• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Penelitian ini dilakukan dengan bedasarkan pemikiran konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi

pengertian, yaitu: (1) memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang, (2) tidak melampaui daya dukung lingkungan, dan (3) mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.

Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas pada laju ekosistim alamiah serta sumberdaya yang ada di dalamnya, dimana ambang ini tidak bersifat mutlak akan tetapi merupakan batas yang luwes yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfir untuk menerima dampak kegiatan manusia (Dahuri 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan berhubungan erat dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkesinambungan

(sustainability), dimana ukuran sustainability dilihat dari sisi ekologis maupun

ekonomis (Dahuri 2000).

Terdapat 3 komponen utama yang sangat diperhitungkan dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu komponen ekonomi, sosial dan lingkungan, dimana setiap komponen saling berhubungan dalam satu sistem yang dipicu oleh kekuatan dan tujuan (Munasighe 2003). Sektor ekonomi untuk melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya melalui peningkatan konsumsi barang dan jasa pelayanan. Sektor lingkungan difokuskan pada perlindungan integritas sistem ekologi. Sektor sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi individu dan kelompok, dan penguatan nilai serta institusi. Perkembangan dimensi ekonomi seringkali dievaluasi dari makna manfaat yang dihitung sebagai kemauan untuk membayar (willingnes to pay) terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi (Munasinghe 1992). Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan harus berdasar pada 4 faktor (Munasinghe 2004), yaitu: (1) terpadunya konsep “equity” lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan; (2) dipertimbangkan secara khusus aspek ekonomi; (3)dipertimbangkan secara khusus aspek lingkungan; dan (4)dipertimbangkan secara khusus aspek sosial budaya.

Gambar 2. Bentuk pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan kerangka trans-disiplin (Munasinghe 2003)

Apabila dituangkan dalam konsep pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan, maka terdapat 4 (empat) aspek keberlanjutan (Charles 2001) :

1. keberlanjutan ekologi, yaitu memelihara keberlanjutan stok/biomass

sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem

2. keberlanjutan sosio-ekonomi, yaitu memperhatikan keberlanjutan

kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu, dimana mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi

3. keberlanjutan komunitas, yaitu memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan

komunitas masyarakat dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

Kemiskinan Pendapatan Keberlanjutan

Co-evolusi

Kekayaan antara generasi Nilai/budaya Kekayaan generasi saat ini

Kebutuhan dasar hidup

Penilaian/internalisasi Dampak kebebasan Pertumbuhan, efisiensi, stabilitas

EKONOMI LINGKUNGAN Kekuasaan,konsultasi, pemerintah SOSIAL Keanekaragaman hayati, sumberdaya alam, polusi

Segitiga keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Segitiga keberlanjutan ( Charles 2001)

Selanjutnya menurut Charles (2001), terdapat tiga komponen kunci dalam sistem perikanan berkelanjutan: (1) sistem alam yang mencakup ikan, ekosistem, dan lingkungan biofisik; (2) sistem manusia yang mencakup nelayan, sektor pengolah, pengguna, komunitas perikanan, lingkungan sosial/ekonomi/budaya; dan (3) sistem pengelolaan perikanan yang mencakup perencanaan dan kebijakan perikanan, manajemen perikanan, pembangunan perikanan, dan penelitian perikanan.

Sedangkan dari sistem perikanan budidaya, keberlanjutan ditentukan oleh beberapa aspek yaitu aspek teknologi (produksi), aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan (Chung dan Kang 2000). Hampel dan Winther (1997) juga menyatakan bahwa untuk dapat melakukan pengembangan perikanan budidaya khususnya budidaya tambak udang secara berkelanjutan, maka aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek teknologi harus menjadi perhatian yang utama.

Kerangka keberlanjutan sistem perikanan budidaya dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Keberlanjutan Ekologi Keberlanjutan Institusi Keberlanjutan Sosial Ekonomi Keberlanjutan Komunitas

Gambar 4. Keberlanjutan sistem budidaya (Chung and Kang 2002)

Gambar 5. Skema keterkaitan berbagai aspek dalam pengembangan tambak udang berkelanjutan (Hampel dan Winter 1997)

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mempunyai makna tercapainya tingkatan pembangunan yang sukses dan proteksi ekosistim yang berhasil atau dengan perkataan lain, dalam pembangunan yang berkelanjutan terdapat unsur yang menjaga atau memproteksi sumberdaya alam dan lingkungan laut melalui rencana strategis pembangunan yang luwes dan professional, dan pemanfaatan secara optimal sumberdaya kelautan yang mampu memenuhi

Produktif

Sistem Budidaya Berkelanjutan Relevansi Sosial

dan Keuntungan Kelayakan Lingkungan Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Teknologi Budidaya Lingkungan Biofisik Pesisir Lingkungan Masyarakat Pesisir Produktivitas Pengembangan Tambak Berkelanjutan Daya Dukung

Kecepatan perubahan atau pertumbuhan terhadap proses waktu selalu menggambarkan nilai positif sehingga sektor pertumbuhan tidak pernah menurun dan sasaran utamanya adalah peningkatan produktivitas, kerjasama pembangunan yang kontinyu, distribusi alokasi yang adil dan kestabilan produksi yang mantap dengan keragaman kecil (Purwanto 2002)

Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi yang secara ekologis sesuai, maka kelayakan biofisik (biophysical sustainability) dari wilayah pesisir dan laut harus diidentifikasikan terlebih dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik

(biophysical requirement) setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan

/dibandingkan dengan karakteristik biofisik wilayah pesisir dan laut itu sendiri, sehingga dengan cara ini maka dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit (lokasi) wilayah pesisir dan laut. Apabila kelayakan biofisik ini dipetakan dengan informasi tentang tata guna ruang saat ini, maka ketersediaan biofisik

(biophysical availability) wilayah pesisir dan laut dapat ditentukan sehingga

pembangunan wilayah pesisir akan dapat terlaksana secara optimal. Penempatan wilayah pembangunan di lokasi yang sesuai tidak saja menghindari kerusakan lingkungan, tetapi juga akan menjamin keberhasilan (viability) ekonomi kegiatan yang dimaksud dan secara sosial budaya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pencapaian pembangunan secara berkelanjutan, tidak cukup hanya melihat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan saja, namun juga harus mempertimbangkan aspek spasial dan temporal. Konsep keberlanjutan ini akan terus berkembang melalui proses perkembangan secara evolusi dengan berjalan melintas waktu yang ditentukan oleh nilai-nilai dalam masyarakat, manusia, perubahan keadaan ekonomi, serta perubahan dalam realitas politik (Anwar 2001).