• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

B... Konsep Konseling Realitas

1. Konsep Dasar Konseling Realitas

Pada dasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat unik pada masing-masing individu. Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan, kebutuhan tersebut terpuaskan. Namun demikian jika apa yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan, maka orang tersebut akan frustasi, dan pada akhirnya akan terus memunculkan perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan. Artinya, ketika timbul perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang diperoleh, membuat individu terus memunculkan perilaku-perilaku yang spesifik. Menurut Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih (201: 239) perilaku yang dimunculkan adalah bertujuan dan dibentuk untuk mengatasi hambatan antara apa yang diinginkan dengan apa yang diperoleh atau muncul karena dipilih oleh individu.

Perilaku manusia merupakan perilaku total (Total Behavior),terdiri dari Doing, Thinking, Feeling Dan Psysiology. Oleh karena perilaku yang dimunculkan mempunyai tujuan dan dipilih sendiri, maka Glasser menyebutnya dengan teori kontrol.

a. Teori Kontrol

Pemahaman terhadap realitas, menurut Glasser harus tercermin dalam perilaku total (Total Behavior) yang mengandung empat komponen, yaitu: berbuat (Doing), berpikir (Thinking), merasakan (Feeling), dan menunjukkan respon-respon fisiologis (Physiology). Konsep perilaku total membandingkan bagaimana individu berfungsi sebagai mobil berjalan, demikian halnya keempat komponen dari total behavior tersebut menetapkan arah hidup individu Colledge, 2002 (dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 240).

Menurut Corey (dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 240) menjelaskan bahwa secara langsung mengubah cara kita merasakan terpisah dari apa yang kita lakukan dan pikirkan, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Meskipun demikian, kita memiliki kemampuan untuk mengubah apa yang kita lakukan. Sehingga kita memiliki kemampuan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan apapun yang nanti mungkin bisa kita rasakan. Oleh karena itu, kunci untuk mengubah suatu perilaku total terletak pada pemilihan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan. Sementara itu, reaksi emosi dan respon fisiologis termasuk dalam proses tersebut.

Bagaimana individu bertindak dan berpikir dianalogikan sebagai fungsi roda depan, sedangkan perasaan dan fisiologis mewakili fungsi roda belakang. Mesin kendaraan diibaratkan sebagai kebutuhan-kebutuhan individu, dan setir yang dikendalikan merupakan gambaran keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sebagaimana keadaan roda empat, jelas kontrol utama berada di bagian roda depan, sehingga tindakan dan pikiranlah yang berperan dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan individu .

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terikat pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondiri yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan sesuatu (Doing) , berpikir (Thingking), merasakan (Feeling), dan menunjukkan respons fisiologis (Physiology) secara bertanggung jawab (Responsibility), sesuai realitas (Reality),dan benar(Right).

b. Konsep 3R

Konsep ini dikemukakan oleh Glasser Bassin, 1976 (dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 241) sebagai berikut: 1. Responsibility (tanggung jawab) adalah kemampuan individu untuk

memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.

2. Reality (kenyataan) adalah kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, di mana mereka harus memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realitas yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.

3. Right (kebenaran) adalah merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut dan ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.

Realitas merupakan rancangan yang tergolong dalam perspektif tindakan. Berpatokan pada ide sentral bahwa individu adalah bertanggung jawab atas tingkah laku mereka. Ide ini mendasari teori konseling yang ditemukan oleh William Glasser (dalam Andi Mappiare AT, 2010:159).

c. Lima prinsip utama teori pilihan

Menurut Palmer (2011: 528) terdapat lima prinsip utama dalam teori pilihan sebagai berikut:

1. Kebutuhan-kebutuhan dasar kita

Semua motivasi dan perilaku manusia dirancang untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar yang dibangun di dalam susunan genetis kita, yaitu: Kelangsungan hidup, kesehatan, dan reproduksi: termasuk semua fungsi fisiologi yang digunakan oleh tubuh dalam upaya menjaga kesehatan dan homeostasis (keseimbangan kesehatan

kita). Termasuk juga dorongan seksual yang pada gilirannya, tentu saja, memampukan spesies manusia untuk bertahan hidup.

a) Kelangsungan hidup, kesehatan dan reproduksi termasuk semua fungsi fisiologi yang dilakukan oleh tubuh dalam upaya menjaga kesehatan dan homeostasis (keseimbangan kesehatan kita). Termasuk juga dorongan seksual yang pada gilirannya, tentunya memampukan spesies manusia untuk bertahan hidup.

b) Cinta dan kepemilikan merupakan kebutuhan penting yang kita punyai untuk cinta dan persahabatan, untuk berbagi dan bekerja sama.

c) Kekuatan/harga diri arti kata lain dari kompetisi, martabat, pemberdayaan atau kemampuan.

d) Kebebasan sebagai kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan untuk berubah menjadi mandiri, bebas dan tak dibatasi (termasuk memiliki ruang fisik yang cukup).

e) Kesenangan dan kegembiraan merupakan kebutuhan yang dapat mengekspresikan bentuknya dihampir semua keinginan manusia. Termasuk minat dan permainan yang menurut Glasser penting untuk dipelajari.

Penting untuk ditunjukkan bahwa kebutuhan-kebutuhan di atas tidak dalam sebuah hierarki, meskipun, tentu saja seringkali kita akan memilih untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup kita lebih dulu. Meskipun demikian, sejarah dipenuhi berbagai contoh orang-

orang yang telah mengorbankan hidup mereka demi kebebasan atau demi cinta untuk orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa tingginya persentase orang-orang yang melakukan atau berusaha bunuh diri menunjukkan berbagai alasan, yaitu kesepian yang menunjukkan betapa kuatnya kebutuhan atas cinta dan kepemilikan bagi orang-orang tersebut pada saat itu. Glasser menyatakan bahwa kebutuhan kita akan cinta dan kepemilikan, akan kepedulian dan relasi dan keterhubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang jauh menonjol dan mencakup bahwa semua problem jangka panjang manusia pada intinya adalah problem relasi. Untuk alasan tersebut, dalam praktik konseling realitas, konselor membantu konseli dalam mengeksplorasi relasi-relasi yang signifikan (atau mungkin tiadanya relasi yang signifikan) dalam kehidupannya mendorongnya untuk mengevaluasi semua yang sedang dilakukannya berdasarkan aksiom teori pilihan: apakah yang sedang saya lakukan membuat saya lebih dekat dengan orang-orang yang saya butuhkan? Jika pilihan perilaku tidak membuat dekat, maka konselor bekerja untuk membantu konseli mencari perilaku baru yang menuntun mereka ke hubungan yang lebih baik.

2. Dunia berkualitas kita. Walaupun kita semua memiliki kebutuhan- kebutuhan tersebut, kita mencoba memenuhinya dengan cara-cara yang spesifik. Kita mengembangkan sebuah “album foto” batin atau yang dimaksud Glasser “dunia berkualitas” kita yang berisi keinginan- keinginan atau hasrat-hasrat spesifik dan unik mengenai bagaimana

kita sangat ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Dunia berkualitas kita berisi gambaran-gambaran atau simbol-simbol orang, tempat, benda, keyakinan, nilai dan ide yang penting atau spesial dan memiliki kualitas bagi kita.

3. Frustasi merupakan pikiran antara yang diinginkan seseorang (dan oleh karena itu disebut kebutuhan) dan yang dirasakannya didapatkan dari lingkungannya menghasilkan perilaku-perilaku yang spesifik. Perilaku dilihat sebagai fisiologi, pikiran, tindakan yang total atauHolisticyang tak terpisahkan. Maka, perilaku ini memiliki tujuan yaitu, perilaku yang dimaksudkan untuk menutup celah antara yang diinginkan seseorang dengan yang dirasakannya diperoleh. Seringkali perilaku itu mengalmai kesuksesan dan terkadang gagal. Keduanya merupakan usaha terbaik seseorang untuk mencoba memenuhi keinginan untuk kebutuhannya.

4. Perilaku total disini seperti yang ditunjukkan di atas, perbuatan, pikiran, perasaan dan bahkan fisiologis, dipandang sebagai komponen- komponen yang tak terpisahkan dari perilaku (total) dan dihasilkan atau dipilih dari dalam; semua itu berasal dari keinginan/kebutuhan yang tidak dipenuhi atau dilanggar, dan bukan dari rangsangan eksternal. Maka, kebanyakan dari hal-hal yang disebutkan di atas merupakan pilihan.

Glasser menggunakan analogi ‘mobil perilaku’ untuk menjelaskan lebih lanjut nilai praktis dari perilaku total dalam

konseling. Idenya disini adalah bahwa setiap 4 komponen perilaku total mewaliki 4 roda pada mobil. Dua roda di depan mewakili tindakan pikiran, dan 2 roda di belakang mewakili perasaan dan fisiologi. Kkita menyetir mobil perilaku kita melewati jalan kehidupan, kita hanya menyetir mobil perilaku kita melewati jalan kehidupan, kita hanya memiliki control langsung pada 2 ban di depan (tindakan dan pikiran), tetapi saat kita menyetir roda-roda depan, 2 roda di belelakang (perasaan dan fisiologi) selalu mengikuti. Dengan demikian juga di dunia nyata, walaupun sangat sulit dan kemungkinan mustahil untuk mengubah perasaan kita secara langsung (dan bahkan juga fisiologi kita) secara murni dengan keinginan sendiri. Akan tetapi, kita memiliki kemampuan yang hamper lengkap untuk mengubah tindakan kita (yang kita lakukan), dan sejumlah kemampuan untuk mengubah yang kita pikirkan, tidak peduli bagaimana yang kita rasakan saat itu. Dan saat kita mengubah tindakan dan pikiran kita, perasaan-perasaan dan fisiologi kita juga berubah.

Hal tersebut memiliki nilai praktis bagi konseling realitas yang dari pada berbicara tanpa akhir dengan konseli mengenai perasaan kecewa konseli (biasa berupa depresi, kemarahan, kecemasan, atau apapun) pada sesuatu yang tak bisa dikendalikan konseli. Dengan demikian secara realitas konseling akan secara perlahan-lahan dan dengan sikap tegar membantu konseli untuk berfokus pada yang biasa dikendalikannya (dua roda depan ‘tindakan dan pikiran’) dan lebih

jauh, membantunya mengembangkan rencana untuk dilakukan ; melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang telah mereka lakukan agar merasa lebih baik dan sekaligus memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan lebih efektif.

5. Persepsi dan realitas terkini. Bagaimana orang-orang mempersepsikan dunia di sekitar mereka, maupun bagaimana mereka mempersepsikan diri, tentu saja membentuk realitas mengenai dunia mereka dan dunia mereka pada titik tersebut. Inilah realitas terkini seseorang. Memahami persepsi konseli mengenai realitas terkini dan membantunya mengevaluasi dan mengevaluasi kembali persepsi tersebut dipahami oleh konseling realitas sebagai aspek yang sangat penting dalam proses konseling. Contoh pertanyaan mengenai persepsi semacam itu yang mungkin dinyatakan konseling realitas pada seorang konseli yang menjalani konseling untuk problem relasi, biasa seperti ini: bagaimana anda melihat relasi anda saat ini?menurut anda bagaimana pandangan pasangan anda? Seperti apa sebuah relasi yang dekat dan penuh kasih itu seharusnya? Perilaku siapa yang dapat anda kendalikan saat mencoba memperbaiki relasi ini? Dapatkah anda mengendalikan perilaku orang lain selain diri anda? Dan seterusnya.

Ringkasnya, teori pilihan beranggapan bahwa sumber dari semua perilaku ada di sini dan saat ini (realitas terkini). Apa pun yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan manusia itu memiliki tujuan mencoba memenuhi keinginan dan juga kebutuhan saat ini. Dengan

demikian teori pilihan menentang teori-teori Deterministic sifat dasar manusia yang menunjukkan bahwa perilaku disebabkan oleh rangsangan eksternal, dan teori pilihan berbeda dengan teori-teori lainnya yang menekankan pada pengaruh masa lalu atau konflik- konflik bawah sadar pada perilaku terkini. Meskipun demikian, hal tersebut sama sekali tidak menunjukkan dalam konseling konseling realitas, pengalaman masa lalu konseli (terkait dengan kebutuhannya yang dilarang atau tidak terpenuhi di masa lalu) di pandang tidak berhubungan atau bahwa masa lalu itu seharusnya diabaikan atau dilupakan.

Memiliki informasi mengenai riwayat konseli memampukan konseling realitas mengetahui jangka waktu atau luasnya problem yang sedang dihadapi, serta waktu ketika konseli mungkin lebih sukses, atau lebih bahagia atau lebih efektif dimasa lalu ; situasi-situasi yang bisa dipelajari konseli dan dijadikan dasar. Konseli mungkin memiliki riwayat yang luas mengenai kebutuhan-kebutuhan di masa lalu yang tidak terpenuhi atau disalahgunakan, atau problem yang mungkin disebabkan oleh beberapa pelanggaran berkepanjangan terhadap kebutuhan-kebutuhan dimasa lalu, tetapi konseling realitas mengerti bahwa problem atau konflik signifikan konseli adalah kebutuhan- kebutuhan yang tetap belum terpenuhi di masa sekarang. Dan oleh sebab itu, konseling realitas akan seperti perlahan dan dengan sikap tegar membawa fokus konseling untuk membantu konseli

mengidentifikasi dan memilih perilaku yang lebih membangun kekuatan dan lebih memuaskan kebutuhan sekarang dan di masa depan. Yang kadang-kadang ditemukan adalah bahwa ketika seseorang mempelajari bagaimana meraih kebutuhannya secara efektif di masa sekarang, dampak atau pengaruh yang mungkin timbul dari memori- memori di masa lalu mulai memudar dan ia dapat berpindah dari kekuatan yang satu ke kekuatan yang lain, pada umumnya, perubahan seperti itu hanya bisa diperoleh melalui tekad dan kerja keras konseli dan dengan dukungan yang penuh kasih dan empatik dari konselor Glasser (dalam Palmer, 2011: 528-533).

2. Ciri-ciri Konseling Realitas

Setiap pendekatan konseling memiliki karakteristik yang berbeda- beda, baik dalam hal peran konselor dan dan konseli maupun dalam hal proses pelaksanaan konseling itu sendiri. Seperti dalam pendekatan konseling realitas, yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pendekatan yang lainnya. Menurut Corey (2007: 265) ciri-ciri konseling realitas adalah sebagai berikut:

a. Konseling realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologi. Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab

dan mempersamakan kesehatan mental dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.

b. Konseling realitas berfokus pada tingkah laku sekarang pada perasaan- perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan- perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, konseling realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Konseling realitas juga tidak bertanggung jawab pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, konseling menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.

c. Konseling realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak dapat dirubah, maka yang dapat dirubah hanyalah saat sekarang dan masa lampau selalu dikaitkan dengan tingkah laku konseli sekarang. Konseling mengeksplorasi segenap aspek dari kehidupan konseli sekarang, mencakup harapan-harapan, kekuatan-kekuatan, dan nilai- nilainya. Konseling menekankan kekuatan-kekuatan, potensi-potensi, keberhasilan-keberhasilan, dan kualitas-kualitas yang positif dari konseli dan hannya memperhatikan kemalangan dan gejala-gejalanya. d. Konseling realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai.

Konseling realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran konseli dalam kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya. Konseling ini beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada

tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya. Jika para konseli menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif-alternatif bisa lebih baik dari pada gaya mereka sekarang yang tidak realistis.

e. Konseling realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi konseling untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Konseling realitas menghimbau agar para konseling menempuh cara beradanya yang sejati, yakni bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu konseli. Konseling bisa menjadi orang yang membantu para konseli dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dengan membangun suatu hubungan yang personal dan tulus.

f. Konseling realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek- aspek ketaksadaran. Konseling realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh konseli, bagaimana tingkah laku konseli sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlibat dalam suatu rencana bagi tingkah laku yang berhasil yang berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis. Konseling realitas memeriksa kehidupan konseli sekarang secara rinci

dan berpegang pada asumsi bahwa konseli akan menemukan tingkah laku sadar yang tidak mengarahkannya pada perubahan bahwa menekankan ketaksadaran berarti mengelak dari pokok masalah yang menyangkut ketidakbertanggungjawaban konseli dan memaafkan konseli atas tindakannya menghindari kenyataan. Sementara pemahaman boleh jadi menarik, konseling realitas tidak melihat pemahaman sebagai suatu yang esensial untuk menghasilkan perubahan.

g. Konseling realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada konseli dan perusakan hubungan terapeutik. Ia menentang penggunaan pertanyaan- pertanyaan yang mencela karena pernyataan seperti itu merupakan hukuman, Glasser menganjurkan untuk membiaran konseli mengalami konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya.

h. Konseling realitas menekankan tanggung jawab. Yang oleh Glasser didefinisikan sebagai “ kemampuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup. Meskipun kita semua memiliki kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memiliki rasa berguna, kita tidak memiliki

kemampuan bawaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Untuk memperbaiki tingkah laku kita apabila berada di bawah standar, kita perlu mengevaluasi tingkah laku kita. Oleh karenanya, bagian yang esensial dari konseling realitas mencakup moral, standar-standar, pertimbangan-pertimbangan nilai, serta benar dan selahnya tingkah laku karena semuanya itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa berguna. Menurut Glasser, orang yang bertanggung jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada dirinya perasaan diri berguna dan perasaan bahwa dirinya berguna bagi orang lain.

Berikut adalah beberapa karakteristik yang mendasari konseling realitas menurut pendapat Corey (2013: 338-340) ciri-ciri konseling realitas adalah sebagai berikut:

a. Menekankan pilihan dan tanggung jawab

Jika kita memilih semua yang kita lakukan, kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita pilih. ini tidak berarti kita harus disalahkan atau dihukum, kecuali kita melanggar hukum, tetapi tidak berarti konseling seharusnya tidak pernah melupakan fakta bahwa konseli bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Teori pilihan mengubah fokus dari tanggung jawab untuk pilihan dan memilih.

konseli memiliki pilihan, untuk melakukannya membuat mereka lebih dekat dengan orang-orang yang mereka butuhkan. misalnya, terlibat dalam kegiatan yang berarti, seperti pekerjaan, adalah cara yang baik untuk kembali rasa hormat dari orang lain, dan bekerja dapat membantu konseli memenuhi kebutuhan mereka untuk kekuasaan. sangat sulit bagi orang dewasa untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri jika mereka tidak terlibat dalam beberapa bentuk kegiatan yang berarti. Sebagai konseli mulai merasa baik tentang diri mereka sendiri, seperti kerja kurang perlu bagi mereka untuk terus memilih perilaku destruktif yang tidak efektif dan mandiri.

b. Menolak pemindahan

Konseling realitas berusaha untuk menjadi diri mereka sendiri dalam pekerjaan profesional mereka. Dengan menjadi diri sendiri, konseling dapat menggunakan hubungan untuk mengajarkan konseli cara berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan mereka. Glasser berpendapat bahwa transferensi adalah cara yang baik untuk konseling dan konseli menghindari menjadi siapa mereka dan apa yang mereka lakukan sekarang. Itu tidak realistis untuk konseling untuk pergi bersama dengan ide bahwa siapa pun itu kecuali diri mereka sendiri. menganggap klaim konseli, "saya melihat Anda sebagai ayah atau ibu saya dan ini adalah mengapa aku bertingkah seperti saya". dalam situasi seperti konseling realitas cenderung mengatakan dengan jelas

dan tegas, "saya bukan ibumu, ayah, atau siapa pun kecuali diriku sendiri".

c. Konseling berfokus di masa sekarang

Beberapa konseli datang ke konseling yakin bahwa mereka harus kembali masa lalu jika mereka harus dibantu. banyak model konseling mengajarkan bahwa untuk berfungsi dengan baik pada orang-orang yang hadir harus memahami dan kembali masa lalu mereka. Glasser (2001) tidak setuju dengan anggapan ini dan menyatakan bahwa kesalahan apapun yang dibuat di masa lalu tidak relevan sekarang. Aksioma teori pilihan adalah bahwa masa lalu mungkin telah berkontribusi untuk masalah saat ini tapi itu masa lalu tidak pernah masalah. Untuk berfungsi secara efektif, orang harus hidup dan rencana di masa sekarang dan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Kita hanya bisa memenuhi kebutuhan kita di masa sekarang.

Konseling realitas tidak benar-benar menolak masa lalu. Jika konseli ingin berbicaratentang keberhasilan masa lalu atau hubungan yang baik di masa lalu, konseling akan mendengarkankarena ini dapat diulang di masa sekarang. Konseling realitas akan mencurahkan hanyacukup waktu untuk kegagalan masa lalu untuk meyakinkan konseli bahwa mereka tidak menolak diri mereka. Sesegera mungkin, konseling memberitahu konseli, "Apa yang sudah terjadi; tidak bisaberubah. Semakin banyak waktu yang kita habiskan melihat ke

belakang, semakin kita menghindari melihat ke depan. "Meskipun masa lalu telah mendorong kami untuk saat ini, konseling realitas bersaingbahwa itu tidak harus menentukan masa depan kita. Kita bebas

Dokumen terkait