Pariwisata merupakan konsep yang dinamis karena tidak beroperasi di dalam ruang kedap. Jika pariwisata diasumsikan sebagai sebuah sistem, maka terdiri dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi. Dalam kepariwisataan menurut Leiper dalam Ismayanti, dkk (2011:1-3), setidaknya terdapat tiga elemen utama yang membuat aktivitas tersebut dapat berlangsung. Komponen-komponen tersebut antara lain:
1. Wisatawan
Wisatawan merupakan aktor utama dari kegiatan wisata. Dengan adanya aktor inilah, aktivitas pergerakan manusia yang melintasi ruang geografis dapat disebut sebagai aktivitas wisata, berbeda dengan fenomena migrasi. Berwisata menjadi sebuah pengalaman unik manusia untuk menikmati, mengantisipasi, dan romantisisme guna mendapatkan dan mengingat masa-masa berkesan dalam kehidupan mereka. Jadi wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata.
2. Elemen geografi
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, yaitu:
1. Daerah Asal Wisatawan (DAW)
Merupakan daerah tempat asal wisatawan bermukim, yang merupakan ruang melakukan aktivitas keseharian, seperti: bekerja, belajar, tidur, dan kebutuhan dasar lainnya. Aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang tersebut berperan sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata, guna melepaskan diri dari perangkap rutinitas yang menjemukan. Dari DAW, seseorang dapat mencari informasi tentang obyek dan daya tarik wisata yang diminati, membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.
2. Daerah Transit
Merupakan ruang antara DAW dan DTW. Akan tetapi, tidak seluruh wisatawan harus singgah di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan pasti akan melewati daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Sehingga DT memiliki status ganda. Hal inilah yang membuat negara-negara seperti Singapura dan
Hong Kong berupaya menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wisata.
3. Daerah Tujuan Wisata (DTW)
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini, dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat, guna meminimalisir dampak sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan DAW. DTW juga merupakan raison d`etre atau alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.
3. Industri Pariwisata
Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata yang menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata. Industri merupakan unit-unit usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan yang tersebar di ketiga area geografi tersebut.
Sebagai contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal wisatawan, penerbangan bisa ditemukan baik di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi bisa ditemukan di daerah tujuan wisata.
Pariwisata merupakan kegiatan yang dipahami dari banyak pendekatan.
Dewasa ini, sektor pariwisata sudah menjadi kebutuhan primer bagi individu. Hal tersebut dikarena pariwisata adalah tempat relaksasi dari mereka yang lelah berkerja.
Pariwisata merupakan kanalisasi bagi kejenuhan karena rutinitas kehidupan seseorang, dan merupakan instrumen bagi re-charge masyarakat modern, sebelum kembali ke aktivitas rutinnya.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dijelaskan sebagai berikut:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
9. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
10. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
11. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas kerja.
12. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan kepariwisataan.
13. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kepariwisataan.
Dapat dikatakan, pendekatan spasial merupakan definisi pariwisata yang berkembang lebih awal dibandingkan definisi-definisi lainnya (Gartner, 1996: 4).
Pada bagian ini, definisi pariwisata menekankan pada pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal dan atau tempat kerjanya untuk waktu yang sementara, seperti yang dikemukakan oleh Airey pada tahun 1981 (Smith and French, 1994: 3):
“Tourism is the temporary short-term movement of people to destinations outside the places where they normally live and work, and their activities during their stay at these destinations.”
(Pariwisata adalah pergerakan sementara orang dalam jangka pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana biasanya mereka hidup dan bekerja, dan kegiatan mereka selama mereka berada tujuan ini).
Selain bepergian ketempat jauh dari lingkungan rumah dan tempat kerja, Airey menambahkan aktivitas wisatawan selama berada di destinasi pariwisata sebagai bagian dari pariwisata. Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh World Tourism Organization (WTO) pun memfokuskan pada sisi permintaan dan bagian spasial, dengan menetapkan dimensi waktu untuk perjalanan yang dilakukan wisatawan, yaitu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut. Berikut definisi tourism menurut WTO:
“Tourism comprises the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes not related to the exercise of an activity remunerated from within the place visited.”
(Pariwisata terdiri dari kegiatan orang-orang yang bepergian dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan biasa mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk berlibur, bisnis dan tujuan lain yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan penghasilan di tempat yang dikunjungi).
Berikutnya, jika ditinjau dari aspek penyediaan, pariwisata lebih banyak dilihat sebagai aktivitas industri/bisnis. Pengertian pariwisata yang dipandang dari industri/bisnis lebih berfokus pada keterkaitan antara barang dan jasa dalam memfasilitasi perjalanan wisata seorang wisatawan. Menurut Smith dalam Seaton dan
menyediakan barang dan jasa untuk memfasilitasi kegiatan bisnis, bersenang-senang, dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
“..the aggregate of all businesses that directly provide goods or services to facilitate business, pleasure, and leisure activities away from the home environment.”
(..agregat dari semua bisnis yang secara langsung menyediakan barang atau jasa untuk memfasilitasi bisnis, kesenangan, dan kegiatan santai yang jauh dari lingkungan tempat tinggal).
Kemudian, Craig-Smith and French (1994: 2) memberi pengertian pariwisata sebagai keterkaitan antara barang dan jasa yang dikombinasikan untuk menghasilkan pengalaman berwisata.
“..a series of interrelated goods and services which combined make up the travel experience.”
(Serangkaian barang dan jasa terkait yang dikombinasikan membentuk pengalaman perjalanan).
Pengertian pariwisata juga dapat ditilik dari kacamata sosial budaya. Dari sudut pandang ini, pariwisata menitikberatkan pada upaya mengakomodir kebutuhan wisatawan dengan berbagai ciri khasnya, seperti pengertian yang dikemukakan oleh Mathieson dan Wall dalam Gunn (2002: 9):
“Tourism is the temporary movement of people to destinations outside their normal places of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations, and the facilities created to cater to their needs.”
(Pariwisata adalah gerakan sementara orang yang mempunyai tujuan di luar tempat kerja, tempat tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal dirumah, dan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka).
Secara spesifik, MacCannell dalam Herbert (1995: 1) mengemukakan sebagai berikut:
“Tourism is not just an aggregate of merely commercial activities; it is also an ideological framing of history, nature and tradition; a framing that has the power to reshape culture and nature to its own needs.”
(Pariwisata bukan hanya agregat hanya untuk kegiatan komersial, melainkan juga merupakan pandangan ideologis sejarah, alam dan tradisi, sebuah pandangan yang memiliki kekuatan untuk membentuk kembali budaya dan alam untuk kebutuhan sendiri).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat elemen-elemen penting yang menjadi fokus perhatian. Kacamata spasial
menggambarkan bahwa pariwisata adalah individu yang melakukan perjalanan keluar tempat tinggal dan tempat kerja dalam waktu sementara. Kacamata bisnis/industri mendeskripsikan pariwisata adalah keterkaitan antara barang dan jasa untuk membentuk pengalaman berwisata. Kacamata sosial budaya mendeskripsikan pariwisata adalah pemenuhan kebutuhan individu dengan interaksi antara lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya dalam kerangka pembentukan sejarah, alam dan budaya.