• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendididikan

Oleh

FINA LUTFIANA ALDIAN NIM 111 13 100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan do’a, karena sesungguhny

a nasib seseorang

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan

penting dalam hidupnya

1. Kedua orang tuaku Yuhdi dan Tisanah, terimaksih telah menjadi orang tua

yang mendidikku, merawatku dengan kasih sayang dan penuh kesabaran

yang tidak ternilai harganya.

2. Adikku Rivaldi Prayoga Jati, serta keluargaku yang selama ini mendukung

serta memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini hingga skripsi ini

selesai

3. Imam Setiawan, yang selama ini mendukungku, membantu serta memberi

semangat untuk mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag,.M.Pd. selaku pembimbing skripsi, yang

rela membimbing saya dari awal skripsi sampai selesai.

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Fitri, Kurnia, Nurkhayati, Galuh, Putri,

Anggun Fajar, yang selalu memberikan saya semangat dan selalu

membatu saya dengan ikhlas

6. Teman-teman seperjuangan IAIN Salatiga angkatan 2013 khususnya PAI

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

Lutfiana Aldian, Fina, 2017. Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Kelas VII SMP N 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam, CTL

Penelitian ini dilatarbelakangi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di SMP N 3 Salatiga cenderung hanya menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa jarang berperan aktif saat pembelajaran berlangsung, siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan teman sebangkunya, pembelajaran dikelas lebih menekan pada materi semata tanpa menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa, sehingga nilai-nilai yang didapatkan siswa dalam pembelajaran PAI kurang memuaskan, hal ini terbukti dengan masih adanya siswa yang nilai rata-ratanya 68. Salah satu solusi yang alternative dari permasalahan di atas perlu diterapkan pembelajaran yang dapat mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, maka siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pembelajaran contextual merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan potensi anak secara menyeluruh dan dapat membangun keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan CTL dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Tekhnik pengumpulan data ini menggunakan metode observasi, dokumentasi dan tes. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Salatiga sebanyak 28 siswa.

Hasil penelitian ditemukan bahwa Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (CTL) pada materi Hidup tenang dengan kejujuran, amanah, dan

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

3. Indikator Hasil Belajar ... 19

4. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ... 21

B. Pendidikan Agama Islam ... 25

(11)

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

C. Materi Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah, dan Istiqamah 28 1. Berperilaku Jujur ... 28

2. Perilaku Amanah ... 29

3. Berperilaku Istiqamah ... 32

D. Model Pembelajaran CTL ... 34

1. Asas-asaa CTL ... 37

2. Skenario Pembelajaran Contextual ... 40

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL ... 42

E. Kriteria Ketuntasan Minimal ... 44

1. Pengertian KKM ... 44

2. Macam-macam KKM ... 45

3. Fungsi KKM ... 46

4. Prosedur Penetapan KKM ... 48

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP N 3 Salatiga ... 51

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 63

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 63

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 71

1. Kondisi Pra Siklus ... 71

(12)

3. Data Siklus II ... 81

B. Pembahasan... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 4 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I

Lampiran 5 Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I dan Siklus II

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Suklus I, Siklus II

Lampiran 9 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Lampiran 10 Dokumentasi

Lampiran 11 Surat tugas pembimbing

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 14 Daftar SKK

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Tabel Identitas Sekolah ... 45

2. Tabel 3. 2 Data Siswa Kelas VII D ... 54

3. Tabel 4. 1 Nilai Ulangan Harian PAI ... 65

4. Tabel 4. 2 Hasil Pengaatan Guru Siklus I ... 67

5. Tabel 4. 3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 69

6. Tabel 4. 4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 70

7. Tabel 4. 5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 74

8. Tabel 4. 6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 75

9. Tabel 4. 7 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 76

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

Dunia pendidikan saat ini semakin dituntut untuk lebih memberikan

kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu

sistem yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

lain, komponen tersebut meliputi tujuan materi, metode, dan evaluasi.

Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan

menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan dalam

pembelajaran (Mulyasa, 2005:100).

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang merupakan tempat

pembelajaran untuk mengembangkan dan membina para siswa yang berada

(16)

secara langsung melalui strategi atau metode pembelajaran di sekolah.

Adanya sebuah pembelajaran tidak terlepas dari adanya seorang guru, saat ini

di dalam pembelajaran murid kurang mampu mengaktualisasikan dirinya

dengan mengaitkan pada materi yang telah diajarkan di sekolah pada

kehidupan masing-masing.

Wina sanjaya menjelaskan, bahwa CTL adalah suatu strategi pembelajaran

yang menekan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi

kehidupan nyata saat ini.

Penjelasan tersebut menunjukan bahwa pembelajaran contextual

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sangat berperan aktif,

produktif, dan bermakna dalam membantu proses belajar mengajar di tingkat

SMP, karena mengingat bahwa pola pikir seusia mereka ingin banyak tahu

lebih dalam tentang apa yang telah dijelaskan oleh gurunya.

Berdasarkan observasi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

berlangsung di SMP N 3 Salatiga cenderung hanya menggunakan metode

ceramah dan demonstrasi. Sehingga siswa jarang berperan aktif saat

pembelajaran berlangsung, siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan

teman sebangkunya, pembelajaran di kelas lebih menekan pada materi semata

tanpa menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa, sehingga

nilai-nilai yang didapatkan siswa dalam pembelajran PAI kurang memuaskan.

Untuk kkm mata pelajaran PAI di SMP N 3 salatiga adalah 70, hal ini terbukti

(17)

kkm 8 orang siswa atau 28,57%. Maka hasil belajarnya masih berada di

bawah standar kriteria ketuntasan minimal di SMP N 3 Salatiga.

Salah satu solusi yang alternative dari permasalahan di atas perlu

diterapkan pembelajaran yang dapat mengaitkan antara materi pembelajaran

dengan dunia nyata, maka siswa dapat membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Pembelajaran contextual merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif

untuk mengembangkan potensi anak secara menyeluruh dan dapat

membangun keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai obyek

yang berbeda dari peneliti sebelumnya, yaitu mengenai “PENINGKATAN

HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA

KELAS VII SMP N 3 SALATIGA”

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat di tarik permasalahan

dalam penelitian ini yaitu: Apakah CTL dapat meningkatkan hasil belajar

mata pelajaran PAI pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga.?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penerapan

CTL dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PAI pada siswa kelas

(18)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas disebut sebagai

hipotesis tindakan, yaitu suatu dugaan sementara tentang suatu hal yang

akan terjadi apabila dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90). Hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah “penerapan metode CTL dapat

meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VII

SMP N 3 Salatiga”

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan tindakan dan penelitian ini dapat diamati

apabila subyek penelitian terjadi perubahan. Perubahan tersebut berupa

peningkatan hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tindakan berupa

pemberian layanan pembelajaran klasikal.

Keberhasilan dalam penelitian ini secara individu apabila telah

mencapai KKM < 70, dan secara klasikal yang mencapai KKM < 85.

Perubahan jika diperoleh setelah siswa telah mendapatkan layanan

pembelajaran pada setiap siklusnya.

E. Manfaaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dilihat

dari segi teoritis dan segi praktis, yaitu:

1. Secara teoritis

Seacara teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

(19)

belajar mengajar dalam mata pelajaran PAI untuk meningkatkan mutu

pembelajaran.

2. Secara praktis

a. Bagi Siswa

Dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

dan meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa.

b. Bagi Guru

Dapat memanfaatkan model pembelajaran CTL sehingga

menimbulkan aktivitas dan hasil belajar yang meningkat.

c. Bagi Sekolah

Dapat memberikan manfaat dan dorongan pihak sekolah agar

dapat menerapkan pendekatan-pendekatan dalam berbagai mata

pelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan

pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap judul di

atas, maka dijelaskan di bawah ini:

1. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata “tingkat” yang berimbuhan pe-an.

Kata “tingkat” sendiri memiliki arti tinggi rendahnya martabat

(kedudukan, jabatan, kemajuan, peradapan, dsb) pangkat, derajat, taraf

kelas (Depdiknas, 2007: 1197). Sehingga ketika dimasuki imbuhan pe-an

(20)

meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb) (Depdiknas, 2007: 1198). Jadi yang

dimaksud peningkatan yaitu usaha seseorang untuk mendapatkan hasil

yang baik dari hasil sebelumnya, dengan peraturan yang telah ditentukan.

2. Hasil belajar

Hasil Belajar yaitu, terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Hamalik, 2008:155).

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan

ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup (Majid, 2012: 1).

4. Contextual Teaching and Learning

Contextual Teacing and Learning (CTL) adalah suatu proses

pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan

materi tersebut terhadap konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi,

sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan

yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke

permasalahan/konteks lainya (Majid, 2014: 228). Menurut Sanjaya, CTL

adalah Strategi pembelajaran yang menekan pada proses keterlibatan siswa

(21)

mendorong siswa untuk menerapkanya dalam kehidupan mereka.

(Sanjaya, 2010: 255).

G. Metode Penelitian.

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas

merupakan pencermatan dalam bentuk tindakan dalam tindakan belajar

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersamaan (Suyadi, 2010: 18).

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau

praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP N 3

Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Langkah-langkah penelitian

Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat

(22)

Gambar 1.1

Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK

Pelaksanaan

Gambar 1.1 Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK

Penjelasan gambar 1.1 :

a. Perencanaan

Langkah pertama dalam penelitian tindakan kelas adalah

perencanaan. Dalam tahap ini peneliti memperisapkan materi, membuat

silabus, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi,

menyusun perangkat tugas yang akan diberikan kepada siswa, dan

menyusun alat untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

(23)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaan tindakan adalah penerapan rencana yang telah disusun di

kelas yang menjadi sasaran penelitian. Kegiatan awal dalam

pelaksanaan tindakan ini yaitu guru menjelaskan meteri pelajaran yang

akan dikembangkan, kemudian kegiatan intinya adalah guru memandu

penerapan strategi pembelajaran CTL dalam materi hidup tenang

dengan kejujuran, amanah dan istiqamah.

c. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan untuk menelaah seberapa jauh pelaksanaan

strategi pembelajaran CTL mengenai sasaran. Dalam tahap ini, peneliti

mengumpulkan data hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan

penelitian.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan sehingga

tampak kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan penelitian

(Suyadi, 2010: 64).

Data yang diperoleh dalam proses observasi kemudian

dikumpulkam lalu dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, guru

dapat merefleksikan diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan sehingga dapat diambil landasan untuk pelaksanaan kegiatan

(24)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang diguanakan dalam penelitian ini adalah Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Pembelajaran, Soal Tes,

Lembar Observasi Siswa, Lembar Observasi Guru.

5. Pengumpulan Data

a. Tes

Metode pengumpulan data dengan teknik tes yaitu peneliti

menggunakan soal-soal yang diberikan guru kepada siswa untuk

mengukur tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang diberikan

dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL.

b. Metode Observasi

Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan

telah mencapai sasaran (Suyadi, 2010: 63). Metode observasi dilakukan

oleh peneliti untuk melihat pelaksanaan kegiatan di lapangan dan

mengamati guru dalam proses mengajar yang berkaitan dengan tujuan

penelitian di SMP N 3 Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, notulen, rapat,

agenda, buku nilai siswa, buku nilai guru, dan sebagainya (Arikunto,

1997: 206). Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

(25)

pelaksanaan strategi pembelajaran pada mata pelajaran PAI khususnya

pada materi sesuai dengan RPP.

6. Analisis Data

Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk

perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Menurut Suharsimi Arikunto,

dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data menggunakan

dua jenis data sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara

deskriptif dengan statistik deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk

mencari nilai rata-rata dan mencari presentase keberhasilan belajar

dengan rumus sebagai berikut:

1) Rumus mencari nilai rerata

MX =

Keterangan:

MX = Mean (nilai rata-rata).

x = Jumlah semua nilai siswa.

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83)

2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar

P =

Keterangan:

P = Angka Presentase

(26)

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 43).

b. Data kualitatif yaitu peneliti dihadapkan langsung pada responden atau

lingkungan sedemikian insentif sehingga peneliti dapat menangkap dan

merefleksikan dengan cermat apa yang diucapkan dan dilakukan oleh

responden (Arikunto, 1997: 14). Informasi yang diperoleh berupa

kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat

pemahaman terhadap suatu pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap

siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa

mengikuti pelajaran, perhatian, respon dalam pelajaran, kepercayaan

diri, motivasi belajar, dan sejenisnya dapat dianalisis secara deskriptif.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari

penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator

Keberhasilan, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang mejelaskan

landasan teori yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa, menjelaskan

tentang strategi pembelajaran CTL dan menjelaskan tentang ruang lingkup

(27)

BAB III: PELAKSANAAN PENELITIAN, pada bab ini peneliti akan

menguraikan proses pelaksanaan penelitian yang dimulai dari siklus awal

hingga akhir.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini

akan menjelaskan hasil dari penelitian mulai dari tahap awal hingga akhir

siklus penelitian dan pembahasan.

BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil

penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Definisi Hasil Belajar

Hasil Belajar yaitu, terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Hamalik, 2008:155).

Jadi hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama

berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Umumnya hasil belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka)

dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah

menguasai materi pelajaran yang disampaikanya, biasanya hasil belajar

ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat periode

tertentu.

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari angka raport atau ada daftar

nilai formatif, sumatif, atau nilai ujian pada akhir kelulusan siswa.

Karena mereka ingin mengetahui yang telah dicapai yang dapat

mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, sehingga diharapkan

hasil belajar berikutnya akan lebih meningkat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil Belajar yaitu, terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

(29)

Menurut Muhibbin Syah (2006: 144), secara global faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu, faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan

belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yaitu:

1) Aspek Filosofis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi untuk jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti, mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan

kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, dan lain sebagainya sangat mempengaruhi

kemampuan siswa dalam meyerap informasi dan pengetahuan,

khususnya yang disajikan di kelas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran

siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa,

(30)

a) Intelegensi siswa

Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan

tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat

kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan

rendah pula. Clark mengemukakan bahwa “hasil belajar siswa

di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan”. Sehingga tidak diragukan lagi

bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa (Hlen, 2002: 130).

b) Sikap siswa

Sikap siswa merupakan gejala internal yang berdimensi

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara

relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif.

Sikap siswa yang terutama kepada guru dan mata pelajaran

yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar

siswa. Sebaiknya, sikap negatif yang diiringi dengan

kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan

kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga hasil belajar yang

dicapai siswa akan kurang memuaskan.

c) Bakat siswa

Sebagai mana halnya intelegensi, bakat juga merupakan

wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum

(31)

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu

untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada

upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau

tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan

mengalami kesulitan dalam belajar.

d) Minat siswa

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan siswa yang

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa

yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan

memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lebih

giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e) Motivasi siswa

Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak

mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan

faktor pendorong kegiatan belajar.

Menurut Ngalim Purwanto (2004:73), motivasi adalah

suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar

dirinya terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

(32)

adalah hal dan keaadaan yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorongkanya melakukan tindakan

belajar. Adapun motivasi eksrinsik adalah hal keadaan yang

datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih

esensial adalah motivasi intrisik karena lebih murni dan

langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh

orang lain.

Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar siswa di sekolah diantaranya dengan memberi

nilai-nilai, hadiah, saingan/kompetisi, kerja kelompok,

pujian dan film pendidikan. Menumbuhkan kesadaran

kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai bentuk

motivasi yang cukup penting (Arief S. Sadiman 2003: 91).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan

lingkungan disekitar siswa. Adapun faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial siswa disekolah adalah para guru, staf

(33)

tetangga, dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan

siswaa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun

lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,

dan letak rumah, semuanya dapat member dampak baik dan buruk

terhadap kegiatan belajra dan hasil belajar.

2) Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana

aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pembelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil

belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka

semakin baik hasilnya.

3. Indikator Hasil Belajar

Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas

(34)

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai

oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian benar bahan pembelajaran dapat

dikuasai 76%-99%.

c. Baik/minimal, apabila bahan pembelajaran hanya dikuasai 60%-75%.

d. Kurang, apabila bahan pembelajaran yang dikuasai kurang dari 60%

(Djamarah, 2006:107).

Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pembelajaran dikatakan

betul-betul baik apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.

Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu baik bagi siswa

seolah-oleh telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,

sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati

suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna

bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).

Penelitian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan

untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta

didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua

bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan

dan kelemahanya atas perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik

setahap atau dua tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara

(35)

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau

pembentukan kompetensi peserta didik. Standar Nasional Pendidikan

mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidikan dilakukan

secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penialaian tengah semester,

penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu

pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan

mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran

dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru

dan jga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat ditukar, seperti

tertuang dalam angka rapot, sedangkandampak pengiring adalah terapan

pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

4. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan

dapat dicapai setelah seseorang melakukan proses pembelajaran. Hasil

belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan belajar

melalui kegiatan belajar mengajar. Benjamin S. Bloom memaparkan

(36)

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perilaku yang terjadi dalam

kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi

kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,

penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga

pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk

menyelesaikan masalah. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang,

yaitu :

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang

nama, konsep, istilah-istilah atau fakta, ide, gejala, rumus-rumus,

dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya (Anas Sudijono, 2011: 50).

2) Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman (Comprehension) adalah tingkat kemampuan

yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep,

situasi, serta fakta yang diketahuinya (Ngalim Purwanto, 2010: 44).

3) Penerapan (Application)

Penerapan (Application) adalah kesanggupan seseorang

untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara

(37)

dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkrit (Anas

Sudijono, 2011: 51).

4) Analisis (Analysis)

Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk

dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya (Daryanto,

2010: 110).

5)Sintesis (Synthesis)

Sintesis (Synthesis) merupakan suatu proses dimana

seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru

dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada (Daryanto,

2010: 112).

6)Penilaian (Evaluation)

Penilaian (Evaluation) merupakan kemampuan seseorang

untuk membuat suatu pelinilaian tentang suatu pernyataan, konsep,

situasi, dsb. berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kegiatan penilaian

dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara kerjanya, cara

pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya (Ngalim

Purwanto, 2010: 47).

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar, ranah

(38)

1) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa

perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara

lebih aktif.

2) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulus dan

merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.

3) Menilai, merupakan kemampuan menilaingejala atau kegiatan

sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencapai

jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas yang terjadi.

4) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu

system nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.

5) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk

mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu

merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau

membuat pertimbangan-pertimbangan (Dimyati dan Mudjiono,

2006: 206).

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf

dan koordinasi badan antara lain:

1) Gerakan tubuh, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang

mencolok.

2)Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan

(39)

dikoordinasikan biasanya berhubungan dengan gerakan mata,

telinga dan badan.

3)Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan

mengadakan komunikasi tanpa kata.

4)Kemampuan berbicara, merupakan yang berhubungan dengan

komunikasi secara lisan (Nana Sudjana, 1995: 24).

B. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,

dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiah Darajat (1987: 87) Pendidikan Agama Islam adalah

suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup.

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati

(40)

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:

192).

Sedangkan dalam karangan Ramayulis (2014: 21), disebutkan

pengertian Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits melalui kegiatan

bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.

1. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan agama Islam secara garis besar ada 3, yaitu:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi kita

Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju

cahaya yang terang benderang. Al-Qur’an adalah sumber pertama bagi

hukum-hukum fiqih Islam. Jika menjumpai suatu permasalahan, maka

pertama kali harus kembali kepada kitab Allah guna mencari

hukumnya.

b. As-Sunnah

Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa

perkataaan, perbuatan atau persetujuan. Sunnah adalah sumber kedua

setelah Al-Qur’an. Bila tidak mendapat hukum dari suatu

permasalahan dalam Al-Qur’an maka dapat merujuk kepada Sunnah

(41)

Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi SAW dengan sanad

yang sahih. Sunnah berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an dari apa

yang bersifat global dan umum.

c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (1 dan

2) yang berbunyi: ayat 1 “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang

Maha Esa”. Dan ayat 2 “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu”.

Selain itu yang menjadi dasar pendidikan agama Islam ialah

Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang system Pendidikan

Nasional. Dimana didalamnya bahwa pendidikan keagamaan

bermaksud sebagai pemeluk agama yang benar-benar memadahi.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam pada sekolah umum bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan, dan

pengalaman siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang bertaqwa kepada Alli SWT serta berakhq mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Nazarudin,

2007: 13)

Tujuan Pendidikan Agama Islam pada hakekatnya sama dan sesuai

dengan tujuan diturunkan agama Islam yaitu untuk membentuk manusia

yang muttaqin yang rentangnnya berdimensi infinitrum (tidak terbatas

(42)

Pendidikan Islam sangat penting keberadaannya karena pendidikan

agama Islam merupakan suatu upaya atau proses pencarian, pembentukan,

dan pengembangan sikap dan perilaku untuk mancari, mengembangkan,

memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau

ketrampilan demi kepentingan manusia sesuai ajaran Islam (Baharuddin,

2010: 193)

C. Materi Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah, dan Istiqomah

1. Berperilaku Jujur

Jujur adalah kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan yang

sebenarnya. Apa yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan

apa yang diperbuat itulah yang sebenarnya.

Kejujuran sangat erat kaitanya dengan hati nurani. Kata hati nurani

adalah sesuatu yang murni dan suci. Hati nurani selalu mengajak kita

kepada kebaikan dan kejujuran. Namun, kadang kita enggan mengikuti

hati nurani. Bila kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai hati nurani,

maka itulah yang disebut dusta. Apabila kita katakana sesuatu yang tidak

sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakan bohong. Dusta atau

bohong merupakan lawan kata jujur (Mahmudi, 2013: 26).

Jujur itu penting. Berani jujur itu hebat. Sebagai makhluk sosial,

kita memerlukan kehidupan yang harmonis, baik, dan seimbang. Agar

tidak ada yang dirugikan, dizalimi, dan dicurangi, kita harus jujur. Jadi,

untuk kehidupan yang lebih baik kuncinya adalah kejujuran. Hal ini

(43)

ىَلِا يِدْيٌَ َقْدِّصلا َّنِا : َلاَق ْمَّلَسًَ ِوٍَْلَع ُالله ىَّلَص ًِِّبَّنلا ِنَع ٍدُعْسَم ِنْبا ِالله ِدْبَع ْنَع

) يراخبلا هاًر( ... ِةَّنَجْلا ىَلِا يِدْيٌََّزِبْلا َّنِاًَِّزِبْلا

Dari Abdullah ibn Mas‟ud r.a., Rasulullah saw bersabda,

„Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu

membawa ke surge …‟” (H.R. Bukhari).

Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan

orang lain tidak percaya. Jujur kalau orang itu akan terganggu oleh

kejujuran kita itu. Meskipun demikian, jangan takut dan risau karena lebih

banyak pihak yang mendukung kejujuran.

Kejujuran merupakan bagian dari akhlak yang diajarkan dalam

Islam. Seharusnya sifat jujur juga menjadi identitas seorang muslim.

Katakana bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu salah.

“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan

(janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu

mengetahuinya.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 42)

2. Perilaku Amanah

a) Pengertian Amanah

Amanah artinya terpercaya (dapat dipercaya), amanah juga berarti

pesan yang dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak.

(44)

Allah Swt, seperti sholat, zakat, puasa, berbuat baik kepada sesame,

dan yang lainnya (Mahmudi, 2013: 28).

Amanah berkaitan erat dengan tanggung jawab. Orang yang

menjaga amanah biasanya disebut orang yang bertanggung jawab.

Sebaliknya, orang yang tidak menjaga amanah disebut orang yang

tidak betanggung jawab.

b) Macam-macam Amanah

1) Amanah terhadap Allah Swt

Berupa ketaatan akan segala perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya. Allah Swt berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian

menghianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah

kalian menghianati amanat-amanat yang dipercayakan

kepadamu, sedaang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Anfal/8: 27)

Contoh amanah kepada Allah Swt yaitu menjalankan

semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang

dilarangnya. Bukankah kita diciptakan oleh Allah Swt. Untuk

mengabdi kepada-Nya? Orang yang mengabdi kepada-Nya berarti

telah memenuhi amanah-Nya. Orang yang tidak mengabdi

kepada-Nya berarti telah mengingkari amanah-Nya.

2) Amanah terhadap sesama manusia

Amanah ini meliputi hak-hak antar sesama manusia.

Misalnya, ketika dititipi pesan atau barang, maka kita harus

(45)



“Sesunggunya Allah Swt, menyuruh kamu untuk menyampaikan

amanah kepada yang berhak menerimanya ....” (Q.S. An-Nisa‟/4:

58)

3) Amanah terhadap diri sendiri

Amanah ini dijalani dengan memelihara dan menggunakan

segenap kemampuannya demi menjaga kelangsungan hidup,

kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Allah Swt berfirman:

َّلاًَ

َنٌُْعاَر ْمِيٌْ ِدْيَعًَ ْمِيِتَنَمَ ِلِ ْمُى َنٌِْذ

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat

-amanat dan janjinya.” (Q.S. Al-Mu‟minun/23: 8)

c) Hikmah Perilaku Amanah

Orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya ia telah

berbuat baik kepada diri sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki

dampak positif bagi diri sendiri. Di antara hikmah amanah adalah

sebagai berikut:

1) Dipercaya orang lain, ini merupakan modal yang sangat berharga

dalam menjalin hubungan atau berinteraksi antara sesama

manusia.

2) Mendapatkan simpati dari semua pihak, baik kawan maupun

lawan.

(46)

d. Perilaku Amanah Dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan

melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula.

Apabila kita dititipi sesuatu oleh orang lain, misalnya barang

berharga, emas, rumah, atau barang-barang lainnya, maka kita

harus menjaganya dengan baik. Pada saat barang titipan tersebut

diambil oleh pemiliknya, kita harus mengembalikannya seperti

semula.

2) Menjaga rahasia. Apabila kita dipercaya untuk menjaga rahasia,

atau rahasia negara, maka kita wajib menjaganya supaya tidak

bocor krpada orang lain (Mahmudi, 2013: 29-30).

3. Berperilaku Istiqomah

a) Pengertian Istiqomah

Istiqomah berarti sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen

dalam tindakan. Dalam makna yang luas, istiqomah adalah sikap

teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan

mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi

berbagai macam tantangan dan godaan.

Istiqomah terwujud karena adanya keyakinan akan kebenaran

dan siap menanggung resiko. Sikap ini wajib dimiliki setiap muslim,

termasuk kita sebagai pelajar. Istiqomah dapat membantu kita untuk

(47)

karena itu, kita sebagai pelajar harus memberi contoh yang baik

kepada siapa saja dalam kehidupan kita sehar-hari, baik di lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar. Allah Swt berfirman:



“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah,

kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada rasa khawatir pada

mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (Q.S. Al-Ahqaf/46:

13)

b) Hikmah Perilaku Istiqomah

1) Orang yang istiqomah akan dijauhkan oleh Allah Swt dari rasa

takut dan sedih sehingga dapat mengatasi rasa sedih yang

menimpanya, tidak hanyut dibawa kesedihan, dan tidak gentar

dalam menghadapi kehidupan masa yang akan datang.

2) Orangyang istiqomah akan mendapatkan kesuksesan dalam

kehidupan di dunia karena ia tekun dan ulet.

3) Orang yang istiqomah dan selalu sabar serta mendirikan shalat

akan selalu dilindungi oleh Allah Swt.

c) Perilaku Istiqomah dalam Kehidupan Sehari-hari

1) Selalu menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya

dalam keadaan apa pun dan dimana pun.

2) Melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

3) Belajar terus menerus hingga paham

4) Selalu menjalankan kewajibanya dengan rasa senang dan nyaman,

(48)

D. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pemahaman ini,

hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran juga

berlangsung lamiah, siswa bekerja dan mengalami bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa (Hamdayama, 2002: 51).

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari

makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu

dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.

Pemanduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam

pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang

mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk

menyelesaikanya. Siswa mampu secara independent menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum

pernah dihadapi, serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap

belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka

(Trianto, 2009: 107).

Pendekatan kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari

(49)

pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti

bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam

pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu

konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan

konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan

bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. Konteks memberikan

arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar.

Proses pembelajaran kontekstual tersususn oleh delapan komponen,

yaitu (Hamdayama, 2014: 51):

a. Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating) dengan

mengaitkan apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamanya sendiri,

kejadian di rumah, informasi dari media massa dan sebagainya, seorang

anak akan menemukan sesuatu yang jauh lebih bermakna dibandingkan

apabila informasi yang diperolehnya disekolah disimpan begitu saja, tanpa

dikaikan dengan hal-hal lain. Bila seorang anak merasakan bahwa sesuatu

yang dipelajari ternyata bermakna, maka ia akan termotivasi dan terpacu

untuk terus belajar.

b. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing). Ada beberapa langkah

yang dapat ditempuh guru untuk membuat pelajaran terkai dengan konteks

kehidupan siswa, yaitu seperti berikut:

1) Mengaitkan pembelajaran dengan sumber-sumber yang ada dikonteks

kehidupan siswa.

(50)

3) Mengaitkan beberapa pelajaran yang membahas topik yang berkaitan.

4) Menggabungkan antara sekolah dengan pekerjaan

5) Belajar melalui kegiatan sosial/bakti sosial.

c. Belajar secara mandiri. Kecepatan belajar siswa sangat bervariasi. Cara

belajar juga berbeda, bakat dan minat juga bermacam-macam.

Perbedaan-perbedaan ini hendaknya dihargai dan siswa diberi kesempatan belajar

mandiri sesuai dengan kondisi masing-masing siswa.

d. Kolaborasi (collaborating): setiap makhluk hidup membutuhkan makhluk

hidup yang lain, demikian juga pembelajaran di sekolah hendaknya

mnedorong siswa untuk bekerja sama dengan temanya.

e. Berpikir kritis dan kreatif (applying): salah satu tujuan belajar adalah agar

siswa dapat mengembangkan potensi intelektual yang dimilikinya.

Pembelajaran di sekolah hendaknya melatih siswa untuk berpikir kritis dan

kreatif dan juga memberikan kesempatan untuk mempraktikanya dalam

situasi yang nyata.

f. Mengembangkan potensi individu (transfering): karena tidak ada individu

yang sama persis, maka kegiatan pembelajaran hendaknya bisa

mengidentifikasi potensi yang dimiliki setiap siswa serta meberikan

kesempatan kepada mereka untuk mengembangkanya.

g. Standar pencapaianya yang tinggi: pada dasarnya setiap orang ingin

mencapai sesuatu yang tinggi, standar yang tinggi akan memacu siswa

(51)

h. Asesmen yang autentik: pencapaian siswa tidak cukup hanya diukur

dengan tes saja, hasil belajar hendaknya diukur dengan aesesmen autentik

yang bisa menyediakan informasi yang benar dan akurat mengenai apa

yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang

kualitas program prndidikan.

Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan

menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif

bukan hanya pengamatan yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap

belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru

unuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan

apliasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

Negara, dan pekerja.

1. Asas-asas CTL

Menurut Agus Suprijono (2009: 85) ada tujuh aspek yang

melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yaitu :

a. Kontstruktivisme

Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa

bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan

pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya akan

fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya

(52)

b. Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,

proses pembelajaran didasrkan pada pencairan dan penelusuran

melalui proses berpikir yang sistematis. Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses

menemukan sendiri. Dengan demikian, dlam proses perencanaan,

guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,

tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dalam

menemuan sendiri materi yang harus dipahaminya.

c. Bertanya

Belajar pada hakikanya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pemebelajaran

melalui CTL, guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja,

tetapi memncing agar siswa dapat menemukan sendiri.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya akan sangat

berguna untuk hal berikut:

1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan

materi pelajaran.

2) Membangkitkan motivasi belajar siswa.

3) Merangsang keingintahuan siswa terhadao sesuatu.

(53)

5) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas CTL, penerapan asa masyarakat belajar dapat

dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok

belajar. Siswa dibadi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya

bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan

belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam

kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang memiliki

kemampuan tertentu dapat menularkan pada siswa yang lain.

e. Pemodelan (Modelling)

Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memeragakan

sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya

guru memberikan contoh bagaimana cara megoperasikan sebuah alat,

atau bagaimana cara menghafalkan sebuah kalimat asing, dan

sebagainya. Proses modeling tidak terbatas bagi guru saja, tetapi

guru dapat memanfaatkan sejumlah siswa yang cukup penting dalam

pembelajaran CTL.

f. Refleksi

Refleksi adalah proses pegendapan pegalaman yang telah dipelajari

yang dilakukan dengaan cara menurutkan kembali kejadian refleksi,

pengalaman belajar itu dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang

pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang

(54)

Dalam proses pembelajaran CTL, setiap berakhir proses

pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

merenungkan atau mengingat kembali apa yang telah dipelajrinya.

Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamanya sendiri,

sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajrnya.

g. Penilaian Nyata (Authentic Aessesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan inforasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa

benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki

pengaruh positif terhadap perkembangan intelektual mental siswa.

2. Skenario Pembelajaran Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL,

tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (scenario)

pembelajaranya, sbagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control

dalam pelaksanaannya. Pengembangan setiap komponen CTL tersebut

dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut (Rusman, 2011:

199):

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar

lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru

(55)

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic

yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan

pertanyaan-pertanyaan.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok

berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui

ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang tela dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemmpuan yang

sebenarnya pada setiap siswa.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk

scenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa

selama berlangsungnya proses pembelajaran.

Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program

pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru

selama ini. Adapun yang membedakannya terletak pada penekananya,

dimana pada model konvensional lebih menekan pada deskripsi tujuan

yang akan dicapai (jelas dan operasional), semntara program pembelajran

CTL lebih menekan pada scenario pembelajaranya, yaitu kegiatan tahap

(56)

tujuan pembelajaran yang diharapkan. Program pembelajaran kontekstual

hendaknya sebgai berikut (Rusman, 2011: 200):

a. Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,

materi pokok, dan indicator pencapaian hasil belajaran.

b. Rumusan dengan jelas tujuan umum pembelajaran.

c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajran yang akan

digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapka.

d. Rumusan scenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan

siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

e. Rumusan dan lakukan system penilaian dengan menfokuskan pada

kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat

berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran contextual teaching and

learning

Kelebihan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajaran di dalam kelas dapat berlangsung secara alamiah.

c. Dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning siswa dapat

(57)

d. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil.

e. Dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning kemampuan

didasarkan atas pengalaman.

f. Dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning tindakan atau

perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri.

g. Dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning pengetahuan

yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan

pengalaman yang dialaminya.

h. Tujuan akhir dari proses pengajaran Contextual Teaching and

Learning adalah kepuasan diri (Wina Sanjaya: 2007, 115).

Adapun kekurangan dari pembelajaran Contextual Teaching and

Learning antara lain:

a. Dalam Contextual Teaching and Learning banyak metode yang

digunakan sehingga proses penerapannya kurang efektif bila

dibandingkan dengan metode lain, misalnya kooferatif hanya satu

metode.

b. Karena pembelajaran Contextual Teaching and Learning mengajak

para siswa langsung berhadapan dengan lingkungan, tidak semua

siswa terfokus pada konsep dan materi.

c. Tidak semua materi cocok digunakan pendekatan Contextual

(58)

Jika dicermati dari kelebihan dan kekurangan pendekatan Contextual

Teaching and Learning maka dapat dipahami bahwa kelemahan dari

pembelajaran Contextual Teaching and Learning itu lebih sedikit

dibandingkan dengan kelebihan-kelebihan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning, sehingga penulis berkesimpulan bahwa

pembelajaran Contextual Teaching and Learning mempunyai banyak

kelebihan dibandingkan dengan kekurangan.

E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal

Menurut Depdiknas (2008:51) salah satu prinsip penilaian pada

kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria,

yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan

peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik

mencapai ketuntasan dinamakan kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik,

peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, pihak-pihak

yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk

mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar

informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau

orangtuanya, kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam

laporan hasil belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil

(59)

2. Macam-macam KKM

a. KKM Individual dan KLasikal

KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal ditetapkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP) di satuan pendidikan atau beberapa satuan

pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Pertimbangan pendidikan atau forum MGMP secara akademis

menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Trianto (2012:241-242) menyatakan bahwa untuk

menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

KB = T X 100%

Tt

Dimana KB = Ketuntasan Belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = Jumlah skor total

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

idividu) jika siswa mecapai KKM individu yang telah ditetapkan

dalam masing-masing sekolah berdasrakan pertmbangan MGMP.

Dan satu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)

jika dalam kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya

(60)

b. KKM Nasional

KKM Nasional sudah ditetapkan secara nasional yaitu 75.

Menurut BSNP (2006) ketuntasan belajar setiap indicator yang

merupakan penjabaran kompetensi dasar berkisar antara

0-100%.lebih lanjut dikemukakan bahwa criteria ideal ketuntasan

untuk masing-masing indicator adalah 75%. KKM Nasional

meurut Nurma (2009) yaitu criteria ketuntasan menunjukkan

presentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan

dengan angka maksimal 100. Angka maksimal100 merupakan

criteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional

diharapkan mencapai minimal 7. Satuan pendidikan dapat

memulai dari criteria ketuntasan minimal di bawah target nasional

kemudian ditingkatkan secara bertahap.

3. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta

didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap

kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan

KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberi respon yang tepat

terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian

layanan remedial atau layanan pengayaan.

b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti

penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan

Gambar

Gambar 1.1  Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK
Tabel identitas sekolah
Tabel 3.2 Data siswa kelas VII D
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pilihlah bibit yang tidak cacat atau luka, karena biasa bibit yang luka bisa tidak tumbuh, benih yang bersih dari kotoran, benih yang tidak keriput atau benih utuh, dan

Pemberian ekstrak bawang putih untuk mencegah penyakit pada ikan mas dengan metoda perendaman selama 10 menit tidak dianjurkan dengan konsentrasi lebih dari 3000

Kesimpulan yang dibuat adalah pengunaan AC sentral yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri legionella dan menyebabkan keluhan kesehatan

Lembaga legislatif dan eksekutif bersama dengan bank, perusahaan pemula, dan seluruh pemegang kepentingan terkait jasa keuangan dan teknologi informasi harus dapat duduk

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Enam bulan Oktober tahun Dua Ribu Tujuh Belas pukul 16.00 WIB, Panitia Pengadaan Pokja I Jasa Konsultansi

Demikian Berita Acara Penutupan Upload Dokumen Prakualifikasi pekerjaan Kajian Teknis dan DED Perbaikan geometric Jalan dan Pembangunan Jembatan Pada Ruas Jalan

The PhET sims are designed to allow students to construct their own conceptual understanding of physics through exploration.. This makes the sims useful learning tools for

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan