• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertunjukan yang dimaksud disini adalah pertunjukan seni. Pertunjukan seni adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena adanya gabungan antara berbagai bidang seni serta melibatkan unsur waktu, ruang, tubuh dalam fungsinya. Istilahnya biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde. Membawa misi yang ingin disampaikan kepada penonton, baik itu bersifat sosial, polotik, moral dan sebagainya.

Sebuah ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetikartistik yang berkembang sesuai dengan zaman, dan wilayah dimana bentuk seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang. Dalam mengkaji seni pertunjukan dapat pula ditinjau dari perspektif sosial, ekonomi, dan politik, suatu negara atau daerah dimana bentuk seni pertunjukan tersebut tumbuh dan berkembang.7

Dalam hal ini pertunjukan Galombang ini merupakan karya seni yang melibatkan aksi kelompok pada perayaan upacara Baralek masyarakat Minangkabau. Galombang ini memiliki kesatuan komplek gabungan antara seni tari dan seni musik. Jika tari pada Galombang tidak diiringi dengan musiknya, maka tari ini tidak akan dapat berjalan, sama halnya dengan musik iringannya, tanpa tari tidak akan dapat disebut musik Galombang. Karena tari dan musik ini merupakan satu set dalam pertunjukan Galombang. Galombang memiliki fungsi dengan tujuan menyampaikan pesan sosial, moral, dan etika kepada penonton dalam pertunjukannya.

Tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Adapun unsur-unsur tari meliputi gerak (unsur pokok), irama, penghayatan/ekspresi, tema, tata rias, tata busana, tata panggung (tempat/tata ruang), waktu, dan tata lampu. Kesemua unsurnya memiliki fungsi nya masing-masing dalam kesatuannya.

7

Dalam tulisan ini pengertian Galombang yang penulis tuju adalah salah satu jenis kesenian tradisional Minangkabau yang digunakan pada upacara Baralek

adat perkawinan. Pertunjukan tarian pada Galombang ini melibatkan 6 orang atau lebih penari, 2 pesilat, 2 orang pembawa carano dan payung kebesaran, dan 6 orang pemain musik. Gerakannya diambil dari gerakan-gerakan bungo silek

(bunga-bunga silat), dengan iringan musik dari alat musik tradisional Minangkabau yang terdiri dari tasa, gandang tambua, talempong pacik, dan puput serunai, dengan menggunakan lagu tempo Tigo Duo yang dimainkan oleh tujuh sampai delapan orang pemusik. Dikatakan musik iringan karena musik dalam

Galombang ini tidak selalu menggunakan lagu tempo Tigo Duo di setiap pertunjukan dari kelompok lain. Dapat dikatakan tidak ada kebakuan pada musik dalam pertunjukan Galombang ini, sehingga setiap musik yang dipilih dikatakan musik yang mengiringi tarian dalam Galombang tersebut. Pertunjukan ini dilakukan di jalan terbuka, dengan mengenakan kostum tradisi Minangkabau yang dikemas dengan adanya kreatifitas di dalamnya seindah mungkin, sehingga menampilkan suatu keindahan untuk dipersembahkan bagi kedatangan marapulai

ke rumah anak daro.

Upacara adalah sistem aktivitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1980:140).

Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara penguburan dan upacara pengukuhan kepala suku.

Upacara umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam pelaksanaannya upacara adat memiliki unsur-unsur: tempat berlangsungnya upacara, waktu pelaksanaan upacara, benda-benda atau alat upacara, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (Koentjaraningrat, 1980:241). Upacara adat yang dimaksud disini adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat sebagai penelusuran jejak sejarah masyarakat Minangkabau yang dilakukan secara turun-temurun dengan mengandung adanya unsur-unsur dalam pelaksanaannya yang berlaku di di daerahnya.

Baralek di sini artinya adalah hari perkawinan anak daro dan marapulai

disandingkan di pelaminan. Merupakan tahapan akhir dalam tahapan-tahapan upacara perkawinan pada adat masyarakat Minangkabau. Inilah tahapan perayaan upacara perkawinan kepada keluarga besar dan tamu-tamu undangan.

Perkawinan dalam tulisan ini merupakan perkawinan yang ada pada masyarakat manapun. Melibatkan aspek agama atau religi yang disahkan secara adat maupun agama. ―Perkawinan adalah suatu peralihan yang terpenting pada life-cycle dari semua manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga‖ (Koentjaraningrat, 1982:90).

Koentjaraningrat (1982) menambahkan, dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka perkawinan merupakan pengatur kelakuan manusia yang berkaitan dengan kehidupan seksnya, menurut pengertian masyarakat, perkawinan menyebabkan seorang laki-laki tidak boleh melakukan hubungan seks dengan

sembarang wanita lain, tetapi hanya dengan wanita yang sudah disahkan sebagai istrinya.

Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebahagian dalam rumah tangga sebagai tujuan perkawinan tercermin dari kesejahteraan lahir bathin yang dirasakan oleh segenap anggota keluarga, baik suami, istri dan anak-anak mereka serta orang tua maupun mertua.

Menurut Keesing (dalam Imron 2005:2) bahwa perkawinan berfungsi untuk (a) mengatur hubungan seksual, (b) menentukan kedudukan sosial individu-individu dan keanggotaan mereka dalam kelompok, (c) menentukan hak-hak dan kepentingan-kepentingan yang sah, (d) menghubungkan individu-individu dengan kelompok-kelompok kekerabatan di luar kelompoknya sendiri, (e) menciptakan unit-unit ekonomi rumah tangga, dan (f) merupakan instrumen hubungan politik antar individu dan kelompok.

Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan dari pihak suami (Hadikusuma, 1995:70). Menurut beberapa konsep di atas dapat di tarik suatu pengertian bahwa perkawinan adalah tahapan yang dianggap sakral dalam hidup manusia yang membenarkan hubungan antara

pria dan wanita dalam ikatan yang sah yang diatur oleh undang-undang dan hukum adat yang berlaku.

―Perkawinan adat adalah merupakan upacara perkawinan menurut tata cara aturan adat tertentu‖(Ariyono Suyono, 1985 : 315). Dalam adat budaya Minangkabau, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat penting dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru yang melanjutkan keturunan. Bagi kaum laki-laki Minang, perkawinan juga merupakan proses untuk masuk lingkungan baru di pihak keluarga isterinya. Sedangkan bagi keluarga pihak isterinya, menjadi salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah gadang mereka. Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, memiliki beberapa tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang),

manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basandiang

(bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul kesepakatan

manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan.

Istilah masyarakat dalam penulisan judul memiliki arti seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1993:106-107), yaitu sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu. Selain itu Soerjono Soekanto menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tidak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian.

Masyarakat Minangkabau adalah salah satu etnis Negara Republik Indonesia yang berada di Pulau Sumatera bagian barat, yang biasa disebut dengan Provinsi Sumatera Barat dalam sistem pemerintahan. Dalam ratusan bahkan ribuan tahun masyarakat Minangkabau telah bertumbuh, berkembang, dengan memelihara nilai-nilai budaya mereka dalam satu wilayah yang dikenal dengan alam Minangkabau. Istilah Minangkabau mengandung pengertian kebudayaan di samping makna geografis. Ada suku ―bangsa Minangkabau‖, ada kebudayaan Minangkabau, tetapi tidak ada bangsa Sumatera Barat ataupun kebudayaan Sumatera Barat (Mansoer, MD, 1970:2).

Masyarakat Minangkabau yang penulis maksud di sini, adalah masyarakat yang telah lama ada di Kota Medan, serta masyarakat Minangkabau yang telah melakukan perpindahan dari daerah asalnya dan menetap ke Kota Medan dengan membawa kebiasaan mereka, adat istiadat, tingkah laku, budaya, serta tradisi mereka. Perpindahan tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti halnya faktor ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Seperti yang juga dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:160), bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh rasa identitas bersama.

Dalam penulisan ini, kata analisis yang dimaksud adalah proses kajian terhadap sesuatu hingga mampu memecahkan dan menguraikan menjadi bagian-bagian, serta mengenal kaitan antar bagian tersebut dalam keseluruhan.

Kata hubungan yang penulis maksud adalah adanya suatu keterikatan antara satu aspek dengan aspek yang lain yang saling berkesinambungan. Dalam tulisan ini penulis melihat adanya aspek tari memiliki hubungan erat dengan aspek musik, sebab dalam Galombang ini prosesnya adalah tari mengikuti musik. Tari tidak akan dapat berjalan sesuai kaidahnya jika tidak ada musiknya, dan tari pun tidak akan tampak keindahannya.

Dalam penelitian dan penulisan ini yang dimaksud dengan kata struktur, yaitu struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Dalam hal ini, struktur yang penulis maksud dalam tulisan ini adalah bagian-bagian yang melengkapi tari pada Galombang dalam pertunjukannya, dan tahapan-tahapan dari pola-pola gerakan, dengan kata lain yang berarti ragam-ragam yang ada dalam tarian Galombang. Identifikasi suatu struktur tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan mereka. Dalam tulisan ini penulis menyatakan pola berarti gerakan-gerakan yang terkandung dalam tiap-tiap ragam yang terbentuk.

Jadi dalam hal ini struktur dan pola sangat berhubungan, yakni bagaimana bagian-bagian dari gerakan tari saling berhubungan sehingga disatukan dan adanya bentuk atau model (suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu tari. Khususnya jika tari yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu tari yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana gerakan tarian itu dikatakan memamerkan pola.

1.5.2 Teori

Dalam menulis, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan. Teori yang dimaksud sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1977:30), yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan.

Untuk mengkaji sebuah fenomena alam fisik atau sosial, dengan latar belakang masalah tertentu, ada yang relatuf sederhana ada pula yang kompleks, maka ilmuan biasanya menggunakan teori-teori.

Menurut pendapat Marckward et al., teori memiliki tujuh pengertian, yaitu: (1) sebuah rancangan atau skema yang terdapat dalam pikiran saja, namun berdasar pada prinsip-prinsip verifikasi dengan cara eksperimen atau pengamatan; (2) sebuah bentuk prinsip dasar ilmu pengetahuan atau penerapan ilmu pengetahuan; (3) abstrak pengetahuan yang selalu dilawankan dengan praktik; (4) penjelasan awal atau rancangan hipotesis, sebagai ide atau yang mengarahkan seseorang; (5) spekulasi atau hipotesis, sebagai ide atau yang mengarahkan seseorang; (6) dalam matematika berarti sebuah rancangan hasil atau sebuah bentuk teorema, yang menghadirkan pandangan sistematis dari beberapa subjek; dan (7) ilmu pengetahuan tentang komposisi musik, yang membed-kannya dengan seni yang dilakukan atau seni yang dieksekusi (Marckward et al. 1990:302)

Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud teori itu biasanya mengandung pengertian dalam tahapan yang abstrak. Teori mengarahkan ilmuan untuk melakukan kerjanya dalam menganalisis permasalahan keilmuan yang ditemuinya. Dalam pelaksanaannya, terutama untuk mencapai tujuannya, penelitian ini menggunakan sejumlah perangkat teori, prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah yang relevan.

Landasan teori ini akan difungsikan untuk mempertajam analisis untuk mengembangkan kepekaan atas fenomena di dalam keberadaan Galombang dalam masyarakat Minangkabau. Dengan demikian di dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji maupun membuktikan suatu teori, melainkan sebagai alat untuk memaknakan realitas dan data yang tengah dihadapi dan dikaji agar mampu menganalisis dengan penuh kritik (Strauss, 1990: 23, Hadi 2006: 50). Adapun penelitian Pertunjukan Galombang Pada Upacara Baralek masyarakat Minangkabau Di Kota Medan : Analisis Hubungan Struktur Tari Dengan Musik Iringan, dengan menggunakan pendekatan strukturalisme, yang diambil dari struktur gerak tari oleh Kaepleer.

Menurut Budiman (1999: 111-112), strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang secara khusus memperhatikan persepsi dan deskripsi mengenai struktur, yaitu di dalamnya akan menitikberatkan pada usaha mengkaji fenomena seperti mitos, ritual, relasi-relasi kekerabatan dan sebagainya. Disamping itu, strukturalisme memandang beberapa dokumen sebagai obyek fisik aktual atau tersusun secara konkrit, sebagai ―teks‖, fenomena teoritis yang dihasilkan oleh definisi-definisi dan operasi-operasi teoritis (Foucoult, 1973: 47).

Strukturalisme berusaha untuk mengidentifikasi elemen-elemen menyeluruh melalui prosedur-prosedur sistematis, dimana metode analisis adalah strukturalis ketika makna, menurut obyek yang dianalisis, diambil bergantung pada susunan bagian-bagiannya. Strukturalisme pada esensinya adalah sebuah metode komparatif, sebab strukturalisme berusaha menemukan isomorfim dalam dua atau lebih isi. Sekali unit-unit, bagian-bagian, atau elemen-elemen itu dipisahkan

secara analitis, mereka dapat digabungkan, digabungkan ulang, dan ditransformasikan untuk menciptakan model-model baru.

Penjelasan struktural berusaha untuk mengidentifikasi dan menyusun unit-unit dalam sebuah sistem untuk menemukan hubungan atau pola ―yang lebih mendalam‖ yang mendasar suatu kejadian atau serangkaian kejadian. Penjelasan berusaha untuk menyelidiki fenomena yang mendasar aturan-aturan, prinsip-prinsip, atau konvensi yang menghasilkan makna permukaan. Menurut teori, strukturalisme bekerja dengan sistem makna tertutup yang elemen-elemennya dapat diperoleh dan dipisahkan menurut beberapa prinsip atau aturan. Dengan demikian fenomena-fenomena semacam itu dapat dipahami sebagai sistem penandaan atau simbol yang terbuka untuk dikaji.

Andrienne Kaeppler Gyorgy Martin dan Erno Pesovar meneliti tarian dengan tujuan untuk pendokumentasian. Hasil penelitiannya berupa pengklasifikasian gerak. Berpijak dari hasil penelitian tersebut, Andrienne Kaeppler menyusun sebuah teori struktur gerak tari dengan menganalogikan gerak tari sebagai struktur bahasa atau sebanding dengan fonem dalam bahasa. Dalam analisis struktural tari itu pada tingkat pertama Kaeppler menyebut unsur atau elemen kinetic (gerak); tingkat kedua menggunakan istilah kinemic atau, morphokinemic, yaitu berdasarkan gerak yang sudah dikenal, artinya unit terkecil yang rnemiliki makna dalam struktur sebagai sistem gerak; tataran atau tingkat ketiga dengan istilah, motifs, yaitu mengkombinasikan unit-unit terkecil dengan cara khusus sebagai gerak tari sesuai dengan konteks budayanya. Tingkat keempat

atau terakhir dalam organisasi gerak tari itu disebut struktur tari secara utuh (lihat Royce, 1977: 64-85, Hadi, 2007: 81-84).

Bandingkan teori Kaeppler tersebut dengan teori strata dari Rene Wellek, yang menyatakan bahwa sesungguhnya karya sastra itu terdiri dari struktur norma yang berlapis-lapis yang di sebut strata. Lapisan norma yang di atas, menyebabkan lapisan, norma yang di bawahnya. Lapisan norma yang pertama adalah lapisan bunyi (sound stratum), lapisan bunyi ini menimbulkan lapisan norma kedua yang disebut arti (unit of meaning), pada lapis kedua ini, tiap-tiap kata tunggal mempunyai makna sendiri yang kemudian bergabung di dalam konteks yang melahirkan frase dan selanjutnya melahirkan pola-pola kalimat. Lapisan kedua ini menimbulkan, lapisan ketiga (di bawahnya) yang disebut dunia ciptaan seorang pengarang (Wellek, 1956: 151-153).

Fenomena tari dapat dilihat sebagai fenomena kebahasaan karena keberadaan tari pada dasarnya adalah ekspresi, perwujudan, atau simbolisasi dari pandangan atau perasaan-perasaan manusia. Pandangan dan perasaan ini ingin dikomunikasikan, disampaikan kepada orang lain (penonton). Jadi pertunjukan tari sebenarnya adalah juga wahana komunikasi seperti bahasa. Suatu tarian dapat dijelaskan sebagai suatu totalitas dimana elemen-elemen strukturalnya mempunyai pola tata urutan tertentu sesuai dengan konteks budayanya.

Sebagai materi baku dan paling mendasar di dalam tari adalah gerak. Gerak tersebut dipergunakan sebagai media untuk mengungkapkan ekspresi dan mediumnya adalah tubuh manusia. Ungkapan ekspresi melalui gerak tersebut merupakan suatu pernyataan imajinatif yang dituangkan dalam bentuk

simbul-simbul. Karena simbol-simbol ini berupa gerak, maka di dalam konteks koreografi, gerak merupakan sesuatu yang sangat esensial. Sedangkan perwujudan simbol-simbol merupakan kemanunggalan dari pola imajinasi manusia dengan kenyataan indrawi atau kasat mata. Gerak dapat berfungsi tidak saja karena koordinasi berbagai factor, tetapi juga karena fungsi ritmis dari struktur tubuh. Atas dasar gerak-gerak alamiah yang tidak perlu dilatih, gerak tari berkembang menuju bentuk perwatakannya dan nilai ekspresifnya.

Dalam struktur gerak tari, gerak dibaca sebagai teks, yang memiliki tataran hirarki sebagaimana strutur bahasa. Tataran yang tertinggi dalam hirarki struktur kebahasaan dapat dikatakan sebagai bentuk atau wujud karangan. Identik dengan itu, struktur teks tari tersusun dari gerak yang diwujudkan untuk menghasilkan ―bentuk‖ secara keseluruhan? Kata ―bentuk‖ dipakai oleh semua cabang seni untuk menerangkan sistem di dalam kehadiran cabang seni. Gagasan atau emosi menjadi terwujud jika dikomunikasikan lewat bentuk. Bentuk adalah aspek estetis yang dikomunikasikan dan dilihat secara visual oleh penonton. Penonton tidak melihat elemen-elemennya tetapi melalui kesan yang mengikat secara menyeluruh. Hal ini relevan khususnya buat seni waktu seperti musik, teater, dan tari.

Bentuk sesungguhnya dapat didefinisikan sebagai hasil pernyataan berbagai macam elemen yang didapatkan secara kolektif melalui vitalitas estetis. Dengan demikian hanya dalam pengertian inilah elemen-elemen tersebut dihayati keseluruhan menjadi lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya. Proses penyatuan dimana bentuk yang dicapai tersebut dinamakan komposisi. ―Bentuk‖ merupakan

sesuatu yang dapat dibedakan dari materi yang ditata (Smith, 1985: 6). Bentuk tari merupakan hasil keseluruhan di dalam koreografi. Dengan demikian, bentuk adalah wujud dari rangkaian-rangkaian gerak atau pengaturan laku-laku. (Elfeldt, 1967). Rangkaian-rangkaian gerak yang dimaksud adalah keselarasan hubungan antara motif gerak satu dengan motif gerak yang lainnya, secara hirarkis atau susunan yang berjenjang (Wido, 1992: 9).

Dalam meneliti gerak tari tersebut, penulis akan mendiskripsikan bagaimana uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, busana tari, properti tari, dan hal-hal sejenis yang berkait dengan keberadaan tari sebagi produk manusia Minangkabau dalam konteks adatnya. Struktur dan pola gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari Galombang yang nantinya juga penulis akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang penulis buat sendiri yang dapat mewakili pola gerak tari Galombang.

Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaiannya dengan ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23). Dalam hal ini yang dimaksud koreografi adalah gerakan-gerakan yang dilakukan para penari pada upacara perkawinan masyarakat Minangkabau. Memiliki ciri-ciri khas tertentu dari bentuk tarian etnik lain yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelakunya dan penontonnya. Gerakan-gerakannya terpola didalam aturan-aturan adat dan nilai keindahan setempat yang dilakukan secara simbolis serta memiliki makna-makna tersendiri.

Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (dalam Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs 1993:1-4 dan Blacking 1985:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari) dan tempo.

Untuk mengkaji struktur musik iringan tari Galombang ini, dibahas dengan uraian mengenai struktur melodi dan ritem yang dihasilkan alat pembawa melodi dan ritem dalam konteks mengiringi tari Galombang ini. Melodi dibawa oleh alat musik serunai. Sementara ritem dibawa secara interloking oleh talempong pacik, yang diiringi pola-pola ritem gandang tambua dan tasa. Untuk melodi penulis akan menggunakan teori bobot tangga nada (weighted scale) yang ditawarkan oleh Malm (1977). Dianalisis melalui 8 struktur melodinya yaitu: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) jumlah nada-nada yang digunakan, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) kontur (garis melodi).

Dalam mengkaji hubungan tari dan musik nantinya penulis akan menggambarkan musiknya secara umum dan sederhana lewat tabel bersama gerak tarinya yang penulis buat sendiri yang dapat mewakili hubungan tari dan musik

Dokumen terkait