• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

C. Konsep, Variabel dan Pengukuran

1. Konsep

2 Uji validitas variabel 27

3 Uji Reliabilitas Variabel 28

4 Jumlah Karyawan Berdasarkan Klasifikasi Karyawan 36 5 Jumlah Karyawan Bardasarkan Tingkat Pendidikan 37

6 Jam Kerja Karyawan 38

7 Macam-macam Asuransi Perorangan 50

8 Macam-macam Asuransi Kumpulan 51

9 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 53

10 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Usia 54

11 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 55 12 Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja Responden 56 13 Distribusi Frekuensi Variabel Insentif Materiil 58

14 Distribusi Frekuensi Variabel Non Materiil 60

15 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Kerja 63 16 Rekapitulasi Hasil Uji Korelasi dan Regresi Linier Berganda antara

Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

64

DAFTAR GAMBAR

NO Judul Hal

1 Model konsep 16

2 Model hipotesis 17

3 Struktur organisasi 40

4 Diagram lingkaran jenis kelamin responden 53

5 Diagram lingkaran usia responden 54

6 Diagram lingkaran tingkat pendidikan responden 55

7 Diagram lingkaran masa kerja responden 56

DAFTAR LAMPIRAN

NO Judul Halam

an

1 kuesioner 71

2 Surat keterangan penelitian 74

3 Rekapitulasi hasil kuesioner 75

4 Tabel Frekuensi 76

5 Uji validitas dan reliabilitas 79

6 Analisis regresi linier berganda 82

1

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini tingkat persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat sehingga aktivitas suatu perusahaan harus diselaraskan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dalam aktivitas tersebut, perusahaan memerlukan sumberdaya seperti bahan baku, modal dan sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia memegang peranan terpenting karena tanpa adanya hal tersebut maka kemajuan teknologi tidak akan memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemajuan perusahaan.

Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang bagaimana mengarahkan para karyawan agar mau bekerja dengan semaksimal mungkin. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong ke arah peningkatan prestasi kerja. Untuk mendapatkan karyawan yang berprestasi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, karena selain faktor pendidikan, umur, dan pengalaman, masih harus juga diimbangi dengan pemberian kompensasi yang adil. Jika karyawan merasa diperhatikan kebutuhannya, baik materiil dan non materiil, maka Mereka akan lebih bersemangat dan berprestasi.

Kompensasi menurut Hariandja (2005:244), merupakan keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan dari perusahaan dalam bentuk uang atau yang lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, insentif dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti dan sebagainya. Bagi karyawan, kompensasi menjadi suatu ukuran nilai karya mereka baik di antara para karyawan itu sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Pendapatan yang diperoleh karyawan menunjukkan status, martabat dan harga dari karyawan tersebut. Bagi perusahaan, kompensasi merupakan pencerminan upaya perusahaan untuk mempertahankan sumberdaya manusia yang ada. Perusahaan yang tidak mampu memberikan kompensasi secara adil kepada karyawannya, lambat laun akan kehilangan sumberdaya manusia yang telah dimilikinya.

Salah satu wujud kebijakan yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah mengenai insentif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwoto (2005:143) bahwa “Insentif merupakan suatu perangsang atau pendorong yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi. Sehingga hasil kerja yang dicapai sesuai dengan tujuan individu dan perusahaan”. Menurut Siagian (2003:258), ”insentif dimaksudkan sebagai pemberian salah satu bentuk penghargaan kepada karyawan atas sumbangannya kepada organisasi yang terutama tercermin dari prestasi kerjanya”. Insentif diberikan kepada semua karyawan yang ada pada perusahaan.

menurut Sarwoto (1997:155), Ada dua macam bentuk insentif “Pertama, insentif materiil merupakan suatu insentif yang diberikan pada seorang karyawan dalam bentuk uang. Insentif ini meliputi: Insentif dalam bentuk uang (bonus, komisi, profit sharing, dan komisi yang ditangguhkan), dan insentif dalam bentuk jaminan sosial (pengobatan gratis, pembuatan rumah dinas, dan sebagainya). Kedua, insentif non materiil merupakan insentif non materiil ini dapat diberikan dalam berbagai bentuk penghargaan, seperti pemberian gelar, medali, ucapan terima kasih, dan sebagainya”.

PT. Asuransi Jiwasraya merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Dalam praktiknya, manajemen PT. Asuransi Jiwasraya menerapkan kebijakan insentif kepada semua karyawan, Bagian operasional maupun non operasional, Hal tersebut dilakukan guna mendorong prestasi kerja karyawannya. prestasi kerja yang baik ini akan membawa dampak positif bagi perkembangan karyawan maupun perusahaan.

Perusahaan dapat memberikan tambahan balas jasa secara langsung kepada karyawan yang menunjukkan kelebihan prestasi kerjanya. Cara tersebut sangat efektif untuk mendorong semangat kerja dan meningkatkan kinerjanya. Tentu saja cara seperti ini disesuaikan dengan kemampuan organisasi atau perusahaan. Disamping itu dalam pemberian insentif ini harus memperhatikan dan disesuaikan dengan prinsip administrasi kepegawaian yaitu dalam memberikan balas jasa harus didasarkan atas hasil atau prestasi kerja yang dicapai dan besarnya tanggung jawab setiap karyawan dalam organisasi yang bersangkutan.

Saat ini gejala rendahnya prestasi kerja karyawan masih terjadi di perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya yaitu tingginya tingkat absensi karyawan pada tahun 2007-2008. tingginya tingkat absensi ini dapat mengganggu aktivitas perusahaan, sehingga upaya pencapaian tujuan mengalami hambatan.

Agar tingkat absensi dapat ditekan atau diturunkan, salah satu upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan kompensasi berupa insentif bagi karyawan. Dengan pemberian insentif akan memberi dampak positif terhadap prestasi kerja karyawan, atau dengan kata lain karyawan akan berusaha untuk bekerja lebih baik, agar memperoleh insentif yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian diharapkan pemberian insentif dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga dapat mendukung upaya pencapaian tujuan.

Mengingat betapa pentingnya pemberian insentif dalam upaya peningkatan prestasi kerja karyawan, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai topik penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Insentif Terhadap Prestasi Kerja (Studi Pada Karyawan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan, maka dirumuskan suatu permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh variabel insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang?

2. Manakah diantara variabel insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) yang berpengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat disebutkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemberian insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang.

2. Untuk mengetahui variabel insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) yang berpengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang.

D. Kontribusi Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan adanya kontribusi, antara lain: 1. Kontribusi Praktis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi manajemen PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Regional Malang. Berkaitan dengan pengaruh insentif terhadap prestasi kerja karyawan

b. Dapat diketahui bagaimana variabel insentif materiil dan insentif non materiil mempengaruhi prestasi kerja karyawan

2. Kontribusi Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menambah khasanah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh insentif terhadap prestasi kerja.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai isi skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang digolongkan dalam bentuk bab sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menyajikan latar belakang masalah pada karyawan yaitu tentang tingginya tingkat absensi karyawan ini dapat mengganggu aktivitas produksi perusahaan sehingga salah satu upaya yang

dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan kompensasi berupa insentif bagi karyawan. Perumusan masalahnya yaitu pengaruh variable insentif materiil dan non materiil dan faktor yang paling dominan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari kontribusi penelitian aspek praktis yaitu dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi pemimpin perusahaan berkaitan dengan pemberian insentif. Sedangkan dari aspek teoritis yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menambah khasanah pengetahuan pembaca mengenai pengaruh insentif terhadap prestasi kerja.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini mengenai tinjauan pustaka yang meliputi: pengertian insentif adalah suatu bentuk pembayaran langsung sebagai usaha menghargai kontribusi karyawan akibat adanya peningkatan produktifitas dengan memberikan uang tambahan diluar gaji tetap yang dilakukan perusahaan untuk memberikan semangat kepada karyawan sehingga prestasi kerjanya meningkat. Tujuan pemberian insentif supaya karyawan dengan perusahaan sama-sama memperoleh keuntungan. Bentuk insentif yaitu materiil dan non materiil. Pengertian prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sedangkan faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah motivasi salah satu bentuk motivasinya adalah pemberian kompensasi berupa insentif. Hubungan insentif dengan prestasi kerja bahwa, insentif merupakan salah satu alat motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan. Model konsep dan hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

BAB 111 : METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang jenis penelitian dimana jenis penelitian eksplanatory. Konsep meliputi insentif materiil dan non materiil dengan prestasi kerja, definisi operasional variable yaitu antara variable bebas dan variable terikat, skala pengukuran dengan menggunakan skala linkert, populasi jumlah karyawan 30 orang. Teknik pengambilan sample menggunakan sample populasi, lokasi penelitian PT. Asuransi Jiwasraya kantor regional malang, sumber data diperoleh dari data primer dan data skunder, pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Uji validitas dan uji reliabilitas dimana untuk menunjukkan tingkat kevalidan atas penelitian dan analisis data meliputi analisis deskriptif, analisis korelasi dan regresi linier berganda serta parsial.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat gambaran umum perusahaan yang terdiri dari sejarah perusahaan, lokasi perusahaan yaitu terletak Jl. Merdeka Barat 4-6 Malang, Jawa Timur, struktur organisasi menggambarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian. Gambaran umum responden yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan. Analisis data meliputi analisis deskriptif analisis linier berganda, analisis korelasi dan regresi linier berganda yang merupakan analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variable bebas terhadap variable terikat.

BAB V : PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan analisis linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan variable insentif materiil (X1) dan variable non materiil (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variabel insentif materiil (X1) memiliki pengaruh dominant terhadap prestasi kerja karyawan (Y) ditunjukkan dengan nilai hitung variabel insentif materiil sebesar

3,823. sedangkan t hitung untuk variabel insentif non materiil (X2) sebesar 2,739. saran yang diberikan pada perusahaan yaitu sesuai hasil penelitian dan pembahasan maka bagi pihak perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan insentif materiil (X1) karena hal ini terbukti mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Dalam hal ini insentif non materiil (X2) juga harus lebih ditingkatkan agar dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja sebesar atau sama dengan insentif materiil (X1).

8

A. Insentif

1. Pengertian Insentif

Menurut Hasibuan (2002:118), “Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasi kerjanya di atas prestasi standar”. Mangkunegara (2004: 89),” Insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan semangat yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi atau dengan kata lain, insentif kerja merupakan pemberian uang diluar gaji yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja dan kontribusi karyawan kepada organisasi.

Menurut Hariandja (2002:265), ”Insentif adalah bentuk pembayaran langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja dan pembagian keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya. Insentif umumnya dilakukan sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dengan memanfaatkan perilaku pegawai yang mempunyai kecenderungan kemungkinan bekerja seadanya atau tidak optimal”.

Menurut sarwoto (1991:143).”Insentif merupakan penggerak atau rangsangan yang lazimnya secara langsung diarahkan padainternal motives pada individu dalam organisasi. Karena internal motives yang menggerakkan seseorang untuk bekerja secara individual satu sama lain. Insentif diberikan secara sengaja kepada karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi”.

Berdasarkan uraian di atas terdapat kesamaan substansi bahwa insentif merupakan salah satu bentuk rangsangan yang sengaja diberikan kepada karyawan untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mereka bekerja lebih produktif lagi, meningkatkan prestasinya dalam mencapai tujuan perusahaan.

2. Tujuan Insentif

Menurut Nawawi (2003:373), tujuan insentif pada dasarnya adalah:

a. Sistem insentif didesain dalam hubungannya dengan sistem balas jasa (merit sistem), sehingga berfungsi dalam memotivasi pekerja agar terus menerus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban atau tanggungjawabnya. b. Sistem insentif merupakan tambahan bagi upah atau gaji dasar yang diberikan

sewaktu-waktu, dengan membedakan antara pekerja yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas-tugasnya. Dengan demikian akan berlangsung kompetisi yang sehat dalam berprestasi, yang merupakan motivasi kerja berdasarkan pemberian insentif.

Rivai (2004:385) mengemukakan bahwa,” tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Sedangkan bagi perusahaan insentif merupakan strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dimana produktivitas menjadi satu hal yang penting”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan insentif yang diberikan oleh perusahaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Bagi Perusahaan

Pemberian insentif dapat meningkatkan produktivitas untuk pemenuhan kebutuhan karyawan, sehingga mendorong karyawan agar bekerja lebih giat, lebih disiplin, bekerja dengan kualitas hasil kerja yang lebih baik disertai dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang ada secara lebih efisien dan efektif serta mengurangi tingkat perputaran tenaga kerja dan presensi tenaga kerja.

b. Bagi Karyawan

Dengan pemberian insentif yang tepat dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan prestasi kerjanya karena dengan pemberian insentif tersebut karyawan merasa dapat perhatian, penghargaan dan merasa dibutuhkan oleh

perusahaan. Hal ini dapat membangun semangat kerja yang tinggi, sehingga prestasi kerja dapat meningkat.

Jadi dengan pemberian insentif ini akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Dimana dengan adanya pemberian insentif yang baik dan terarah, di satu pihak akan menguntungkan organisasi karena dengan pemberian insentif ini karyawan akan lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasinya, dengan kata lain karyawan dapat digerakkan secara efektif dan efisien. Hal ini akan memberikan kontribusi kepada organisasi berupa peningkatan produktifitas kerja sehingga tujuan dari organisasi akan dapat tercapai dengan baik.

Sedangkan dilain pihak akan menguntungkan karyawan itu sendiri, karena dengan diberikannya insentif berarti mereka memperoleh kesempatan untuk menerima penghasilan lebih besar, yang dapat digunakan untuk memenuhi dan memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Selain itu mereka akan merasa bahwa dirinya mempunyai peranan yang sangat besar dan membuat mereka merasa dibutuhkan sehingga mampu memotivasi mereka bekerja dengan lebih baik, menjadi layak dan mempunyai komitmen tinggi terhadap perusahaan dimana mereka bekerja.

3. Jenis-jenis Insentif

Menurut Hasibuan (1997:201), secara garis besar insentif dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Insentif material

Insentif material adalah perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang atau barang.

b. Insentif non material

Insentif non material adalah perangsang yang diberikan kepada karyawan yang berbentuk penghargaan atau pengukuhan berdasarkan prestasi kerjanya, seperti piagam, piala, medali, dan sebagainya yang nilainya tidak terkira. c. Insentif sosial

Insentif sosial adalah perangsang pada karyawan yang diberikan berdasarkan prestasi kerjanya berupa fasilitas dan kesempatan untuk mengembangkan

kemampuannya, seperti promosi, mengikuti pendidikan, naik haji, dan sebagainya.

Abdulrachman (1991:483), membedakan tipe insentif menjadi:

a. Financial Incentif, adalah suatu insentif yang diberikan kepada seorang karyawan atau orang lain dalam bentuk uang.

b. Non Financial Incentif,adalah suatu insentif dalam bentuk hadiah-hadiah atau kenikmatan-kenikmatan, kesejahteraan, reputasi atau kemuliaan yang lebih besar atau hadiah-hadiah lainnya yang tidak dalam bentuk uang.

Menurut Sarwoto (1997:155), secara garis besar menggolongkan insentif kedalam dua golongan:

1. Insentif Materiil

Adalah suatu insentif yang diberikan pada seorang karyawan dalam bentuk uang maupun jaminan sosial. Insentif ini meliputi:

a. Insentif dalam bentuk uang.

1. Bonus, yaitu tambahan upah yang diterima karena hasil kerja melebihi standar yang ditentukan. Bonus juga dapat dikarenakan pegawai menghemat waktu penyelesaian pekerjaan, yang diambilkan dari dana laba perusahaan yang melebihi jumlah tertentu.

2. Komisi, yaitu salah satu jenis bonus yang dibayarkan kepada pihak yang menghasilkan penjualan yang baik, yang lazimnya komisi tersebut diberikan kepada bagian penjualan.

3. Profit sharing, adalah salah satu jenis insentif tertua. Dalam hal ini pembayarannya dapat diikuti bermacam-macam pula. Tetapi sebagian besar memberikan bonus yang merata kepada masing-masing pegawai berdasar masa jabatan atau kriteria pekerjaan pegawai tersebut.

4. Komisi yang ditangguhkan, yaitu program balas jasa yang mencakup pembayaran di kemudian hari, antara lain berupa:

a) Pensiun, mempunyai nilai insentif karena memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu menyediakan jaminan ekonomi bagi karyawan setelah tidak bekerja lagi.

b) Pembayaran kontraktual, adalah pelaksanaan perjanjian antara atasan dan karyawan, dimana setelah selesai masa kerja karyawan dibayarkan sejumlah uang tertentu selama periode tertentu.

b. Insentif dalam bentuk jaminan sosial:

Insentif dalam bentuk jaminan ini biasanya diberikan secara kolektif, tanpa unsur kompetitif dan setiap karyawan dapat memperolehnya secara sama rata. Bentuk insentif sosial ini antara lain:

1. Pembuatan rumah dinas. 2. Tunjangan kesehatan.

3. Santunan kematian, Bentuk kepedulian perusahaan sebagai balas jasa kepada karyawan (uang santunan kematian yang telah ditetapkan dalam PP No. 28 tahun 2002 yaitu sebesar 1.000.000;)

4. Kemungkinan untuk membayar secara angsuran oleh pekerja atas barang-barang yang dibelinya dari koperasi anggota.

5. Cuti sakit yang tetap mendapatkan pembayaran gaji.

6. Pemberian piagam penghargaan, pengakuan oleh perusahaan kepada karyawan karena keberhasilannya dalam menyeesaikan pekerjaannya yang diwujudkan dalam bentuk piagam penghargaan.

7. Biaya pindah.

8. Pemberian tugas belajar untuk mengembangkan pengetahuan. 9. tunjangan hari raya.

10. dll.

2. Insentif Non Materiil

Adalah segala bentuk perangsang yang tidak dapat dinilai dengan uang, insentif non materiil ini berupa penghargaan dan diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

a. Pemberian gelar (title) secara resmi. b. Pemberian tanda jasa atau medali. c. Pemberian piagam penghargaan.

e. Ucapan terimakasih secara formal maupun informal.

f. Pemberian hak untuk menggunakan atribut jabatan (misalnya, bendera pada mobil, dan sebagainya).

g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja (misalnya, meja rapat, permadani, dan sebagainya).

h. Dan lain-lain.

Dari paparan pendapat diatas hampir tidak ada perbedaan yang berarti dimana insentif materiil sama dengan insentif finansial serta insentif non materiil sama dengan insentif non financial, kecuali Hasibuan memisahkan insentif sosial dari insentif non materiil sesuai dua pendapat diatas. peneliti membatasi jenis insentif materiil dan non materiil untuk dijadikan dasar penelitian.

4. Sifat dasar pemberian insentif

Menurut Ranupandjono dan Husnan (1996:163). Sistem pengupahan insentif akan dapat berhasil dengan baik jika memperhatikan beberapa aspek, yaitu:

a. Pembayaran hendaknya dilakukan secara sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung sendiri oleh karyawan.

b. Penghasilan yang diterima hendaknya dapat langsung menaikkan output dan efisiensi.

c. Pembayaran hendaknya dilakukan secepat mungkin.

d. Besarnya upah nominal dengan standar jam kerja, hendaknya mampu merangsang pekerja untuk lebih giat.

Menurut Darma (1993:430), ” Ada beberapa pedoman yang harus dipenuhi agar sistem insentif dapat berhasil dengan baik. Pedoman-pedoman tersebut adalah:

a. Bahwa upah maupun pekerjaan yang mereka lakukan adalah berkaitan dengan insentif.

b. Insentif yang tersedia harus menarik bagi karyawan.

c. Program insentif harus dapat dipahami dan kalkulasi dengan mudah oleh para karyawan.

B. Prestasi Kerja

1. Pengertian Prestasi Kerja

Menurut Dharma (1999:1) menjelaskan bahwa, “Prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang”. Menurut Hasibuan (2002:105) berpendapat bahwa “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut Siagian (1988:145), “Prestasi kerja ditinjau dari segi keperilakuan adalah kepribadian seseorang yang menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berfikir dan bertindak berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang manusia organisasional yang tercermin dalam perilakunya, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja”.

Dari beberapa pengertian prestasi kerja di atas, terdapat kesamaan substansi bahwa prestasi kerja mengacu kepada hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan dalam periode waktu tertentu.

2. Standar Prestasi

Standar kerja atau standar prestasi merupakan alat utama dalam mengukur atau menilai prestasi karyawan. Dalam standar prestasi karyawan memuat harapan-harapan kinerja obyektif atas setiap tugas yang dituangkan menurut ketentuan standar kuantitas, kualitas oleh ketepatan waktu, yang benar-benar dikaitkan dengan tujuan organisasi. Berikut adalah pendapat Dharma:

“Untuk dapat mengevaluasi para pegawai secara obyektif dan akurat, kita harus mampu mengukur tingkat prestasi merka. Apabila terjemahkan ke dalam standar kerja, pengukuran prestasi itu berarti memberikan kesempatan bagi para pegawai

Dalam dokumen SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sa (Halaman 11-33)

Dokumen terkait