• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

5.2. Konsep Kebijakan PLIKAB

Secara umum keberhasilan sistem pengelolaan limbah akan sangat terkait dengan aspek institusi atau lembaga pengelolanya, kebijakan atau tata cara pengelolaannya, serta anggaran yang menunjang kelancaran pengelolaanya. Isu strategis pengelolaan limbah industri komponen alat berat terutama harus diawali oleh terbentuknya institusi yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan. Hal ini dimungkinkan karena limbah tersebut masih bernilai ekonomi, bahkan dengan proses tambahan masih bisa ditingkatkan nilainya (added value). Kejelasan pihak pengelola ini akan menjadi pendorong disusunnya tata cara dan sumber pendanaan bagi keberhasilan pengelolaan limbah tersebut.

Kebijakan pengelolaan akan dituangkan dalam bentuk model konseptual pengelolaan yang terdiri dari penentuan pengelola kawasan (manager) dan penyusunan sistem pengelolaannya (management) yang memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Model pengelolaan diawali dengan pembentukan lembaga pengelola (institutional arrangement) melalui partisipasi dari para pihak, baik pihak perusahaan, pihak masyarakat, maupun institusi pemerintah.

Secara lebih rinci, beberapa permasalahan terkait dengan pengelolaan limbah adalah: (1) belum terbentuknya secara resmi pihak yang bertanggung jawab dan disepakati bersama untuk secara khusus menangani pengelolaan limbah, (2) belum terjalinnya komunikasi dan kerjasama, serta peran serta yang optimal antar berbagai pihak (stakeholder) terkait secara partisipatif; (3) terbatasnya kebijakan terkait pengelolaan limbah; dan (4) belum jelasnya pengelolaan anggaran dan bagi hasil dari nilai ekonomi limbah yang dikelola.

Berdasarkan sistem manajemen lingkungan (SML) dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing sektor. Sektor-sektor tersebut terdiri dari kepentingan lingkungan hidup, kepentingan ekonomi, dan kepentingan sosial budaya. Sektor

tercapainnya upaya minimalisasi limbah dan pencemaran. Sektor ekonomi mengharapkan adanya pemanfaatan limbah bernilai ekonomi, serta tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. Sementara sektor sosial budaya bertujuan terwujudnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, serta terciptanya keselamatan kerja.

Setiap kepentingan sektor tersebut bisa dielaborasi menjadi sebuah sistem pengelolaan yang menjaga kesetimbangan setiap kepentingan, sehingga tercipta sebuah optimalisasi pengelolaan yang bisa mewadahi semua tujuan tanpa saling meniadakan antar sektor. Hal ini bisa diwujudkan secara operasional dalam bentuk strategi kebijakan yang terintegrasi untuk mendorong semua pencapaian tersebut. Kebijakan operasional ini diwujudkan dalam berbagai bentuk program antara lain: (1) kebijakan pengelolaan limbah industri komponen alat berat (PLIKAB) sebagai landasan kebijakan terintegrasi lainnya; (2) kebijakan peningkatan kinerja melalui pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia guna menunjang pencapaian sektor ekonomi; (3) kebijakan poengembangan UKM LIKAB untuk menunjang pemberdayaan masyarakat sekaligus mendorong nilai ekonomi; (4) kebijakan upaya pelestarian lingkungan yang mendorong tercapainya tujuan sektor lingkungan hidup; serta (5) kebijakan stabilisasi sosial masyarakat yang bertujuan mendorong pencapaian tujuan sektor sosial budaya.

Sementara dari sisi aktor, pengelola secara kemitraan dengan kepemilikan saham yang berbeda merupakan alternatif terbaik yang dimungkinkan. Institusi pemerintah, terutama pihak badan lingkungan hidup daerah (BLHD) berperan sebagai pengarah dan pengawas terkait isu lingkungan dalam pengelolaan limbah tersebut. Sementara pihak perusahaan melalui Bagian Pengelola Lingkungan dan Koperasi Karyawan bersama-sama masyarakat melakukan kemitraan sebagai pengelola limbah (Gambar 46).

Lembaga Kemitraan Perusahaan BPLHD Koperasi Bag. PL LSM Masyarakat Lembaga Penelitian/ Perguruan Tinggi Inventarisasi Penyusunan Kebijakan Regulasi Teknis Teknologi Pemberdayaan Masyarakat SPLIKAB BPKM Kesepakatan Partisipasi SDM Peningkatan Nilai Ekonomis Pemanfaatan Limbah CSR

Kebijakan PLIKAB Kinerja

evaluasi umpan balik & informasi

masukan

pendampingan

musyawarah dana pemberdayaan

bantuan pengeloaan

penelitian & informasi

Pengembangan UKM LIKAB Upaya Pelestarian Lingkungan Stabilisasi Sosial Masyarakat Minimalisasi Limbah Minimalisasi Pencemaran Minimalisasi Konflik

Implikasi pendanaan dan pengelolaan pendapatan awalnya berasal dari investasi berbagai pihak dalam bentuk saham dan hasil pendapatan dari penjualan limbah. Selain itu, perusahaan memberikan dorongan melalui program CSR

(Corporate Sosial Responsibility). Dana CSR digunakan untuk membantu

kemitraan yang ada dan pemberdayaan masyarakat terutama yang terlibat dan terkena dampak dari pengelolaan limbah.

Sistem pengelolaan limbah sendiri terbagi menjadi program kebijakan pengelolaan limbah industri komponen alat berat (PLIKAB), program kinerja (terkait SDM dan teknologi), program pengembangan UKM LIKAB, program pelestarian lingkungan dan program stabilisasi sosial budaya masyarakat sekitar perusahaan.

5.2.1.Kebijakan PLIKAB

Kebijakan PLIKAB merupakan landasan yang penting bagi penyusunan kebijakan lanjutan yang bersifat lebih operasional. Kebijakan ini perlu disusun untuk memperjelas landasan pengelolaan LIKAB. Kebijakan ini secara normatif bisa ditempuh dengan kesepakatan para stakeholder kunci untuk menetapkan regulasi teknis sebagai landasan awal untuk melangkah pada tahap berikutnya.

Stakeholder kunci tersebut terdiri dari para pihak yang bermitra melalui arahan pihak ketiga dari institusi pemerintah.

Program yang bisa dilaksanakan dalam ruang lingkup kebijakan ini, antara lain:

1. Mengupayakan inventarisasi permasalahan, kondisi eksisting, dan para pihak terkait PLIKAB;

2. Mengupayakan penyusunan kebijakan berdasarkan hasil inventarisasi; 3. Mengupayakan penyusunan regulasi teknis.

5.2.2.Kebijakan Kinerja

Kebijakan kinerja akan dilandasi oleh hasil studi kinerja dalam penelitian ini. Kinerja yang ditelaah terdiri dari teknologi yang diterapkan dan SDM terkait PLIKAB.

Program berkaitan dengan kinerja adalah:

1. Melakukan peningkatan teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien dan efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

• Mengusulkan kepada pihak industri alat berat agar limbah (scrap sisa hasil potong plat baja) sebelum dikirim ke peleburan dipotong-potong kecil dan dikemas dalam boks kemudian dikirim, sehingga scrap tersebut dapat langsung dilebur dan memiliki nilai tambah.

• Untuk scrap yang masih lebar dipotong rapih dan ditawarkan ke sub- kontrak untuk bahan baku komponen kecil-kecil.

• Memanfaatkan sisa potongan plat untuk komponen kecil guna menaikkan nilai tambah

• Sisa hasil machining di pass dengan usia pass sehingga menaikkan nilai tambah.

2. Melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui pelatihan dan pendidikan yang lebih luas terkait kemampuan pengelolaan lingkungan di perusahaan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melakukan eduksi kepada pihak kemitraan yang dibentuk: • cara-cara pemotongan plat menjadi kecil-kecil dan ditata dalam boks

secara rapi;

• teknik-teknik pengelasan untuk pembuatan komponen-komponen kecil; • meningkatkan skill karyawan.

5.2.3.Kebijakan Pengembangan UKM LIKAB

Kebijakan pengembangan UKM LIKAB bertujuan meningkatkan nilai tambah (added value) dari limbah yang ada dengan meningkatkan keterampilan SDM (masyarakat dan karyawan), serta teknologi pengelolaan yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dari pemanfaatan limbah tersebut.

Program pengembangan UKM LIKAB ini meliputi:

1. Melakukan pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini pihak karyawan dan para pihak lainnya yang terkait pengelolaan limbah industri alat berat. Pemberdayaan ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dalam memproduksi komponen-komponen alat berat yang berasal dari pemanfaatan limbah industri itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

• Melakukan kerja sama dengan masyarakat pengambil limbah dan memanfaatkannya;

• Meningkatkan kerjasama dalam pengamanan lingkungan.

2. Melakukan peningkatan nilai ekonomi limbah industri alat berat dengan melakukan peningkatan kualitas SDM pengolah (masyarakat) dan teknologi pengolahannya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan nilai jual barang produksi yang berasal dari limbah industri alat berat.

5.2.4.Kebijakan Pelestarian Lingkungan

Kebijakan pelestarian lingkungan bertujuan untuk melakukan minimalisasi pencemaran yang dihasilkan dari kegiatan industri alat berat, terutama dari limbah yang dihasilkannya.

Program ini meliputi:

1. Melakukan minimalisasi limbah dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan produksi, sehingga menghasilkan limbah seminimal mungkin. Hal ini bisa ditunjang dengan peningkatan kualitas perencanaan penggunaan bahan, kualitas SDM pengolah, serta teknologi dan peralatan yang digunakan. Hal ini juga sekaligus menunjang peningkatan nilai ekonomi limbah yang dihasilkan, karena bisa dimanfaatkan kembali (reuse) secara optimal.

2. Melakukan minimalisasi pencemaran dengan menaati SOP penanganan limbah dan bahan pencemar hasil dari kegiatan produksi industri alat berat. Minimalisasi pencemaran bisa dilakukan dengan penggunaan peralatan dan SOP yang ramah lingkungan.

5.2.5. Kebijakan Stabilisasi Sosial Masyarakat

Kebijakan stabilisasi sosial masyarakat terkait adanya potensi konflik antar para pihak yang ingin memperoleh nilai ekonomi dari pemanfaatan limbah industri alat berat.

Program terkait kebijakan stabilisasi sosial masyarakat ini meliputi:

1. Melakukan minimalisasi konflik dengan mempertemukan semua pihak terkait pengelolaan limbah industri alat berat, terutama limbah yang bernilai ekonomi. Selain itu dilakukan kesepakatan semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengelolaannya, serta membentuk kemitraan yang adil dan disepakati semua pihak.

Dokumen terkait