960 W.W. Rostow mengembangkan tahap-tahap pertumbuhan. Rostow proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara berada dalam salah satu tahap pembangunan tersebut: (Subandi, 2019)

1) Masyarakat tradisional (The Tradisional society) 2) Prasyarat lepas landas (The precondition for take off) 3) Tahap lepas landas (The take off)

4) Tahap gerak menuju kematangan (The drive to maturity)

5) Tahap konsumsi masa tinggi (The age of high mass consumption) c. Teori pertumbuhan Neoklasik (Solow-Swan)

Teori Solow-Swan membangun model pertumbuhan ekonomi yang

berpusat pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

(32)

kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. (Prawoto, 2019).

Asumsi Solow-Swan sebagai berikut:

1) Full employment, karena bekerjanya mekanisme pasar. Diasumsikan bahwa perekonomian adalah tertutup. Dalam perekonomian, perusahaan memproduksi barang dengan kombinasi tenaga kerja dan modal. Dalam perekonomian tidak ada intervensi pemerintah, sehingga perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pengeluaran agregat

(2.1)

(2.2)

Persamaan (2.2), pengumpulan saving tersebut seluruhnya digunakan untuk investasi yang nantinya akan menyebabkan peningkatan pendapatan nasional

2) Teknologi dan populasi merupakan faktor eksogen. Capital output ratio (COR) memiliki sifat yang dinamis, artinnya dalam menghasilkan tingkat output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan tenaga kerja. Jika pengunaan kapital tinggi maka penggunaan tenaga kerja akan rendah, dan sebaliknya. Pokok pemikiran lainya adalah dalam fungsi produksinya, adanya teknologi yang terargumenstasi pada faktor- faktor produksi seperti kapital dan labor

( ) (2.3)

( ) (2.4)

3) Persamaan (2.3) terlihat bahwa teknologi melekat pada variable labor,

yang nentinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang di

suatu negara yang lebih labor intensive. Persamaan (2.3) ini disebut

(33)

sebagai purely labor augmenting, sedangkan pada persamaan (2.4) terlihat bahwwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya berdampak pada pola produksi yang cenderung lebih capital intensive. Persamaan (2.4) disebut sebagai purely capital augmenting.

Teori pertumbuhan Neo-Klasik pada umumnya didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglash yang sekarang dikenal dengan sebutan fungsi produksi Cob- Douglas. Fungsi tersebut dituliskan dengan cara berikut

(2.5)

Dimana = T ingkat produksi = Tingkat teknologi = Jumlah stok barang = Jumlah tenaga kerja

α = pertambahan output oleh pertambahan satu unit modal β = Pertambahan output oleh pertambahan satu unit tenaga kerja d. Teori Harrod-Domar: Akumulasi Modal

Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja (Subandi, 2019). Dengan mode pertumbuhan sebagai berikut:

Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karena itu kita mempunyai persamaan sederhana sebaai berikut

(2.6)

Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan DK maka

(2.7)

(34)

Akan tetapi stok modal (K) mempunyai hubungan langsun dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka

(2.8)

Akhirnya, karena tabungan (S) harus sama denan investasi total (I), maka

(2.9)

Dari ketiga persamaan diatas bias dituliskan identitas sebagai berikut (2.10) Akhirnya dapat dirumuskan rumuskan sebagai berikut

(2.11)

ΔY/Y pada persamaan menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output)

Persamaan Harrod-Domar yang disederhankan, yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output (ΔY/Y) ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal output (COR=k).

2. Konsep Gender

Mosse (2018) menyebut gender secara mendasar berbeda dari jenis

kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan

sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi jalan yang menjadikan

maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan

interprestasi biologis oleh kultur. Gender adalah seperangkat peran yang seperti

halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa

seseorang adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang

mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan diluar

(35)

rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles peran gender.

Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat sumber daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan dan kemapuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom. Gender bisa menjadi satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk seseorang.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2017) bahwa gender mengacu pada perbedaan peran, perilaku, fungsi dan status pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial budaya.

Terkait konsep gender tidak lepas dari konsep kesetaraan dan keadilan gender.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki.

Diskriminasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam proses yang cukup panjang. Paham patriarki yang membentuk pemikiran bahwa laki-laki dianggap superior dalam semua lini kehidupan telah memicu terjadinya diskriminasi.

Perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan menjadi hal yang turun temurun dipraktikan di masyarakat. Ketidakadilan gender tersebut termanifestasi dalam bentuk stereotype, marjinalisasi, subordinasi dan tindak kekerasan terhadap perempuan (kajian lanjutan indeks ketimpangan gender, 2017) .

Menurut Ratnawati dkk (2018) ketidakadilan gender dapat bersifat:

a) Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung, baik

disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang berlaku.

(36)

b) Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaanya menguntungkan jenis kelamin tertentu.

c) Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau struktur dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat yang mewariskan keadaan yang bersifat membeda-bedakan.

Ketidakadilan gender menurut beberapa pakar timbul dalam bentuk:

a) Stereotype pembelaan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif secara umum dan melahirkan ketidakadilan.

b) Kekerasan (violence) kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidakseimbangan posisi tawar (bargaining position) atau kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.

c) Marginalisasi peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal bias berupa kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan, atau pengetahuan.

d) Subordinasi penomorduaan ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa jenis kelamin tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainya

e) Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden) adanya bahwa

perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk

menjadi kepala keluarga berakibat semua pekerjaan domestik rumah tangga

menjadi tanggung jawab perempuan.

(37)

3. Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan

Khayria dan Feki (2015) menyatakan ketidaksetaraan dalam pendidikan dapat mencegah pengurangan tingkat kesuburan, angka kematian bayi dan mungkin juga memiliki efek negatif pada pendidikan anak dan kesehatan.

Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (2016) menyatakan pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam pembedayaan perempuan karena pendidikan akan membuat perempuan mengetahui teknologi, sehingga ia mampu memanfaatkan sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun, perlu diingat pula seiring dengan meningkatnya kapabilitas perempuan maka akan meningkatkan human capital dan pada gilirannnya akan berperan besar dalam pembangunan.

Amory (2019) menjelaskan bahwa perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukakan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi dibidang lainnya.

4. Ketimpangan Gender di Bidang Kesehatan

Ketimpangan gender dalam kesehatan timbul akibat adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender, yaitu adanya diskriminasi dan kegagalan negara dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi perempuan (kajian lanjutan indeks ketimpangan gender, 2017).

European Institute for Gender Equality (2020) menyatakan perbedaan

gender lebih relevan ketika mempertimbangkan alasan untuk kebutuhan medis

yang belum terpenuhi. Perempuan biasanya lebih mungkin daripada laki-laki

untuk dibatasi dalam mengakses layanan medis. Ini bias menjadi biaya

perewatan medis yang dapat sangat mahal, waktu dan hambatan geografis yang

disebabkan oleh daftar tunggu dan jarak untuk berpergian untuk perawatan. Pria

(38)

lebih mungkin daripada wanita untuk menyatakan alasan lain, seperti kurangnya waktu.

Gender memainkan peran tertentu dalam insiden dan prevalensi jenis patologi tertentu , tetapi juga dalam pengobatan mereka dan dampaknya dalam hal pemulihan. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan aspek biologis, perilaku psikologis dan budaya (etnis, sosial dan agama), kondisi sosial ekonomi dan fitur sistem kesehatan. Beberapa faktor dapat memperburuk ketidaksetaraan gender dalam kesehatan dan kesejahteraan, seperti perbedaan sumberdaya ekonomi dan beban tanggung jawab keluarga dan perawatan, serta kemiskinan dan isolasi. Dengan demikian, perempuan sangat rentan, terutama dalam hal keuangan, ketika datang untuk mengakses layanan kesehatan.

Lebih lanjut European Institue for Gender Inequality (2020) menyatakan bahwa perbedaan gender utama dan ketidaksetaraan dalam sektor kebijakan kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Perbedaan gender dalam status dan perilaku kesehatan

b) Ketidaksetaraan gender dan hambatan dalam hal akses ke layanan kesehatan

c) Kesehatan seksual dan reproduksi

d) Pemisahan gender dalam tenaga kerja kesehatan

e) Pelatihan dan pendidikan yang sensitive terhadap gender bagi para professional kesehatan

5. Ketimpangan Gender di Bidang Ketenagakerjaan

Menurut Ali (2015) diskriminasi gender dalam pekerjaan dan keterlibatan

angkatan kerja menciptakan masalah dalam bentuk pengurangan potensi tenaga

kerja dengan mengurangi bahwa kolom keterampilan dan kemampuan dari

(39)

perusahaan mana dapat mengilustrasikan dan memilih. Ini penurunan dan minimalisasi dalam keterampilan, bakat dan kemampuan angkatan kerja. Adalah salah satu kunci dan faktor yang luar biasa dalam pengurangan pertumbuhan ekonomi. Juga kesenjangan upah antara pria dan perempuan adalah salah satu penyedia utama untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungi Anak (2016) penyebab rendahnya angka partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja antara lain:

a) Persepsi terkait peran domestik perempuan;

b) Berkaitan dengan persepsi teresebut adalah pereangkat pengukuran, penentuan, atau definisian pekerjaan perempuan;

c) Sifat musiman, paruh waktu, dan informal dari kebanyakan pekerjaan perempuan

Diskriminasi perempuan tersebut banyak terjadi sehingga memicu adanya ketidaksetaraan gender dalam pasar tenaga kerja. Kecenderungan perempuan menerima upah antar gender tersebut terjadi lantaran posisi pekerja perempuan yang rendah atau pandangan nilai ekonomis yang rendah terhadap pekerja perempuan. Perbedaan upah terjadi karena wanita cenderung berada pada sektor jasa seperti kedokteran, kesehatan dan pendidikan. Segregasi pekerjaan antar laki-laki dan perempuan tersebutlah yang menyebabkan kesenjangan upah antar gender.

6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan ditemukan memiliki dampak

negatif pada pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan modal rata-rata

(40)

manusia dan pengucilan peluang pendidikan perempuan berbakat yang dapat berbuat lebih baik daripada lelaki (Amory,2019).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengatakan pengaruh kesenjangan gender dalam pendidikan pada pertumbuhan ekonomi terutama timbul dari dampak pendidikan perempuan pada kesuburan dan pada penciptaan modal manusia untuk generasi berikutnya. Perempuan partisipasi buruh dapat memiliki efek langsung mekanisme pada PDB per kapitakarena sumber daya produksi rumah tangga dialihkan ke produksi pasar, yang ditangkap oleh pengukuran PDB.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kesetaraan gender dalam berbagai dimensi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi (khayria dan feki, 2015).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengemukakan bahwa jika ketidaksetaraan

gender sepenuhnya dihapus, pendapatan perkapita akan 30,2% lebih tinggi

daripada ekonomi benchmark setelah satu generasi dan 71,1% lebih tinggi

setelah dua generasi. Juga menemukan bahwa pendapatan agregat ekonomi

setara gender hipotesis akan 6,6% dan 14% lebih tinggi dari ekonomi benchmark

setelah satu atau dua generasi, masing-masing. Hasil ini menunjukkan bahwa

dengan menghilangkan ketidaksetaraan gender, tingkat pertumbuhan tahunan

pendapatan perkapita dan pendapatan agregat dapat ditingkatkan dengan

masing-masing 1% dan 0,2%. Bahwa efek peningkatan pertumbuhan dari

kesetaraan gender lebih besar dari atau paling tidak sebanding dengan kebijakan

lain yang dipertimbangkan dalam negara. Juga menemukan bahwa kebijakan

kesetaraan gender yang menurunkan biaya penitipan anak atau meningkatkan

waktu pria untuk produksi rumah dapat berkontribusi positif terhadap

pertumbuhan output agregat.

(41)

B. Tinjauan Empiris

Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan judul penelitian:

Table 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama/

Tahun Judul dan Penulis Teknik

Analisis Hasil

1 Idham Hardinata (2019)

Ketimpangan Gender dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Regresi data panel dan

pendekatan PGLS

Penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel sekunder dan

variabel bebas rasio angka

harapan hidup laki-laki

mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi lai

angka harapan hidup

perempuan mempunyai

pengaruh positif dan

signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi serta

rata-rata lama sekolah laki-

laki dan perempuan

mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Sedangkan

variabel bebas lainnya yaitu

tingkat partisipasi angkatan

kerja laki-laki berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap pertumbuhan

ekonomi serta tingkat

partisipasi angkatan kerja

perempuan berpengaruh

positif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan

ekonomi di Indonesia. Serta

secara simultan rasio angka

harapan hidup laki-laki dan

perempuan, rata-rata lama

sekolah laki-laki dan

perempuan, serta tingkat

partisipasi angkatan kerja

mempunyai pengaruh positif

(42)

terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia

2 Ulung Purba (2016)

Analisis Pengaruh Ketimpangan gender Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Propinsi

Lampung

Fixed Effect Model (GLS)

Dari variable bebas rasio angka harapan hidup dan rasio rata-rata lama sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. sedangkan dari variable bebas rasio tingkat partisipasi angkatan kerja berpengarh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung

3 Agnes Vera Yanti Sitorus (2016)

Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Perrtumbuhan ekonomi di Indonesia

Analisis deskriptif Regresi data panel dan Fixed Effect Model (GLS)

Menunjukkan masih terdapat ketimpangan gender di Indonesia. Hal ini terlihat peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) belum mampu mengurangi gap secara nyata dalam pencapaian kapabilitas dasar antara laki-laki dan perempuan. Gap antara IPM dengan IPG terlihat tetap dan cenderung tidak berubah dari besarannya, dimana rasio (IPG/IPM) masih tetap berada pada kisaran 93 persen selama priode 2004-2011 4 Riska

Puspita Sari, Sudati Nur Sarfiah, dan Lucia Rita Indrawati (2019)

Anlisis Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PRODUK

DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)) Tahun 2011-2017 (Studi Kasus 6 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah)

Analisis data panel dan Fixed Effect Model (FEM)

Variable ketimpangan gender dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah pada tahun 2011- 2017. Variable ketimpangan gender dalam kesehatan yaitu memiliki pengaruh yang positf dan sinifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah tahun 2011- 2017. Variable ketimpangan

gender dalam

ketenagakerjaan memiliki

pengaruh yang negatif dan

signiikan terhadapa Produk

Domestik Regional Bruto

(43)

(PDRB) pada kota di jawa tengah tahun 2011-2017.

Ketimpangan gender dalam pendidikan, ketimpangan gender dalam kesehatan dan ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan secara bersama-sama memilki pengaruh yang signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota-kota yang ada di jawa tengah tahun 2011-2017.

5 Liza Nasmi, dan Abd Jamal (2018)

Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomian di Indonesia

deskriptif, kuantitatif dan analisis regresi berganda

IPG berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa IPG belum tentu berpengaruh

langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi. IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan indeks IPM akan menaikkan pertumbuhan ekonomi

C. Kerangka Konsep

Pada dasarnya pembangunan ekonomi dipusatkan pada usaha-usaha untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tesebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin, suku dan agama. Akan tetapi dalam pelaksanannya masih terjadi pengabaian terhadap kesetaraan dan keadilan gender, dimana kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan sebagai pelaksana dan penerima hasil pembanguan.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia perempuan dalam hal pendidikan,

(44)

kesehatan dan ketenagakerjaan menyebabkan peran perempuan sebagai pelaksanan program pembangunan tak termanfaatkan secara optimal.

Ketimpangan gender di Sulawesi Barat diukur melalui dua pendekatan yaitu perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan berdasarkan rekomendasi perhitungan ketimpangan gender oleh UNDP dalam Human Development Report yaitu Gender Inequality Index (GII). Dari dua pendekatan tersebut variable kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan dianggap mampu mewakili pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi.

Barro dan Lee (dalam Hariadinata, 2019) menggunakan angka harapan hidup sebagai salah satu variabel dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sehingga angka harapan hidup menjadi Proxy yang layak ntuk dijadikan indikator kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Angka harapan hidup memiliki hubungan yang positif dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi angka harapan hidup tidak hanya mewakili kesehatan yang baik tetapi juga kinerja seseorang. Sebagai contoh, angka harapan hidup mungkin memilki korelasi dengan perilaku dan kemampuan pekerja yang tinggi. Maka dari itu dalam penelitian angka harapan hidup laki-laki dan perempuan menjadi variabel yang mewakili kesehatan. Variable ini diambil dari indikator IPM dan IPG.

Sari, Sarfita dan Indrawati (2019) menggunakan rasio rata-rata lama

sekolah perempuan dan laki-laki serta rasio rata-rata lama sekolah perempuan

dan laki-laki. Sehingga rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-lakai menjadi

proxy yang layak untuk mewakili indikator pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi variable ini diambil dari indiaktor IPM dan IPG.

(45)

Klasen dan Lamanna (dalam Purba, 2016) menyatakan bahwa tenaga kerja perempuan bukan variabel yang mampu mewakii ketenagakerjaan. Hal ini terdapat kausalitas antara tenaga kerja perempuan dengan pertumbuhan ekonomi, contohnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik perempuan ke angkatan kerja dan sebaliknya. Tingkat partisipasi angkatan kerja dan pangsa perempuan dalam angkatan kerja menjadi proxy ketenagakerjaan. Sehingga pada penelitian ini untuk melihat sisi ketenagakerjaan menggunakan variable tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Variable ini berdasarkan indikator Gender Inequality Index (GII).

Sehingga indikator dalam penelitian ini yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki dan perempuan, Angka Hapan Hidup (AHH) laki-laki dan perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki dan perempuan

Gambar 2.1 Skema kerangka konsep Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki dan perempuan

(X1)

Angka Harapan Hidup laki-laki dan perempuan (X2)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan perempuan

(X3)

Pertumbuhan Ekonomi

(Y)

(46)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus di buktikan kebenaranya. berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan studi pustaka, maka dalam penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga variabel rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

2. Diduga variabel angka harapan hidup laki-laki dan perempuan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

3. Diduga variabel tingkat partisipasi angkata kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

.

(47)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan adanya pengaruh antara Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan dengan tujuan menjelaskan dan mendeskripsikan peristiwa atau suatu keadaaan subjek yang terjadi dalam bentuk angka-angka bermakna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat, secara khusus bertempat pada instansi yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat.

Waktu penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan September 2020 sampai Oktober 2020.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel penilitan adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian yang akan ditarik kesimpulanya. Maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan

pencapaian pembangunan di bidang ekonomi, data yang digunakan adalah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Provinsi Sulawesi Barat

pada tahun 2010-2019

(48)

2. Ketimpangan gender adalah kondisi dimana terdapat ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan berkontribusi pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Ketimpangan gender memiliki indikator sebagai berikut:

a. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang didefinisikan sebagai jumlah tahun yang oleh digunakan penduduk dalam menjalani pendidikan. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

b. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) yang didefinisikan sebagai perkiraan jumlah tahun hidup dari penduduk, yang digunakan sebagai evaluasi kenerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam bidang kesehatan. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang didefinisikan sebagai gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

runtun waktu 2010-2019 dari Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Angka Harapan

Hidup (AHH), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Perkapita di Provinsi Sulawesi Barat.

(49)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data melalui berbagai proses serta ketentuan yang telah ada.

penelitian ini sendiri menggunakan jenis data yang yaitu data sekunder. Data sekunder sendiri berarti sebuah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti berupa dokumen ataupun arsip yang dimiliki oleh seseorang ataupun sebuah lembaga yang dijadikan subjek penelitian oleh sang penenliti.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode dokumentasi dilakukan untuk melihat kembali laporan tetulis baik angka maupun keterangan, sedangkan studi pustaka merupakan mengumpulkan data yang relevan dari buku artikel ilmiah, berita, mapun sumber kredibel lainnya yang terjadi dengan topik penelitian.

F. Teknik Analisis

Analisis pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan metode regresi linear berganda. Regresi linear berganda merupakan model regresi linear yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas.

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kuantitatif dari variabel X

1

yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), variabel X

2

yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), dan variabel X

3

yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap variabel Y yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita. Model regresi linear berganda di formulasi dengan persamaan sebagai berikut:

(50)

Keterangan:

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X

1

= Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

X

2

= Angka Harapan Hidup (AHH)

X

3

= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) α= konstanta

β

1

– β

3

= koefisien ε = Error term

Analisis regresi linear beranda memiliki syarat atau asumsi klasik yang harus terpenuhi sehingga model regresi dapat dipertanggungjawabkan. Uji tersebut antaralain sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Pengujian untuk menentukan apakah dalam model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi yang normal. Uji Jarque Bera dilakukan pada pengujian normalitas untuk mengetahui normalitas dari variabel penggangu (Sugiyanto,2017).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih

variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel

independen lainnya (Sugiyanto, 2017). Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui model regresi ditemukan adannya korelasi antara variabel

independent. Persyaratan dalam model regesi ini yaitu tidak adanya

multikolinearitas. Cara mengetahui ada tidaknya multikolineritas yaitu melihat

nilai VIF, jika nilai kurang dari 10 maka dinyatakan tidak terjadi

multikolinearitas.

(51)

3. Uji Autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random (Sugiyanto, 2017). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi (Sugiyanto, 2017). Model regresi yang baik yaitu homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.

Untuk menentukan apakah parameter-parameter pada persamaan regresi yang terbentuk merupakan estimator yang baik, maka diperlukan uji sebagai berikut.

a. Uji t

Uji t (Parsial) digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing- masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan uji f. Dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H

0

: β

1

+ 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata- rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

H

a

: β

1

≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-rata

lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Jumlah Penduduk Miskin Hasil analisis regresi linier dengan model data pooling time series menunjukkan bahwa Rata-rata Lama

Seluruh Layer dibuat dalam sebuah design file yang merupakan bagian umum dari global origins dan secara bersamaan akan mempunyai hubungan antar project untuk menyetarakan

Hanya saja encoder memiliki kelemahan yakni suatu encoder tidak dapt digunakan untuk motor dengan jumlah pole yang berbeda dan letak suatu kode komutasi pada

Masyarakat Karo yang telah lama tinggal di kota sebagian besar sudah tidak menjalankannya karena mereka menganggap rebu menjadikan hubungan antara mertua dan menantu pada suku

Kedatangan nelayan andon telah memberikan dampak yang cukup baik terhadap perubahan sosial ekonomi nelayan lokal di Kawasan Sendamg Biru (Desa Tambak Rejo) anatara lain

Implikasi penting penelitian ini adalah dibuktikannya beberapa hasil penelitian terdahulu terkait dengan kepemimpinan, perilaku kerja, dan kinerja karyawan.

5 Maka penelitian kualitatif dalam karya sastra lebih memperhatikan pada makna yang terkandung dalam setiap interaksi yang dilakukan seseorang dengan orang lain, bagaimana sikap

Berdasarkan hasil analisis determinan ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Barat tahun 2017- 2019 dengan variabel penjelas berupa PAD, aglomerasi, rata-rata