• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

LANDASAN TEORETIS

G. Konsep Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

Ada beberapa alasan mendasar yang menjadi tolak ukur tentang pentingnya membahas perihal karakter atau akhlak dan hubugannya dengan pendidiikan di antaranya, Pertama, Fitrah manusai baik secara individu maupun sosial menginginkan terwujudnya sebuah kehidupan yang aman, tertib, damai,

nyaman, sehingga memungkinkan mereka dapat mengaktualisasikan seluruh potensinya, berupa cipta, rasa dan karsanya secara maksimal dalam membangun kebudayaan dan peradaban. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian diperlukan adanya norma, aturan dan nilai moral yang disepakati bersama guna dijadikan sebagai pedoman. Kedua, Pentingnya pembentukan karakter telah menjadi perhatian besar dan menjadi misi para Nabi dan Rasul serta merupakan cita-cita para filusuf, pujangga dan lainnya. Setiap nabi atau rasul pada umumnya diutus Allah kepada suatu wilayah yang masyarakatnya mengalami kekacauan karena akhlak yang meyimpang dan jauh dari nilai-nilai moral serta karakter mulia.Nabi luth diutus kepada umat yang suka melakukan homoseks, Nabi syuaib kepada umat yang suka mengurangi takaran dan timbangan, Nabi Muhammad saw diutus kepada kaum yang sedang rusak akidah, ibadah, system sosial, ekonomi,politik, hukum, dan kebudayaannya. Itulah yang menjadi sebab utama sehingga diutus kedunia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menyempurnakan aklak manusia. Ketiga, Pembentukan karakter dan menanamkan akhlak mulia serta membersihkan akhlak tercela dari diri seseorang adalah termasuk kedalam salah satu tugas utama dari pendidikan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai rumusan tentang tujuan pendidikan yang pada ahirnya bermuara pada pembentukan manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Hubungan antara akhlak atau karakter dapat dikemukakan dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Pemahaman tentang karakter membantu merumuskan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia agar memiliki akhlak atau

karaktr mulia atau kepribadian yang utama yang ditandai oleh adanya integritas kepribadian yang utuh, satunya hati, ucapan dan perbuatan, memiliki tanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat dan bangsanya, melaksanakan segala perintah alllah danmenjauhi larangan-Nya dalam rangka beribadah kepada Allah swt, serta menjalankan fungsi sosialnya, dengan melaksankan fusngsi kekhalifahannya dimuka bumi, dengan cara mengerahkan segenap daya dan kemampuannya untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat.dengan bantuan karakter dapat dirumuskan tujuan pendidikan yang secara keseluruhan mengarah kepada terbentknya manusia yang baik,162 manusia yang berakhlak mulia,163 manusia yang sempirna164 serta manusai yang berkepribadian muslim.165 Dari berbagai rumusan tujuan pendidikan ini secara keseluruhan mengarah kepada terbentuknya karakter yang mulia. Tujuan pendidikan secara umum diarahkan pada keinginan untuk mewujudkan manusia yang sempurna (insân kamîl) yaitu manusia yang terbentuk seluruh potensi cita, rasa dan karsa nya yang didasarkan kepada nilai-niilai ajaran islam.

2. Pemahaman tentang karakter membantu merumuskan ciri dan kandungan

kurikulum. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibânîy misalnya

mengemukakan tentang ciri ciri kurikulum pendidiakn yang baik; yaitu

162

Muhammad al-Naqûib al-Attâs. Aim and Objectivines of Islamic Education, (Jeddâh: King Abdul Azîz Universityy, 1979), hlm. 1.

163Muhammad Athîyah al-Abrâsyîy, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, (terj,) Bustami. A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 15

164

Munîr Mursi, Tarbiyah Islâmiyah Ushûluhâ wa Tatawwûruhâ fî Bilâd al-Arabiyah, (Qâhirah: alam al-Kutûb, 1977), hlm. 18.

165Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma‟ârif, 1989), hlm. 39.

menonjolkan tujuan agama dan karakter pada berbagai tujuannya; meluaskan cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat pemikiran dan ajaran yang menyeluruh; bersikap seimbang antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan; menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik, dan disesuaikan dengna minat dan bakat anak didik.166

3. Pemahaman tentang karakter akan membantu merumuskan ciri guru propesional. Guru profesional yaitu guru yang selain memiliki kompetensi akademik, pedagogic dan sosial, juga harus memiliki kompetensi kepribadian, yaitu pribadi yang beriman, bertakwa, ikhlas, sabar, zuhud, pemaaf, penyayang, mencintai dan melindungi, sesuai perkataan dan perbuatan, adil demokratis, manusiawi, rendah hati, senantiasa menambah ilmudan pengalaman, dan murah senyum.167 Dengan kepribadian yang demikian itu, maka ia akan menjadi contoh, teladan dan panutan yang baik, dan segala perintah dan nasehatnya akan dipatuhi oleh para siswanya. Melalaui kajian tentnagn karakter ini, imam al-Ghazâlîy mengemukakan tentang karaker guru yang baik sebagai berikut: a). Menerima segala problem peserta didik dengna hati dan sikap yang terbuka dan tabah. b). Bersikap penyantun dan penyayang. c). Mejaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak. d). Menghindari dan

166

Omar Mohammad al-Toumyal-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 519-525.

167Muhammad Athîyah al-Abrâsyîy, al-Tarbiyah al-Islâmiyah wa Fulâsifatuhâ, (Mesir: al-Halâbi, 1969), hlm. 225

menghilangkan sikap angkuh terhadap sesame. e). Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan kelompok masyarakat. f). Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia. g). Bersikap lemah lembut dalam menghadapi peseta didik yang tingkat kecerdasannya rendah serta membinanya sampai pada taraf maksimal. h). Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik. i). Memperbaiki sikap peserta didiknya dan bersikap lembut terhdap peserta didik yang kurang lancar bicaranya. j). Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti dan tidak sesuai dengan masalah yang dipertanyakan itu tidak bermutu, dan tidka sesuai dengan masalah yang diajarkan. k). Menerima kebenaranyang diajukan oleh peserta didiknya. l). Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik. m). Mencegah dan mengontrol peserta didik yang mempelajari ilmu yang membahayakan. n). Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari informasi guna disampaikan kepada peserta didik yang ahirnya mencapai tingkat kedekatan dengan Allah swt. o). Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah sebelum mempelajari ilmu

fardlu „ain. p). Mengaktualisasikaninformasi yang diajarkan kepada

peserta didik.168

4. Pemahaman terhadap karakter akan membantu merumuskan kode etik dan tata tertib sekolah. Pemahaman yang baik tentang karakter dan akhlak

168Abdul Mujîb dan Jusûf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia, 2006), Cet. 1, hlm. 94.

mulia akan sangat membantu merumuskan kode etik dan tata tertib sekolah khusunya yang berkaitan dengan karakter para peserta didik. Mohammad Athîyahal-Abrâsyîy menyebutkan setidaknya ada dua belas poin kode etik peserta didik yang mesti diterapkan. dua belas poin tersebut yaitu: a). Senantia membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. b). Memiliki niat yang mulia. c). Meninggalkuan kesibukan duniawi. d). Menjalin hubungan yang harmonis dengna para guru. e). Menyenangkan hati guru. f). Memulikan guru. h). Menjaga rahsia guru. i). Menunjukkan sikap sopan santun kepada guru. j). Tekun dan bersungguh sungguh dalam belajar. k). Memilih waktu belajar yang tepat. l). Belajar sepanjang hayat. m). Memelihara rsa persaudaraan dan persahabatan.169 Dengna adanya kode etik dan karakter pesehormatrta didik seperti ini, maka seorang guru akan merasa terhormat dan semangat dalm memberikan ilmu dan pelajaran, suasana kelas akan tertib dan tenang, hubungan dengna sesame kan terasa akrab, suasana akademik akan terasa kental, lingkungan belajar akan nyaman, aman dan damai, serta prestasi belajar para sisawa akan meningkat.

5. Pemahaman terhadap karakter dapat membantu merumuskan metode dan pendekatan yang efektif dalam proses pembelajaran. Pemahaman terhadap karakter akan membantu dalam menentukan metode dan pendekatan yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar dalam melahirkan manusia yang memiliki akhlak mulia dan karakter yang utama. Didalam kajian karakter

169Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, (terj,) Bustami. A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 15.

atau akhlak misalnya dikemukakan tentang beberapa langkah yang dapat menguatkan pendidikan karakter, dengan cara sebgai berikut:

a. Mengembangkan dan memperkuat wawasan dan cara pandang. Hal ini penting dilakukan karena salah satu sebab timbulnya perbuatan yang buruk, seperti mencuri, korupsi, membunuh, dan sebgainya, adalah karena pikiran yang sempit. Dalam hubungan ini Herbert-spencer misalnya mengatakan: “sungguh pikiran yang sempit itu sumber bebrapa keburukan, dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan karakter atau akhlak yang tinggi

b. Berkawan dengan orang yang saleh dan terpilih. Dalalam hubungan ini, sebagian tokoh pendidikan berkata, bahwa sebagian dari yang dapat mendidik karakter ialah berkawan dengan orang-orang yang terpilih, karena manusai itu suka menyontoh, sepetimenyontoh orang yang disekelilingnya, dalam pakayan mereka, juga menyontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengna karakter mereka. Berkawan dengna orang yang berani dapat memberikan ruh keberanian pada jiwa orang penakut; dan banyak dari orang pandai pikirannya yang disebabkan karena ia tapat dalam memilih kawan atau beberapa kawan yang memepngaruhi meraka dengan pengaruh yang baik dan membangkitkan jiwa mereka yang dahulu lemah

c. Membaca sejarah pahlawan dan orang-orang hebat yang memiliki pengaruh besar. Sungguh perjalan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca dan memberi semangat untuk menyontoh dan mengambil

teladan dari mereka. Banyak orang yang terdorong untuk melakukan perbuatan besar dan mulia, karena membaca kisah orang besar dan berpengaruh atau kejadian mereka yang diceritakan.

d. Menyadarkan setiap orang agar mewajibkan dirinya masing-masing untuk melakukan perbuatan yang baik bagi umum, yang selalu diperhatikan olehnya dan dijadikan tujuan yang harus dikejarnya hingga mencapai hasil yang maksimal. Dengna demikian, setiap orang akan selalu melakukan perbuatan yang baik yang dibutuhkan oleh masyarakat umum

e. Membiasakan segala perbuatan yang baik. Membiasakan segala perbuatan yang baik, seperti membiasakan menolong orang lain dan berinfak, berbuat jujur, ikhlas, sabar, pemaaf, dan sebagainya.Hal demikin penting dilakukan, karena hakikat dari karakter mulia, adalah membiasakan atau mendarah dagingkan segala perbuatan yang baik. 6. Pemahaman terhadap karakter dapat mewujudkan kondusifnya lingkungan

pendidikan. Pemahaman dan penerapan nilai-nilai karakter akan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, aman, damai, nyaman, sehingga terciptan suasana belajar yang kondusif. Lingkungan yang bersih menyebabkan seseorang terhindar dari penyakit dan terbiasa menyukai kebersiahan dalam hidupnya. Selanjutnya lingkungan yang tertib menyebabkan pikiran yang tertib dan tenang; lingkungan yang aman dari gangguan pencurian, atau segala sesuatu yang membahayakan menimbulkan rasa saling percaya antara satu dan lainnya,

dan menyebabkan mereka belajar dengan penuh konsentrasi; lingkungan yang damai, menyebakan hati, jiwa dan pikiran pimpinan, guru, murid, dan masyarakat akan merasa aman dan damai pula. Untuk itulah, maka perlu diupayakan berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya lingkungan yang demikian itu, misalnya dengan mengatur halaman parkir kendaraan, petugas satuan pengaman yang berwibawa, tegas, berani dan amanah; peraturan dan rambu rambu lalu lintas yang jelas; serta berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung penciptaan lingkungan tersebut.

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas dapat dijelaskan bebarapa kesimpulkan:

1. Karakter adalah sifat dan keadaan yang tertanam dengan kokoh dalam jiwa yang kemudian memancar dalam ucapan , perbuatan, penghayatan dan pengalaman yang dilakukan dengan mudah. Karakter adalah difat dan keadaan yagn sudah menginternalisasi dan meyatu dalam diri manusia dan selanjutnya membentuk karakter atau kepribadian yang membedakan seseorang dengan oranglain.

2. Karkater telah menjadi bahan kajian para filsuf, pujangga dan para nabi sejak zaman dahulu kala, dan mengalami penyempurnaan pada masa Nabi Muhammad Saw. Itulah sebabnya fungsi utama Nabi Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak yang mulia

3. Karakter berkaitan dengan niat, ucapan, perbuatan dan prilaku yang ditujuakan kepada Allah swt sesama manusia, hewan, tumbuhan dan segenap makhluk lainnya.

4. Pemahasan terhadap karakter mulia sangat erat kaitannya dengan perumusan visi, misi dan tujuan pendidikan, muatan kurikulum, kepribadian guru dan murid, suasana proses belajar mengajar, lingkungan dan lain sebagainya.