• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Identifikasi Bahaya

Dalam dokumen BUKU AJAR Higiene Lingkungan Industri. (Halaman 54-71)

C. IDENTIFIKASI BAHAYA DI TEMPAT KERJA 27

II. Konsep Identifikasi Bahaya

1.1. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini berisi tentang definisi, manfaat, dan teknik identifikasi bahaya di tempat kerja. Identifikasi bahaya merupakan hal yang pertama dilakukan dalam manajemen bahaya kerja sebelum evaluasi yang lebih mendetail dikerjakan.

1.2. Relevansi

Dengan menjelaskan konsep identifikasi bahaya, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan identifikasi bahaya di tempat kerja.

1.3. Capaian Pembelajaran

1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Pada akhir pokok bahasan ini, mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep identifikasi bahaya di tempat kerja .

1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)

Pada akhir pembahasan ini mahasiswa mampu: a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep identifikasi

bahaya di tempat kerja .

b. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi sesuai teknik yang benar.

2. Penyajian 2.1. Uraian

2.1.1 Identifikasi bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya di tempat kerja. Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko kesehatan seperti faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi pada pekerja. Penemuan faktor risiko ini dibutuhkan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi.

Manfaat identifikasi bahaya antara lain: a. Mengurangi risiko kecelakaan.

b. Memberikan pemahaman bagi semua pekerja mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam bekerja.

c. Sebagai dasar untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan.

Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana, terperinci, dan komprehensif. Faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan identifikasi bahaya antara lain:

a) Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan proses produksi perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan baik.

b) Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi baru.

c) Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya.

d) Ketersediaan metode, peralatan, referensi, data dan dokumen untuk mendukung aktifitas identifikasi bahaya.

e) Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan termasuk pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety Data Sheet).

Tahap pertama identifikasi bahaya kerja dapat dimulai dengan mengadakan pendekatan dan diskusi dengan para pekerja yang berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, komponen fisik dan tata laksana pekerjaan di tempat kerja. Pendekatan dan diskusi ini dimaksudkan untuk menanyakan ancaman bahaya kerja yang sering atau mungkin terjadi. Wawancara juga dapat dilakukan sebagai pelengkap informasi kepada teman-teman kerja, supervisor, pimpinan perusahaan, serikat buruh di lingkungan kerja, dan perusahaan asuransi kesehatan kerja. Selain itu terdapat beberapa sumber lainnya antara lain:

a. MSDS (WHMIS, 2015)

MSDS merupakan lembaran khusus yang selalu terdapat pada produk zat kimia dasar. MSDS berisi

1. Identifikasi: nama produk, bentuk fisik (misal bubuk, cairan, dan lain-lain.), warna produk, bau produk, dan lain-lain.

2. Identifikasi bahaya.

3. Komposisi: nama kimia, No.CAS(Chemical Abstracts Series), sinonim, formulasi, nilai ambang batas pajanan, ketidakmurnian.

4. Pertolongan pertama: pertolongan pertama bila terhirup, kontak kulit, kontak mata, dan tertelan. 5. Peringatan terhadap bahaya kebakaran.

6. Accidental release measure.

7. Tata cara penyimpanan, anjuran pengemasan, dan pembuatan label.

8. Rekomendasi perlindungan perorangan.

9. Data fisik: titik didih, tekanan uap, gravitasi, dan titik lebur.

10. Data reaktivitas, seperti stabilitas, dekomposisi, interaksi dengan zat kimia yang lain.

11. Toxicological information. 12. Ecological information.

13. Penyuplai resmi: nama, alamat, nomor telepon darurat orang yang dapat dihubungi.

14. Gangguan kesehatan: efek jangka panjang dan jangka pendek dari inhalasi, kontak pada kulit, per oral, per injeksi, kontak pada mata, tanda deteksi dini dari pajanan yang berlebihan.

15. Tata cara penanganan bila zat kimia tumpah. 16. Peringatan khusus dan lain-lain.

b. Referensi tentang kesehatan dan keselamatan kerja dapat dicari pada buletin organisasi kesehatan kerja international.

c. Informasi dari pabrik pembuat mesin dan peralatan kerja mengenai bahaya kerja yang diakibatkan oleh hasil produksi.

d. Informasi tentang gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan kecelakaan kerja.

e. Standar dan aturan praktek. 2.1.2 Teknik identifikasi bahaya

Identifiasi bahaya adalah suatu upaya untuk meminimalkan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pengamanan agar terhindar dari bahaya. Identifikasi bahaya merupakan suatu teknik

bahaya dari suatu bahan, alat dan sistem. Terdapat 3 metode teknik identifikasi bahaya :

1. Metode pasif

Teknik ini disebut metode pasif karena pekerja mengetahui bahaya setelah bahaya terjadi. Misalnya seorang pekerja tahu adanya bahaya listrik setelah tersengat listrik. Metode ini tidak efektif karena tidak semua bahaya menunjukan keberadaannya dan dapat dilihat. Selain itu agak terlambat karena kecelakaan terjadi baru dikenali dan diambil langkah pencegahan untuk kejadian selanjutnya. Jika tidak dilakukan identifikasi bahaya bisa jadi masih banyak sumber bahaya yang setiap saat dapat menimbulkan kerugian. 2. Metode semi proaktif

Teknik ini disebut metoda semi proaktif karena belajar dari kejadian yang menimpa orang lain tanpa harus mengalami sendiri. Teknik ini juga kurang efektif karena tidak semua bahaya menimpulkan dampak, tidak semua kejadian dilaporkan kepada pihak lain untuk diambil pelajarannya, kecelakaan terjadi yang berarti menimbulkan kerugian walaupun kerugian menimpa pihak lain. Sehingga, dengan ini

setiap sistem k3 mensyaratkan penyelidikan pada tiap kecelakaan agar dijadikan sumber pembelajaran dan tidak lagi terulang kembali.

3. Metode proaktif

Metoda terbaik untuk melakukan identifikasi bahaya adalah dengan mencari bahaya sebelum menimbulkan dampak yang merugikan. Kelebihan dari metode ini antara lain :

1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan, cedera atau kerugian lain.

2. Bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan.

3. Meningkatkan kepedulian semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya.

4. Mencegah pemborosan karena adanya dampak bahaya yang menimbulkan kerugian.

Saat ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif, antara lain :

1. Preliminary Hazard Analysys – PHA adalah metode untuk mengidentifikasikan risiko dari suatu situasi/peristiwa yang dapat menganggu atau merusak sistem tersebut. Biasanya digunakan pada tahap awal pendirian industri tetapi masih menghadapi keterbatasan informasi. 2. Daftar periksa dan audit atau inspeksi

keselamatan dan kesehatan kerja

3. Failure Mode And Effect Analysis – FMEA adalah metode pemberian tabel untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya.

4. What If Analysis juga biasa disebut Event Tree Analysis – ETA merupakan identifikasi dan mengevaluasi urutan peristiwa dalam skenario kecelakaan yang potensial.

5. Job Safety Analysis – JSA adalah teknik identifikasi yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan.

6. Hazard Operability Study digunakan dalam penyusunan pembentukan keamanan di sistem baru atau modifikasi terhadap potensi bahaya atau masalah.

7. Task Risk Analysis – TSA adalah teknik identifikasi bahaya untuk tugas tertentu guna mengurangi risiko cedera pada pekerja dengan memperkirakan tingkat risiko suatu kegiatan tertentu dengan mengklasifikasikan konsekuensi aktual dan potensial dan mengetahui tindakan mitigasi untuk membatasi tingkat risiko.

2.1.3

2.1.4 Pemilihan teknik identifikasi bahaya

Pemilihan teknik identifikasi bahaya yang sesuai bagi perusahaan sangat menentukan efektifitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat, yaitu :

1. Sistematis dan terstruktur

2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang ada yang belum pernah diketahui dan

3. Sesuai dengan sifat dan skala perusahaan yang melaksanakan

4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan

Pada dasarnya tidak ada satupun teknik identifikasi bahaya yang sempurna dalam mengidentifikkasi bahaya yang ada. Bahaya di tempat kerja timbul karena adanya interaksi antar unsur produksi, yaitu manusia, peralatan, material, proses dan metode kerja. Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari :

1. Manusia

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu saat melakukan aktivitas baik aktivitas kerjanya maupun bukan.

2. Peralatan

Di tempat kerja digunakan berbagai perlatan kerja seperti mesin, pesawat uap, pesawat angkat, alat angkut, tangga dll. Semua peralatan tersebut menjadi bahaya bagi manusia yang memakai maupun berada di sekitar peralatan tersebut.

3. Material

Material disini dapat berupa bahan baku, bahan antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing.

4. Proses

Kegiatan produksi terdiri dari berbagai macam proses baik yang berupa fisik maupun kimia. Misalnya suatu produksi membutuhkan proses fisik dan kimia dengan kondisi operasi temperatur tinggi, bertekanan, ada perubahan bentuk dan reaksi kimia, penimbunan, dan lainnya.

5. Sistem dan prosedur

Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur operasiyang diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat berbahaya, namun dapat mendorong timbulnya potensi bahaya.

Berdasarkan faktor-faktor diatas, suatu program identifikasi bahaya hendaknya mampu mencakup seluruh potensi bahaya yang ada dalam kegiatan industri.

semakin kecil peluang menimbulkan dampak dan kerugian. Namun demikian karena tidak ada teknik identifikasi yang sempurna maka diperlukan berbagai kombinasi teknik identifikasi bahaya sesuai dengan kondisi umum, sifat kegiatan dan sumber bahaya dominan.

2.2. Latihan

Buatlah satu identifiksi bahaya di suatu tempat kerja menggunakan salah satu cara teknik identifikasi bahaya proaktif ! •HazOpS •FTA / ETA •PHA •JSA •TRA •FMEA •ETA •JSA •What If Sistem dan prosedur peralatan atau teknis Proses Manusia

3. Penutup 3.1. Rangkuman

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dilaksanakan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya di tempat kerja. Identifikasi bahaya bermanfaat untuk mengurangi peluang kecelakaan, memberikan pemahaman mengenai potensi bahaya, landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan dan memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya. Teknik identifikasi bahaya ada 3, yaitu teknik pasif dengan belajar dari kecelakaan yang menimpa diri sendiri, teknik semi proaktif dengan belajar dari kecelakaan yang menimpa orang lain dan teknik proaktif dengan mencari secara aktif bahaya yang ada di tempat kerja.

3.2. Test Formatif

1. Mengapa tidak perlu dilakukan identifikasi bahaya? a. Mencegah kecelakaan dan kerugian

b. Persyaratan sesuai UU, Peraturan.

c. Menciptakan kondisi aman, sehat, & lingkungan terpelihara

d. Memperbesar risiko bahaya dan dampak

2. Yang bukan merupakan cara dalam mengidentifikasi bahaya-bahaya di tempat kerja?

a. Diskusi/Brainstorming

b. Mereview catatan K3 organisasi; laporan kecelakaan, laporan bahaya, hasil audit

c. Studi literatur (laporan perusahaan lain) d. Wawancara dengan pekerja (user)

3.3. Umpan Balik

Mahasiswa diminta untuk menjelaskan kembali proses identifikasi bahaya.

3.4. Tindak Lanjut

Untuk dapat melanjutkan ke Pokok Bahasan Bab selanjutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua pertanyaan dalam tes formatif di materi ini 100%.

3.5. Kunci Jawaban Test Formatif

1. d Memperbesar risiko bahaya dan dampak 2. c Studi literatur (laporan perusahaan lain)

Daftar Pustaka

Ramli, Soehatman, 2010, Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OSH Risk Management, Dian Rakya,. Jakarta.

Soeripto,M, 2008, Higiene Industri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Suma’mur,PK, 2013, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja(HIPERKES), Sagung Seto, Jakarta.

Senarai

MSDS atau material data sheet adalah kertas yang ada bersama suatu produk bahan kimia yang memuat informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.

D. FAKTOR FISIKA DI INDUSTRI

I. Kebisingan

Dalam dokumen BUKU AJAR Higiene Lingkungan Industri. (Halaman 54-71)

Dokumen terkait