• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Pengertian Mekanisme Koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang penuh stres. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitifdan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi (Rasmun, 2004).

Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan

16 mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut (Dalami et al, 2009).

7. Klasifikasi Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Sudden (1995) mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integritas, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Adapun karakteristik koping adaptif sebagai berikut :

1) Mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain 2) Melakukan efektifitas yang konstruktif

3) Memiliki persepsi yang luas

4) Dapat menerima dukungan dari orang lain 5) Dapat memecahkan masalah secara efektif

b. Mekanisme koping maladaftif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Adapaun karakteritik koping maladaptif sebagai berikut:

1) Perilaku cenderung merusak

2) Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alcohol 3) Tidak mampu berfikir apa-apa audisorientasi

4) Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri 3. Strategi Koping

Dalam kehidupan sehari-hari individu telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi cemas maupun stres. Strategi koping adalah cara yang

dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi/dirasakan Lazarus dan Folkman (1984).

Lazarus dan Folkman (1984) menggolongkan strategi koping menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Koping yang berfokus pada masalah ( Problem focused coping)

Yaitu usaha mengatasi cemas maupun stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadi tekanan. Problem focused coping ditujukan dengan mengurangi demans dari situasi yang penuh dengan stress. Seseorang cenderung menggunakan problem focused coping apabila mereka percaya bahwa sumber masalah atau stressornya dapat diatasi. Strategi yang dipakai dalam Problem focused coping adalah confrontatif coping (koping konfrontasi), seeking social support (penggunaan dukungan sosial), dan plantful problem solving (perencanaan penyelesaian masalah).

Koping konfrontasi berarti bertahan atau melawan terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Penggunaan dukungan sosial berarti mencari atau berpaling pada orang lain untuk mendapatkan kenyamanan dan nasihat bagaimana mengani stres. Bisa juga dengan mengandalkan teman, keluarga atau para professional untuk mendapatkan naihat dan anjuran. Perencanaan penyelesaian masalah yaitu pemikiran rencana untuk tindakan dalam menghadapi situasi atau melihat beberapa pilihan yang dapat dilakukan, bersikap objektif dan mempertimbangkan beberapa kemungkinan sebelum mengambil tindakan.

18 2) Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)

Yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditujukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi stres. Seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Strategi yang digunakan dalam emotion focused coping adalah self-control (control diri), distancing (pelepasan diri), positive reappraisal (penilaian positif), accepting responsibility (penerimaan tanggung jawab), dan escape/avoidance (pelarian/ penghindaran).

Kontrol diri merupakan pendekatan diri tanpa menunjukkan emosi atau beraksi dengan tenang tanpa menunjukkan emosi atau perasaan. Pelepasan diri berarti menarik diri, sikap yang tidak terpengaruh, berusaha untuk mengurangi situasi stres atau tidak memikirkan masalah dengan mencoba melakukan aktivitas lain. Penilaian positif adalah berusaha untuk menghadapi ssituasi dari sudut oandang yang berbeda dan berusaha untuk menciptakan arti yang positif atau mempunyai fungsi dimensi religi.

Penerimaan tanggung jawab yaitu pengakuan peran seseorang dalam suatu peristiwa atau mencoba belajar dari kesalahan. Pelarian atau penghindaran adalah menolak situasi yang terjadi dan kadang menarik diri atau menghindari dengan cara menggunakan obat-obat terlarang.

4. Respon Koping

Menurut Rusman (2004) ada beberapa respon mekanisme koping diantaranya adalah :

a. Koping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada 2 faktor yaitu:

1) Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya berat ancaman yang dirasakan oleh idividutih tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

2) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu ; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping Psiko-sosial

Adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut stuart dan sunden (1991) dalam Rasmun (2004) mengemukakan bahwa terdapat 2 kategori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan ;

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction) cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuha dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu ;

20 a) Perilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif, destruktif yaitu tindakan agressif (menyerang) terhadap sasaran/obyek dapat merupakan benda, barang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilakan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenanganya.

b) Perilaku menarik diri (withdrawl)

Menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang tidak menetap pada individu (rusman, 2004).

c) Perilaku kompromi

Digunakakn untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

2) Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented task reaction)

Mekanisme ini membantu mengatasi ansieta ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan keseimbangan (Dalami, et al, 2009).

5. Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan social budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping bayang efektif.

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya dilakukan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, et al, 2004).

22 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dokumen terkait