• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

C. Konsep Nilai-Nilai Dalam Komunikasi

Nilai adalah konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas, yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat.54 Nilai menurut Zakiyah Daradjat adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang memberikan ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria maupun perilaku.55

Konsep nilai-nilai didefinisikan oleh para ahli secara berbeda-beda. Akan tetapi, secara sederhana istilah nilai ini dapat diartikan sebagai “sesuatu yang dihargai” (worthwhileness), “diingini” (desirable), dan dianggap penting dalam kehidupan manusia. Nilai adalah keyakinan yang membimbing seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam kehidupannya.56 Secara umum nilai-nilai adalah keyakinan relatif kepada yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah, apa yang seharusnya ada dan seharusnya tidak ada. Nilai-nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial.57

Para filsuf memandang nilai dengan pandangan yang berbeda. Friedman, Kahn, dan Borning memandang nilai sebagai prinsip-prinsip pemandu tentang

54 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 119.

55Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 59

56 Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, (Bandung: Nusa Media, 2014), h. 77

57 Alex Sobur, Ensiklopedia Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 556

hal-hal yang dipandang penting dalam hidup manusia (values serve as guiding principles of what people consider important in life).58 Nilai juga dapat diartikan sebagai the addressee of a yes, “sesuatu yang ditujukan dengan kata ya kita”59maksudnya sesuatu yang selalu kita inginkan, atau kita kehendaki memiliki kebaikan di dalamnya.

Plato secara tegas memandang bahwa nilai bersifat objektif, tidak sepenuhnya relatif. Pemikiran Plato lainnya yang dianggap penting tentang nilai adalah model klasifikasi yang dibuatnya, yang membagi nilai ke dalam tiga kategori, yakni nilai instrinsik, perantara, dan nilai instrumental. Masing-masing nilai memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Perbedaan ini kemudian dikontraskan ke dalam dua kategori saja, yakni nilai instrumental – instrinsik atau disebut juga dengan kontras ekstrinsik dan instrinsik. Nilai instrumental atau ekstrinsik diartikan sebagai cara bertindak yang diharapkan dari seseorang atau masyarakat dalam kerangka nilai intrinsik. Nilai instrumental memainkan peranan penting dalam sistem moral. Sedangkan nilai instrinsik adalah suatu nilai yang semata-mata digunakan untuk dirinya sendiri dan tidak digunakan sebagai sarana untuk tujuan lain.

Rogers mengutip pendapat Charles Morris60 membagi nilai ke dalam tiga tingkatan, yakni operative values, conceived values, and objective values. Operative values adalah nilai-nilai praktis yang langsung berkaitan dengan tindakan seseorang. Nilai ini sangat konkret sehingga mudah untuk dilaksanakan. Conceived values adalah nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat simbolik, seperti penghargaan, kehormatan, kesetiaan, dan toleransi. Sedangkan objective values adalah nilai yang lebih abstrak dan mengandung hal yang bersifat ideal sehingga menjadi tujuan akhir dan dikehendaki oleh semua orang. Kemudian para filsuf menambahkan satu nilai yaitu: nilai akhir atau nilai utama yang disebut final value. Nilai akhir ini pada prinsipnya adalah nilai intrinsik, namun memiliki

58Antar Venus, Filsafat Komunikasi Orang Melayu, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 112.

59Hans Jonas dalam Alex Sobur, Ensiklopedia Komunikasi, 2014, h. 556

sifat kebaikan tertinggi dalam kehidupan manusia. Nilai juga menjadi dasar sekaligus tujuan akhir dari segala bentuk nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lainnya ber kaitan hingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan yang memberi pendorong kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. Menurut Andrain, nilai-nilai memiliki enam ciri61 atau karakteristik, yaitu:

1. Umum dan abstrak

Nilai dikatakan umum karena tidak ada masyarakat tanpa pedoman umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, dan pantas, sekaligus sesuatu yang menjadi larangan aatau tabu bagi kehidupan masing-masing kelompok. Nilai dikatakan abstrak, karena nilai tidak dapat dilihat sebagai benda secara fisik yang dapat dilihat dengan mata, diraba, atau difoto. Nilai sosial merupakan pedoman tata kelakuan bersifat pokok yang keberadaannya adalah eksis dalam keyakinan masyarakat yang hanya dapat dijabarkan dalam bentuk perilaku umum oleh kelompok masyarakat tersebut.

2. Konsepsional

Konsepsional sebuah nilai diartikan bahwa nilai-nilai itu hanya diketahui dari ucapan-ucapan, tulisan, dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang. 3. Mengandung kualitas moral

Nilai –nilai adalah sesuatu yang berupa petunjuk tentang sikap dan perilaku yang sebaiknya atau yang seharusnya dilakukan. Artinya, moral manusia di dalam kehidupan sosial sangat berkaitan dengan nilai-nilai moralitas yang berlaku di dalam kelompok tersebut.

4. Bersifat campuran

Nilai-nilai dalam masyarakat selalu bersifat campuran, karena tidak ada masyarakat yang menghayati satu nilai saja secara mutlak.

5. Bersifat stabil dan sukar berubah

Nilai-nilai selalu bersifat stabil dan sukar berubah, karena nilai-nilai yang telah dihayati dan mendarah daging dalam masyarakat. Bahkan ada sebagian masyarakat yang meyakini kebenaran nilai-nilai yang dianutnya sebagai sebuah harga mati, dan akan mempertahankan nilai tersebut hingga titk darah penghabisan. Nilai seperti ini biasanya bersifat ideologis atau keyakinan yang berhubungan dengan agama.

Nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :

1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas) 2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut 3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).62

Nilai budaya mencakup tradisi lisan, bahasa, festival budaya, ritus dan kepercayaan, muzik dan lagu-lagu, seni pertunjukan, pengubatan tradisional, literatur, makanan tradisional serta olah raga dan permainan tradisional. Budaya sesuatu masyarakat akan membedakan dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat mempunyai nilai budaya yang tersendiri.

Nilai yang dikaji dalam disertasi ini pada prinsipnya adalah nilai komunikasi yang secara langsung berkaitan dengan nilai sosial. Nilai komunikasi tersebut terfokus pada keseluruhan sistem nilai yang secara tradisional diyakini dan dianggap penting oleh orang Melayu dalam menjalani kehidupan komunikasi

62 http://cikgu-rozali.blogspot.co.id/2012/06/nilai-dalam-budaya-masyarakat-melayu.html diakses tanggal 22 – 11- 2015.

mereka. Nilai tersebut dapat dikategorikan sebagai nilai intrinsik atau nilai tujuan yakni nilai yang dengan sendirinya mengandung kebaikan dan menjadi tujuan dari implementasi nilai-nilai instrumental.

Bila ditelusuri berdasarkan beberapa penelitian yang ada, nilai-nilai yang menjadi patokan dalam komunikasi antar manusia di lingkungan Melayu lebih luas dari yang diyakini selama ini. Nilai-nilai tersebut mencakup: nilai kesepahaman (mutualunderstanding), keseimbangan (balance), harmoni (harmony), kesetaraan (equal), kebenaran (truthfulness), nilai penyesuaian diri (adaptability), kesabaran (patiency), pemaaf (forgiveness), kewajaran (fairness), keadilan (justice), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship), keselamatan (safety), nilai kompetensi (competence), dan nilai bertimbang rasa. Namun, jika digabungkan dari keseluruhan nilai tersebut, terdapat sepuluh nilai yang menjadi dasar keyakinan orang Melayu dalam berkomunikasi, dan akan dibahas pada bab lain dalam disertasi ini.

Dokumen terkait