• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

SINTA SUSANTY BARASA 145102085

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

MEDAN TAHUN 2015

Abstrak Sinta Susanty Barasa

Latar belakang : Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan. Ketakutan yang terjadi pada pasien yang akan kuretase dan munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Oleh sebab itu akan muncul respon kecemasan dan bagaimana mekanisme koping yang digunakan pada pasien menjelang tindakan kuretase.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase.

Metode penelitian : Desain penelitian ini adalah deskriftif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 32 orang, dengan tekhnik sampling adalah purposive sampling. Analisa data dengan uji Pearson Chi Square Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan sedang 22 orang (68,8 %), dan mayoritas mekanisme koping dengan problem focused coping 19 orang (59,4%). Hasil uji hipotesa dengan uji Pearson Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 < α = 0,05.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase. Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan, tidak hanya tindakan medis tetapi juga lebih memperhatikan bagaimana kondisi pikologis ibu.

(6)

ANXIETY LEVEL RELATIONS WITH COPING MECHANISM MOTHER EVE IN ACTION CURETTAGE IN RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN 2015 ABSTRACT Sinta Susanty Barasa

Background: curettage is one of obstetric and gynecological procedures are often performed. Fears that occurs in patients who would curettage and the emergence of pain is very likely to occur. Therefore it would appear anxiety responses and how the coping mechanisms used in patients before the action curettage.

Objective: This study aimed to investigate the relationship between the level of anxiety with coping mechanism of action towards the mother curettage.

Methods: This study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The research sample as many as 32 people, with a sampling technique is purposive sampling. Analysis of data with Pearson Chi Square Test.

Results: The results showed that there is a majority of the level of anxiety were 22 people (68.8%), and the majority of coping mechanisms with problem focused coping 19 people (59.4%). Results of hypothesis testing with Pearson Chi Square test showed that the value of p = 0.001 < α = 0.05.

Conclusion: There is a significant relationship between the level of anxiety with coping mechanism of action towards the mother curettage. Expected midwives can provide care, not just medical measures but also pay more attention to how the conditions psikologis mother.

(7)

i

Alhamdulillahirabbila’lamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, terutama nikmat kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan”, Mekanisme Koping dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menjelang Tindakan Kuretase” sebagai tahapan awal pengajuan penelitian dalam rencana akhir pembelajaran program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, terutama ilmu yang sangat bermanfaat kepada antara lain:

1. Dekan Fakultas Keperawatan Univversitas Sumatera Utara, dr. Dedi Ardinata, M.Kes atas izin penelitian yang diberikan.

2. Dosen Pembimbing ibu Roxsana Devi Tumanggor, MNS (MntlHlth) yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan dan dukungan moral dalam proses bimbingan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Ibu Nurasnah Sitohang, S.kep, Ns, M.kep selaku Ketua Program Studi D IV

bidan pendidik fakultas keperawatan Universitas Sumatera utara.

4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitiandi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(8)

ii

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di bidang kebidanan.

Medan, Januari 2015 Penulis

(9)

iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tindakan Kuretase ... 6

1. Pengertian Kuretase ... 6

2. Tujuan Kuretase ... 6

3. Prosedur Kuretase ... 7

4. Komplikasi dilakukannya Kuretase ... 10

B. Konsep Kecemasan ... 12

1. Definisi ... 12

2. Etiologi Cemas ... 12

3. Tanda dan Gejala ... 13

4. Tingkat Kecemasan ... 14

C. Konsep Koping ... 15

1. Pengertian Mekanisme Koping ... 15

2. Klasifikasi Mekanisme Koping ... 16

3. Strategi Koping ... 16

4. Respon Koping ... 19

5. Sumber Koping ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 22

A. Kerangka Konsep ... 22

B. Hipotesis ... 22

C. Definisi Operasional ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel... 24

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 24

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

D. Etika Penelitian ... 25

(10)

iv

F. Reliabilitas dan Validitas Instrumen ... 28

G. Pengumpulan Data... 28

H. Analisis Data ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Analisa Univariat ... 31

2. Analisa Bivariat ... 35

B. Pembahasan ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

(11)

v

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 23 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan

Karakteristik Responden (n=32) ... 32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan

Karakteristik Umur ... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan

Karakteristik Pekerjaan ... 33 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan

Karakteristik Pendidikan ... 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Kuretase34

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Menjelang Tindakan

Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 ... 35 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mekanisme Koping Ibu Menjelang

Tindakan Kuretase di RSUD Dr. Pirngadi medan Tahun 2015 ... 36 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tingkat Kecemasan

dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase

(12)

vi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Resoonden

2. Kuesioner Penelitian

3. Lembar Persetujuan Content Validity

4. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU 5. Surat selesai Penelitian dari RSUD. Dr. Pirngadi

(13)

MEDAN TAHUN 2015

Abstrak Sinta Susanty Barasa

Latar belakang : Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan. Ketakutan yang terjadi pada pasien yang akan kuretase dan munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Oleh sebab itu akan muncul respon kecemasan dan bagaimana mekanisme koping yang digunakan pada pasien menjelang tindakan kuretase.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase.

Metode penelitian : Desain penelitian ini adalah deskriftif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 32 orang, dengan tekhnik sampling adalah purposive sampling. Analisa data dengan uji Pearson Chi Square Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan sedang 22 orang (68,8 %), dan mayoritas mekanisme koping dengan problem focused coping 19 orang (59,4%). Hasil uji hipotesa dengan uji Pearson Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 < α = 0,05.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase. Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan, tidak hanya tindakan medis tetapi juga lebih memperhatikan bagaimana kondisi pikologis ibu.

(14)

ANXIETY LEVEL RELATIONS WITH COPING MECHANISM MOTHER EVE IN ACTION CURETTAGE IN RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN 2015 ABSTRACT Sinta Susanty Barasa

Background: curettage is one of obstetric and gynecological procedures are often performed. Fears that occurs in patients who would curettage and the emergence of pain is very likely to occur. Therefore it would appear anxiety responses and how the coping mechanisms used in patients before the action curettage.

Objective: This study aimed to investigate the relationship between the level of anxiety with coping mechanism of action towards the mother curettage.

Methods: This study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The research sample as many as 32 people, with a sampling technique is purposive sampling. Analysis of data with Pearson Chi Square Test.

Results: The results showed that there is a majority of the level of anxiety were 22 people (68.8%), and the majority of coping mechanisms with problem focused coping 19 people (59.4%). Results of hypothesis testing with Pearson Chi Square test showed that the value of p = 0.001 < α = 0.05.

Conclusion: There is a significant relationship between the level of anxiety with coping mechanism of action towards the mother curettage. Expected midwives can provide care, not just medical measures but also pay more attention to how the conditions psikologis mother.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang

Mohammad (2009) dalam Heriani (2013) mengatakan bahwa dalam kehidupan manusia, individu bisa saja merasakan sehat maupun sakit. Sehat adalah keadaan dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual, dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social dan ekonomi). Sedangkan sakit adalah proses dimana individu mengalami penurunan fungsi eksternal maupun internal dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Klien yang dirawat di rumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa, putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri kurang (Ermawati, et al. 2009).

Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat atau sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut (Ermawati, et al. 2009).

(16)

2 yang terjadi pada pasien yang akan kuretase dan munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab dari rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Pada wanita yang pernah menjalani kuretase biasanya memiliki pengalaman tentang kuretase, sehingga ketakutan sebelum kuretase bisa teratasi dan ibu dapat mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuretase dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kecemasan timbul pada wanita yang pertama kali menjalani kuretase dibandingkan dengan wanita yang sudah pernah menjalani kuretase.

Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan. Baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus. Ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus ginekologi. Prosedur ini berlangsung dalam waktu singkat. Kasus yang membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam diantaranya, abortus, blighted ovum, plasenta rest dan hamil anggur. Ada juga kasus kuret yang ditujukan untuk diagnostik seperti biopsi endometrium (Silaen 2012).

Diantara kasus kebidanan yang paling banyak memerlukan kuret diantaranya adalah abortus. Menurut data resmi World Health Organitation (WHO) (1994) mengatakan bahwa abortus terjadi pada 10% dari seluruh kehamilan. Di Inggris setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion setiap tahun dan 11.500 kasus di Scotlandia. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun (Silaen, 2012).

(17)

spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui kalau sudah hamil. Menurut Azhar (2002) dalam Nurliana (2011) WHO mengatakan bahwa diperkiran 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, di perkotaan abortus dilakukan 24-57% oleh dokter, 16-28% oleh bidan/perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan dipedesaan abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.

Menurut Azhar (2002) dalam Nurliana (2011) menunjukkan bahwa abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) serta prostaglandin/suntikan (4%). Abortus dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormone (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%). Survey yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah menikah. Berdasarkan golongan umur, mereka yang melakukan abortus berusia antara 30-46 tahun sebesar 34%, berusia antara 20-29 tahun sebesar 51% dan sisanya berusia dibawah 20 tahun sebesar 15%.

Berdasarkan survey awal yang peneliti dapatkan dari data rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa jumlah ibu yang mengalami tindakan kuretase pada tahun 2014 sebanyak 116 orang.

(18)

4 kecemasan yang dialami dapat dilihat pada saat tenaga kesehatan memberikan komunikasi teraupetik menjelang tindakan kuretase, penjelasan yang diberikan kurang dipahami oleh responden. Namun dengan kehadiran dan keterlibatan suami dan keluarga dapat membantu persiapan mental dalam menghadapi tindakan kuretase, baik dengan mendampingi pasien sebelum dilakukan tindakan kuretase, memberikan doa, maupun memberikan dukungan pasien dengan kata-kata yang membuat pasien lebih tenang. Dengan adanya dukungan dari orang terdekat, maka tingkat kecemasan yang dialami pasien menjadi berkurang.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase di RSUD dr. Pirngadi Medan.

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah berupa: “Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase ?”

G. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui tingkat kecemasan ibu menjelang tindakan kuretase.

(19)

c. Mengetahui mekanisme koping yang berfokus pada emosi (Emotion focused coping) pada ibu menjelang tindakan kuretase

H. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktik kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sadar dalam memberikan asuhan kepada ibu yang akan menjalani tindakan kuretase, tidak hanya tindakan medis tetapi juga lebih memperhatikan bagaimana kondisi psikologis ibu.

2. Bagi perkembangan ilmu kebidanan

(20)

6 BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA A. Tindakan Kuretase

5. Pengertian Kuretase

Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi (Sofian, 2011).

Pendekatan transserviks pada abortus bedah mensyaratkan bahwa serviks mula-mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian kehamilan dievakuasi dengan mengerok keluar secara mekanis isi (kuretase tajam), dengan menghisap keluar isi (kuretase hisap), atau keduanya. Aspirasi vakum, bentuk tersering kuret hisap, memerlukan kanula kaku yang dihubungkan ke sumber vakum bertenaga listrik (Masclsaac dan Darney, 2000; Masc dan Roman 2005 dalam Cummingham, et al (2012).

6. Tujuan Kuretase

Damayanti (2008, dalam Reni, 2014) mengatakan bahwa tujuan kuretase terbagi atas :

a. Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim

(21)

b. Kuret sebagai terapi

Yaitu bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran kehamilan dengan cara mengeluarkan hail kehamilan yang telah gagal berkembang, menghentikanperdarahan akibat mioma dan polip dari dalam rongga rahim, menghentikan perdarahan akibat gangguan hormone dengan cara mengeluarkan lapisan dalam mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran, tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proes persalinan, hamil anggur, menghilangkan polip rahim. 7. Prosedur Kuretase

Menurut fajar (2007) dalam Reni (2014) persiapan pasien sebelum kuretase adalah:

a. Puasa

Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal. b. Persiapan psikologis

(22)

8 Sebaliknya, bila disaat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.

c. Minta Penjelasan Dokter

Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau resiko yang mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelakan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret.

d. Teknik Kuretase

a) Tentukan letak rahim

Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai ummnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung. Karena itu alat-alat tersebut harus dimasukkan sesuai dengan letak rahim. Tujuannya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.

b) Penduga rahim (sondage)

(23)

diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.

c) Kuretase

Seperti yang telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar. Jangan memaukkan sendok kuret dengan kekuatan, dan pengerokan biasanya dimulai di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan (Sofian, 2011).

d) Dilatasi dengan dua tahap

Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan tampon kasa kedalam vagina. Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeksi dan perdarahan mendadak.

(24)

10 e) Kuretase dengan cara penyedotan (suction curretage)

Dalam tahun-tahun terakhir ini lebih banyak digunakan oleh karena perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil. Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalanya kavum uteri. Anastesi umum dengan penthoal sodium, atau anastesia percervikal block dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada perbatasanya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diameter antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator). Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan kurang dari 10 minggu abortus diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa (Prawirohardjo, 2007). 8. Komplikasi dilakukannya Kuretase

a. Perforasi

(25)

kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan terlebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan yang berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret keluar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi adalah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunya hemoglobin dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparotomi percobaan dengan segera.

b. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksaan maka dapat timbul robekan pada serviks dan perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul adalah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timnulnya incompetent cervik.

c. Perlekatan dalam kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan sampai terkerok, karena hal itu dapat menyebabkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri do beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

d. Perdarahan

(26)

12 darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kassa kedalam uterus dan vagina (Prawirohardjo, 2007).

B. Konsep Kecemasan 5. Definisi

Menurut Dalami, et al (2009) ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusu penyebabnya. Menurut Hall & Lindzey, (1993) dalam Dalami, et al. (2009) membagi ansietas atas tiga yaitu : 1) ansietas realita, neurotik, dan moral adalah rasa khawatir akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat ansietasnya sangat tergantung kepada ancaman nyata, 2) ansietas neurotik adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, dan 3) ansietas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang. 6. Etiologi Cemas

Menurut Dalami, et al (2009) ansietas atau kecemasan dapat disebabkan oleh: a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma seperti trauma akan berpisah,

kehilangan atau bencana

c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan

(27)

e. Adanya ancaman terhadap konsep diri : identitas diri, harga diri, dan perubahan peran

7. Tanda dan Gejala

Menurut Jenny, et al, (2008) tanda gejala ada dalam dua diantaranya: a. Tanda dan gejala pada ansietas

Respon fisik yang mungkin ditemukan antara lain : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur. Adapun respon kognitif adalah seperti lapangan persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsangan dari luar dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, dan respon perilaku dan emosi seperti gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dengan cepat dan perasaan tidak aman. b. Tanda dan gejala pada koping tidak efektif

Apabila individu sudah mengalami koping yang tidak efektif maka tanda dan gejala yang dijumpai adalah :

1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan

2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai

3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan : mengalami ketegangan peran, konflik

4) Mengungkapkan tentang kesulitan kehidupan

5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar: makan minum, keversihan diri, istirahat dan tidur, berdanan

(28)

14 7) Perilaku destruktif: merusak diri, penyalahgunaan zat

8) Sering sakit

9) Rasa khawatur kronis 10)Berbohong atau manipulasi 8. Tingkat Kecemasan

Menurut Dalami, et al (2008) membagi tingkatan kecemasan yaitu a. Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

1) Respon fisiologi terdiri dari sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

2) Respon kognitif terdiri dari lapangan persepsi lebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan masalah secara efektif.

3) Respon perilaku dan emosi terdiri dari tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tenang, suara kadang-kadang meninggi.

b. Ansietas sedang

1) Respon fisiologi terdiri dari sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi.

(29)

3) Respon perilaku dan emosi terdiri dari gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

c. Ansietas berat

1) Respon fisiologi terdiri dari nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,

2) Respon kognitif terdiri dari lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah,

3) Respon perilaku dan emosi terdiri perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

C. Konsep Koping

6. Pengertian Mekanisme Koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang penuh stres. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Secara alamiah baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitifdan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi (Rasmun, 2004).

(30)

16 mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut (Dalami et al, 2009).

7. Klasifikasi Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Sudden (1995) mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integritas, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Adapun karakteristik koping adaptif sebagai berikut :

1) Mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain 2) Melakukan efektifitas yang konstruktif

3) Memiliki persepsi yang luas

4) Dapat menerima dukungan dari orang lain 5) Dapat memecahkan masalah secara efektif

b. Mekanisme koping maladaftif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Adapaun karakteritik koping maladaptif sebagai berikut:

1) Perilaku cenderung merusak

2) Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alcohol 3) Tidak mampu berfikir apa-apa audisorientasi

4) Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri 3. Strategi Koping

(31)

dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi/dirasakan Lazarus dan Folkman (1984).

Lazarus dan Folkman (1984) menggolongkan strategi koping menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Koping yang berfokus pada masalah ( Problem focused coping)

Yaitu usaha mengatasi cemas maupun stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadi tekanan. Problem focused coping ditujukan dengan mengurangi demans dari situasi yang penuh dengan stress. Seseorang cenderung menggunakan problem focused coping apabila mereka percaya bahwa sumber masalah atau stressornya dapat diatasi. Strategi yang dipakai dalam Problem focused coping adalah confrontatif coping (koping konfrontasi), seeking social support (penggunaan dukungan sosial), dan plantful problem solving (perencanaan penyelesaian masalah).

(32)

18 2) Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)

Yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditujukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi stres. Seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Strategi yang digunakan dalam emotion focused coping adalah self-control (control diri), distancing (pelepasan diri), positive reappraisal (penilaian positif), accepting responsibility (penerimaan tanggung jawab), dan escape/avoidance (pelarian/ penghindaran).

Kontrol diri merupakan pendekatan diri tanpa menunjukkan emosi atau beraksi dengan tenang tanpa menunjukkan emosi atau perasaan. Pelepasan diri berarti menarik diri, sikap yang tidak terpengaruh, berusaha untuk mengurangi situasi stres atau tidak memikirkan masalah dengan mencoba melakukan aktivitas lain. Penilaian positif adalah berusaha untuk menghadapi ssituasi dari sudut oandang yang berbeda dan berusaha untuk menciptakan arti yang positif atau mempunyai fungsi dimensi religi.

Penerimaan tanggung jawab yaitu pengakuan peran seseorang dalam suatu peristiwa atau mencoba belajar dari kesalahan. Pelarian atau penghindaran adalah menolak situasi yang terjadi dan kadang menarik diri atau menghindari dengan cara menggunakan obat-obat terlarang.

(33)

4. Respon Koping

Menurut Rusman (2004) ada beberapa respon mekanisme koping diantaranya adalah :

a. Koping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada 2 faktor yaitu:

1) Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya berat ancaman yang dirasakan oleh idividutih tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

2) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu ; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping Psiko-sosial

Adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut stuart dan sunden (1991) dalam Rasmun (2004) mengemukakan bahwa terdapat 2 kategori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan ;

(34)

20 a) Perilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif, destruktif yaitu tindakan agressif (menyerang) terhadap sasaran/obyek dapat merupakan benda, barang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilakan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenanganya.

b) Perilaku menarik diri (withdrawl)

Menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang tidak menetap pada individu (rusman, 2004).

c) Perilaku kompromi

(35)

2) Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented task reaction)

Mekanisme ini membantu mengatasi ansieta ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan keseimbangan (Dalami, et al, 2009).

5. Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan social budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping bayang efektif.

(36)

22 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008). Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan dugaan adanya hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengaruh antara variabel-variabel yang akan diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Mekanisme Koping ibu menjelang Kuretase Problem focused coping Emotion focused coping Tingkat Kecemasan

(37)

C. Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional atau tidak nyaman seakan-seakan

sesuatu sebagai ancaman yang dihadapi ibu yang menghadapi dilakukan oleh ibu

dalam menghadapi, menyesuaikan diri dan respon dalam menghadapi

(38)

24 BAB IV

METODE PENELITIAN I. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase di RSUD Dr Pirngadi Medan pada suatu waktu.

J. Populasi dan Sampel 3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah di kuretase selama periode 2013-2014 yaitu sebanyak 116 orang. 4. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan.

Adapun kriteria sampel yang dijadikan subjek penelitian adalah sebagai berikut:

a) Ibu yang menghadapi kuretase

b) Ibu yang mengalami kuretase terencana c) Bersedia menjadi responden

(39)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Dr Pirngadi Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena terjadi peningkatan kuretase di rumah sakit ini setiap tahunnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-juni 2015.

D. Etika Penelitian

Penelitian diawali dengan mengajukan permohonan ijin penelitian pada Fakultas Keperawatan USU mengurus surat penelitian kemudian meneruskan kepada institusi tempat meneliti, kemudian melakukan koordinasi dengan Direktur Rumah Sakit untuk melakukan penelitian.

Pertimbangan etik dalam penelitian ini adalah: 1) beneficence (menguntungkan responden), penelitian ini tidak menimbulkan sesuatu yang negatif kepada ibu yang menjadi responden penelitian, tidak mencelakakan/ menyakiti responden (freedom from harm), tidak memaksa atau menekan ibu untuk ikut dalam penelitian, dan menyesuaikan waktu ibu untuk mengisi kuesioner. 2) respect from human dignity (menghargai martabat manusia), ibu memiliki hak untuk bebas menentukan apakah akan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak (the right to self determination) dengan membuat informed consent sehingga calon responden tidak merasa terpaksa untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, ibu berhak menolak untuk menjadi responden kapan saja, dan hak untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan tujuan

dari penelitian yang dilakukan; 3) justice (keadilan), seluruh ibu yang menjadi responden mendapatkan hak yang sama dan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan memberikan kesempatan kepada semua ibu untuk menjadi

(40)

26 privacy), dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama, namun hanya

memberikan nomor responden. E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Pada bagian pertama instrument penelitian berisi data demografi yang meliputi usia, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan dan kuretase ke berapa.

Bagian kedua instrumen ini untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu selama menghadapi kuretase dengan berpedoman pada Zung Self, yang telah penulis modifikasi, bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu menghadapi kuretase, kuesioner tingkat kecemasan terdiri dari dua puluh pernyataan. Dengan pilihan jawaban tidak pernah (TP), Kadang (J), Sering (S) dan Selalu (SL). Kuesioner dibagi atas 15 pernyataan positif yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 20 dan 5 pernyataan negatif yaitu nomor 5,9,13,17 dan 19. Untuk pernyataan positif jawaban tidak Pernah (TP) diberi nilai 1, Jarang (J) diberi nilai 2, sering (S) diberi nilai 3 dan Selalu (SL) diberi nilai 4, sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 4, Jarang (J) diberi nilai 3, Sering (S) diberi nilai 2 dan Selalu (SL) diberi nilai 1.

Dalam menentukan kategori tingkat kecemasan responden digunakan menurut rumus Sudjana (2005) yaitu :

Panjang kelas = Rentang Banyak Kelas

(41)

20 – 35 = tidak cemas 36 – 50 = kecemasan ringan 51 – 65 = kecemasan sedang 66 – 80 = kecemasan berat

Bagian ketiga instrumen berisi pernyataan yang bertujuan mengidentifikasi strategi koping yang digunakan ibu yang menghadapi kuretase. Kuesioner ini disusun dengan modifikasi dari Ways of Coping Questionnaire (Lazarus & Folkman). Bagian ini terdiri dari 20 pernyataan dengan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (S), dan Selalu (SL). Kuesioner dibagi atas 18 pernyataan positif yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20 dan 2 pernyataan negatif yaitu nomor 18 dan 19. Untuk pernyataan positif jawaban tidak Pernah (TP) diberi nilai 1, Jarang (J) diberi nilai 2, sering (S) diberi nilai 3 dan Selalu (SL) diberi nilai 4, sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 4, Jarang (J) diberi nilai 3, Sering (S) diberi nilai 2 dan Selalu (SL) diberi nilai 1.

Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan terendah adalah 20. Menggunakan rentang Sudjana (1992).

� = Rentang

Banyak Kelas

Dengan rentang (nilai tertinggi – nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi 2 yaitu Problem focused coping dan Emotion focused coping, maka didapat panjang kelas sebesar 30. Menggunakan panjang kelas sebesar 30 dan kelas bawah interval pertama 20, maka koping dapat dikategorikan menjadi :

(42)

28 F. Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan bebebrapa kali pada kelompok sampel. Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Cronbach alfa. Suatu instrument reliabel jika koefiien reliabel lebih dari 0,70.

Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) untuk menguji isi yang ada didalam kuesioner. Pengujian dilakukan dengan cara menyerahkan daftar kuesioner yang telah disusun dan dikonsultasikan kepada ahli yaitu dosen keperawatan jiwa.

G. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat perijinan untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumattera Utara. Alur birokrasi perijinan peneliti yaitu mulai surat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian di berikan Direktur Rumah Sakit Dr. Pierngadi Medan. Pihak terkait akan memberikan surat balasan yang memberikan pernyataan ijin untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian. Surat tersebut digunakan oleh peneliti untuk mengambil data penelitian.

(43)

pengisian belum lengkap maka peneliti meminta responden untuk mengisi kekurangan, namun jika sudah lengkap maka pengisian kuesioner telah selesai. H. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan peneliti akan melakukan pengolahan data, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan kelengkapan data : apakah kueioner telah terisi sebelumnya 2. Memberikan kode (coding) untuk memudahkan pemasukkan data ke

komputer

3. Memasukkan data ke komputer (entry) 4. Menganalisa data sesuai metode statistic

Metode statistik yang digunakan untuk mengolah data yaitu statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu variabel penelitian/peristiwa (Polit dan Hungler, 1995). Pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Analisa hasil data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisa data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik ibu yang menghadapi kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan, distribusi frekuensi kecemasan menghadapi kuretase di RSUD. Dr Pirngadi Medan. Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

(44)

30 chi square dengan taraf signifikan 0,05 untuk mengetahui hubungan tingkat

(45)

31 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, yang kemudian dinilai dengan menggunakan instrumen kuesioner.

3. Analisa Univariat

(46)

32

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Responden (n=32)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur

(47)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Umur Karakteristik

Umur

Tingkat Kecemasan Mekanisme Koping

Ringan Sedang Berat Frekuensi Emotion focused

Berdasarakan tabel 5.2 dapat diamati bahwa mayoritas responden yang mengalami tingkat kecemasan berumur 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 13 (40%). Mayoritas mekanisme koping responden berumur 26 – 30 tahun sebanyak 13 orang (40,6%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik Pekerjaan

Tingkat Kecemasan Mekanisme Koping Ringan sedang berat frekuensi Emotion

focused

(48)

34

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Pendidikan

Karakteristik Pendidikan

Tingkat Kecemasan Mekanisme Koping

Ringan sedang berat Frekuensi Emotion focused

Berdasarakan tabel 5.4 dapat diamati bahwa mayoritas responden yang mengalami tingkat kecemasan mempunyai berpendidikan SD yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Mayoritas mekanisme koping responden berpendidikan SD sebanyak 12 orang (37,5%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 Berdasarkan Karakteristik Kuretase

Karakteristik Kuretase

Tingkat Kecemasan Mekanisme Koping

Ringan sedang berat Frekuensi Emotion focused

(49)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Tingkat Kecemasan Frekuensi (n) Persentase (%) Normal

Berdasarkan tabel 5.6 hasil penelitian dari 32 responden penelitian di RSUD Dr.Pirngadi Medan dapat diketahui bahwa mayoritas responden ibu menjelang tindakan kuretase memiliki kecemasan sedang sebanyak 22 orang (68,8%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD Dr. Pirngadi medan Tahun 2015

Mekanisme Koping Frekuensi (n) Persentase (%) Emotion focused coping

Problem focused coping

13 19

40,6 59,4

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian dari 32 responden penelitian di RSUD Dr.Pirngadi Medan dapat diketahui bahwa mayoritas responden ibu menjelang tindakan kuretase memiliki yang berorientasi pada problem sebanyak 20 (62,5%).

4. Analisa Bivariat

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Mekanisme Koping Tingkat Kecemasan Emotion focused

(50)

36

Analisa data yang digunakan adalah chi square yang digunakan untuk mencari hubungan antar tingkat kecemasan ibu menjelang tindakan kuretase. Berdasarkan uji statistik hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase pada tabel 5.4 diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi kejadian tingkat kecemasan antara berfokus pada masalah yang berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungan negatif. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan tingkat kecemasan ibu menjelang tindakan kuretase.

B. Pembahasan

1. Interpretasi data dan diskusi hasil a. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 bahwa kelompok umur terbanyak yaitu 26-30 tahun sebanyak 13 orang (64,4%). Sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan SMA sebanyak 18 orang (56,3%). Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 20 orang (62,5%). Sebagian besar responden menjalani kuretase pertama kali sebanyak 18 orang (56,3%)..

b. Kecemasan ibu menjelang tindakan kuretase

(51)

berbeda yaitu pada pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah RSUP Sanglah Denpasar.

Ansietas atau kecemasan dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Dalami dkk, 2009).

c. Mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase yaitu sebagian besar berorientasi pada masalah sebanyak 19 orang (59,4%). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Candra (2012), yang menemukan mayoritas menunjukkan bahwa 70,0% memiliki mekanisme koping yang berorientasi pada masalah dengan subjek penelitian yang berbeda yaitu pada pasien kanker payudara di Poliklinik bedah RSUP Sanglah Denpasar. Menurut Stuart (2006) Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya; ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.

Menurut asumsi peneliti mekanisme koping mayoritas responden yaitu yang berorientasi pada masalah, hal ini dipengaruhi karena adanya kemampuan beradaptasi dari ibu menjelang kuretase untuk mengatasi keadaan yang dialami nya dengan didukung dari pengetahuan, lingkungan serta keluarga.

d. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase

(52)

38

ibu menjelang tindakan kuretase. Berdasarkan uji statistik hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan tingkat kecemasan ibu menjelang tindakan kuretase. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Candra & Sari (2012), yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara mekanisme koping dengan kecemasan pada subjek penelitian yang berbeda yaitu pada pasien dengan kanker payudara di Poliklinik Bedah RSUP Sanglah Denapasar.

Penelitian terkait yang dilakukan Bahsoan (2013), yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada subjek yang juga berbeda yaitu pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hal ini juga dapat terjadi pada ibu menjelang tindakan kuretase mengingat reaksi yang timbul akibat pembedahan pada prinsipnya memiliki kesamaan kecemasan. Penelitian dengan subjek yang sama belum ditemukan oleh peneliti.

(53)

2. Keterbatasan Penelitian

Pada saat penelitian ada beberapa kesulitan yang ditemukan yaitu jumlah responden yang tidak mencukupi karena tidak etiap hari pasien kuretase ada. Sehingga penelti kesulitan dalam melakukan penelitian dan peneliti tidak dapat mencapai target responden.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan

(54)

40 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN C. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian bahwa dari 32 responden mayoritas responden yang memiliki kecemasan sedang sebanyak 22 orang (68,8%).

2. Dari hasil penelitian bahwa dari 32 responden mayoritas reponden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada masalah sebanyak 19 orang (59,4%).

3. Analisa data yang digunakan adalah chi square yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase. Berdasarkan uji statistik hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibu menjelang tindakan kuretase pada tabel 5.4 diperoleh nilai p = 0,001 < a = 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping ibumenjelang tindakan kuretase.

D. Saran

1. Bagi praktik kebidanan

Sebagai bahan informasi kepada tenaga kesehatan terutama kebidanan dalam memberikan asuhan kepada ibu yang akan menjalani kuretase, tidak hanya tindakan medis tetapi juga lebih memperhatikan bagaimana kondii psikologis ibu.

2. Bagi perkembangan ilmu kebidanan

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C.M. (2003). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC Candra, I.W., Sari, A.N. (2012). Mekanisme Koping Dengan Tingkat Kecemasan

pada Pasien kanker Payudara. Politekes Denpasar. www.jurnalkeperawatanbali.com

Dalami, E., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta : TIM

Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI

Hidayat, A. (2011). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba medika.

Joseph, H.K., Nugroho, M. (2010). Ginekologi & Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika

Lismidiati, W., Setyowati., Afianti, Y. (2009). Respon Koping Ibu Primipara Dan Nullipara yang Mengalami Histerektomi. FIK-UI. http://ui.ac.id

Manuaba. (2006). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC

Marmi., A.R.M., Fatmawati, E. (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Melfawati, S. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC

Niven, N. (1995). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesi Lain. Jakarta : EGC

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. Nurliana. (2011). Efektivitas perangsangan Auditori Ayat Suci Al-Quran terhadap

Kecemasan Ibu yang sedang dilakukan Kuret di RSUD dr. Pirngadi Medan. Skripsi. www. Repository.usu.ac.id

Purba, J.M., dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press

Rukiyah, A., Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta : TIM Saifuddin, A. B., dkk. (2006). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Neonatal. Jakarta : Bina Pusaka

(56)

42 Silaen, E.L.R. (2012). Perbandingan Profol 2 Mg/kgbb fentanil 1µ intravena dalam hal efek Analgetik pada Tindakan Kuretase Kasus Kebidanan dengan Anastesi Lokal Intravena.USU. Skripsi. www. Repository.usu.ac.id Sofian, A. (2011). Sinopis Jilid 1. Jakarta : EGC

Sujiyatini., M., Hidayat, A. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika

Stuart, G., Sundeen, S. J. (1995). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

(57)

KUEIONER PENELITIAN

Lampiran :

“Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan”

A. Data Demografi Petunjuk pengisian

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memeberi tanda chek list (√) pada tempat yang disediakan dengan keadaan yang sebenarnya.

Kode responden : 1. Usia : Tahun

2. Pekerjaan : IRT Wiraswasta

PNS Lain-lain, sebutkan… 3. Status Perkawinan : kawin belum kawin

4. Pendidikan : SD SMA

(58)

44 B. Kuesioner Tingkat Kecemasan Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD

Dr.Pirngadi Medan

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai.

Keterangan : Tidak Pernah (TP) : sama sekali tidak dilakukan, Jarang (J) : dilakukan tapi tapi lebih sering tidak dilakukan, Sering (S) : lebih sering dilakukan daripada tidak dilakukan, Selalu (SL) : pasti dilakukan

No. Pernyataan TP J S SL

1. Saya merasa lebih cemas dari biasanya di saat akan dilakukan tindakan kuretase

2. Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali ketika saya menghadapi kuretase

3. Saya mudah merasa panik di saat saya akan menghadapi kuretase

4. Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping.

5. Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi. 6. Lengan dan kaki saya gemetar saat saya

akan menjalani kuretase

7. Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung pada saat akan dilakukannya tindakan kuretase.

8. Saya merasa lemah dan mudah lelah saat saya akan menjalani tindakan kuretase. 9. Saya merasa tenang dan dapat duduk diam

dengan mudah saat saya akan dilakukan tindakan kuretase.

10. Saya merasakan jantung saya berdebar-debar sesaat saya akan menjalani tindakan kuretase

11. Saya merasa pusing saat saya akan menghadapi tindakan kuretase.

(59)

13. Saya dapat bernapas dengan mudah sebelum saya menjalani tindakan kuretase.

14. Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan disaat saya akan menjalani tindakan kuretase.

15. Saya terganggu dengan gangguan pencernaan sebelum dilakukan tindakan kuretase.

16. Saya sering buang air kecil sebelum saya menjalani tindakan kuretase.

17. Tangan saya biasanya kering dan hangat. 18. Wajah saya terasa panas dan merah merona. 19. Saya mudah tertidur dan dapat istirahat

malam dengan baik.

(60)

46 C. Kuesioner Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD

Dr.Pirngadi Medan

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai.

Keterangan : Tidak Pernah (TP) : sama sekali tidak dilakukan, Jarang (J) : dilakukan tapi lebih sering tidak dilakukan, Sering (S) : lebih sering dilakukan daripada tidak dilakukan, Selalu (SL) : pasti dilakukan

No Pernyataan TP J S SL

1 Setidaknya saya berani untuk dilakukan kuretase

2 Saya melampiaskan kemarahan kepada orang yang menyinggung tentang kuretase yang saya alami 3 Saya yakin kuretase yang akan saya jalani berjalan

lancar

4 Saya menerima kuretase walaupun hal itu membuat saya sedih

5 Saya membicarakan apa yang saya rasakan kepada keluarga saya

6 Saya meminta bantuan kepada tenaga kesehatan (Dokter, Bidan & Perawat) saat saya butuh bantuan 7 Saya bersungguh-sungguh melakukan prawatan

setelah kuretase

8 Saya memahami resiko kuretase dan saya berusaha untuk cepat sembuh

9 Saya berharap ada tindakan yang lain untuk mengatasi masalah kandungan saya

(61)

11 Saya akan mencoba tenang dalam menghadapi kuretase

12 Saya pasrah dengan apa yang akan terjadi saat kuretase dilakukan

13 Saya menganggap ini adalah masalah yang ringan dan saya tidak mau memikirkannya terlalu serius 14 Saya menemukan arti hidup setelah kuiretase

dilakukan

15 Saya berdoa kepada Tuhan agar kuretase berjalan lancar

16 Saya menyalahkan diri sendiri atas kejadian kuretase

17 Saya merasa bahwa saya adalah penyebab masalah sehingga saya harus menjalani kuretase

18 Saya banyak makan dan minum berlebihan saat mengahadapi kuretase

19 Saya merasa lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lain

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

52

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sinta Susanty Barasa

Tempat/ tanggal lahir : Tinjowan, 02 November 1994

Agama : Islam

Alamat : Padang Matinggi Kec. Boar Maligas Kab. Simalungun Nomor telepon : 081370198907

Riwayat Pendidikan : -MI Nurul Hikmah Tinjowan -MTS Nurul Hikmah Tinjowan

-MA Nurul Hikmah Tinjowan

-Akademi Kebidanan (AKBID) Medistra Lubuk Pakam Data Orang Tua

Nama Ayah : Delkasri Barasa

Tempat/tanggal lahir : Sibolga, 13 November 1961 Pekerjaan : Karyawan BUMN

Agama : Islam

Alamat : Padang Matinggi Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun Nama Ibu : Masni Sinaga

Tempat/tanggal lahir : Simalungun, 16 Juni 1972 Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanime Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase RSUD Dr
Tabel 5.8  Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Ibu Menjelang Tindakan Kuretase di RSUD Dr

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk antisipasi dan perbaikan masalah perubahan lingkungan peserta didik dengan cara memberikan

[r]

In this paper, we have proposed a method for the modelling of simple room shape structure from sparse 3D point information obtained by photogrammetry. Our method consists

Dua garis parallel masing-masing sepanjang 1 meter dibuat dengan jarak 1,5 meter dari titik tengah area pertandingan dan berada 90 derajat dengan garis wasit, untuk

The objective of this work was to create a method to measure stem attributes of standing trees on field plots in the forest using terrestrial photogrammetry.. The primary attributes

Pembelajaran kewirausahaan di SMK telah diimplementasikan dalam berbagai bentuk media pembelajaran berbasis produksi dan bisnis antara lain: Teaching Factory, Teaching

[r]

[r]