SKRIPSI
Oleh
INDAH RAHAYU NIM 105711110416
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
Oleh
INDAH RAHAYU NIM 105711110416
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada almamater, bangsa, dan agamaku kepada kedua orang tuaku Suaib dan Hasiani tercinta
serta keluarga dan sahabat-sahabat yang tersayang yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu
baik moril maupun materil demi keberhasilan penulis
MOTO HIDUP
Tetaplah berusaha untuk santai meski jiwamu terbantai
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Barat”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak “Suaib” dan Ibu “Hasiani” yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Dr. Edi Jusriadi, SE., MM. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik. Ibu A. Nur Fitrianti, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama
yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
ix
8. Terima kasih kepada semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, Desember 2020
Penulis
x
ABSTRAK
INDAH RAHAYU, Tahun 2020. Pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Barat. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Edi Jusriadi dan Pembimbing II A. Nur Fitrianti.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai (1) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (2). Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (3) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (4) Menganalisis pengaruh rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup dan tingkat partisipasi angkatan kerja pada laki-laki dan perempuan secara bersama-sama diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik anaisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda.. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah perempuan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Angka Harapan Hidup laki-laki dan variabel Angka Harapan Hidup (perempuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel rata-rata lama sekolah laki-laki, angka harapan hidup laki-laki dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci : Ketimpangan Gender , Pertumbuhan Ekonomi
xi
ABSTRACT
INDAH RAHAYU, Year 2020. The influence of gender inequality on economic growth in the province of West Sulawesi. Thesis Program of Economic Development Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah Makassar. Guided by Supervisor I Edi Jusriadi and Supervisor II A. Nur Fitrianti.
The purpose of this study is to gain an understanding of (1) Analyzing the influence of gender inequality from the Mean Years School on economic growth in West Sulawesi Province, (2). Analyzing the influence of gender inequality from Ratio of Life Expectancy on economic growth in West Sulawesi Province, (3) Analyzing the influence of gender inequality from the Ratio of Labor Force Participation on economic growth in West Sulawesi Province, (4) Analyzing the influence of Mean Years School, Ratio of Life Expectancy, Ratio of Labor Force Participation men and women together is thought to have an influence on economic growth of West Sulawesi Province. This research uses secondary data with documentation method and library study method. This research method is descriptive with qualitative approach. Anaisis technique used is multiple regression analysis.. From the results of the research that has been done, it was obtained that the variable Mean Years School of men has a positive but insignificant influence on economic growth while in the variable Mean Years School women also have a positive and significant influence on economic growth. Male Ratio of Life Expectancy variables and female Ratio of Life Expectancy variables have a positive and significant influence on economic growth. Male Ratio of Labor Force Participation variables and female Ratio of Labor Force Participation variables have a negative and insignificant influence on economic growth. The variable average length of male schooling, male life expectancy and male labor force participation rates together have a significant influence on economic growth.
Keywords: Gender Inequality, Economic Growth
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ...
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN PERNYATAAN ...
KATA PENGANTAR ...
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...
ABSTRACT ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
I ii iii iv v vi vii x xi xii xiv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
1 1 11 11 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Teori ... 12
1. Teori Pertumbuhan ... 12
2. Konsep Gender ... 16
3. Ketimpangan Gender Terhadap Pendidikan ... 19
4. Ketimpangan Gender Terhadap Kesehatan ... 19
5. Ketimpangan Gender Terhadap Ketenagakerjaan ... 21
6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 22
B. Tinjauan Empiris ... 22 13
13 13 17 20 20 21
22
24
xiii
C. Kerangka Konsep ... 1 25
D. Hipotesis ... 27
26 28 BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 29
D. Populasi Dan Sampel ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31 F. Teknik Analisis ...
30 30 30 30 31 32 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...
B. Hasil Penelitian ...
C. Analisis dan Interpretasi ...
37 37 39 59 BAB V PENUTUP ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
63 63 64 DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR LAMPIRAN
65
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 IPG Menurut Provinsi Di Indonesia, Tahun 2014-2019 ... 2
Tabel 1.2 Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019 ... 5
Tabel 1.3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ... 6
Tabel 1.4 Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2014-2018 ... 7
Tabel 1.5 IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2011-2019 ... 9
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Laki-Laki ... 40
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Perempuan ... 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Laki-Laki ... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Perempuan ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Laki-Laki ... 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Perempuan ... 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Laki-Laki ... 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Perempuan ... 52
Tabel 4.9 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Laki-Laki ... 54
Tabel 4.10 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Perempuan ... 55
xv
Tabel 4.11 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Laki-Laki ... 57 Tabel 4.12 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Perempuan ... 58 Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian Laki-Laki .. 58 Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian
Perempuan ... 59
xvi
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Barat Menurut
Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ... 5
Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017- Agustus 2019 ... 8
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep ... ... 28
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Laki-Laki ... 47
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Perempuan ... 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Uji Regresi Linear Berganda ... 68
2. Hasil Uji Normalitas ... 69
3. Uji Multikolinearitas ... 70
4. Uji Autokorelasi ... 71
5. Uji Heterokedasitas ... 73
6. Uji T Statistik ... 74
7. Uji F Statistik ... 75
8. Uji Koefisien Determinasi (R
2) ... 75
9. Data Sebelum Diolah ... 76
10. Surat Penelitian ... 77
11. Surat Balasan penelitian ... 78
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) atau konsep pembangunan berkelanjutan yang dideklarasikan PBB pada September 2015 dimana salah satu tujuan dari tujuh belas tujuan yang termuat didalamnya yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa isu mengenai kesetaraan gender merupakan masalah global yang dihadapi semua negara baik negara maju atau negara berkembang termasuk di Indonesia.
Gender sendiri merupakan adanya perbedaan dan persamaan non biologis antara perempuan dan laki-laki, dalam istilah ini seringkali disandingkan dengan kesetaraan dalam hak sebagai makhluk hidup. Sedangkan kesetaraan gender berarti dimana perempuan dan laki-laki memiliki status, kondisi dan potensi dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan berkontribusi pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Wujud dari hal tersebut yaitu tidak adanya diskriminasi antara penduduk perempuan dan laki- laki dalam merasakan pembangunan nasional. Adanya ketidakadilan atau ketimpangan dalam gender dapat mengakibatkan terhambatnya potensi pembangunan negara.
Pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen pada upaya mewujutkan
keadilan dan kesetaraan gender dengan mengeluarkan INPRES nomor 9 tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional yang
menginstruksikan seluruh pejabat negara untuk melaksanakan Pengurusutamaan Gender diseluruh wilayah Indonesia.
Sitorus (2016) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan ketimpangan gender. Hubungan tersebut tak lepas dari masalah pendidikan dan ketenagakerjaan. Indeks ketimpangan gender yang diproksi dengan rasio (IPG/IPM) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi tidak hanya didorong oleh keberhasilan kapabilitas dasar penduduk laki-laki tetapi juga penduduk perempuan.
Pencapaian Indeks Pembangunan Gender di Indonesia berubah setiap tahunnya. Beberapa provinsi mengalami peningkatan setiap tahun namun juga terdapat beberapa provinsi mengalami fluktuasi.
Table 1.1
IPG Menurut Provinsi di Indonesia, Tahun 2014-2019
Provinsi/Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Gender (IPG) 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ACEH 91.5 92.07 91.89 91.67 91.67 91.84
SUMATERA UTARA 90.26 90.96 90.82 90.65 90.66 90.71 SUMATERA BARAT 94.04 94.74 94.42 94.16 94.17 94.09
RIAU 87.62 87.75 88.04 88.17 88.37 88.43
JAMBI 87.88 88.44 88.29 88.13 88.44 88.44
SUMATERA SELATAN 91.64 92.22 92.08 92.43 92.62 92.4 BENGKULU 91.02 91.38 91.06 91.34 91.37 91.19
LAMPUNG 89.62 89.89 90.3 90.49 90.57 90.39
KEP. BANGKA BELITUNG 87.74 88.37 88.9 88.93 89.15 89
KEPULAUAN RIAU 93.2 93.22 93.13 92.96 92.97 93.1
DKI JAKARTA 94.6 94.72 94.98 94.7 94.7 94.71
JAWA BARAT 88.35 89.11 89.56 89.18 89.19 89.26
JAWA TENGAH 91.89 92.21 92.22 91.94 91.95 91.89
D I YOGYAKARTA 94.31 94.41 94.27 94.39 94.73 94.77
JAWA TIMUR 90.83 91.07 90.72 90.76 90.77 90.91
BANTEN 90.99 91.11 90.97 91.14 91.3 91.67
BALI 93.32 92.71 93.2 93.7 93.71 93.72
NUSA TENGGARA BARAT 90.02 90.23 90.05 90.36 90.37 90.4 NUSA TENGGARA TIMUR 92.76 92.91 92.72 92.44 92.57 92.72 KALIMANTAN BARAT 84.72 85.61 85.77 86.28 86.74 86.81 KALIMANTAN TENGAH 89.33 89.25 89.07 88.91 89.13 89.09 KALIMANTAN SELATAN 88.46 88.55 88.86 88.6 88.61 88.61 KALIMANTAN TIMUR 84.75 85.07 85.6 85.62 85.63 85.98 KALIMANTAN UTARA 85.67 85.68 86.34 85.96 86.74 87 SULAWESI UTARA 94.58 94.64 95.04 94.78 94.79 94.53 SULAWESI TENGAH 92.69 92.25 91.91 91.66 92.08 92.01 SULAWESI SELATAN 92.6 92.92 92.79 92.84 93.15 93.09 SULAWESI TENGGARA 89.56 90.3 90.23 90.24 90.24 90.56 GORONTALO 85.09 85.87 86.12 86.64 86.63 86.83 SULAWESI BARAT 89.18 89.52 89.35 89.44 90.05 89.76
MALUKU 92.55 92.54 92.38 92.75 93.03 93.04
MALUKU UTARA 88.79 88.86 89.15 89.15 89.5 89.61 PAPUA BARAT 81.95 81.99 82.34 82.42 82.47 82.74
PAPUA 78.57 78.52 79.09 79.38 80.11 80.05
INDONESIA 90.34 91.03 90.82 90.96 90.99 91.07
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Berdasarkan tabel 1.1, mengambarkan bahwa angka indeks IPG di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 90,34 kemudian naik pada tahun 2015 sebesar 91,03 mengalami penurunan di tahun 2016 sebesar 90,82 kemudian terus mengalami peningkatan secara perlahan di tahun selanjutnya yaitu sebesar 90,96 di tahun 2017, 90,99 di tahun 2018 dan 91,07 di tahun 2019.
Provinsi Sulawesi Barat sendiri memiliki angka indeks IPG pada tahun
2014 sebesar 89,18 kemudian naik pada tahun 2015 sebesar 89,52, sedikit
menurun pada angka 89,35 di tahun 2016, mengalami peningkatan sebesar
89,44 di tahun 2017 dan 90,05 di tahun 2018 dan kemudian kembali mengalami penurunan di tahun 2019 sebesar 89,76.
Indeks IPG Provinsi Sulawesi Barat setiap tahunnya masih berada di bawah rata-rata pencapaian secara nasional. Sari, Sarfiah dan Indrawati (2019) mengemukakan bahwa semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil kesenjangan pembangunan laki-laki dan perempuan. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kondisi kesetaraan gender yang ada di Provinsi Sulawesi Barat masih relatif rendah. Oleh karena itu peneliti mengambil Provinsi Sulawesi Barat sebagai lokasi penilitian.
IPG memiliki komponen penyusun yang sama dengan IPM yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan pengeluara perkapita yang dilihat dari dimensi laki-laki dan perempuan. Perubahan angka IPG selama periode 2014-2019 tentu di pengaruhi oleh komponen-komponen tersebut, atau dengan kata lain terjadi perubahan pada kualitas dasar hidup perempuan dalam hal pendidikan, kesehatan dan hidup layak pada periode tersebut.
Angka harapan hidup di Provinsi Sulawesi Barat mencerminkan derajat
kesehatan maysarakat, baik dari sarana prasarana, akses maupun kualias
kesehatan. Secara tidak langsung, peningkatan angka harapan hidup di Provinsi
Sulawesi Barat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat yang semakin baik
dalam semua aspek kesehatan.
Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 (Tahun)
Gambar 1.1, menunjukkan perbedaan Angka Harapan Hidup (AHH) laki- laki yang memiliki kecenderungan empat tahun lebih rendah dibandingkan Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan. Meskipun begitu selama periode data tersebut terjadi peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki mengalami peningkatan dari 62,18 persen ditahun 2014 menjadi 62,96 ditahun 2019 dan Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan dari 66 persen ditahun 2014 menjadi 66,78 ditahun 2019.
Kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang setara antara laki-laki dan perempuan di Sulawesi Barat belum sepenuhnya terpenuhi, hal tersebut dapat dilihat pada angka melek huruf usia 15 tahun keatas dan rata-rata-rata lama sekolah.
Tabel 1.2
Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019
Tahun Laki-laki Perempuan
2015 96.58 94.57
2016 96.17 94.34
2017 95.71 95.01
2018 96.37 93.61
2019 96.91 95.24
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020 55
60 65 70
2014 2015 2016 2017 2018 2019
U s ia ( ta h u n )
laki-laki
perempuan
Berdasarkan tabel 1.2, kemampuan membaca dan menulis penduduk laki-laki dan penduduk perempuan usia 15 tahun keatas. Pada tahun 2015 penduduk perempuan persentasinya sedikit lebih rendah sebesar 94,57 dibandingkan 96,58 pada penduduk laki-laki. Meskipun rata-rata perempuan tiap tahunnya berada diawah persentasi rata-rata laki-laki tetapi terus mengalami kenaikan sampai ditahun 2017, sempat mengalami penurunan sekitar 2 persen di tahun 2018 kemudian kembali meningkat sebesar 95,24 di tahun 2019.
Sedangkan pada penduduk laki-laki sejak tahun 2015 sampai 2017 mengalami penurunan, kemudian pada 2018 baru mengalami kenaikan sebesar 96,37 persen dan 96,91 persen pada tahun 2019.
Angka rata-rata lama sekolah mengambarkan rata-rata jumlah tahun dalam menempuh pendidikan formal penduduk usia 15 tahun keatas.
Pencapaian Provinsi Sulawesi Barat pada angka rata-rata sekolah mengalami kenaikan tetapi masih tedapat gap antara pencapaian penduduk laki-laki dan perempuan.
Tabel 1.3
Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019 (Tahun)
Tahun Laki-laki Perempuan
2014 7.32 6.45
2015 7.33 6.71
2016 7.4 6.91
2017 7.55 7.08
2018 7.66 7.28
2019 8 7.5
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Peningkatan persentasi penduduk laki-laki sebesar 7,32 tahun pada tahun 2014 menjadi 8 tahun pada 2019. Sedangkan penduduk perempuan pada tahun 2014 sebesar 6,45 tahun menjadi 7,5 tahun pada 2019. Gap sebesar 0,5 tahun pada 2019 menunjukkan rata-rata penduduk laki-laki mengenyam pendidikan formal lebih lama dibandingkan penduduk perempuan.
Sumbangan pendapatan perempuan di Provinsi Sulawesi Barat mengalami kenaikan tiap tahunnya, terdapat kabupaten yang pencapaiannya diatas pencapaian provinsi tapi juga terdapat beberapa jauh dibawah pencapaian provinsi.
Tabel 1.4
Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2014-2018 Kabupaten dan
Provinsi
Sumbangan Pendapatan Perempuan (Persen)
2014 2015 2016 2017 2018 Majene 38.04 38.37 - 38.42 38.48 Polewali Mandar 36.41 37.32 - 37.22 37.29 Mamasa 25.7 25.57 - 25.67 25.55 Mamuju 27.62 27.93 - 27.99 28.09 Pasangkayu 19.76 18.87 - 18.98 19.1 Mamuju Tengah 22.18 22.02 - 21.99 22.09
Sulawesi Barat 36.11 36.17 36.2 36.21 36.26 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Sumbangan pendapatan perempuan Provinsi Sulawesi Barat rata-rata
sebesar 36 persen. Kabupaten Majene mendapatkan persentasi jumlah tertinggi
sebesar 38,48 di ikuti kabupaten Polewali Mandar sebesar 37.29 pada tahun
2018. Sedangkan dua kabupaten terendah yaitu kabupaten Mamasa sebesar
25,55 pada tahun 2018 dan kabupaten Pasangkayu yang hanya 19.1 persen.
Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan besaran persentase penduduk usia kerja yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Untuk Provinsi Sulawesi Barat terdapat kesenjangan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan.
Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017 – Agustus 2019
Berdasarkan gambar 1.2, tingkat partisipasi perempuan lebih rendah sekitar 30-34%. Hal ini dipengaruhi oleh budaya di Indonesia, dimana laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga ketika memasuki usia kerja akan terjung dan terlibat langsung dalam kegiatan perekonomian.
KPPA (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan ketimpangan gender, membaiknya kesetaraan gender dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
0 20 40 60 80 100
2017 2018 2019
p e rsen laki-laki
perempuan
Tabel 1.5
IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2011-2019
Tahun
Indeks Pembangunan
Gender (IPG)
Laju Pertumbuhan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) Perkapita (persen)
2011 87.6 8.59
2012 87.9 7.15
2013 88.56 4.89
2014 89.18 6.79
2015 89.52 5.30
2016 89.35 4.04
2017 89.44 4.43
2018 90.05 4.32
2019 89.76 3.77
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Berdasarkan tabel 1.5, pencapaian IPG Provinsi Sulawesi Barat selama periode 2011-2019 mengalami fluktuasi begitupula dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita selama periode 2011-2019.
Selama periode 2011-2015 pecapaian IPG setiap tahunnya mengalami peningkatan namun tidak diikuti dengan pencapaian laju petumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana pada pada tahun 2011 sebesar 8.59 persen kemudian menurun hingga pada 2013 sebesar 4.89 persen naik sebesar 6.79 persen di tahun 2014 kembali menurun di tahun 2015 sebesar 5.30 persen.
Pada tahun 2016 pecapainan IPG menurun sebesar 89.35 persen diikuti laju
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita yang juga
menurun sebesar 4.04 persen. Pada tahun 2017 IPG dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) mengalami peningkatan yaitu masing-masing 89.44
persen dan 4.43 persen. Pada tahun 2018 pencapaian IPG mengalami kenaikan yaitu 90.05 persen dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita mengalami penrunan sebesar 4.32 persen. Terakhir pada tahun 2019 pencapaian IPG dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita mengalami penurunan yaitu masing-masing 89.76 persen dan 3.77 persen.
Upaya pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Barat telah banyak mengalami kemajuan, namun belum sepenuhnya mampu mengatasi ketidaksetaraan gender terutama pada perempuan. Amory (2019) mengatakan kurangnya peran perempuan terhadap pembangunan perekonomian di Sulawesi Barat. Padahal keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan kunci untuk menuntaskan kemiskinan yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi. Menahan investasi perempuan dalam hal pendidikan dan kesehatan yang rendah menurunkan tingkat modal manusia masyarakat sehingga ikut menurunkan tingkat pendapatan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan perempuan serta kesehatan dan terbatasnya akses sumber daya membatasi produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan mengurangi efekivitas pembangunan secara keseluruhan. Atau dengan kata lain isu mengenai ketimpangan dan/atau kesetaraan gender menjadi sangat penting dalam upaya mendorong keberhasilan pembangunan.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti mengambil judul:
“Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Barat” guna menganalisis mengenai pengaruh ketimpangan gender
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah indikator dairi variabel ketimpangan gender yaitu Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?
2. Apakah ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?
3. Apakah ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.
2. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.
3. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi
Barat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya:
1. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu juga dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Lembaga penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Bagi penulis sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan dan tambahan wawasan mengenai pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi
c. Bagi pembaca diharapkan mampu memberikan referensi bagi
pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa depan.
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Teori
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Prawoto (2019) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah masalah ekonomi jangka panjang, hal ini menyangkut tentang kualitas sumber daya manusia, ketersediaan sumberdaya alam dan posesnya terjadi output sehingga menjadi pendapatan bagi masyarakat. Atau lebih jelasnya pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Peningkatan pada output per kapita terjadi karena terdapat kenaikan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah meliputi: (Subandi, 2019)
a) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).
b) Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkata kerja (labor forces) yang secara umum dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
c) Kemajuan teknologi, merupakan faktor yang paling penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi dapat dikelompokkan dalam
3 macam, yaitu: netral, hemat tenaga kerja (labor saving), dan hemat
modal (capital saving).
Adapun beberapa teori pertumbuhan ekonomi berunjuk pada teori ahli ekonomi antaralain:
a. Teori pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith menekankan pertumbuhan ekonomi pada dua aspek utama, yaitu pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output terkait dengan tiga unsur sistem reproduksi, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan stok kapital. Aspek kedua dalam pertumbuhan ekonomi menurut smith adalah pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah pas-pasan untuk hidup (Prawoto, 2019).
b. Teori pertumbuhan Rostow
Dalam buku The Stage of Econommic Growth: a non-communist manifesto yang terbit pada tahun 1960 W.W. Rostow mengembangkan tahap-tahap pertumbuhan. Rostow proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara berada dalam salah satu tahap pembangunan tersebut: (Subandi, 2019)
1) Masyarakat tradisional (The Tradisional society) 2) Prasyarat lepas landas (The precondition for take off) 3) Tahap lepas landas (The take off)
4) Tahap gerak menuju kematangan (The drive to maturity)
5) Tahap konsumsi masa tinggi (The age of high mass consumption) c. Teori pertumbuhan Neoklasik (Solow-Swan)
Teori Solow-Swan membangun model pertumbuhan ekonomi yang
berpusat pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. (Prawoto, 2019).
Asumsi Solow-Swan sebagai berikut:
1) Full employment, karena bekerjanya mekanisme pasar. Diasumsikan bahwa perekonomian adalah tertutup. Dalam perekonomian, perusahaan memproduksi barang dengan kombinasi tenaga kerja dan modal. Dalam perekonomian tidak ada intervensi pemerintah, sehingga perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pengeluaran agregat
(2.1)
(2.2)
Persamaan (2.2), pengumpulan saving tersebut seluruhnya digunakan untuk investasi yang nantinya akan menyebabkan peningkatan pendapatan nasional
2) Teknologi dan populasi merupakan faktor eksogen. Capital output ratio (COR) memiliki sifat yang dinamis, artinnya dalam menghasilkan tingkat output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan tenaga kerja. Jika pengunaan kapital tinggi maka penggunaan tenaga kerja akan rendah, dan sebaliknya. Pokok pemikiran lainya adalah dalam fungsi produksinya, adanya teknologi yang terargumenstasi pada faktor- faktor produksi seperti kapital dan labor
( ) (2.3)
( ) (2.4)
3) Persamaan (2.3) terlihat bahwa teknologi melekat pada variable labor,
yang nentinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang di
suatu negara yang lebih labor intensive. Persamaan (2.3) ini disebut
sebagai purely labor augmenting, sedangkan pada persamaan (2.4) terlihat bahwwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya berdampak pada pola produksi yang cenderung lebih capital intensive. Persamaan (2.4) disebut sebagai purely capital augmenting.
Teori pertumbuhan Neo-Klasik pada umumnya didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglash yang sekarang dikenal dengan sebutan fungsi produksi Cob- Douglas. Fungsi tersebut dituliskan dengan cara berikut
(2.5)
Dimana = T ingkat produksi = Tingkat teknologi = Jumlah stok barang = Jumlah tenaga kerja
α = pertambahan output oleh pertambahan satu unit modal β = Pertambahan output oleh pertambahan satu unit tenaga kerja d. Teori Harrod-Domar: Akumulasi Modal
Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja (Subandi, 2019). Dengan mode pertumbuhan sebagai berikut:
Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karena itu kita mempunyai persamaan sederhana sebaai berikut
(2.6)
Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan DK maka
(2.7)
Akan tetapi stok modal (K) mempunyai hubungan langsun dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka
(2.8)
Akhirnya, karena tabungan (S) harus sama denan investasi total (I), maka
(2.9)
Dari ketiga persamaan diatas bias dituliskan identitas sebagai berikut (2.10) Akhirnya dapat dirumuskan rumuskan sebagai berikut