• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kecemasan .1 Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan bentuk suatu respon yang tidak terfokus, membaur yang akan meningkatkan status kewaspadaan individu terhadap suatu ancaman yang nyata atau hanya imajinasi (Hammond et al, 2017). Pendapat lain Marwick dan Birrel, (2015) menjelaskan kecemasan merupakan gambaran suasana perasaan, kecemasan dapat diartikan sebagai suatu respon terhadap sesuatu hal yang tidak diketahui ancaman internal atau samar dan kecemasan merupakan bentuk kekhawatiran, gugup serta kesadaran fisik terhadap kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi tanpa jelas dikarenakan objek tertentu, ini dikarenakan oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai pengalaman baru (Stuart, 2015).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah sebuah respon yang tidak diketahui atau samar atau merupakan bentuk dari suatu kekhawatiran.

2.2.2 Tingkatan Kecemasan

Tingkatan Kecemasan diklasifikasikan ke dalam empat kategori menurut Towsend (2003) di antaramya :

2.2.2.1 Kecemasan ringan

kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya. prestasi yang muncul pada tingkat manifestasi kecemasan ringan ini adalah kelelahan, iritabel, persepsi meningkat, kesadaran tinggi .

2.2.2.2 kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan ada masalah yang penting yang sedang dialami

dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terarah. gejala yang terjadi pada tingkat kecemasan sedang ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, pernapasan meningkat , ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,persepsi menyempit, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selective dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah anxietas mudah tersinggung tidak sabar, mudah lupa,marah dan menangis.

2.2.2.3 kecemasan berat

Pada fase ini sangat mengurangi persepsi seseorang.

Seseorang yang mengalami kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu itu yang terinci dan spesifik, tidak mampu berpikir tentang hal lain. orang tersebut akan memerlukan banyak pengarahan untuk bisa memusatkan perhatiannya. tanda gejala yang muncul pada tingkat ini adalah biasanya seseorang mengalami pusing,nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering BAK, diare, palpitasi, persepsi menyempit, hanya berfokus pada dirinya sendiri, keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, kebingungan dan disorientasi.

2.2.2.4 Panik.

Panik berhubungan dengan ketakutan dan teror karena mengalami kendali. seseorang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. manifestasi klinis yang biasa muncul diantaranya susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

diaphoresis, pembicaraan inkohorensi, merespon terhadap suatu perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi serta delusi.

2.2.3 Faktor Kecemasan

Ada beberapa pendapat terkait fakor yang menjadi penyebab atau mempengaruhi kecemasan

2.2.3.1 Menurut Blacburn & Davidson dalam Annisa dan Ifdil (2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan diantara nya faktor pengetahuan yang dimiliki seseorang dan kemampuan untuk menyikapi suatu situasi yang mengancam serta mampu mengendalikan diri dan menghadapii kecemasan.

2.2.3.2 Sebagaimana dijelaskan Adler dan Rodman dalam Annisa

& Ifdil (2016) mengemukakan 2 faktor yang dapat memicu timbulnya kecemasan yaitu :

a. Pengalaman negatif pada masa lalu

Penyebab munculnya kecemasan bisa terjadi dikarenakan suatu peristiwa yang traumatis yang dialami pada masa kanak-kanak, yang kemudian peristiwa tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masa depan yang dihadapi. Ketika seseorang mengalami peristiwa yang sama maka akan merasakan ketegangan sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan berdampak kecemasan.

b. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

1) Kegagalan ketastropik, seseorang beranggapan bahwa sesuatu yang buruh akan terjadi pada dirinya sehingga tidak mampu mengatasi permasalahannya.

2) Kesempurnaan, seseorang mempunyai standar tertentu yang harus dicapai sehingga menuntut kesempurnaan dan tidak ada kecacatan ataupun kesalahan dalam berperilaku. kecacatan dalam berperilaku.

3) Persetujuan

4) Penalaran atau kesimpulan yang tidak tepat yaitu generalisasi yang berlebihan, ini biasanyaterjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman

2.2.3.3 Menurut Iyus dalam Saifudin & Kholidin (2015) ada beberapa faktor yang memperngaruhi kecemasanan diantaranya :

a. Usia dan tahap perkembangan

Faktor ini menjadi hal penting karena seseorang yang berbeda usianya maka akan berbeda pula tahap perkembangannya, hal tersebut dapat menjadi hal yang mempengaruhi dalam dinamika kecemasan pada seseorang.

b. Lingkungan

Lingkungan menjadi aspek yang penting karena lingkugan dapat memberikan pengaruh secara internal maupun eksternal. Terciptanya lingkungan yang kondusif maka akan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dan dapat menurunkan resioko kecemasan.

c. Pengetahuan dan pengalaman

pengetahuan dan pengalam seseorang dapat mempengaruhi kecemasan, pengetahuan dan

pengalaman dapat menyelesaikan masalah terkait psikis termasuk kecemasan karena karena seseorang yang memiiki pengalaman akan lebih bisa memaknai hidup.

d. Peran keluarga

keluarga yang memberikan sebuah tekanan berlebih pada anaknya maka akan berdampak terhadap fsikologis. contohnya seorang anak yang belum mendapat pekerjaan menjadikan individu tersebut tertekan dan mengalami kecemasan selama masa pencarian pekerjaan karena akibat tuntutan dari orang tua yang terlalu berlebihan.

2.2.4 Rentang Respon Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Ringan sedang Berat Panik

Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 2016)

Antisipasi

2.2.4.1 Respon adaptif

Hal positif didapatkan jika individu mampu menerima dan mengatur kecemasannya. Kecemasan menjadi suatu tantangan, motivassi yang kuat untu menyelesaikan masalah Strategi adaptasi positi yang biasanya digunakan untuk mengatur kecemasan antara lain menangis, tidur dan latihat relaksasi (Stuart dan Sundeen, 2016).

2.2.4.2 Respon Maladaptif

Respon maladaptif ketika kecemasan tidak dapat diatur dan individu menggunaan mekanisme koping yang berlawanan atau maladaptif. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.

2.2.5 Pengkajian Kecemasan

Berbagai macam instrument untuk mengukur tingkat kecemasan di antaranya adalah skala HARS, DASS, SRAS, dan VA.

2.2.5.1 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama

pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nabila, 2017).

2.2.5.2 Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42)

Instrumen pada penelitian ini menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Tujuan utama pengukuran dengan DASS adalah untuk menilai tingkat keparahan (severe level) gejala inti depresi, kecemasan dan stress.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.

DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. DASS adalah kuesioner 42 item yang mencakup tiga laporan diri skala dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Masing-masing tiga skala berisi 14 item, dibagi menjadi sub-skala dari 2-5 item dengan

penilaian setara konten. Skala Depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/ keterlibatan, anhedonia, dan inersia.

Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka, kecemasan situasional, dan subjektif pengalaman mempengaruhi cemas. Skala Stres (item) yang sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai kesulitan santai, gairah saraf, dan yang mudah marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar. Dari 42 item tersebut sebanyak 14 item berkaitan dengan gejala depresi, 14 item berkaitan dengan gejala kecemasan dan 14 item berkaitan dengan gejala stress.

Dengan pembagian gejala seperti ini satu item hanya dimungkinkan mempengaruhi satu jenis gangguan saja.

Padahal kenyataannya sangat memungkinkan satu item merupakan gejala dari beberapa gangguan walaupun dengan prioritas yang berbeda. Untuk memberikan prioritas yang menunjukkan jenis gangguan mana (depresi, kecemasan atau stress) yang dipengaruhi oleh suatu item perlu pertimbangan dari beberapa psikolog. Konsensus dari para psikolog tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pembobotan item pada DASS (Kusumadewi, 2020)

Responden yang diminta untuk menggunakan 4-point keparahan/skala frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka memiliki mengalami setiap negara selama seminggu terakhir (Nabila, 2017).

Depression Anxiety Stress Scale. Kelebihan instrumen ini antara lain :

a. Kuesioner ini menilai perubahan emosi yang meliputi depresi, kecemasan, dan stres secara bersamaan.

b. Tersedia dalam berbagai bahasa.

c. Dipublikasi secara resmi oleh psychology foundation Australia.

Sedangkan kekurangan instrumen ini yaitu pernyataan yang dibuat cukup banyak. Berdasarkan penjelasan di atas maka pada penelitian kali ini dipilihlah Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS-21) untuk mengukur tingkat kecemasan (Irma , 2018).

Tabel 2. 4 Skor tingkat kecemasan

No Interval skor Kriteria skor

1 14-28 Kecemasan

ringan

2 29-42 Kecemasan

sedang

3 43- 56 Kecemasan

Berat

Penilaian kuisioner Tingkat kecemasan tersebut dengan menggunakan empat alternatif pilihan menurut skala Likert dengan skor 1- 4. Semua hasil penilaian tersebut kemudian dikategorikan menjadi 3 tingkat kecemasan yaitu ringan, sedang dan berat.

2.2.5.3 Zung Self-Rating Axiety Scale (SRAS)

Zung Self-Rating Axiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and statistical Manual of

Mental Dipordes (DMSII) terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).

Terdapat 15 pertanyaan kearah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan kearah penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Axiety Scale dalam Ian Mcdowell, 2006 dalam Pramitaresthi, 2015).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain:

Skor 20-40 : kecemasan ringan Skor 45-59 : kecemasan sedang Skor 60-70 : kecemasan berat

Skor 71-80 : panic (Pramitaresthi, 2015)

2.2.5.4 Visual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) digunakan untuk menilai kecemasan pasien, skala ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan yang dirasakan. Pengukuran dengan VAS pada nilai nol dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-3 kecemasan ringan, nilai 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat dan 10 dianggap panic (Ismiyatun, 2017).

Kesimpulannya instrumen pengukuran yang digunakan peneliti dalam mengukur tingkat kecemasan yaitu instrumen DASS yang merupakan seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih

lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. Peneliti tidak mengambil semua parameter DASS hanya mengambil prioritas parameter yang mengukur terkait ansietas .

2.3 Konsep penyakit stroke

Dokumen terkait