• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Ketuntasan Belajar Fiqih di Kelas VII MTsPembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

B. Paparan Data dan Hasil Penelitian

3. Konsep Ketuntasan Belajar Fiqih di Kelas VII MTsPembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan

Dari hasil pengamatan data yang bersumber dari pedoman penyelenggaraan pembelajaran dan profil MTs Pembangunan Kikil Pcitan tahun 2016-2017 serta observasi dan juga pengamatan peneliti selama di lapangan, dapat diketahui bahwa Ketuntasan belajar fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:151

150Wawancara dengan Ust. Isnaini Halwa, selaku guru mata pelajaran fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pcitan, di ruang kantor, pukul 10.15 WIB.

151

Observasi dan pengamatan di MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan, mulai tanggal 24 juli sampai dengan 25 Agustus 2017.

Pertama, Dalam ketuntasan belajar fiqih para pengampu mata pelajaran fiqih benar-benar membimbing siswa-siswinya agar bisa mempelajaran fiqih dari bab yang mendasar. Contohnya tentang thaharah, cara wudhu, niat wudhu, tata cara tayamum, shalat, do‟a sesudah shalat, do‟a qunut, dzikir dll. Setelah itu mengadakan ulangan harian, untuk mengetahui apakah siswa-siswi sudah faham betul tentang pelajaran fiqih yang diajarkan oleh ustadz dan ustadzah, dan juga menerapkan ujian praktik untuk mengimplementasikan apakah siswa-siswi sudah mampu mempraktikkan materi fiqih dengan baik dan benar, atau belum ,juga mengadakan lomba antar kelas demi mewujudkan siswa-siswi yang berprestasi, maka itu semua menjadi tolok ukur tentang ketuntasan belajar mengajar di kelas VII MTs, mata pelajaran fiqih.

Kedua, Belajar tuntas di MTs Pembangunan Kikil merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok, dengan sistem belajar tuntas (Mastery Learning): pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara maksimal.

Ketiga, Tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil

Pacitan, mata pelajaran fiqih adalah tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi. Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.

Keempat, Standar ketuntasan belajar di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan, dalam pembelajaran Al-Qur‟an harus hafal Juz Amma, kemudian dalam pembelajaran fiqihnya para peserta didik harus mampu menguasai dan mampu menghafal bacaan-bacaan, do‟a-do‟a serta praktik tentang Wudhu, Tayamum, Shalat, Shalat Jama‟ah, Puasa, Zakat dan sedekah, kalau peserta didik sampai akhir ujian semester belum mampu itu semua,

peserta didik yang bersangkutan akan dipanggil walinya dan akan masuk nomisasi sidang kenaikan kelas.

Dari hasil observasi dan pengamatan di atas, peneliti juga mewawancarai dari berbagai sumber untuk membuktikan dari hasil pengamatan dan observasi peneliti terkait apa yang peneliti lihat di lapangan:

Hasil wawancara dengan Ustadzah. Isnaini Halwa,mengenai konsep ketuntasan belajar fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

“Dari tema ini kami membimbing siswa-siswi kami agar bisa mempelajaran fiqih dari bab yang mendasar. Contohnya tentang thaharah,cara wudhu, niat wudhu,tata cara tayamum,shalat,do‟a sesudah shalat,do‟a qunut,dzikir dll...”Setelah itu kami mengadakan ulangan harian,untuk mengetahui apakah siswa-siswi sudah faham betul tentang pelajaran fiqih yang diajarkan oleh ustadz dan ustadzah, dan kami juga menerapkan ujian praktik untuk mengimplementasikan apakah siswa-siswi sudah dapat mempraktikkan materi fiqih dengan baik dan benar, atau belum,kami juga mengadakan lomba antar kelas demi mewujudkan siswa-siswi yang berprestasi,yang jadi harapannay para asatidz dan ustadzat. Untuk menangani siswa-siswi yang nakal kami serahkan kepada waka kesiswaan dan bimbingan konserling (BK),dengan begitu kalau para siswa sudah mampu memahami dan mempraktikkan dengan sempurna maka itu menjadi tolok ukur tentang ketuntasan belajar mengajar di kelas VII MTs, mata pelajaran fiqih mas.152

152Wawancara dengan Ustadzah. Isnaini Halwa, selaku guru pengampu mata pelajaran fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pcitan, di ruang kanto, pukul 11.20WIB.

Kemudian sore itu kami bergegas sowan ke ndalem Gus Hamka Hakim, selaku kepala MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren AlFattah Kikil Pacitan guna untuk wawancara dalam persoalan konsep ketuntasan belajar fiqih di MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan beliau berkata :

“Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang

diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok,dengan sistem belajar tuntas(Mastery Learning): pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien.153 Beliau juga menambahkah bahwa:

“Tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi. “Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula.

“...Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama, siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada

153Wawancara dengan Gus Hamka Hakim, selaku kepala MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan dalam persoalan konsep ketuntasan belajar fiqih di MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan di ndalem beliau, pada tanggal 1 Agustus 2017 jam 15.30. WIB.

topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas. Pendekatan dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami, melaksanakan, mempraktikkan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.154

Hasil wawancara dengan Ust.Iksan Nasruddin, selaku Waka Kurikulum MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil mengenaikonsep ketuntasan belajar fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

“Dalam standar ketuntasan belajar di kelas VII MTs ini, kami selaku Waka Kurikulum, mengenai ketuntasan belajar atau belajar tuntas (mastery learning) saya tidak bosen-bosennya selalu mengingatkan kepada semua guru, terkhusus guru mata pelajaran mulok Al-Qur‟an dan pelajaran fiqih harus dapat dilaksanakan semaksimal mungkin, karena apa..? karena kalau anak-anak tersebut sampai ujian semester II kelas VII belum mampu menguasai materi dan belum mampu hafal serta praktik yang menjadi standar ketuntasan belajarnya maka anak tersebut bisa tidak naik kelas.155

Beliau juga menambahi:

154

Wawancara dengan Gus Hamka Hakim, selaku kepala MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan dalam persoalan konsep ketuntasan belajar fiqih di MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan di ndalem beliau, pada tanggal 1 Agustus 2017 jam 15.30. WIB.

155Wawancara dengan Ust. Iksan Nasruddin, selaku Waka Kurikulum MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil mengenai konsep ketuntasan belajar fiqih di kelas VII MTs Pembangunan Kikil Pondok Pesantren Al-Fattah Kikil Pacitan, pukul 09.30 WIB.

“Standar ketuntasan belajar di kelas VII MTs kami, dalam pembelajaran Al-Qur‟an harus hafal Juz Amma, kemudian dalam fiqihnya para peserta didik harus mampu menguasai dan mampu menghafal bacaan-bacaan, do‟a-do‟a serta praktik tentang Wudhu, Tayamum, Shalat, Shalat Jama‟ah, Puasa, Zakat dan sedekah,...kalau peserta didik sampai akhir ujian semester belum mampu itu semua, peserta didik yang bersangkutan akan dipanggil walinya dan akan masuk nomisasi sidang kenaikan kelas mas...156