• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediasi penal merupakan salah satu bentuk alternative penyelesaian sengketa di luar pengadilan (yang biasa dikenal dengan istilah ADR atau “Alternative Dispute Resolution” ada pula yang menyebutnya “Apropriate Dispute Resolution”. ADR pada umumnya digunakan di lingkungan kasus – kasus pidana. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia saat ini (hokum positif) pada prinsipnya kasus pidana tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan, walaupun dalam hal-hal tertentu, dimungkinkan adanya penyelesaian kasus pidana di luar pengadilan.

21

54

Walaupun pada umumnya penyelesaian sengketa di luar pengadilan hanya ada dalam sengketa perdata, namun dalam prakteksering juga kasus pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui berbagai diskresi aparat penegak hokum atau melalui mekanisme musyawarah/perdamaian atau lembaga permaafan yang ada di dalam masyarakat desa. Praktek penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan selama ini tidak ada landasan hokum formalnya, sehingga sering terjadi suatu kasus yang secara informasi telah ada penyelesaiannya damai, namun tetap saja diproses ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Dalam perkembangann wacana teoritik maupun perkembangan pembaharuan hukum pidana di berbagai Negara, ada kecenderungan kuat untuk menggunakan mediasi pidana/penal sebagai salah satu alternative penyelesaian masalah di bidang hukum pidana. Menurut Prof. Detlev Freshe, meningkatnya penggunaan restitusi dalam proses pidana menunjukan, bahwa perbedaan antara hukum pidana dan perdata tidak begitu besar dan perbedaan itu menjadi tidak berfungi.

Mediasi yang dikembangkan itu dari ide dan prinsip kerja sebagai berikut:

a. Penanganan Konflik

Tugas mediator adalah membuat para pihak melupakan kerangka hukum dan mendorong mereka terlibat dalam proses komunikasi. Hal ini didasarkan pad aide, interpersonal, konflik itulah uang dituju oleh proses mediasi.

55

Mediasi penal lebih berorientasi pada kualitas daripada hasil, yaitu menyadarkan pelaku tindak pidana akan kesalahannya, kebutuhan-kebutuhab konflik terpecahkan, ketenangan korban dari rasa takut dsb.

c. Proses informal

Mediasi penal merupakan suatu proses yang informal, tidak bersifat birokratis, menghindari prosedur hukum yang ketat. d. Ada partisipasi aktif dan otonom para pihak

Para pihak (pelaku dan korban) tidak dilihat sebagai objek dari pprosedur hukum pidana, tetapi lebih sebagai subjek yang mempunyai tanggungjawab pribadi dan kemampuan untuk berbuat. Mereka diharapkan berbuat atas kehendakknya sendiri.22

Setali dengan konsep tersebut, peradilan pidana anak memiliki proses penyelesaian menggunakan konsep mediasi penal yang kita ketahui bersama disebut diversi, hal tersebut di upayakn dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak. sarnya dalam penanganan perkara anak yang berkonflik dengan hukum yang berorientasi pada perlindungan serta kepentingan terbaik bagi anak, maka perampasan kemerdekaan dan pemidanaan adalah menjadi upaya terakhir. Pendekatan yang digunakan dalam rangka melaksanakan sistem peradilan pidana anak adalah suatu pendekatan keadilan restoratif, yaitu penyelesaian perkara tindak pidana

22

56

yang melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lainyang terkait untuk bersama-sama mencari menyelesaikan yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Menurut penulis, sedapat mungkin penyelesaian perkara anak yang berkonflik dengan hukum dialihkan ke proses di luar persidangan, karena pada kenyataannya suatu proses peradilan serta pemidanaan bagi anak tersebut membawa dampak yang sangat buruk bagi perkembangan anak baik secara psikis maupun fisik.23

Restorative Justice atau keadilan restorative menawarkan solusi terbaik dalam menyelesaikan kasus kejahatan yaitu dengan memberikan keutamaan pada inti permasalahan dari suatu kejahatan. Penyelesaian yang penting untuk diperhatikan adalah memperbaiki kerusakan atau kerugian yang disebabkan terjadinya kejahatan tersebut. Perbaikan tatanan social masyarakat yang terganggu karena peristiwa kejahatan merupakan bagian penting dari konsep keadilan restorative. Konsep tersebut bukanlah konsep yang sudah mantap dan sempurna, untuk menerapkannya dengan baik dalam sebuah tatanan msyarakat suatu Negara harus dibangun konsep yang sesuai dengan akar budaya masyarakat Negara tersebut. Ketika konsep ini akan diterapkan maka banyak pertimbangan yang harus disesuaikan dengan budaya dari masyarakat, karena salah satu pihak yang menjadi pelaksanannya adalah masyarakat sendiri.

Menempatkan restorative justice menjadi suatu bentuk proses penyelesaian kasus tindak pidana yang diakui dan dijalankan di sebuah

23 Adi Hardiyanto Wicaksono, Pujiyono, Kebijakan Pelaksanaan Diversisebagai

Perlindungan Bagi Anak Yang Berkonflikdengan Hukum Pada Tingkat Penuntutan Di Kejaksaan Negeri Kudus. Op.cit. Hlm. 18

57

Negara. Tantangan besar yang harus dihadapi untuk melaksanakan konsep keadilan restorative dalam sebuah Negara yaitu membuat supaya upaya ini dapat dimasukkan dalam konstitusi Negara yang sudah mantap. Pada kenyatannya tantangan dalam mengubah system peradilan pidana formal yang ada dan menjadikan keadilan restorative sebagai salah satu unsure dalam system peradilan pidana tersebut tidaklah mudah. Beberapa Negara seperti USA, Inggris dan Australia pun yang sudah menjadikan konsep keadilan restorative sebagai proses yang diakui namun dalam penerapannya tetap saja ada tantangan yang berat karena Negara lebih mengutamakan system peradilan pidana yang sebagai jalan dalam penyelesaian kasus pidana. Akan tetapi setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak seolah pendekatan Restoratif Justice atau keadilan restorative ini terwadahi. Melalui upaya diversi keadilan restorative dapat terlaksana dengan baik.

Penyelesaian perkara dengan keadilan restoratif menitikberatkan pada kerusakan yang berakibat pada korban atau para korban dan masyarakat terdekat yang menekankan kepentingan dari pihak. Inti dalam proses restorative justice yaitu korban, masyarakat dan pelaku untuk membangun tenggapan yang bersifat menyembuhkan tindakan kejahatan.24

24

58 BAB III

KEJAKSAAN NEGERI KOTA SEMARANG, UPAYA DIVERSI,