• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan informasi (Information Retrieval) adalah kumpulan berbagai

algoritma dan teknologi untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, dan temu

kembali informasi pada suatu koleksi data yang besar dan tidak terstruktur

(Manning et al, 2008).

Jenis informasi tersebut beragam, bisa berupa teks dokumen, halaman web,

maupun objek multimedia seperti foto dan video.

2.1.1.

Operasi Teks

2.1.1.1.

Stopword

Stopword adalah suatu kata yang sangat sering muncul dalam berbagai

dokumen adalah diskriminator yang buruk dan tidak berguna dalam temu kembali

informasi. Stopword perlu dieliminasi untuk mengurangi waktu eksekusi query

dengan cara menghindari proses

list yang panjang (Butcher

et al., 2010).

Pembuangan

stopword ini akan mengurangi ukuran indeks, meningkatkan

efisiensi dan keefektifan dari pemerolehan informasi (Croft et al., 2010). Contoh

stopword

dalam bahasa Indonesia, yaitu kata ganti orang (“aku”, “kamu”, “kita”,

dsb.), konjungsi (“dan”, “atau”, dsb.), dan beberapa kata lainnya.

2.1.1.2.

Stemming

Stemming adalah proses pengenalan suatu kata.

Stemming sering

melibatkan pemisahan kata dari imbuhan dan tanda baca (Göker et al, 2009).

Menurut Agusta (2010), pola suatu kata dalam bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut :

8

2.1.1.2.1.

Algoritma Nazief Adriani sebagai Algoritma Stemming

Algoritma Stemming Nazief – Adriani diperkenalkan oleh Nazief dan Adriani

(1996). Algoritma ini memiliki tahap-tahap sebagai berikut ini :

1.

Cari kata yang akan diistem dalam basis data kata dasar. Jika ditemukan maka

diasumsikan kata adalah root word. Maka algoritma berhenti.

2.

Selanjutnya adalah pembuangan Inflection Suffixes (“-lah”, “-kah”, “-ku”, “-

mu”, atau “-nya”). Jika berupaparticles (“-lah”, “-kah”, “-tah” atau “-pun”)

dan terdapat Possesive Pronouns (“-ku”, “-mu”, atau “-nya”), maka langkah

ini diulangi lagi untuk menghapus Possesive Pronouns.

3.

Hapus Derivation Suffixes (“-i”, “-an” atau “-kan”). Jika kata ditemukan di

kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a berikut ini :

a.

Jika “-an” telah dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah “-k”,

maka “-k” juga ikut dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus

maka algoritma berhenti. Jika tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b.

b.

Akhiran yang dihapus (“-i”, “-an” atau

“-kan”) dikembalikan, lanjut ke

langkah 4.

4.

Hapus Derivation Prefix. Jika pada langkah 3 ada sufiks yang dihapus maka

pergi ke langkah 4a, jika tidak pergi ke langkah 4b.

a.

Periksa tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diijinkan pada

Tabel 2.1. Jika ditemukan maka algoritma berhenti, jika tidak, pergi ke langkah

4b. Tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diijinkan ditampilkan pada

tabel berikut ini :

Awalan Akhiran yang tidak diizinkan

be-

-i

di-

-an

ke-

-i, -kan

me-

-an

se-

-i, -kan

Tabel 2.1. Tabel kombinasi awalan dan akhiran yang tidak diijinkan

b.

Tentukan tipe awalan kemudian hapus awalan. Jika awalan kedua sama

dengan awalan pertama algoritma berhenti.

9

c.

Jika root word belum juga ditemukan lakukan langkah 5, jika sudah maka

algoritma berhenti..

5.

Jika semua langkah telah selesai tetapi tidak juga berhasil maka kata awal

diasumsikan sebagai root word. Proses selesai.

Tipe awalan ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

1.

Jika awalannya adalah: “di-”, “ke-”, atau “se-” maka tipe awalannya secara

berturut-turut adalah “di-”, “ke-”, atau “se-”.

2.

Jika awalannya adalah “te-”, “me-”, “be-”, atau “pe-” maka dibutuhkan sebuah

proses tambahan untuk menentukan tipe awalannya.

3.

Jika dua karakter pertama bukan “di-”, “ke-”, “se-”, “te-”, “be-”, “me-”, atau

“pe-” maka berhenti.

4.

Dengan melihat Tabel 2.2, jika tipe awalan adalah “none” maka berhenti. Jika

tipe awalan adalah bukan “none” maka awalan dapat dilihat pada

Tabel 2.4.

Hapus awalan jika ditemukan.

Tipe-tipe awalan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Karakter huruf setelah awalan

Tipe awalan

Set 1

Set 2

Set 3

Set 4

“-r-“

“-r-“

None

“-r-“

ter-luluh

“-r-“

not (vowel or “-r-”)

“-er-“

vowel

Ter

“-r-“

not (vowel or “-r-”)

“-er-“

not vowel ter-

“-r-“

not (vowel or “-r-”)

not “-er-“

Ter

not (vowel or “-r-”)

“-er-“

vowel

None

not (vowel or “-r-”)

“-er-“

not vowel

Te

Tabel 2.2. Cara Menentukan Tipe Awalan Untuk awalan “te-”

Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan tipe awalannya ditunjukkan

pada tabel berikut ini :

Tipe Awalan Awalan yang harus dihapus

di-

di-

ke-

ke-

se-

se-

10

ter-

ter-

ter-luluh

ter

Tabel 2.3. Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan Tipe Awalannya

2.1.1.3.

Tokenisasi

Tokenisasi adalah proses pemisahan kata dari kumpulannya, sehingga

menghasilkan suatu kata yang berdiri sendiri, baik dalam bentuk perulangan

maupun tunggal. Proses ini juga akan menghilangkan tanda baca maupun karakter

yang ada pada kata tersebut dan semua huruf menjadi huruf kecil. (Manning et al,

2008).

Contoh dari input dan output dari tokenisasi adalah sebagai berikut :

Input : Suatu deret angka genap

Output : suatu, deret, angka, genap

2.1.2.

Term-Document Matrix

Term-document

matrix adalah matriks yang memperlihatkan frekuensi

kemunculan suatu term didalam suatu dokumen. Dalam term-document matrix,

baris-baris menunjukkan

term dalam suatu koleksi dan kolom menunjukkan

dokumen. (Manning et al, 2008).

Contoh perancangan matriks term-document diperlihatkan seperti berikut ini :

doc 1 doc 2 doc 3 doc 4 doc 5 doc 6

term 1 1 2 2 1 1 0 term 2 0 4 4 1 2 0 term 3 2 5 0 1 3 0 term 4 3 1 0 0 1 1 term 5 2 0 2 0 0 1 term 6 1 0 1 1 3 2

Tabel 2.4. Perancangan termdocumentmatrix

Sehingga matriks term-documentnya (matriks M) akan menjadi seperti berikut ini

:

11

[

]

Gambar 2.1. Visualisasi term-documentmatrix

2.1.3.

TF-IDF sebagai Metode Pembobotan

Terms Frequency Inverse Documents Frequency (TF-IDF) adalah skema

pembobotan

term yang paling populer dalam ranah pemerolehan informasi

(Baeza – Yates, 1999).

Rumus pembobotan TF-IDF menurut Savoy (1993) adalah sebagai berikut :

Persamaan 2.1. Rumus pembobotan TF-IDF (Savoy, 1993)

Dimana,

, dan

Keterangan :

w

= bobot term (T

j

) pada dokumen D

i

tf

ij

= frekuensi kemunculan term (T

j

) pada dokumen D

i

m

= jumlah dokumen D

i

pada kumpulan dokumen

df

j

= jumlah dokumen yang mengandung term (T

j

)

idf

j

= invers frekuensi dokumen (inverse document frequency)

max tf

i

= frekuensi term terbesar dalam suatu dokumen

Dari penghitungan nilai TF-IDF ini, scoring atau penilaian terhadap

query

12

Persamaan 2.2. Rumus penghitungan skor dan perankingan dokumen terhadap query

2.1.4.

Evaluasi Pemerolehan Informasi

Pengukuran hasil relevansi dapat dilakukan dengan penghitungan

recall dan

precision. Recall digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu sistem

melakukan pencarian terhadap dokumen yang relevan terhadap suatu

query

pengguna. Sementara itu, precision digunakan untuk melihat seberapa baik sistem

pemerolehan informasi mengeliminasi dokumen yang tidak relevan (Croft et al.,

2010).

Rumus dari recall dan precision adalah sebagai berikut (Manning et al, 2008) :

Persamaan 2.3. Rumus penghitungan nilai recall (Manning et al, 2008)

Persamaan 2.4. Rumus penghitungan nilai precision (Manning et al, 2008)

Dokumen terkait