2.3.1 Definisi Kualitas Hidup yang Terkait Kesehatan Mulut (OHRQoL) Baiju et al (2017) mengemukakan bahwa terdapat beberapa definisi OHRQoL, beberapa definisi sebagai berikut.
Tabel 2.2 Definisi Kualitas Hidup terkait dengan Kesehatan Mulut
Nama, tahun Definisi Kualitas Hidup yang terkait Kesehatan Mulut Gift, Atchison &
Dayton (1997) Self-report yang khusus tentang kesehatan mulut yang berkaitan dengan dampak fungsional, sosial, dan psikologis dari penyakit mulut
Locker, Clarke, &
Payne (2000;2002) Gejala dan dampak fungsional dan psikososial yang berasal dari penyakit dan gangguan mulut
NIDCR US Surgeon
Generals Report (2000) Konstruksi multidimensi yang mencerminkan kenyamanan individu saat makan, tidur, ber interaksi sosial; harga diri mereka; dan kepuasan mereka berhubungan dengan kesehatan mulut mereka
Inglehart &
Bagramian (2011) Penilaian individu tentang hal-hal yang mempengaruhi kesejahteraannya yaitu faktor fungsional, faktor psikologis, faktor sosial, dan pengalaman nyeri / ketidaknyamanan terkait masalah orofasial
Dapat disimpulkan definisi OHRQoL merupakan penilaian subjektif individu tentang dampak kondisi kesehatan mulut terhadap fungsi kesehariannya. Domain dari OHRQoL yaitu faktor fungsional, faktor psikologis, faktor sosial, dan pengalaman nyeri/ketidaknyamanan.
Pengukuran kualitas hidup anak sangat penting. Sekitar 2,5 miliar atau sekitar 32% populasi dunia berusia di bawah 20 tahun (United Nations, 2015). Anak merupakan kelompok yang rentan. Anak-anak tidak dapat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri, bergantung pada orang dewasa untuk bertindak atas hak mereka, termasuk hak untuk hidup yang berkualitas. Selain itu, kualitas hidup anak-anak penting untuk diperiksa karena untuk menentukan apakah ada
peningkatan atau penurunan sebagai respons terhadap perubahan yang dapat mempengaruhi anak (Wallander & Koot, 2016).
2.3.2 Dimensi OHRQoL
*Kecuali grup non pasien
Skema 2.1. Dimensi OHRQoL
Menurut Sischo dan Broder (2011) mengemukakan dimensi-dimensi yang biasa terdapat di instrumen OHRQoL adalah sebagai berikut.
a. Dimensi Kesehatan Mulut; kondisi kesehatan mulut mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan aktivitas. Kesehatan mulut ini mencakup nyeri, gusi berdarah, jarak antara gigi.
b. Dimensi Fungsi; keterbatasan fungsional seperti menguyah atau berbicara dapat berdampak terhadap keguatan sehari-hari.
c. Dimensi Lingkungan; lingkungan seperti sekolah atau pekerjaan merupakan tempat untuk melakukan aktivitas keseharian, termasuk juga sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan.
OHRQoL
d. Dimensi Sosial/Emosional; dimensi yang berkaitan dengan ekspresi emosional individu terhadap suatu kondisi serta hubungan atau interaksi individu dengan orang lain yang juga merujuk pada perasaan atau pikiran. Dimensi ini mencakup kecemasan, ketertarikan, dan ketidaksenangan
e. Dimensi Ekspektasi pengobatan; dimensi yang hanya terdapat pada individu yang sedang menjalani pengobatn. Dimensi ini mencakup kepuasan individu.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Anak
Menurut hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kurang lebih sepertiga penduduk di Indonesia merupakan anak-anak yaitu sebesar 30,1 persen atau 79,55 juta jiwa penduduk berusia 0-17 tahun (Windiarto dkk, 2019). Setiap anak memiliki hak untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Menurut Sischo dan Broder (2011) yang mengembangkan model konsep dari Wilson dan Cleary (1995) yang menghubungkan status kesehatan atau variabel klinis (misalnya jenis/tingkat kelainan), status fungsional (misalnya bicara), penampilan mulut-wajah, status psikologis, OHRQoL, dan kualitas hidup secara umum. Model tersebut menunjukkan efek faktor lingkungan atau kontekstual (misalnya faktor sosial budaya, pendidikan, struktur keluarga) dan akses perawatan terhadap persepsi kesehatan mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan mulut.
Skema 2.2 Kerangka teori OHRQoL Broder dan Sischo (2011)
OHRQoL dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kragt-de Roos (2017), terdapat beberapa faktor non klinis yang mempengaruhi OHRQoL, yaitu seperti faktor lingkungan dan kualitas personal, kebutuhan subjektif perawatan ortodontik, umur, jenis kelamin, etnis, harga diri dan faktor sosial ekonomi. Dalam review Malele-Kolisa et al (2019), faktor yang mempengaruhi OHRQoL yaitu karies gigi, kondisi mulut selain karies gigi, status sosio-ekonomi, area penduduk, kepuasan terhadap kesehatan mulut, perawatan gigi dan infeksi gingiva. Selain itu masih ada 7 faktor lain dikutip oleh penulis lain yaitu: visual impairment, efikasi diri rendah, afilasi religious, kehilangan gigi, frekuensi menggosok gigi, indeks plak, dan intake snak manis. Menurut analisis model konsep yang dilakukan oleh Buldur dan Guvendi (2019), faktor yang mempengaruhi OHRQoL anak yaitu status sosioekonomi orang tua.
Dental anxiety, childhood dental anxiety, kebiasaan dalam kesehatan mulut dan OHRQoL.
2.3.4 Alat Ukur OHRQoL Anak
Pengukuran self-report OHRQoL terhadap anak merupakan sebuah tantangan karena anak yang masih sangat kecil cenderung menjadi informan yang tidak bisa diandalkan. Anak akan terus tumbuh dan berkembang sehingga diperlukan pengukuran yang berbeda untuk berbagai usia. Pada tahun 2000, Broder, Reisine, dan Locker menyusun kuisioner anak yaitu Child Perceptions Questionnaire (CPQ) dan Child Oral Health Impact Profile (COHIP). Adapula tinjauan pengukuran OHRQoL anak yang memerlukan pengasuh sebagai informan seperti Parent-CPQ, Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS), dan COHIP-Preschool (Thomson & Broder, 2017). Menurut Gilchrist et al (2014) secara sistematis terdapat 3 intrumen self-report OHRQoL anak yang sering digunakan yaitu CPQ, Child-OIDP (Child Oral Impacts on Daily Performance), dan COHIP.
Tabel 2.3 Tinjauan Instrumen OHRQoL anak
Instrumen Rentang
umur Jumlah
Item Short Form Anak sebagai informan
Child Perceptions Questionnaire (CPQ) 8–14 37 Ada (16 item dan 8 item)
Child Oral Impacts on Daily
Performances (Child-OIDP) 10–12 8 Tidak ada
Child Oral Health Impact Profile
COHIP-Preschool <2-6 9 Tidak ada
Parent-CPQ <8 33 Ada (8 item dan
16 item)
Dari semua instrument diatas, COHIP merupakan satu-satunya intrumen yang telah diuji dan divalidtas menggunakan populasi labiopalatoskizis. Selain itu, COHIP sejalan dengan perspektif QoL teoritis saat ini yang mengukur dampak negatif dan positif (Broder, Wilson-Gendersonn, & Sischo, 2012). COHIP pertama kali dikembangkan oleh Broder et al pada tahun 2007 untuk menilai dampak sosial dari kelainan gigi dan rongga mulut pada anak usia sekolah.
COHIP versi asli dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Perancis, namun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Korea, Persia dan Indonesia yang telah diuji dan terbukti dapat diandalkan. Instrument ini terdiri dari 34 item dengan lima domain terpisah yaitu kesehatan Mulut mencakup gejala mulut yang bervariasi/spesifik (misalnya, sakit gigi, gusi berdarah); kesejahteraan fungsional mengungkapkan kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari (misalnya, makan, berbicara dengan jelas); socioemotional Well-being membahas interaksi teman sebaya dan suasana hati; Sekolah/lingkungan melibatkan tugas-tugas yang berhubungan dengan sekolah; dan harga diri menggabungkan perasaan positif tentang diri sendiri. COHIP menggunakan skala lima poin mulai dari 'tidak pernah' hingga 'hampir selalu' (Broder &
Wilson-Genderson, 2007).
Sejak tahun 2012 instrumen ini telah dipersingkat dan dikembangkan menjadi Child Oral Health Impact Profile-Short Form (COHIP-SF 19) disingkat menjadi 19 item dan 3 subskala yaitu oral health, functional well-being, dan socio-emotional well-being (Karamoy, Darwita, & Maharani, 2014). Kemudian pada tahun 2017 juga telah dikembangkan COHIP Preschool untuk anak usia 2-5 tahun (Ruff, Broder, Sischo, & Chinn, 2017).