• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Spiritual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Spiritual"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Spiritual 2.1.1 Definisi Spiritual

Menurut (Darmadi, 2018) spiritual berasal dari bahasa latin

“spiritus” yang artinya nafas, atau udara, memberikan hidup, menjiwai seseorang dan spiritual adalah suatu hal yang dapat dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Sedangkan menurut Tualeka (2012) spiritual merupakan bentuk pengenalan dan pembelajaran mengenai identitas alam dan manusia berdasarkan makna hakiki, komitmen terhadap moral dan kemampuan untuk terikat dalam etika.

Spiritual (spirituality) merupakan sesuatu yang diyakini oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukan (Reed,1991 dalam Kozier et al., 2010).

Jadi dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan hubungan yang kompleks antara seseorang dengan kekuatan yang lebih tinggi ( Tuhan) yang menimbulkan suatu ketergantungan.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi spiritual

Menurut Taylor dalam Yusuf et al (2017) beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritual diantaranya :

2.1.2.1 Tahap perkembangan

Sejak berfungsinya panca indera, perkembangan bahasa, sifat dan ciri kepribadian telah dimulai. Sejak bayi dilahirkan apa yang didengar, dilihat dan dirasakan akan

(2)

disimpan dalam memori dan terus berkembang dalam menjalani tahap tumbuh kembang berikutnya. Konsep baik,buruk Sudah dipelajari pada fase ini. termasuk konsep spiritual seseorang. Bahwa keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi anak.

peran keluarga sangat penting dalam menginisiasi perkembangan spiritual sejak dini.

Berhubungan dengan kekuasaan non material seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berpikir abstrak sebelum mulai mengerti terkait spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang maha kuasa. Mahakuasa Hal ini dapat di disimpulkan bahwa spiritual lebih menekankan sebuah makna, arti sebuah benda tugas manusia adalah menemukan makna dari semua ciptaan Tuhan manusia perlu menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sia-sia dari apa yang telah diciptakan di dunia. kerangka konsep tersebut harus dibangun sejak diawalinya proses pertumbuhan dan perkembangan.

2.1.2.2 Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu.

keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama di mana individu mempunyai pandangan terkait pengalaman terhadap dunia yang digambarkan oleh pengalaman dengan keluarganya. setiap manusia didunia menginginkan anak dan keturunannya menjadi lebih unggul dari dirinya. berbagai upaya dilakukan untuk mendidik, dengan mempertahankan dan meningkatkan konsep sukses dalam hidup ada pun banyak yang diajarkan keluarga tentang hubungan kepada Tuhan, kehidupan beragama,

(3)

berperilaku kepada orang lain bahkan kehidupan untuk diri sendiri.

2.1.2.3 Latar belakang etnik dan budaya

Etnik adalah sesuatu keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu. kelompok akan membangun sebuah budaya sosial sesuai dengan ide gagasan dan hasil karya yang diperoleh dari pengalaman belajar dan tata krama yang dikembangkan. budaya berupa suatu bersifat lengkap, menyeluruh dari unsur pengetahuan dan seni percayaan moral hukum serta adat istiadat. pada umumnya seorang anak akan mengikuti tradisi agama dan spiritual dari keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. maka dari itu sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi etnik dan sosial budaya.

2.1.2.4 Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman merupakai guru terbaik. Pengalaman hidup yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang dapat dianggap sebagai suatu cobaan, ujian bahkan hkuman dari segala perbuatan yang sudah dilakukan.

Ketika seseorang sudah berbuat baik dan mejauhi segala apa yang dilarang tetapi masih medapat penderitaan mungkin itu bentuk sebuah ujian agar menjadi lebih baik lagi. Karena semakin tinggi derajat sesorang maka ujian

(4)

yang diberikan semakin berat pula agar nantinya manusia tersebut dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tetapi beda halnya dengan seseorang yang melakukan keburukan tetapi mendapatkan suatu penderitaan maka itu disebut cobaan agar manusia atau seseorang tersebut agar kembali ke jalan yang benar . Ketika seseorang sudah benar- benar lalai ketika mendapat penderitaan baginya adalah hukuman.

Gambaran pengalaman hidup seperti itu dapat mempengaruhi konsep spiritualitas seseorang.

2.1.2.5 Krisis dan perubahan

Dikutip dari toth dalam craven dan hirnle dalam Yusuf (2017) Krisis dan perubahan dapat memberikan efek berupa penguatan atau bahkan sebaliknya melemahkan keadaan spiritual seseorang tergantung sikap positif dan negartif yang tertanam dalam diri seseorang. Krisis sering dialami oleh seseorang yang mengalami penyakit , penderitaan, penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Keadaan tersebut sering terjadi pada klien dengan penyakit terminal, kronis da prognosis buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi seseorang tersebut merupakan pengalaman spiritual.

2.1.2.6 Terpisah dari ikatan spiritual

Seseorang yang menderita sakit terutama bersifat akut, akan membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebdasan pribadi serta dukungan sosialnya. Kebiasaan hidup sehari-hari akan berubah seperti tidak dapat menghadiri acara resmi, kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul bersama keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan dukungan.

(5)

2.1.2.7 Isu moral terkait terapi

Proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk menunjukkan kebesaran Nya. Tetapi ada agama tidak mempercayai pengobatan, kepercayaan tersebut akan membangun sebuah effikasi, keyakinan berupa apakah penyakit ini merupakan fenomena karena sebuah kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dasar harian atau disebabkan oleh faktor lain. Keyakinan tersebut akan membangun sebuah model kepercayaan kesehatan, menentukan upaya mencari pengobatan dan semangat dalam mengembangkan pola hidup sehat.

2.1.3 Dimensi Spiritual

Dimensi spiritualitas berdasarkan studi literatur Elkins et al (1998) dalam kurniawati (2016) adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Dimensi transenden

Seseorang yang memiliki spiritual maka memiliki sebuah kepercayaan/belief berdasarkan eksperensial bahwa ada dimensi transenden dalam hidup. Menuru KBBI transenden ini kepercayaa terhadap diluar kesanggupan manusia.

Kepercayaan/belief disini dapat berupa perspektif tradisional/agama mengenai Tuhan sampai perspektif psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi alamiah dari kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran atau greater self. Seseorang yang spiritual memiliki pengalaman transenden atau dalam istilah Maslow “peak experience”. Individu dapat melihat apa yang terlihat secara kasat mata tetapi jiga dunia yang tidak dapat terlihat.

2.1.3.2 Dimensi Makna dan Tujuan hidup.

(6)

Orang spiritual akan memiliki suatu makna hidup dan tujuan hidup yang timbul dari keyakinan bahwa setiap hidup penuh makna dan orang akan memiliki gambaran jika memiliki tujuan hidup. Secara aktual, makna dan tujuan hidup setiap orang berbeda‐beda atau bervariasi, tetapi secara umum mereka mampu mengisi “exixtential vacuum”

dengan authentic sense bahwa hidup itu penuh makna dan tujuan.

2.1.3.3 Dimensi Misi Hidup.

Orang spiritual merasa bahwa dirinya memiliki tanggung jawab atas hidup dan tanggung jawab atas dirinya. Orang spiritual termotivasi oleh metamotivated dan memahami bahwa kehidupan pada diri individu hilang dan individu harus ditemukan.

2.1.3.4 Dimensi Kesucian Hidup.

Orang spiritual percaya bahwa hidup harus diisi dengan kesucian dan persaan hormat meskipun tidak selalu didapatkan dalam religius. Dia tidak melakukan pembedaan antara dua hal antara dunia dan akhirat tetapi mereka percaya bahwa seluruh kehidupannya adalah akhirat dan kesucian adalah sebuah kewajiban.

2.1.3.5 Dimensi Kepuasan Spiritual.

Orang spiritual memandang bahwa tidak semuanya bisa di dapatkan dengan uang atau sumber material lain karena untuk mendapatkan kepuasan bukan terletak banyak nya uang dan tingginya jabatan tetapi bisa didapatkan dengan cara hal yang berhubungan dengan spiritual.

(7)

2.1.3.6 Dimensi Altruisme.

Seseorang yang memiliki spiritual akan memahami bahwa semua orang bersaudara dan terikat oleh penderitaan yang sama dnegan orang lain. Dia memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan komitmen terhadap cinta dan perilaku altrusitik.

2.1.3.7 Dimensi Idealisme.

Seseorang yang spiritual dianggapkan seorang visioner atau pemimpi, yang memiliki komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Mereka berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan membuktikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan.

2.1.3.8 Dimensi Kesadaran Akan Adanya Penderitaan.

Sebuah penderitaan dan kematian yang dialami seseorang yang memiliki spiritual mereka menyadari akan hal itu bahwa sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini meningkatkan rasa kegembiraan, apresiasi dan penilaian individu terhadap hidup.

2.1.3.9 Hasil dari spiritualitas.

Spiritualitas yang dimiliki seseorang aka memberikan warna dalam kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak baik antara hubungan individu dengan dirinya, orang kain maupun dengan makhluk hidup lain.

2.1.4 Karakteristik Spiritual

Menurut Yusuf, et al (2017) karakteristik Spiritual Berupa pengenalan faktor alam yang tidak tampak, tidak dapat diraba tetapi akan mempengaruhi pikiran dan perilaku. karakteristik spiritual

(8)

dibangun oleh agama, keyakinan, intuisi, pengetahuan, rasa memiliki, rasa cinta yang tulus pada kehidupan dan pemberian kekuatan pribadi. oleh akan hubungan sendiri, orang dan hubungan dengan Tuhan.

2.1.4.1 Hubungan dengan diri sendiri

Merupakan bentuk kekuatan dari dalam diri sendiri seseorang yang meliputi pengetahuan dan sikap tentang diri.

sendiri adalah semua Jawaban dan tentang siapa diri dan apa yang dapat dilakukan. yang berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran serta keseimbangan dengan diri sendiri. kekuatan yang timbul dari diri seseorang pembantunya menyadari akan makna dan tujuan hidupnya diantaranya memandang pengalaman hidup sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan dengan tujuan hidup yang semakin jelas.

Beberapa terkait hubungan dengan diri sendiri seperti kepercayaan, harapan dan makna hidup :

a. kepercayaan (faith)

Menurut Fowler (1995) dalam Yusuf et al (2017) menjelaskan terkait kepercayaan bersifat umum, di mana merupakan Suatu bentuk penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. kepercayaan dapat memberikan arti akan hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan dan stres. berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memaknai kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.

b. Harapan (hope)

(9)

Bentuk dari ketidakpastian ketidakpastian dalam hidup dan Merupakan suatu proses interpersonal yang terjalin hubungan saling percaya dengan orang laintermasuk dengan Tuhan. harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, harapan sangat penting untuk mempertahankan hidup dan jika seseorang tidak memiliki harapan maka akan mengalami depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.

c. makna atau arti dalam hidup (meaning of live)

Perasaan mengetahui makna hidup yang kadang-kadang di identifikasi dengan perasaan dekat dengan Tuhan.

merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata membuat hidup lebih terarah penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain.

2.1.4.2 Hubungan dengan orang lain

Karakteristik spiritual seseorang dalam berhubungan dengan orang lain didasari atas kepercayaan harapan dan makna hidup yang terbangun dengan spiritualitas pribadi.

hubungan ini akan berdampak harmonis atau tidak harmonis nya hubungan dengan orang lain. Pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik mengasuh anak merasa orang tua dan orang yang sakit serta meyakini kehidupan dan kematian adalah suatu proses yang alami. Sedangkan untuk kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusinya menyembuhkan bentuk ketidak harmonisan dan friksi serta keterbatasan asosiasi ( Yusuf et al 2017).

(10)

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan yang harganya kelemahan dan kepekaan orang lain ,rasa takut dan kesepian,keinginan dihargai dan diperhatikan dan lain sebagainya. Beberapa 4 sikap hidup yang dapat dikembangkan hubungan dengan orang lain adalah sikap memaafkan, mengembangkan rasa sayang dan dukungan sosial. dengan begitu Apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres maka orang lain dapat memberikan bantuan secara psikologis dan sosial.

Tindakan memaafkan (forgiveness) dilakukan dengan menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dari dalam diri sendiri seperti pemarah, mengingkari rasa bersalah malu menyakini bahwa Tuhan sedang menghukum cara mengembangkan arti penderitaan dan meyakini dengan mengambil hikmah dari suatu kejadian dan penderitaan. seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap sumber stres, cemas depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan penyakit (Yusuf et al., 2017)

2.1.4.3 Hubungan dengan alam

Karakteristik spiritualitas seseorang dalam berhubungan dengan alam lebih menekankan pada Keharmonisan dalam mengetahui dan berkomunikasi dengan alam. pengetahuan kepercayaan, keyakinan tentang alam, tanah , air, udara ,warna,tanaman satuan dan makhluk hidup lain akan

(11)

menciptakan pola perilaku manusia terhadap alam. Keadaan ini akan menciptakan keselarasan rekreasi dan kedamaian bersama alam atau sebaliknya. Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terimakasih, harapan dan cinta kasih terhadap alam yang telah dianugerahkan tuhan.

Dengan keindahan alam seseorang dapat takjub akan ciptaan Tuhan (Yusuf et al., 2017).

Keimanan akan bertambah, seseorang akan berupaya menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan dalam pemenuhan hal yang dianggap penting dalam hidup kemudian terciptalah kedamaian kedamaian berupa keadilan rasa kasihan dan kesatuan antara manusia dengan semesta dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status hubungannya.

2.1.4.4 Hubungan dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan tampak pada tampak pada perilaku agamis atau tidak agamis. ini membangun berbagai upaya ritual keagamaan seperti bersyukur sembahyang puasa atau berdoa. sebenarnya spiritualitas tidak berhubungan secara langsung dengan agama tetapi beberapa kalangan cenderung menyamakan antara keduanya. agama (religion) lebih berkaitan dengan spiritualitas yang menekankan pada aspek persamaan, keyakinan dan praktik keagamaan yang dikembangkan oleh suatu komunitas terkait kekuatan di luar dirinya.

(12)

Seseorang yang dikategorikan kebutuhan spiritual nya terpenuhi apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan hidup, keberadaannya di dunia atau kehidupan mengembangkan arti penderitaan serta meyakini Hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, Membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan akan lebih terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

2.1.5 Perkembangan Spiritual

Menurut (Yusuf et al., 2017) perkembangan spiritual dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok diantaranya :

2.1.5.1 Masa bayi

Masa bayi perkembangan spiritual telah dimulai sejak bayi.

Haber dalam yusuf et al (2017) menjelaskan terkait perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya. keluarga yang spiritualnya baik menjadi sumber terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pula pada bayi. pada sebagian budaya, kepercayaan Keagamaan tertentu misalnya dalam Islam sangat menganjurkan mengumandangkan suara azan pada telinga bayi baru lahir.

keadaan itu digunakan untuk memberikan stimulasi pada bayi agar suara yang pertama terdengar oleh bayi adalah kalimat panggilan melaksanakan ibadah demikian seterusnya simulasi untuk panca indra yang lain makanan, dianjurkan untuk hanya memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan bahkan dianjurkan untuk melanjutkan sampai 2 tahun. keluarga yang baik wajib hukumnya memberikan stimulasi terbaik Ada seluruh komponen panca indra, agar

(13)

perkembangan spiritual dapat diperkenalkan sejak dini, dan nantinya akan mengukir memori terbaik dan akan mewarnai sikap spiritualitas manusia yang akan datang (Yusuf et al., 2017).

2.1.5.2 Masa anak awal

Masa anak awal dikategorikan dalam umur 18 bulan sampai 3 tahun, dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan di mana anak sudah mengalami peningkatan kemampuan kognitif, dapat belajar membandingkan hal yang baik dan buruk untuk melanjutkan peran kemandirian yang lebih besar. pada masa ini Perkembangan motorik halus maupun kasar terus meningkat Oleh karena itu stimulasi pertumbuhan dan perkembangan sangat penting untuk diperhatikan. perkembangan spiritual pada anak masa prasekolah berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.

Super ego adalah segala tuntutan perkembangan yang diperoleh dari norma dan nilai yang diajarkan dari orang tuanya maupun lingkungan sekitarnya. anak usia prasekolah mulai memahami kebutuhan sosial norma dan harapan serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. kebutuhan anak pada masa prasekolah adalah mengetahui terkait filosofi yang mendasar tentang isu spiritual, kebutuhan spiritual harus diperhatikan oleh orang tua karena anak sudah mulai berpikiran konkrit (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.3 Usia sekolah

Usia sekolah merupakan masa paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak biasanya rentang

(14)

usianya berada 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini minat anak sudah mulai ditunjukkan dalam bentuk suatu ide dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan keyakinan dan sebagai orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka karena pada masa ini anak sudah mulai mengembangkan tata krama social (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.4 Remaja

Remaja merupakan masa dimana seseorang dikategorikan dalam umur 12 sampai 18 tahun. pada tahap ini individu sudah mulai mengerti akan arti tujuan hidup dan pada tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua harus melepas otoritasnya tetapi harus tetap membimbing anak untuk bertanggung jawab. orang tua harus mendidik anak seperti apa yang ia inginkan tetapi tidak lupa anak akan hidup pada zamannya bahwa tuntutan, tantangan dan harapan berbeda sesuai dengan masanya (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.5 Dewasa muda

Pada tahap dewasa muda dikategorikan seseorang berusia antara 18 sampai 25 tahun, Pada masa ini Masa awal pencapaian prestasi, kemampuan mempraktikkan seluruh potensi intelektual, bakat, minat dan keterampilan yang telah dirancang semasa remaja. pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan yang akan mereka pelajari saat kanak-kanak, remaja dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri.

(15)

Pada masa ini spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa. Pada fase ini campur tangan orang tua masih sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan anaknya, orang tua berhasil melaksanakan peran pada masa ini dengan sukses tidak jarang anak yang sudah mendapatkan pekerjaan mapan tetap memilih tinggal serumah dengan orang tuanya atau justru melanjutkan dan mengembangkan usaha orangtuanya, untuk melanjutkan pembekalan spiritual bagi anak (Yusuf et al., 2017).

2.1.5.6 Dewasa pertengahan

Dewasa pertengahan dikategorikan pada usia 25 sampai 38 tahun atau pada fase ini biasanya disebut sebagai masa klimaksterium. Pada masa ini terdapat penyesuaian diri dan kesadaran bahwa tidak lagi muda dan masa depannya tidak bisa dianggap percobaan. hasilnya maka akan berdampak keberhasilan dan kesuksesan atau bahkan krisis kepercayaan yang mendalam.

Tahap ini seseorang akan dituntut mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan, keuangan, hidup berkeluarga dan peran sosial. dewasa pertengahan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah mengetahui terkait konsep yang benar dan yang salah mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. mereka sudah merencanakan terkait kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan

(16)

terhadap kepercayaan dan nilai spiritual yang dianutnya (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.7 Dewasa akhir

Dikategorikan pada umur sekitar 38 sampai 65 tahun, ini merupakan puncak pertumbuhan fisik manusia setelah itu dengan perlahan semua kondisi fisik akan menurun.

pengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungan. menurut teori perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan perkembangan tiga gejala penting yaitu keintiman, generatif dan integritas. merupakan suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka jika mereka tidak dapat mengembangkan hubungan ini dengan orang lain maka dia akan terisolasi. pembentukan hubungan baik ini merupakan tantangan utama yang harus dihadapi oleh seseorang yang memasuki masa dewasa akhir.

Perkembangan degeneratif seseorang mendekati usia dewasa akhir cenderung akan mengalami perubahan dalam hal memandang jarak kehidupan. karena mulai tahun untuk hidup. pada masa ini, banyak mereka yang membangun kembali kehidupan dengan prioritas apa yang paling penting yang dapat dilakukan dalam waktu yang tersisa.

perkembangan spiritual pada masa atau pada tahap dewasa akhir digunakan untuk introspeksi diri dan mengkaji kembali dimensi spiritual. kemampuan introspeksi ini sama baiknya dengan dimensi yang lain dari individu tersebut.

Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat (Yusuf et al., 2017)

(17)

2.1.5.8 Lanjut usia

Lanjut usia merupakan kelompok umur sekitar 65 tahun sampai kematian. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi masa usia lanjut dikarenakan terdapat banyak perubahan dari segi fisik misalnya berkurangnya fungsi pancra indera, kemampuan otak, gastrointestinal, saluran kemih dan berbagai macam sistem lain akibatnya semua peristiwa itu akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyakit asam urat, stroke dan lainnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan beban penderita berat dan berdampak pada gangguan psikologis. Semua keadaan ini bertentangan dengan harapan psikologis, bahwa semakin tua seseorang seharusnya lebih dihargai, dan dimuliakan oleh semua orang padahal kondisi fisik, psikologis lanjut usia sudah sangat menurun. Disinilah peran konsep spiritualitas dapat mempengaruhi penderitaan atau kebahagiaan pada orang lanjut usia. Penguatan penerapan spiritualitas pada usia lanjut usia sangat penting , saat lanjut usia harus lebih banyak mendekatkan diri kepada sang pencipta, mensyukuri segala nikmat dan memperbanyak manfaat untuk orang lain (Yusuf et al., 2017)

2.1.6 Definisi Kebutuhan Spiritual

Menurut Hamid (2000) dalam Yusuf et al., (2017) Kebutuhan spiritual merupakan suatu hal yang dirasakan oleh individu dengan lingkungan sekitar nya, hal tersebut berupa perasaan sikap empati terhadap orang lain, baik, tidak sombong, menghormati dan menghargai pendapat orang lain agar terjalin hubungan baik antar sesama manusia. Kebutuhan spiritual penting karena memiliki tujuan untuk mempertahankan atau membalikan keyakinan dan

(18)

untuk mendapatkan manfaat atau pengampunan, rasa cinta, menjalani ikatan penuh rasa percaya dengan tuhan (Utama, 2019).

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti sebuah tujuan hidup, kebutuhan akan mencintai dan ketertarikan sampai pada hal kebutuhan mendapatkan suatu maaf.

2.1.7 Prosedur keperawatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Menurut (Hidayat and Uliyah, 2015) diantaranya :

2.1.7.1 Memberikan suasana ketenangan dan privasi dengan kebutuhan melalui berdoa dan melakukan ibadah secara rutin.

2.1.7.2 Membantu atau memfasilitasi individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.

2.1.7.3 Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik dan keyakinan serta alternafit pemecahan masalah nya.

2.1.7.4 Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan pasien serta mencari alternatif dari permasalahan tersebut.

2.1.7.5 Mendorong pasien untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual yang dianutnya.

2.1.7.6 Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan kepercayaannya masing-masing

2.1.8 Pengukuran Spiritualitas.

2.1.8.1 Spiritual Health And Life Orientation Measure (SHALOM).

Menurut Fisher (2011) kesehatan rohani adalah suatu dimensi fundamental kesehatan dan kesejahteraan orang

(19)

secara keseluruhan, meresap dan mengintegrasikan semua dimensi lain dari kesehatan ( yaitu fisik, mental, emosional, sosial & vokasional).

Kesehatan rohani tersebut merupakan keadaan dinamis, ditunjukkan oleh individu, sejauh mana individu tersebut hidup dalam harmoni yang didalamnya di dalamnya mencakup hubungan hingga empat domain dari kesejahteraan rohani ( pribadi, komunal, lingkungan, transendental domain). Kesehatan Spiritual Dan Ukuran Orientasi Kehidupan (SHALOM) Spiritualitas dapat digambarkan sebagai apa yang ada di hati seseorang sebagai manusia. Kesejahteraan spiritual dapat dilihat sebagai ukuran seberapa baik perasaan pribadi tentang diri sendiri dan seberapa baik individu berhubungan dengan aspek- aspek dunia di sekitar nya, yang penting baginya (Fisher &

David, 2017).

Indikator SHALOM yaitu "kelengkapan, keutuhan, kesehatan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, kesehatan, ketenangan, kemakmuran, kepenuhan, istirahat, harmoni, tidak adanya agitasi atau perselisihan. SHALOM terdiri atas 20 item dengan lima item yang mencerminkan kualitas hubungan antara seseorang dengan diri mereka sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhan (Fisher & David, 2017).

SHALOM telah dilakukan pengujian statistik yang ketat dalam beberapa bahasa. SHALOM telah dimanfaatkan oleh pelajar dan mahasiswa, guru, perawat, medis dokter, gereja- attenders, pengaturan industri dan bisnis, dengan 23

(20)

perempuan korban kekerasan, pemuda yang bermasalah dan pecandu alkohol. SHALOM mempunyai cara yang unik untuk menilai terkait kesejahteraan spiritual sebagai membandingkan cita-cita setiap orang dengan pengalaman hidup mereka, memberikan ukuran harmoni spiritual atau disonansi di masing-masing empat domain (Fisher, 2011).

Tabel 2. 1 Spiritual Health And Life Orientation Measure (SHALOM).

Individu Communal

1. Rasa identitas 2. Kesadaran diri 3. Sukacita dalam hidup 4. Kedamaian batin 5. Sesuatu yang berarti

dalam hidup

1. Cinta orang lain 2. Pengampunan

terhadap orang lain

3. Kepercayaan antara individu 4. Menghormati

orang lain 5. Kebaikan

terhadap orang lain

Lingkungan Transcedental

1. Koneksi dengan alam

2. Kagum pada

pemandangan

3. Kesatuan dengan alam 4. Selaras dengan

Lingkungan

5. Rasa 'ajaib' di lingkungan

1. Hubungan pribadi dengan tuhan /allah 2. Menyembah

sang pencipta 3. Kesatuan dengan

tuhan

4. Damai dengan allah

5. Kehidupan doa

20 item instrumen spiritual kesejahteraan tidak bisa menjadi acuan atau ukuran yang sempurna untuk semua orang,

(21)

Kelebihan Spiritual Well-being Questionnaire (SWBQ) SHALOM telah menunjukkan bukti valid, terpercaya sebagai pengukur spiritual yang menyediakan indikasi spiritual kesejahteraan untuk berbagai macam orang.

SHALOM telah terbukti untuk menjadi alat yang sah dan dapat diandalkan untuk menilai aspek kunci dari spiritual kesejahteraan dalam beberapa bahasa, diberbagai pengaturan dengan kelompok usia yang berbeda. Indeks Kesejahteraan Spiritual 4 Item telah menunjukkan validitas dan reliabilitas yang dapat diterima menggunakan prosedur statistik standar (Rena, 2018).

Perbandingan temuan dari Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat spiritualitas pada pasien stroke adalah diadopsi dari alat ukur yang disusun oleh Gomez dan Fisher (2003) dalam Rena (2018) Skala ini dikonstruk dengan 20 item soal yang dikembangkan validitas dan reabilitasnya melalui empat kali studi. Studi pertama diberikan kepada 248 siswa menengah atas di Australia dengan range usia 11 sd 16 tahun. Studi kedua dilakukan terhadap 537 siswa menengah atas di Australia. Studi ini dilakukan dengan analasis faktor terhadap empat dimensi kuesioner (personal, interpersonal, environmental dan transedental) dengan hasil yang signifikan pada hubungan antara keempat faktor (p 0,01).

Sementara pada uji studi ke-3 yang melibatkan 832 mahasiswa dari enam universitas di Australia menunjukkan hasil CFA (Confirmatory Factor Analaysis) pada keempat faktor memiliki model yang bagus dengan cronbach’s alfa 0,82; 0,95; 0,83; 0,82. Adapun pada studi terakhir diberikan

(22)

kepada 456 mahasiswa dari universitas di Australia, Inggris, dan Irlandia dengan range usia 18-24. Hasil studi terakhir menguatkan validitas dan reabilitas dari Spiritual Well- being Questionnaire (SWBQ) dengan nilai signifikan (p (p 0,01) .

Kuisioner ini terdiri dari empat dimensi dengan jumlah 20 item yakni; 1). Personal domain, 2). Communal domain, 3).

Environmental, dan 4). Transcendental. Deskripsi keempat domain dijelaskan dengan indikator sebagaimana pada pada tabel berikut ini :

Tabel 2. 2 Indikator kuisioner

N o

Domai n

Indikator Sebaran Nomor Item Jumlah

Item Favourable Unfavorable

1 .

Person al

-Meaning -Purpose -Values in life

5, 14, 18 9, 16 5 item

2 .

Commu nal

-Morality -Culture

-Love forgiveness -Trust and hope in humanity

1, 17 3, 8, 19 5 item

3 .

Enviro nmenta l

-Care for nature -Sense of awe and wonder

-Unity with environment

4, 7, 20 10, 12 5 item

4 .

Transc endenta l

-Faith

-adoration and worship

-Connectedness with Devine/god

2, 11, 13, 15 6 5 item

Jumlah Total 12 item 8 item 20 item

(23)

Tabel 2. 3 Alternatif jawaban dan Skor item skala penelitian spiritualitas

Skor item Alternatif Jawaban

1 Sangat Tidak Sesuai

2 Tidak Sesuai

3 Agak Sesuai

4 Sesuai

5 Sangat Sesuai

2.1.8.2 WHQOL Spirituality, Religiousness And Personal Beliefs (WHQOL-SRPB).

Menurut Departement of mental health and substance dependence world health organization Geneva (2002) Test WHOQOL-SRPB didalamnya mencakup 32 pertanyaan, yang mencakup kualitas aspek kehidupan terkait dengan spiritualitas, keagamaan dan keyakinan pribadi (SRPB).

Instrumen ini telah dikembangkan dan sudah diuji coba ekstensif dari 105 pertanyaan di 18 pusat di seluruh dunia.

Menghasilkan instrumen 32-item mewakili versi selesai dari WHOQOL-SRPB yang akan digunakan untuk uji coba lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang termuat didalamnya menanggapi definisi Kualitas Hidup sebagai persepsi individu dari mereka posisi dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam kaitannya untuk tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang agar dapat diterapkan pada orang yang datang dari berbagai budaya dan memegang berbagai macam keyakinan spiritual, agama atau pribadi. Jika seseorang mengikuti agama tertentu, seperti Yahudi, Kristen, Islam atau agama Buddha, mereka

(24)

mungkin akan menjawab pertanyaan pertanyaan berikut dengan keyakinan agama yang dianut.

Jika seseorang tidak mengikuti agama tertentu, tetapi masih percaya bahwa sesuatu yang lebih tinggi dan lebih kuat ada di luar dunia fisik dan material, mereka dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut dari perspektif itu. Misalnya, seseorang mungkin percaya dalam kekuatan spiritual yang lebih tinggi atau kekuatan penyembuhan Nature atau, anda mungkin tidak memiliki kepercayaan yang lebih tinggi, tetapi mereka mungkin memiliki keyakinan pribadi yang kuat seperti keyakinan dalam ilmiah teori, cara pribadi hidup, filosofi tertentu atau kode moral etik.

2.1.8.3 Elkin et al., (1988) membuat alat ukur untuk spiritualitas yang dinamakan dengan Spirituality Orientation Inventory.

Spirituality Orientation Inventory dibuat berdasarkan pada model humanistik dan tidak berafiliasi pada agama. Alat ukur ini menarik untuk dikembangkan karena berasal dari hasil studi literatur dari pendapat para pionir di bidang psikologi. Alat ukur pada SOI ini mengacu pada dimensi spiritualitas.

2.1.8.4 Daily Spiritual Experience Scale (DSES)

Underwood (2006) mengemukakan terkait Pengukuran spiritualitas menggunakan kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES). Kuesioner DSES disusun untuk mengukur pengalaman spiritual individu sehari- hari.

Kuesioner DSES terdiri dari 16 item pertanyaan. Indikator dalam kuesioner DSES antara lain:

(25)

a. Kehadiran Tuhan yang menggambarkan bahwa setiap individu tidak hidup sendiri.

b. Hubungan antar sesama yang menjelaskan bahwa setiap individu akan berhubungan dengan semua makhluk di dunia.

c. Kegembiraan ketika beribadah yaitu setiap individu akan merasa gembira dan hilang rasa kekhawatiran setelah beribadah kepada Tuhan

d. Kekuatan agama dan spiritual yaitu sumber kekuatan individu untuk dapat menghadapi masalah yang dialaminya.

e. Kenyamanan agama dan spiritualitas yaitu keadaan dimana individu merasa aman dan nyaman serta terbebas dari bahaya atau situasi yang mengancam.

f. Kedamaian batin yaitu kedamaian dan kerukunan.

g. Bantuan Tuhan yaitu meminta pertolongan kepada Tuhan dalam setiap kegiatan sehari-hari.

h. Bimbingan Tuhan yaitu dimana individu merasa diarahkan oleh Tuhan dalam setiap kegiatanya.

i. Rasa cinta Tuhan secara langsung yaitu dimana individu merasakan cinta dari Tuhan secara nyata tanpa perantara.

j. Rasa cinta Tuhan melalui orang lain yaitu dimana individu merasakan cinta dari Tuhan lewat orang lain.

k. Kekaguman ciptaan Tuhan yaitu dimana individu memiliki rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan.

l. Rasa syukur yaitu dimana individu bersyukur atas segala yang diberikan Tuhan.

m. Rasa peduli yaitu dimana individu memiliki rasa peduli terhadap sesama.

(26)

n. Menerima orang lain yaitu dimana individu dapat menerima dan memiliki belas kasihan terhadap rang lain meskipun orang itu berbuat kesalahan.

o. Rasa ingin lebih dekat dengan Tuhan yaitu dimana individu ingin selalu dekat dengan Tuhan.

p. Seberapa dekat dengan Tuhan yaitu pengukuran seberapa dekatnya individu tuhan.

2.1.9 Peran Perawat Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari berbagai pelayanan kesehatan lainnya baik medis, gizi penunjang dan lain sebagainya termasuk pelayanan kerohanian rumah sakit. Departemen kesehatan (1997) melalui Dirjen Yanmed telah menetapkan standart Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, salah satunya adalah memenuhi kebutuhan pasien dengan kriteria standar sebagai berikut:

2.1.9.1 menyediakan sarana ibadah 2.1.9.2 membantu pasien beribadah

2.1.9.3 mendampingi pasien saat bimbingan spiritual.

Perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam sehingga dia sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual menurut Qur’ana (2012) meliputi :

a. Mengajak pasien berdoa b. Mendampingi pasien c. Kegiatan bimbingan rohani

d. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien e. Mendatangkan pemuka agama

(27)

2.2 Konsep Kecemasan 2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan bentuk suatu respon yang tidak terfokus, membaur yang akan meningkatkan status kewaspadaan individu terhadap suatu ancaman yang nyata atau hanya imajinasi (Hammond et al, 2017). Pendapat lain Marwick dan Birrel, (2015) menjelaskan kecemasan merupakan gambaran suasana perasaan, kecemasan dapat diartikan sebagai suatu respon terhadap sesuatu hal yang tidak diketahui ancaman internal atau samar dan kecemasan merupakan bentuk kekhawatiran, gugup serta kesadaran fisik terhadap kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi tanpa jelas dikarenakan objek tertentu, ini dikarenakan oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai pengalaman baru (Stuart, 2015).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah sebuah respon yang tidak diketahui atau samar atau merupakan bentuk dari suatu kekhawatiran.

2.2.2 Tingkatan Kecemasan

Tingkatan Kecemasan diklasifikasikan ke dalam empat kategori menurut Towsend (2003) di antaramya :

2.2.2.1 Kecemasan ringan

kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya. prestasi yang muncul pada tingkat manifestasi kecemasan ringan ini adalah kelelahan, iritabel, persepsi meningkat, kesadaran tinggi .

2.2.2.2 kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan ada masalah yang penting yang sedang dialami

(28)

dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terarah. gejala yang terjadi pada tingkat kecemasan sedang ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, pernapasan meningkat , ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,persepsi menyempit, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selective dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah anxietas mudah tersinggung tidak sabar, mudah lupa,marah dan menangis.

2.2.2.3 kecemasan berat

Pada fase ini sangat mengurangi persepsi seseorang.

Seseorang yang mengalami kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu itu yang terinci dan spesifik, tidak mampu berpikir tentang hal lain. orang tersebut akan memerlukan banyak pengarahan untuk bisa memusatkan perhatiannya. tanda gejala yang muncul pada tingkat ini adalah biasanya seseorang mengalami pusing,nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering BAK, diare, palpitasi, persepsi menyempit, hanya berfokus pada dirinya sendiri, keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, kebingungan dan disorientasi.

2.2.2.4 Panik.

Panik berhubungan dengan ketakutan dan teror karena mengalami kendali. seseorang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. manifestasi klinis yang biasa muncul diantaranya susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

(29)

diaphoresis, pembicaraan inkohorensi, merespon terhadap suatu perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi serta delusi.

2.2.3 Faktor Kecemasan

Ada beberapa pendapat terkait fakor yang menjadi penyebab atau mempengaruhi kecemasan

2.2.3.1 Menurut Blacburn & Davidson dalam Annisa dan Ifdil (2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan diantara nya faktor pengetahuan yang dimiliki seseorang dan kemampuan untuk menyikapi suatu situasi yang mengancam serta mampu mengendalikan diri dan menghadapii kecemasan.

2.2.3.2 Sebagaimana dijelaskan Adler dan Rodman dalam Annisa

& Ifdil (2016) mengemukakan 2 faktor yang dapat memicu timbulnya kecemasan yaitu :

a. Pengalaman negatif pada masa lalu

Penyebab munculnya kecemasan bisa terjadi dikarenakan suatu peristiwa yang traumatis yang dialami pada masa kanak-kanak, yang kemudian peristiwa tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masa depan yang dihadapi. Ketika seseorang mengalami peristiwa yang sama maka akan merasakan ketegangan sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan berdampak kecemasan.

b. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

(30)

1) Kegagalan ketastropik, seseorang beranggapan bahwa sesuatu yang buruh akan terjadi pada dirinya sehingga tidak mampu mengatasi permasalahannya.

2) Kesempurnaan, seseorang mempunyai standar tertentu yang harus dicapai sehingga menuntut kesempurnaan dan tidak ada kecacatan ataupun kesalahan dalam berperilaku. kecacatan dalam berperilaku.

3) Persetujuan

4) Penalaran atau kesimpulan yang tidak tepat yaitu generalisasi yang berlebihan, ini biasanyaterjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman

2.2.3.3 Menurut Iyus dalam Saifudin & Kholidin (2015) ada beberapa faktor yang memperngaruhi kecemasanan diantaranya :

a. Usia dan tahap perkembangan

Faktor ini menjadi hal penting karena seseorang yang berbeda usianya maka akan berbeda pula tahap perkembangannya, hal tersebut dapat menjadi hal yang mempengaruhi dalam dinamika kecemasan pada seseorang.

b. Lingkungan

Lingkungan menjadi aspek yang penting karena lingkugan dapat memberikan pengaruh secara internal maupun eksternal. Terciptanya lingkungan yang kondusif maka akan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dan dapat menurunkan resioko kecemasan.

c. Pengetahuan dan pengalaman

pengetahuan dan pengalam seseorang dapat mempengaruhi kecemasan, pengetahuan dan

(31)

pengalaman dapat menyelesaikan masalah terkait psikis termasuk kecemasan karena karena seseorang yang memiiki pengalaman akan lebih bisa memaknai hidup.

d. Peran keluarga

keluarga yang memberikan sebuah tekanan berlebih pada anaknya maka akan berdampak terhadap fsikologis. contohnya seorang anak yang belum mendapat pekerjaan menjadikan individu tersebut tertekan dan mengalami kecemasan selama masa pencarian pekerjaan karena akibat tuntutan dari orang tua yang terlalu berlebihan.

2.2.4 Rentang Respon Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Ringan sedang Berat Panik

Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 2016)

Antisipasi

(32)

2.2.4.1 Respon adaptif

Hal positif didapatkan jika individu mampu menerima dan mengatur kecemasannya. Kecemasan menjadi suatu tantangan, motivassi yang kuat untu menyelesaikan masalah Strategi adaptasi positi yang biasanya digunakan untuk mengatur kecemasan antara lain menangis, tidur dan latihat relaksasi (Stuart dan Sundeen, 2016).

2.2.4.2 Respon Maladaptif

Respon maladaptif ketika kecemasan tidak dapat diatur dan individu menggunaan mekanisme koping yang berlawanan atau maladaptif. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.

2.2.5 Pengkajian Kecemasan

Berbagai macam instrument untuk mengukur tingkat kecemasan di antaranya adalah skala HARS, DASS, SRAS, dan VA.

2.2.5.1 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama

(33)

pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nabila, 2017).

2.2.5.2 Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42)

Instrumen pada penelitian ini menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Tujuan utama pengukuran dengan DASS adalah untuk menilai tingkat keparahan (severe level) gejala inti depresi, kecemasan dan stress.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.

DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. DASS adalah kuesioner 42 item yang mencakup tiga laporan diri skala dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Masing-masing tiga skala berisi 14 item, dibagi menjadi sub-skala dari 2-5 item dengan

(34)

penilaian setara konten. Skala Depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/ keterlibatan, anhedonia, dan inersia.

Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka, kecemasan situasional, dan subjektif pengalaman mempengaruhi cemas. Skala Stres (item) yang sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai kesulitan santai, gairah saraf, dan yang mudah marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar. Dari 42 item tersebut sebanyak 14 item berkaitan dengan gejala depresi, 14 item berkaitan dengan gejala kecemasan dan 14 item berkaitan dengan gejala stress.

Dengan pembagian gejala seperti ini satu item hanya dimungkinkan mempengaruhi satu jenis gangguan saja.

Padahal kenyataannya sangat memungkinkan satu item merupakan gejala dari beberapa gangguan walaupun dengan prioritas yang berbeda. Untuk memberikan prioritas yang menunjukkan jenis gangguan mana (depresi, kecemasan atau stress) yang dipengaruhi oleh suatu item perlu pertimbangan dari beberapa psikolog. Konsensus dari para psikolog tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pembobotan item pada DASS (Kusumadewi, 2020)

Responden yang diminta untuk menggunakan 4-point keparahan/skala frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka memiliki mengalami setiap negara selama seminggu terakhir (Nabila, 2017).

Depression Anxiety Stress Scale. Kelebihan instrumen ini antara lain :

(35)

a. Kuesioner ini menilai perubahan emosi yang meliputi depresi, kecemasan, dan stres secara bersamaan.

b. Tersedia dalam berbagai bahasa.

c. Dipublikasi secara resmi oleh psychology foundation Australia.

Sedangkan kekurangan instrumen ini yaitu pernyataan yang dibuat cukup banyak. Berdasarkan penjelasan di atas maka pada penelitian kali ini dipilihlah Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS-21) untuk mengukur tingkat kecemasan (Irma , 2018).

Tabel 2. 4 Skor tingkat kecemasan

No Interval skor Kriteria skor

1 14-28 Kecemasan

ringan

2 29-42 Kecemasan

sedang

3 43- 56 Kecemasan

Berat

Penilaian kuisioner Tingkat kecemasan tersebut dengan menggunakan empat alternatif pilihan menurut skala Likert dengan skor 1- 4. Semua hasil penilaian tersebut kemudian dikategorikan menjadi 3 tingkat kecemasan yaitu ringan, sedang dan berat.

2.2.5.3 Zung Self-Rating Axiety Scale (SRAS)

Zung Self-Rating Axiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and statistical Manual of

(36)

Mental Dipordes (DMSII) terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang- kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).

Terdapat 15 pertanyaan kearah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan kearah penurunan kecemasan (Zung Self- Rating Axiety Scale dalam Ian Mcdowell, 2006 dalam Pramitaresthi, 2015).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain:

Skor 20-40 : kecemasan ringan Skor 45-59 : kecemasan sedang Skor 60-70 : kecemasan berat

Skor 71-80 : panic (Pramitaresthi, 2015)

2.2.5.4 Visual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) digunakan untuk menilai kecemasan pasien, skala ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan yang dirasakan. Pengukuran dengan VAS pada nilai nol dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-3 kecemasan ringan, nilai 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat dan 10 dianggap panic (Ismiyatun, 2017).

Kesimpulannya instrumen pengukuran yang digunakan peneliti dalam mengukur tingkat kecemasan yaitu instrumen DASS yang merupakan seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih

(37)

lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian. Peneliti tidak mengambil semua parameter DASS hanya mengambil prioritas parameter yang mengukur terkait ansietas .

2.3 Konsep penyakit stroke 2.3.1 Definisi Penyakit Stroke

Stroke merupakan kerusakan yang terjadi di bagian otak, akibat minimnya aliran darah ke otak (Dharma, 2018). Stroke merupakan suatu bentuk kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak karena disebabkan oleh terjadinya gangguan peredaran darah, stroke mengakibatkan seseorangan akan mengalami kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, proses berfikir,daya ingat dan kecacatan lain akibat dari gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).

Kesimpulannya jadi stroke adalah gangguan yang terjadi di otak yang disebabkan adanya sumbatan dan pecahnya pembuluh darah.

2.3.2 Etiologi

Etiologi stroke menurut Black & Hawks (2014) diantaranya 2.3.2.1 Thrombus

Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis edoteliat pada pembuluh darah. Aterosklerosis yang terjadi disebabkan zat lemak yang tertumpuk dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini akan terus membesar dan kemudian menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis yang terjadi akan menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada arteri.

(38)

2.3.2.2 Embolisme

Sumbatan yang terjadi pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus yang kemudian menyebabkan stroke embolik.

Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri.

2.3.2.3 Perdarahan

Perdarahan intraserebral paling banyak terjadi disebabkan oleh adanya rupture arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya perdarahan ke jaringan otak. Stroke yang di sebabkan dari perdarahan sering kali menyebabkan spasme pembuluh darah serebral dan iskemik pada serebral karena darah yang berada diluar pembuluh darah akan membuat iritasi pada jaringan.

2.3.2.4 Penyebab Lain

Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, sehingga menurunkan aliran darah ke otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang menyempit. Spasme yang berdurasi pendek,tidak selalu menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

2.3.3 Manifestasi Klinis

Menurut Gofir (2021) gejala yang timbul pada pasien stroke tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :

(39)

2.3.3.1 Kelumpuhan wajah atau anggota badan biasanya terjadi hemiparesis yang timbul mendadak.

2.3.3.2 Gangguan sensibilitas pada satu aau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik).

2.3.3.3 Perubahan secara mendadak status mental (konvusi, delirium, letargi, stupor atau koma).

2.3.3.4 Afasia (berbicara tidak lancar, kurangnya ucapan, dan kesulitan dalam memahami ucapan.

2.3.3.5 Disatria ( bicara pelo atau cadel).

2.3.3.6 Gangguan penglihatan (Hemianopia atau monokuler) atau diplopia.

2.3.3.7 Ataksia (trunkal atau anggota badan).

2.3.3.8 Vertigo, mual, muntah dan biasanya mengalami nyeri kepala.

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang

Menurut imran dan ika (2015) ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :

2.3.4.1 Laboratorium darah

a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hemoglobin, hematokri, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit dan LED.

b. PT dan aPTT, agregasi trombosit, fibrinogen.

2.3.4.2 EKG dan ekokardiografi untuk mencari penyebab stroke akibat penyakit jantung

a. Foto thorax

b. CT scan/ MRI kepala

Scanning merupakan pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dnegan stroke, selain

(40)

itu pemeriksaan ini juga berguna unuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan penyakit stroke seperti hematoma

c. TCD (Transcranial doppler )

Pemeriksaan TCD merupakan suatu perangkat diagnostik non invasif yang dapat digunakan untuk menilai perubahan hemodinamik serebral terutama dalam deteksi dini arterosklerosis dan mprediksi pasien yang beresiko tinggi unuk penyakit stroke

d. Pemeiksaan Carotid doppler

Alat ini memberikan gambaran sistem karotis pada daerah leher atau bifuraksio dapat diproyeksikan pada suatu layar. demikian pula bila suatu stenosis atau oklusi dapat dideteksi dengan alat tersebut.

(41)

2.4 Kerangka teori

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Sumber : Diadopsi dari Arini (2003)

Keterangan : = Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Respon fsikologi : Kecemasan

Indikator Pemenuhan kebutuhan spiritualitas SHALOM 1.Personal domain 2.Communal domain 3.Environment al

4.Transcenden tal

(Fisher, 2011)

Indikator lain : 1. WHQOL

Spirituality, Religiousness And Personal Beliefs

(WHQOL- SRPB).

2. Spirituality Orientation Inventory 3. Daily Spiritual

Experience Scale (DSES) Stroke Masalah pada

pasien :

1. kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh

2.kesulitan berbicara 3.wajah tidak seimbang 4.kesulitan menelan 5.gangguan keseimbangan (Dharma, 2018)

(42)

2.5 Kerangka konsep

Kerangka konsep menurut Sugiyono (2014) adalah suatu bentuk hubungan yang nantinya akan menghubungankan secara teoritis antara variabel- variabel penelitian yaitu, antara variabel independen dengan variabel dependen atau variabel bebas dan terikat yang akan di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan di laksanakan.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep 2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara valid Nazir dalam Anshori and sri, (2017). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Ada hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas denga tingkat kecemasan pada pasien stroke”

Pemenuhan

kebutuhan spiritual

Tingkat kecemasan

1. Personal domain 2. Communal domain 3. Environmental 4. Transcendental

(Fisher, 2011)

1.Kecemasan ringan

2.Kecemasan sedang 3.Kecemasan berat

4. Panik Toswend dalam sastuti

(2010)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembobotan kombinasi pada Tabel 2, dapat diketahui bobot dari masing-masing kategori layanan berdasarkan urutan prioritas layanan untuk

Secara kasat mata terlihat band yang terbentuk adalah 5 band namun band yang sesuai dengan kontrol positif yaitu 3 pita,dipastikan dua pita lain yang terbentuk

penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, pemasaran ikan, operator logistik, perbenihan, pakan, dan pengelolaan sentra kelautan dan perikanan terpadu dilakukan melalui

Hal ini menunjukkan bahwa manfaat pelatihan dan pengarahan pada saat kunjungan ke 1, mulai disadari oleh sebagian mitra UMKM akan pentingnya pengelolaan produksi yang

GreatLink Premier Bond Fund merupakan pilihan dana investasi bagi nasabah yang memberikan tingkat hasil stabil dengan tingkat risiko rendah - menengah untuk investasi jangka

Metode plot pada transek yang diletakkan secara acak menghasilkan estimasi kepadatan kelompok kotoran rusa dengan presisi baik (CVs <16%), akan tetapi tidak begitu baik

Untuk semua pengadaan barang/jasa, setelah penyedia barang memperbaiki kerusakan atau mencukupi kekurangan atau hal-hal lain yang dimintakan oleh PPKom, maka penyedia barang