• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pemerolehan informasi karya ilmiah berbasis Cluster dengan G-Means Clustering.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pemerolehan informasi karya ilmiah berbasis Cluster dengan G-Means Clustering."

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam kurun waktu terakhir, pertambahan jumlah dokumen karya ilmiah berbahasa Indonesia

meningkat sangat pesat. Tanpa ada pengubahan dalam sistem pemerolehan informasi, volume

data yang meningkat dapat mengakibatkan turunnya performa sistem pemerolehan informasi,

terutama dalam hal waktu retrieval.

Salah satu metode yang diusulkan untuk mempersingkat waktu retrieval adalah

pengelompokan koleksi. Dalam tugas akhir ini, G-Means dipilih sebagai algoritma pemodelan

cluster. Keuntungan implementasi G-Means adalah kemampuan algoritma ini untuk memilih

jumlah cluster yang paling optimal.

Hasil pengelompokan koleksi kemudian diuji dalam lingkungan sistem pemerolehan informasi

untuk melihat seberapa baik pengelompokan koleksi dalam mempersingkat waktu retrieval, dan

seberapa besar pengaruhnya terhadap precision.

Data yang digunakan adalah karya ilmiah berbahasa Indonesia sebanyak 100 karya. Dari

hasil pengujian, ditemukan bahwa waktu retrieval lebih singkat hingga 16,3%, dengan rerata

waktu retrieval sebesar 12,88 detik dan precision sebesar 47%.

(2)

In recent years, Indonesian-written scientific papers grow significantly in term of number.

Without any improvement in information retrieval systems, increasing data volume could lead to

poor system performance, especially in its retrieval time.

One proposed method to improve retrieval time is collection clustering. G-Means was chosen

for cluster modeling algorithm, as it can determine number of generated clusters automatically.

Clustering collection results are tested in information retrieval system to find how significant

clustering can reduce retrieval time, and whether it has impact to system’s average precision.

We use 100 Indonesian scientific papers as collection. Based from the results, retrieval time

gain 16.3% faster, with average retrieval time is about 12,88 seconds and average precision is

about 47%.

(3)

CLUSTER DENGAN G-MEANS CLUSTERING

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik Informatika (S.Kom.)

Program Studi Teknik Informatika

Disusun Oleh :

AGUSTINUS AGRI ARDYAN

NIM : 125314109

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

THESIS

Presented as partial fulfillment of the requirements

To obtain the Bachelor Degree of Computer (S.Kom.)

In Informatics Engineering

Written by :

AGUSTINUS AGRI ARDYAN

NIM : 125314109

DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)

vi

HALAMAN MOTTO

(9)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penelitian ini dipersembahkan untuk :

Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus atas berkat dan bimbinganNya

Kedua orangtuaku, Mikael ‘Pae’ Santosa dan Fransiska

‘Ibuk’

Tasri Aryani yang

dengan sabar selalu membimbing langkahku

Adikku, Philipus ‘Bro' Agri Adhiatma, yang selalu menghibur setiap saat

Teman-teman Teknik Informatika yang selalu suportif dan memberikan banyak

sekali pengalaman dan ilmu baru.

Kepada segenap masyarakat yang terpanggil dan ikut berkontribusi dalam

kemajuan ilmu pengetahuan.

(10)

viii

DAFTAR ISI

SISTEM PEMEROLEHAN INFORMASI KARYA ILMIAH BERBASIS

CLUSTER DENGAN G-MEANS CLUSTERING ... i

CLUSTER BASED INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM FOR

SCIENTIFIC PAPER RETRIEVAL USING G-MEANS CLUSTERING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR PERSAMAAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... xxi

KATA PENGANTAR ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Metodologi Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1. Konsep Pemerolehan Informasi ... 7

2.1.1. Operasi Teks ... 7

2.1.1.1. Stopword ... 7

2.1.1.2. Stemming ... 7

(11)

ix

2.1.2. Term-Document Matrix ... 10

2.1.3. TF-IDF sebagai Metode Pembobotan ... 11

2.1.4. Evaluasi Pemerolehan Informasi ... 12

2.2. Konsep Pengelompokan Dokumen ... 12

2.2.1. Clustering dalam Pemerolehan Informasi... 12

2.2.2. Hipotesis Cluster ... 13

2.2.3. K-Means ... 13

2.2.4. G-Means ... 15

2.2.5. Evaluasi Cluster ... 18

2.2.5.1. Purity ... 18

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 19

3.1. Analisis Sistem ... 19

3.1.1. Deskripsi Sistem ... 19

3.1.1.1. Sub Sistem Pengelompokan Dokumen ... 19

3.1.1.2. Sub Sistem Pencarian Dokumen ... 23

3.1.2. Data yang Digunakan ... 26

3.1.3. Analisis Kebutuhan Pengguna ... 26

3.2. Perancangan Sistem ... 26

3.2.1. Data Flow Diagram ... 26

3.2.1.1. Diagram Konteks ... 26

3.2.1.2. Overview DFD ... 27

3.2.1.3. DFD Level 2 ... 28

3.2.2. Diagram Berjenjang ... 30

3.2.3. Deskripsi Proses ... 30

3.2.3.1. Deskripsi Proses 1 : Pengelompokan Dokumen ... 30

3.2.3.2. Deskripsi Proses 2 : Pencarian Dokumen ... 31

3.2.4. Rancangan Basis Data ... 33

3.2.4.1. Desain Konseptual ... 33

3.2.4.2. Desain Logikal ... 33

3.2.4.3. Desain Fisikal ... 34

3.2.5. Rancangan Antarmuka Pengguna ... 37

3.2.5.1. Antarmuka Pengelompokan Dokumen ... 37

(12)

x

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM ... 38

4.1. Struktur Data ... 38

4.2. Implementasi Basis Data ... 39

4.3. Implementasi Pengelompokan Dokumen ... 39

4.3.1. Implementasi G-Means ... 39

4.4. Implementasi Pencarian Dokumen ... 48

4.4.1. Implementasi Preprocessing Query ... 48

4.4.2. Implementasi Pencarian Berbasis Cluster dan Konvensional ... 50

4.5. Implementasi Antarmuka Pengguna... 51

4.5.1. Implementasi Antarmuka Pengelompokan Dokumen ... 51

4.5.2. Implementasi Antarmuka Pencarian Dokumen ... 52

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 54

5.1. Analisis Hasil Sistem ... 54

5.1.1. Hasil Pengelompokan Dokumen ... 54

5.1.1.1. Purity ... 58

5.1.2. Hasil Pengujian Pencarian Dokumen berdasar Kueri Pengguna ... 59

5.1.2.1. Pencarian dengan query data i i g ... 59

5.1.2.2. Pencarian dengan query aï e ayes ... 64

5.1.2.3. Pencarian dengan query klasifikasi ... 68

5.1.2.4. Pencarian dengan query siste pe duku g keputusa ... 73

5.1.2.5. Pencarian dengan query jari ga ko puter ... 78

5.1.2.6. Pencarian dengan query data i i g e ggu aka k- ea s ... 82

5.1.2.7. Pencarian dengan query kesehata a usia ... 86

5.1.2.8. Pencarian dengan query diag osa pe yakit ... 90

5.1.2.9. Pencarian dengan query t p udp ... 94

5.1.2.10. Pencarian dengan query ireless ... 98

5.2. Pembahasan ... 102

5.2.1. Rerata Interpolasi 11 Titik Recall – Precision ... 102

5.2.1.1. Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 102

5.2.1.2. Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 103

5.2.2. Waktu Eksekusi ... 105

5.3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem ... 107

(13)

xi

5.3.2. Kekurangan Sistem ... 107

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1. Kesimpulan ... 108

6.2. Saran ... 108

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Visualisasi term-document matrix... 11

Gambar 2.2. Pseudocode algoritma K-Means (Manning et al, 2008) ... 13

Gambar 2.3. Visualisasi proses yang terjadi dalam algoritma K-Means (Manning et al, 2008) ... 14

Gambar 2.4. Visualisasi G-Means dalam suatu dataset 2 dimensi dengan 1000 point. Algoritma G-Means mencoba mencari normalitas dalam sebaran titik pada suatu cluster (Hamerly et al., 2004) ... 15

Gambar 3.1. Alur proses pengklusteran dokumen ... 20

Gambar 3.2. Alur proses pencarian dokumen ... 24

Gambar 3.3. Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional (Baeza, 1999)... 25

Gambar 3.4. Sistem Pemerolehan Informasi Berbasis Cluster ... 25

Gambar 3.5. Diagram konteks dari sistem yang akan dibangun ... 26

Gambar 3.6. Overview DFD dari sistem yang akan dibangun ... 27

Gambar 3.7. DFD level 2 dari proses pengelompokan dokumen ... 28

Gambar 3.8. DFD level 2 dari proses pencarian dokumen ... 29

Gambar 3.9. Diagram berjenjang dari sistem yang akan dikembangkan ... 30

Gambar 3.10. ERD untuk sistem yang akan dibangun ... 33

Gambar 3.11. Model relasional untuk sistem yang akan dibangun ... 33

Gambar 3.12. Rancangan antarmuka pengguna untuk proses pengelompokan dokumen ... 37

Gambar 3.13. Rancangan antarmuka pengguna untuk proses pencarian dokumen ... 37

Gambar 4.1 Struktur data untuk term list yang menggunakan LinkedList dan document list yang menggunakan ArrayList ... 38

Gambar 4.2. Struktur data untuk master term list yang berupa HashMap ... 39

Gambar 4.3 Capture screen antarmuka subsistem pengelompokan dokumen (1) ... 51

Gambar 4.4. Capture screen antarmuka subsistem pengelompokan dokumen (2) ... 52

Gambar 4.5. Capture screen antarmuka subsistem pencarian dokumen ... 52

Gambar 4.6. Implementasi antarmuka pengguna subsistem pencarian dokumen berbasis cluster ... 53

Gambar 4.7. Implementasi antarmuka pengguna subsistem pencarian dokumen berbasis cluster ... 53

Gambar 5.1. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 61

Gambar 5.2. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 64

Gambar 5.3. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query aï e ayes pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 66

(15)

xiii

Gambar 5.5. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query klasifikasi pada

Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 70

Gambar 5.6. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query klasifikasi pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 72

Gambar 5.7. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query siste pe duku g keputusa pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 75

Gambar 5.8. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query siste pe duku g keputusa pada “iste Pe eroleha I formasi Konvensional ... 78

Gambar 5.9. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query jari ga ko puter pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 80

Gambar 5.10. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query jari ga ko puter pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 82

Gambar 5.11. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query aï e ayes pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 84

Gambar 5.12. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g menggunakan k- ea s pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 86

Gambar 5.13. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query kesehata a usia pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 88

Gambar 5.14. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query aï e ayes pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 90

Gambar 5.15. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query diag osa pe yakit pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 92

Gambar 5.16. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query diag osa pe yakit pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 94

Gambar 5.17. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query t p udp pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 96

Gambar 5.18. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query t p udp pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 98

Gambar 5.19. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query ireless pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 100

Gambar 5.20. Grafik interpolasi 11 titik recall precision terhadap query ireless pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 102

Gambar 5.21. Grafik rerata interpolasi 11 titik recall precision kedua jenis sistem ... 104

Gambar 5.22 Grafik rerata waktu retrieval kedua jenis sistem (1) ... 106

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel kombinasi awalan dan akhiran yang tidak diijinkan ... 8

Ta el 2.2. Cara Me e tuka Tipe A ala U tuk a ala te- ... 9

Tabel 2.3. Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan Tipe Awalannya ... 10

Tabel 2.4. Perancangan term document matrix ... 10

Tabel 3.1. Kebutuhan fungsional pengguna sistem ... 26

Tabel 3.2. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Cluster ... 34

Tabel 3.3. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Documents ... 34

Tabel 3.4. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Centroid ... 35

Tabel 3.5. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Term... 35

Tabel 3.6. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Term_Document ... 36

Tabel 3.7. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Stopword_Ina ... 36

Tabel 3.8. Desain basis data untuk Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster pada level fisikal untuk relasi Rootword_Ina ... 36

Tabel 5.1. Hasil pengelompokan dokumen yang dilakukan oleh sistem ... 58

Tabel 5.2. Hasil penghitungan dokumen-dokumen yang sesuai dengan cluster yang ditempati ... 58

Tabel 5.3. Hasil pencarian dengan query data i i g pada “iste Pe eroleha Informasi berbasis Cluster ... 60

Tabel 5.4. Penghitungan recall - precision terhadap query data i i g pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 60

Tabel 5.5. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 61

Tabel 5.6. Hasil pencarian dengan query data i i g pada “iste Pe eroleha Informasi Konvensional... 62

Tabel 5.7. Penghitungan recall - precision terhadap query data i i g pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 63

Tabel 5.8. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 63

Tabel 5.9. Hasil pencarian dengan query aï e ayes pada “iste Pe eroleha Informasi berbasis Cluster ... 64

Tabel 5.10. Penghitungan recall - precision terhadap query aï e ayes pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 65

(17)

xv

Tabel 5.12. Hasil pencarian dengan query aï e ayes pada “iste Pe eroleha Informasi Konvensional... 66 Tabel 5.13. Penghitungan recall - precision terhadap query aï e ayes pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 67 Tabel 5.14. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query aï e ayes pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 67 Tabel 5.15. Hasil pencarian dengan query klasifikasi pada “iste Pe eroleha

Informasi berbasis Cluster ... 69 Tabel 5.16. Penghitungan recall - precision terhadap query klasifikasi pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 69 Tabel 5.17. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query klasifikasi pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 69 Tabel 5.18. Hasil pencarian dengan query klasifikasi pada “iste Pe eroleha

Informasi Konvensional... 71 Tabel 5.19. Penghitungan recall - precision terhadap query klasifikasi pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 72 Tabel 5.20. Interpolasi 11 titik recallprecision terhadap query“klasifikasi” pada Sistem

Pemerolehan Informasi Konvensional ... 72 Tabel 5.21. Hasil pencarian dengan query siste pe duku g keputusa pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 74 Tabel 5.22. Penghitungan recall - precision terhadap query siste pe duku g

keputusa pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 74 Tabel 5.23. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query siste pe duku g

keputusa pada “iste Pe eroleha I for asi er asis Cluster ... 75 Tabel 5.24. Hasil pencarian dengan query siste pe duku g keputusa pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 77 Tabel 5.25. Penghitungan recall - precision terhadap query siste pe duku g

keputusa pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 77 Tabel 5.26. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query siste pe duku g

keputusa pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 78 Tabel 5.27. Hasil pencarian dengan query jari ga ko puter pada “iste

Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 79 Tabel 5.28. Penghitungan recall - precision terhadap query jari ga ko puter pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 79 Tabel 5.29. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query jari ga ko puter pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 79 Tabel 5.30. Hasil pencarian dengan query jari ga ko puter pada “iste

(18)

xvi

Tabel 5.34. Penghitungan recall - precision terhadap query data i i g e ggu aka k

-ea s pada “iste Pe eroleha I for asi erbasis Cluster ... 83 Tabel 5.35. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g

menggunakan k- ea s pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 83 Tabel 5.36. Hasil pencarian dengan query data i i g e ggu aka k- ea s pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 84 Tabel 5.37. Penghitungan recall - precision terhadap query data i i g e ggu aka k -means pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 85 Tabel 5.38. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query data i i g

menggunakan k- ea s pada “iste Pe eroleha I for asi Ko e sio al ... 85 Tabel 5.39. Hasil pencarian dengan query kesehata a usia pada “iste

Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 87 Tabel 5.40. Penghitungan recall - precision terhadap query kesehata a usia pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 87 Tabel 5.41. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query kesehata a usia pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 87 Tabel 5.42. Hasil pencarian dengan query kesehata a usia pada “iste

Pemerolehan Informasi Konvensional ... 88 Tabel 5.43. Penghitungan recall - precision terhadap query kesehata a usia pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 89 Tabel 5.44. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query aï e ayes pada “iste Pemerolehan Informasi Konvensional ... 89 Tabel 5.45. Hasil pencarian dengan query diag osa pe yakit pada “iste Pe eroleha Informasi berbasis Cluster ... 90 Tabel 5.46. Penghitungan recall - precision terhadap query diag osa pe yakit pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 91 Tabel 5.47. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query diag osa pe yakit pada Sistem Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 91 Tabel 5.48. Hasil pencarian dengan query diag osa pe yakit pada “iste Pe eroleha Informasi Konvensional... 93 Tabel 5.49. Penghitungan recall - precision terhadap query diag osa pe yakit pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 93 Tabel 5.50. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query diag osa pe yakit pada Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional ... 93 Tabel 5.51. Hasil pencarian dengan query t p udp pada “iste Pe eroleha I for asi berbasis Cluster ... 95 Tabel 5.52. Penghitungan recall - precision terhadap query t p udp pada “iste

Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 95 Tabel 5.53. Interpolasi 11 titik recall precision terhadap query t p udp pada “iste Pemerolehan Informasi berbasis Cluster ... 95 Tabel 5.54. Hasil pencarian dengan query t p udp pada “iste Pe eroleha I for asi Konvensional ... 96 Tabel 5.55. Penghitungan recall - precision terhadap query t p udp pada “iste

(19)

xvii

(20)

xviii

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1. Rumus pembobotan TF-IDF (Savoy, 1993) ... 11

Persamaan 2.2. Rumus penghitungan skor dan perankingan dokumen terhadap query 12 Persamaan 2.3. Rumus penghitungan nilai recall (Manning et al, 2008) ... 12

Persamaan 2.4. Rumus penghitungan nilai precision (Manning et al, 2008) ... 12

Persamaan 2.5. Rumus Uji Statistik Anderson Darling ... 16

Persamaan 2.6. Rumus Uji Statistik Anderson Darling ... 17

Persamaan 2.7. Rumus mencari anak cluster (Hamerly et al., 2004) ... 17

Persamaan 2.8. Rumus proyeksi vektor-vektor di X ke vektor v ... 17

Persamaan 2.9. Rumus penghitungan nilai purity ... 18

(21)

xix

ABSTRAK

Dalam kurun waktu terakhir, pertambahan jumlah dokumen karya ilmiah

berbahasa Indonesia meningkat sangat pesat. Tanpa ada pengubahan dalam

sistem pemerolehan informasi, volume data yang meningkat dapat mengakibatkan

turunnya performa sistem pemerolehan informasi, terutama dalam hal waktu

retrieval.

Salah satu metode yang diusulkan untuk mempersingkat waktu retrieval

adalah pengelompokan koleksi. Dalam tugas akhir ini,

G-Means dipilih sebagai

algoritma pemodelan cluster. Keuntungan implementasi

G-Means adalah

kemampuan algoritma ini untuk memilih jumlah cluster yang paling optimal.

Hasil pengelompokan koleksi kemudian diuji dalam lingkungan sistem

pemerolehan informasi untuk melihat seberapa baik pengelompokan koleksi

dalam mempersingkat waktu retrieval, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap

precision.

Data yang digunakan adalah karya ilmiah berbahasa Indonesia sebanyak

100 karya. Dari hasil pengujian, ditemukan bahwa waktu retrieval lebih singkat

hingga 16,3%, dengan rerata waktu retrieval sebesar 12,88 detik dan precision

sebesar 47%.

(22)

xx

ABSTRACT

In recent years, Indonesian-written scientific papers grow significantly in

term of number. Without any improvement in information retrieval systems,

increasing data volume could lead to poor system performance, especially in its

retrieval time.

One proposed method to improve retrieval time is collection clustering.

G-Means was chosen for cluster modeling algorithm, as it can determine number of

generated clusters automatically. Clustering collection results are tested in

information retrieval system to find how significant clustering can reduce

retrieval

time, and whether it has impact to system’s average

precision.

We use 100 Indonesian scientific papers as collection. Based from the

results, retrieval time gain 16.3% faster, with average retrieval time is about

12,88 seconds and average precision is about 47%.

(23)
(24)

xxii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan kuasa-Nya yang diberikan sehingga penelitian ini dapat berhasil dan selesai.

Penelitian ini tidak mungkin diselesaikan tanpa adanya keterlibatan dan dukungan

dari banyak pihak. Dalam penyelesaian penelitian ini, saya ingin mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut, antara lain :

1.

Bapak Sudi Mungkasi, S.Si, M.Sc.Math., Ph.D. selaku dekan Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

2.

Ibu Dr. Anastasia Rita Widiarti selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika, Universitas Sanata Dharma

3.

Bapak J.B. Budi Darmawan, M.Sc. selaku dosen pembimbing penelitian.

Beliau memberikan banyak masukan dan saran serta pembelajaran yang amat

sangat berharga dalam penelitian ini.

4.

Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T., selaku dosen penguji skripsi,

atas saran dan kritik yang diberikan untuk menunjang skripsi ini.

5.

Ibu Sri Hartati Wijono, S.Si., M.Kom. selaku dosen penguji skripsi, atas saran

dan kritik yang diberikan untuk menunjang skripsi ini.

6.

Keluarga yang tercinta, Bapak, Mikael Santosa, Ibu, Fransiska Tasri Aryani,

dan Adik, Philipus Agri Adhiatma yang selalu memberi dukungan terbaik dan

kasih sayang.

7.

Adika Dwi Ananda Putra (Dika), yang telah berbaik hati meminjami unit

komputer untuk menyelesaikan penelitian ini.

(25)
(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Jumlah publikasi karya ilmiah dari Indonesia terus bertambah dari tahun

ke tahun. Dari tahun 2011 hingga 2016, prosiding KNSI menampung 1590 karya

ilmiah, SRITI menampung 51 karya ilmiah pada tahun 2016. Sementara itu,

terdapat 110 karya ilmiah dipublikasikan di JUTI, jurnal teknologi informasi ITS,

sejak 2010 hingga 2016 dan 51 karya ilmiah pada JURTEK Akprind dari tahun

2014 hingga 2016. Jumlah karya ilmiah yang tidak termasuk dalam publikasi

tersebut tentunya jauh lebih besar lagi.

Dengan pertambahan jumlah karya ilmiah yang tersebut, permasalahan

yang muncul berasal dari besarnya volume data yang ada. semakin besar suatu

koleksi dokumen, maka proses pemerolehan informasi cenderung makin

membutuhkan waktu yang lebih banyak (Grossman

et al.

, 2004).

Untuk itu, diperlukan pengembangan dalam sistem pemerolehan

informasi. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan antara lain dengan

mengelompokkan koleksi dokumen yang ada. Antar dokumen dalam satu

kelompok memiliki kemiripan yang semirip-miripnya, dan antar dokumen dalam

kelompok yang berbeda memiliki ketidakmiripan yang sejauh-jauhnya. Sehingga

sistem tidak membutuhkan waktu eksekusi yang lama, karena tiap koleksi sudah

dibagi menjadi kelompok-kelompok yang seragam, atau yang disebut juga dengan

(27)

2

Tiap

cluster

direpresentasikan dengan satu centroid. Pengelompokan akan

dilakukan dengan algoritma Means. Keuntungan menggunakan algoritma

G-Means adalah selain melakukan pengelompokan, algoritma ini juga dapat

menghitung jumlah

cluster

yang optimum dengan melihat apakah suatu

cluster

sudah terdistribusi normal atau belum.

Setelah terbentuk kelompok-kelompok dokumen, maka tiap

query

dari

user

akan dicocokan dengan

centroid

tiap

cluster

saja. Kluster yang memiliki skor

paling tinggi dengan

query

pencarian akan dicatat, lalu isi dari

cluster

itulah yang

akan diberikan skor terhadap

query

dari pengguna, lalu kemudian ditampilkan.

1.2.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana hasil dan kualitas

cluster

yang dihasilkan dari proses

pengelompokan dokumen oleh sistem?

2.

Bagaimana pengaruh pengelompokan dokumen dalam sistem pemerolehan

informasi berbasis

cluster

terhadap waktu

retrieval

dan dampaknya terhadap

precision

?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.

Mengetahui hasil evaluasi dan kualitas

cluster

yang dihasilkan dari proses

(28)

3

2.

Mengetahui seberapa baik sistem pemerolehan informasi berbasis

cluster

dalam menurunkan waktu

retrieval

, dan seberapa besar pengaruhnya

terhadap

precision

.

1.4.

Batasan Masalah

1.

Dokumen yang digunakan sebagai korpus adalah karya ilmiah dalam bentuk

digital yang diambil dari prosiding berbagai seminar.

2.

Dokumen yang digunakan sebagai korpus adalah dokumen yang

menggunakan bahasa Indonesia.

3.

Dokumen yang digunakan sebagai korpus untuk penelitian ini diambil

secara acak.

4.

Dokumen digital yang digunakan sebagai korpus dalam penelitian ini telah

diubah menjadi format TXT.

5.

Pengelompokan dokumen dalam karya tulis ini tidak menggunakan data

training.

1.5.

Metodologi Penelitian

Langkah-langkah metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1.

Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan teori-teori yang mendukung

penelitian ini. Teori tersebut antara lain mengenai pemerolehan informasi

(

information retrieval

),

clustering

dokumen dengan menggunakan G-Means,

dan informasi lain yang mendukung implementasian pemerolehan informasi

(29)

4

2.

Pembangunan Sistem Pemerolehan Informasi berbasis

Cluster

Pembangunan sistem pemerolehan informasi berbasis

cluster

ini

menggunakan metode

Framework for the Application System Technique

(FAST) dengan tahap sebagai berikut:

a.

Analisis Sistem

1)

Analisis Masalah

Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis masalah yang

dapat dipecahkan dengan pembangunan sistem.

2)

Analisis Kebutuhan

Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah identifikasi kebutuhan

sistem dengan mengumpulkan data kebutuhan pengguna sistem yang

kemudian dimodelkan dalam diagram

Use Case

.

b.

Desain Sistem

1)

Logical

Design

Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah penggambaran model data,

proses dan antarmuka dalam bentuk logical.

2)

Physical

Design

and Integration

Implementasi secara teknis dengan pembuatan desain antarmuka

pengguna secara fisik dan desain basis data apabila diperlukan.

3)

Construction and Testing

Pengembangan rancangan ke dalam program dengan menggunakan

bahasa pemrograman Java, dan MySQL sebagai pengelola basis

datanya.

3.

Uji Coba Relevansi terhadap Pengguna

Uji coba terhadap pengguna dilakukan untuk melihat unjuk kerja sistem

(30)

5

uji relevansi. Hasil dari uji coba ini akan menjadi sumber data untuk analisis

hasil uji coba.

4.

Analisis Hasil Uji Coba Relevansi

Analisis hasil uji coba dilakukan dengan melihat data yang didapatkan dari

uji coba pengguna. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan

kesimpulan dari tujuan penelitian.

1.6.

Sistematika Penulisan

1.

BAB I

: PENDAHULUAN

Berisi pendahuluan berupa permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini,

tujuan dari penelitian ini, batasan-batasan yang ada dalam penelitian, serta

sistematika dokumen proposal ini.

2.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA

Berisi jabaran konsep dan hasil penelitian dari peneliti lain yang berkaitan

dengan penelitian ini. Isinya antara lain konsep dasar pemerolehan informasi,

stemming

, eliminasi

stopword

,

term

weighting, evaluasi hasil pemerolehan

informasi, serta konsep dasar pengelompokan teks, dan algoritma G-Means

untuk pemodelan data dan pemilihan jumlah

cluster

optimum.

3.

BAB III

: ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini berisi gambaran umum dari sistem yang akan dibangun, analisis

kebutuhan sistem dan rancangan basis data untuk sistem tersebut.

4.

BAB IV : IMPLEMENTASI

Bab ini berisi jabaran dari implementasi pemodelan G-Means

dalam bahasa

(31)

6

5.

BAB V

: ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi hasil pengujian sistem, serta pembahasan dari hasil pengujian

tersebut.

6.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi referensi pustaka yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini.

7.

LAMPIRAN

(32)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Pemerolehan Informasi

Pemerolehan informasi (

Information Retrieval

) adalah kumpulan berbagai

algoritma dan teknologi untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, dan temu

kembali informasi pada suatu koleksi data yang besar dan tidak terstruktur

(Manning

et al

, 2008).

Jenis informasi tersebut beragam, bisa berupa teks dokumen, halaman web,

maupun objek multimedia seperti foto dan video.

2.1.1.

Operasi Teks

2.1.1.1.

Stopword

Stopword

adalah suatu kata yang sangat sering muncul dalam berbagai

dokumen adalah diskriminator yang buruk dan tidak berguna dalam temu kembali

informasi.

Stopword

perlu dieliminasi untuk mengurangi waktu eksekusi

query

dengan cara menghindari proses

list

yang panjang (Butcher

et al.,

2010).

Pembuangan

stopword

ini akan mengurangi ukuran indeks, meningkatkan

efisiensi dan keefektifan dari pemerolehan informasi (Croft

et al.,

2010). Contoh

stopword

dalam bahasa Indonesia, yaitu kata ganti orang (“aku”, “kamu”, “kita”,

dsb.), konjungsi (“dan”, “atau”, dsb.), dan beberapa kata lainnya.

2.1.1.2.

Stemming

Stemming

adalah proses pengenalan suatu kata.

Stemming

sering

melibatkan pemisahan kata dari imbuhan dan tanda baca (Göker

et al,

2009).

Menurut Agusta (2010), pola suatu kata dalam bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut :

(33)

8

2.1.1.2.1.

Algoritma Nazief

–

Adriani sebagai Algoritma

Stemming

Algoritma

Stemming

Nazief

–

Adriani diperkenalkan oleh Nazief dan Adriani

(1996). Algoritma ini memiliki tahap-tahap sebagai berikut ini :

1.

Cari kata yang akan diistem dalam basis data kata dasar. Jika ditemukan maka

diasumsikan kata adalah

root word

. Maka algoritma berhenti.

2.

Selanjutnya adalah pembuangan

Inflection Suffixes

(“

-

lah”, “

-

kah”, “

-

ku”, “

-mu”, atau “

-

nya”). Jika berupa

particles

(“

-

lah”, “

-

kah”, “

-

tah” atau “

-

pun”)

dan terdapat

Possesive Pronouns

(“

-

ku”, “

-

mu”, atau “

-

nya”)

, maka langkah

ini diulangi lagi untuk menghapus

Possesive Pronouns

.

3.

Hapus

Derivation Suffixes

(“

-

i”, “

-

an” atau “

-

kan”). Jika kata ditemukan di

kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a berikut ini :

a.

Jika “

-

an” telah dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah “

-

k”,

maka “

-

k” juga ikut dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus

maka algoritma berhenti. Jika tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b.

b.

Akhiran yang dihapus (“

-

i”, “

-

an” atau

“

-

kan”) dikembalikan, lanjut ke

langkah 4.

4.

Hapus

Derivation Prefix

. Jika pada langkah 3 ada sufiks yang dihapus maka

pergi ke langkah 4a, jika tidak pergi ke langkah 4b.

a.

Periksa tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diijinkan pada

Tabel

2.1. Jika ditemukan maka algoritma berhenti, jika tidak, pergi ke langkah

4b. Tabel kombinasi awalan-akhiran yang tidak diijinkan ditampilkan pada

tabel berikut ini :

Awalan Akhiran yang tidak diizinkan

[image:33.595.85.513.189.719.2]

be-

-i

di-

-an

ke-

-i, -kan

me-

-an

se-

-i, -kan

Tabel 2.1. Tabel kombinasi awalan dan akhiran yang tidak diijinkan

b.

Tentukan tipe awalan kemudian hapus awalan. Jika awalan kedua sama

(34)

9

c.

Jika root word belum juga ditemukan lakukan langkah 5, jika sudah maka

algoritma berhenti..

5.

Jika semua langkah telah selesai tetapi tidak juga berhasil maka kata awal

diasumsikan sebagai root word. Proses selesai.

Tipe awalan ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

1.

Jika awalannya adalah: “

di-

”, “ke

-

”, atau “se

-

” maka tipe awalannya secara

berturut-

turut adalah “di

-

”, “ke

-

”, atau “se

-

”.

2.

Jika awalannya adalah “te

-

”, “me

-

”, “be

-

”, atau “pe

-

”

maka dibutuhkan sebuah

proses tambahan untuk menentukan tipe awalannya.

3.

Jika dua karakter pertama bukan “di

-

”, “ke

-

”, “se

-

”, “te

-

”, “be

-

”, “me

-

”, atau

“pe

-

” maka berhenti.

4.

Dengan melihat Tabel 2.2, j

ika tipe awalan adalah “none” maka berhenti. Jika

tipe awalan adalah bukan “none” maka awalan dapat dilihat pada

Tabel 2.4.

Hapus awalan jika ditemukan.

Tipe-tipe awalan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Karakter huruf setelah awalan

Tipe awalan

Set 1

Set 2

Set 3

Set 4

“

-r-

“

“

-r-

“

–

–

None

“

-r-

“

–

–

ter-luluh

[image:34.595.86.515.235.621.2]

“

-r-

“

not (vowel or “

-r-

”)

“

-er-

“

vowel

Ter

“

-r-

“

not (vowel

or “

-r-

”)

“

-er-

“

not vowel ter-

“

-r-

“

not (vowel or “

-r-

”)

not “

-er-

“

–

Ter

not (vowel or “

-r-

”)

“

-er-

“

vowel

–

None

not (vowel or “

-r-

”)

“

-er-

“

not vowel

–

Te

Tabel 2.2. Cara Menentukan Tipe Awalan Untuk awalan “te-”

Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan tipe awalannya ditunjukkan

pada tabel berikut ini :

Tipe Awalan Awalan yang harus dihapus

di-

di-

ke-

ke-

se-

se-

(35)

10

ter-

ter-

[image:35.595.89.519.229.713.2]

ter-luluh

ter

Tabel 2.3. Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan Tipe Awalannya

2.1.1.3.

Tokenisasi

Tokenisasi adalah proses pemisahan kata dari kumpulannya, sehingga

menghasilkan suatu kata yang berdiri sendiri, baik dalam bentuk perulangan

maupun tunggal. Proses ini juga akan menghilangkan tanda baca maupun karakter

yang ada pada kata tersebut dan semua huruf menjadi huruf kecil. (Manning

et al

,

2008).

Contoh dari input dan output dari tokenisasi adalah sebagai berikut :

Input : Suatu deret angka genap

Output : suatu, deret, angka, genap

2.1.2.

Term

-Document Matrix

Term-document

matrix

adalah matriks yang memperlihatkan frekuensi

kemunculan suatu

term

didalam suatu dokumen. Dalam

term-document matrix

,

baris-baris menunjukkan

term

dalam suatu koleksi dan kolom menunjukkan

dokumen. (Manning

et al

, 2008).

Contoh perancangan matriks

term

-

document

diperlihatkan seperti berikut ini :

doc 1 doc 2 doc 3 doc 4 doc 5 doc 6

term 1 1 2 2 1 1 0

term 2 0 4 4 1 2 0

term 3 2 5 0 1 3 0

term 4 3 1 0 0 1 1

term 5 2 0 2 0 0 1

term 6 1 0 1 1 3 2

Tabel 2.4. Perancangan termdocumentmatrix

Sehingga matriks

term-document

nya (matriks M) akan menjadi seperti berikut ini

(36)

11

[

]

Gambar 2.1. Visualisasi term-documentmatrix

2.1.3.

TF-IDF sebagai Metode Pembobotan

Terms Frequency

–

Inverse Documents Frequency

(TF-IDF) adalah skema

pembobotan

term

yang paling populer dalam ranah pemerolehan informasi

(Baeza

–

Yates, 1999).

Rumus pembobotan TF-IDF menurut Savoy (1993) adalah sebagai berikut :

Persamaan 2.1. Rumus pembobotan TF-IDF (Savoy, 1993)

Dimana,

, dan

Keterangan :



w

= bobot

term

(T

j

) pada dokumen D

i



tf

ij

= frekuensi kemunculan

term

(T

j

) pada dokumen D

i



m

= jumlah dokumen D

i

pada kumpulan dokumen



df

j

= jumlah dokumen yang mengandung

term

(T

j

)



idf

j

= invers frekuensi dokumen (

inverse document frequency

)



max tf

i

= frekuensi

term

terbesar dalam suatu dokumen

Dari penghitungan nilai TF-IDF ini, scoring atau penilaian terhadap

query

(37)

12

∑

Persamaan 2.2. Rumus penghitungan skor dan perankingan dokumen terhadap query

2.1.4.

Evaluasi Pemerolehan Informasi

Pengukuran hasil relevansi dapat dilakukan dengan penghitungan

recall

dan

precision

. Recall digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu sistem

melakukan pencarian terhadap dokumen yang relevan terhadap suatu

query

pengguna. Sementara itu,

precision

digunakan untuk melihat seberapa baik sistem

pemerolehan informasi mengeliminasi dokumen yang tidak relevan (Croft

et al.

,

2010).

Rumus dari

recall

dan

precision

adalah sebagai berikut (Manning

et al

, 2008) :

∑

∑

Persamaan 2.3. Rumus penghitungan nilai recall (Manning et al, 2008)

∑

∑

Persamaan 2.4. Rumus penghitungan nilai precision (Manning et al, 2008)

2.2.

Konsep Pengelompokan Dokumen

2.2.1.

Clustering

dalam Pemerolehan Informasi

Algoritma

clustering

mengelompokan sekumpulan dokumen ke dalam

suatu subset atau

cluster

. Tujuan algoritma

clustering

dalam pemerolehan

informasi bertujuan untuk mengelompokan sekumpulan dokumen yang koheren

secara internal, namun memiliki perbedaan jauh dengan dokumen dari

cluster

yang lain. Dengan kata lain, antar dokumen di dalam satu

cluster

yang sama

(38)

13

cluster

yang berbeda seharusnya memiliki tingkat perbedaan yang

setinggi-tingginya (Manning

et al

, 2008).

2.2.2.

Hipotesis

Cluster

Hipotesis

cluster

berisi tentang asumsi dasar yang dibuat ketika menerapkan

clustering

dalam pemerolehan informasi. Hipotesis

cluster

menyebutkan bahwa

dokumen dalam

cluster

yang sama akan memiliki keidentikan sifat, berkenaan

dengan relevansi terhadap kebutuhan informasi (Manning

et al

, 2008).

2.2.3.

K-Means

K-Means adalah salah satu algoritma

flat clustering

yang paling penting

(Manning

et al

, 2008). Tujuan K-Means adalah meminimalkan rata-rata kuadrat

jarak Euclidean dokumen terhadap

centroid

(pusat

cluster

) dokumen tersebut

(Manning

et al

, 2008).

Algoritma k-Means ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.2. Pseudocode algoritma K-Means (Manning et al, 2008)

Dalam bukunya, Manning (2008) menjabarkan langkah dari algoritma

K-Means. Pertama-tama, dilakukan pemilihan pusat

cluster

K secara acak dari

(39)

14

untuk meminimalkan RSS (

residual sum of squares

). Setelah itu, tiap dokumen

ditempatkan pada

cluster

yang memiliki

centroid

terdekat dengan dokumen

tersebut. Proses kembali lagi ke iterasi pergerakan pusat

cluster

.

Visualisasi proses yang terjadi dalam k-Means ditampilkan dalam gambar berikut

ini :

(40)

15

Ada beberapa cara penghentian iterasi, antara lain :



Banyak iterasi I yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika iterasi telah

mencapai langkah ke-i, maka proses akan berhenti.



Penempatan dokumen dalam suatu

cluster

(fungsi partisi γ) tidak berubah

-ubah lagi.



Centroid µ

k

tida

k berubah lagi. Hal ini sama dengan γ tidak berubah.



Berhenti ketika nilai RSS dibawah batas yang ditentukan.

2.2.4.

G-Means

Algoritma G-Means diperkenalkan oleh Greg Hamerly dan Charles Elkan

dari University of California pada tahun 2004. G-Means adalah algoritma

pengembangan dari K-Means yang memiliki fitur penghitungan jumlah

cluster

yang optimum dengan menggunakan uji statistik untuk memutuskan apakah suatu

pusat

cluster

perlu dipecah menjadi dua pusat

cluster

(Hamerly

et al.

, 2004).

Algoritma G-Means akan dimuai dari jumlah pusat

cluster

yang kecil,

misalnya satu atau dua. Tiap iterasi dimulai dengan pengelompokan data

menggunakan K-Means seperti biasa untuk mendapatkan himpunan anggota tiap

cluster

, selanjutnya algoritma ini akan memecah pusat

cluster

menjadi dua apabila

suatu

cluster

nampak tidak terdistribusi normal.

Visualisasi G-Means dalam suatu dataset 2 dimensi dengan 1000 point

ditampilkan dalam gambar berikut ini :

(41)

16

Algoritma G-Means dapat dilihat sebagai berikut (Hamerly

et al.

, 2004) :

1.

Pilih C sebagai sekumpulan pusat

cluster

(centroid) awal

2.

Lakukan K-Means pada dataset X dengan C sebagai pusat-pusat

cluster

nya.

3.

x

i

adalah sekumpulan

datapoint

yang menjadi member centroid c

j

, dimana { x

i

| class(x

i

) = j }

4.

Gunakan uji statistik untuk melihat apakah tiap { x

i

| class(x

i

) = j } mengikuti

distribusi normal (pada suatu

confidence level

α).

5.

Jika data terlihat terdistribusi normal, maka c

j

tidak berubah. Namun jika

sebaliknya, maka c

j

diganti menjadi dua pusat

cluster

6.

Ulangi langkah no. 2 hingga tidak ada lagi pusat

cluster

yang ditambahkan.

Terdapat dua hipotesis dalam uji statistik pada no. 4, yaitu sebagai berikut

(Hamerly

et al

., 2004) :



H

0

: data disekitar pusat

cluster

terdistribusi normal



H

1

: data disekitar pusat

cluster

tidak terdistribusi normal

Jika H

0

diterima, maka pusat

cluster

tidak perlu dipisah lagi menjadi dua.

Sementara itu, jika H

1

diterima, maka pusat

cluster

harus dipecah menjadi dua.

Uji statistik yang digunakan adalah adalah uji Anderson-Darling, dengan formula

sebagai berikut :

Persamaan 2.5. Rumus Uji Statistik Anderson Darling

(42)

17

∑

[

Persamaan 2.6. Rumus Uji Statistik Anderson Darling

X adalah subset dengan pusat

cluster

C. Tiap instance dari X diwakili

dengan x

i

, x

i+1, …,

x

n-1,

x

n

. Sementara itu, z

i

adalah hasil dari fungsi distribusi

kumulatif untuk distribusi normal baku terhadap nilai x

i

.

Untuk melakukan uji statistik diatas, dilakukan langkah seperti berikut ini

(Hamerly

et al.

, 2004) :

1.

Ambil suatu subset X

2.

Pilih level signifikan α untuk uji.

3.

Dari pusat

cluster

tersebut, ambil dua buah “anak” pusat

cluster

, dinotasikan

dengan c1 dan c2. Caranya dengan menggunakan rumus c±m, dimana m

adalah random atau dengan rumus berikut :

√

Persamaan 2.7. Rumus mencari anak cluster (Hamerly et al., 2004)

Dimana,

m = vector anak

s = eigenvalue terbesar yang didapat dari data

λ

= principal component utama, yaitu eigenvector dengan eigenvalue

terbesar

4.

Jalankan K-Means pada X dengan dua

centroid

tersebut (c1 dan c2).

5.

Hitung nilai vektor v dengan v = c1

–

c2.

6.

Proyeksikan X ke v, menjadi X

’

, dengan rumus sebagai berikut

‖ ‖

Persamaan 2.8. Rumus proyeksi vektor-vektor di X ke vektor v

(43)

18

8.

Hitung z

i

dengan rumus z

i

= F(x

i

).

9.

Hitung

. Apabila

berada pada daerah non-kritis, maka H

0

diterima. Sebaliknya apabila

berada di dalam daerah kritis, maka H

1

diterima dan pusat

cluster

yang baru adalah c1 dan c2.

2.2.5.

Evaluasi

Cluster

2.2.5.1.

Purity

Purity

adalah salah satu pengukuran dalam evaluasi

cluster

. Untuk

menghitung

purity

, tiap

cluster

diberikan label kelas berdasarkan label yang

paling sering muncul dalam

cluster

tersebut, dan kemudian akurasi

cluster

dihitung dengan jumlah data yang benar dibagi dengan banyak data (Chen, 2010).

Rentang

purity

dari 0 hingga 1. Semakin besar nilai

purity

, semakin baik

cluster

tersebut. Formula

purity

adalah sebagai berikut (Chen, 2010) :

∑ | |

(44)

19

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.

Analisis Sistem

3.1.1.

Deskripsi Sistem

Sistem yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah sistem

pengelompokan koleksi dan pencarian dokumen berdasarkan input

query

pengguna. Sistem ini terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem pengelompokan

dokumen dan sub sistem pencarian dokumen.

3.1.1.1.

Sub Sistem Pengelompokan Dokumen

Sub sistem pengelompokan dokumen bertindak sebagai modul

clustering

dokumen. Nantinya koleksi dokumen yang diunggah oleh

User

ke dalam sistem

mula-mula diproses oleh subsistem ini. Proses yang terjadi adalah tokenisasi,

eliminasi

stopword

,

stemming

, lalu dilanjutkan dengan pembangunan

term

-document

matrix

.

Dalam

penelitian

ini,

kolom

dalam

term

-

document

matrix

akan

merepresentasikan

term

, selanjutnya disebut atribut atau feature. Sementara baris

dalam

term

-

document

matrix

akan merepresentasikan dokumen. Dari

term

-document

matrix

inilah akan dilakukan pengelompokan koleksi.

Jumlah

cluster

optimum akan dicari secara otomatis oleh sistem menggunakan

algoritma G-Means, yaitu pemodelan

cluster

dengan memperhitungkan

kenormalan distribusi dari tiap anggota

cluster

terhadap pusatnya masing-masing.

(45)

20

Normalitas distribusi tiap

cluster

akan dihitung dengan menggunakan test

statistik, dimana akan digunakan uji Anderson-Darling untuk menentukan apakah

cluster

sudah terdistribusi normal atau belum. Apabila suatu

cluster

belum

terdistribusi normal, maka suatu

cluster

akan dipecah menjadi dua, dan seterusnya

hingga terdistribusi normal.

Alur subsistem ini ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

Input dokumen karya ilmiah

Operasi tokenizing

Operasi stopword

Operasi stemming

Penghitungan tf, df dan w

Pembangunan term-document matrix

Implementasi G-Means untuk pemodelan cluster

Pengklusteran Dokumen

Simpan data cluster dan membernya, serta centroidnya

Feature selection

(46)

21

3.1.1.1.1.

Clustering dengan G-Means

Penggunaan algoritma G-Means serta parameter-parameter yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Ambil suatu subset X

Subset X pada saat ini adalah seluruh dataset yang ada. Dataset ini

dianggap sebagai satu

cluster

. Karena hanya terdapat satu

cluster

saja,

centroid dari

cluster

ini adalah rerata dari tiap atribut dari dataset tersebut.

2.

Pilih level signifikan α untuk uji.

Level signifikan

α

dalam penelitian ini diinisalisasi dengan nilai 0.05.

Nilai ini nantinya akan dibandingkan dengan p-value dari hasil penghitungan

uji statistik Anderson

–

Darling.

3.

Dari pusat

cluster

(

centroid

)

yang dibentuk pada point 1 tadi, ambil dua buah

“anak” pusat

cluster

, dinotasikan dengan c1 dan c2. Caranya dengan

menggunakan rumus pada Persamaan 2.1.

4.

Jalankan K-Means pada X dengan dua

centroid

tersebut (c1 dan c2).

K-Means dilakukan pada

cluster

yang diobservasi. Parameter jumlah

cluster

(k) memiliki nilai 2, dan seed untuk centroid awal adalah c1 dan c2.

Kriteria penghentian iterasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut :

a.

Jumlah iterasi telah melewati batas iterasi yang ditentukan, yaitu 1000 kali

iterasi, atau,

b.

Salah satu

cluster

kehilangan seluruh anggotanya (empty

cluster

), atau,

c.

Cluster

sudah konvergen, ditandai dengan

centroid

dan anggota

cluster

tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, memiliki nilai dan jumlah

yang sama dengan iterasi sebelumnya.

(47)

22

6.

Proyeksikan X ke v, menjadi X

’

, dengan rumus pada Persamaan 2.8.

7.

Normalisasi X` sehingga memiliki rerata 0 dan varian 1.

Normalisasi untuk mengubah X’ sehingga memiliki rerata 0 dan varian 1

dilakukan dengan menggunakan normalisasi

z-score

, yaitu normalisasi dengan

rumus berikut ini :

Persamaan 3.1. Rumus penghitungan normalisasi z-score pada suatu data

Dimana,

-

s

i

= nilai normalisasi di titik data ke i dalam suatu atribut

-

x

i

= nilai awal data di titik data ke i dalam suatu atribut

-

µ = nilai atribut dari atribut dimana terdapat data i

-

= nilai standar deviasi dari atribut dimana terdapat data i

8.

Hitung z

i

dengan rumus z

i

= F(x

i

).

Penghitungan

Cummulative Distribution Function

(CDF) menggunakan

java library yang dikhususkan untuk statistika, yaitu jdistlib.

9.

Hitung

. Apabila

berada pada daerah non-kritis, maka H

0

diterima. Sebaliknya apabila

berada di dalam daerah kritis, maka H

1

diterima dan pusat

cluster

yang baru adalah c1 dan c2.

Penghitungan p-value akan digunakan untuk mengetahui apakah nilai

berada pada daerah kritis atau non-kritis. Penghitungan p-value

dilakukan dengan java library yang dikhususkan untuk statistika, yaitu jdistlib.

Apabila nilai p-value lebih besar sama dengan nilai

α

, maka H

0

diterima, yang

artinya

cluster

tidak perlu dipecah menjadi dua

cluster

. Begitu pula

sebaliknya, maka H

1

diterima, yang artinya

cluster

perlu dipecah menjadi dua

(48)

23

3.1.1.2.

Sub Sistem Pencarian Dokumen

Sub sistem pencarian dokumen berfungsi untuk mencari dokumen yang

memiliki kemiripan atau relevan dengan

query

yang diberikan oleh pengguna

sistem.

Query

hanya akan dicocokkan dengan

centroid

tiap

cluster

dengan

menggunakan operator boolean AND, dengan menggunakan Persamaan 2.2 untuk

menghitung skor.

Cluster

yang memiliki

centroid

dengan skor yang tertinggi

terhadap

query

pencarian

user

akan dicatat oleh sistem. Apabila tidak ada

kecocokan dengan semua centroid, maka dicoba pencocokan dengan

menggunakan operator OR.

Apabila sudah ditemukan

cluster

yang sesuai, dokumen yang berada dalam

cluster

tersebut akan dibobot ulang oleh sistem menggunakan TF-IDF untuk

kemudian ditampilkan urut ke pengguna berdasarkan bobot terhadap

query

yang

diberikan oleh pengguna. Jumlah dokumen untuk penghitungan IDF didasarkan

pada jumlah dokumen yang berada pada

cluster

terpilih.

Aktor yang terlibat dalam sistem ini adalah

User

.

User

adalah aktor yang

memiliki wewenang untuk melakukan pencarian dokumen dengan memberikan

input berupa

query

pencarian pada sistem. Selain itu,

user

memiliki wewenang

untuk memulai proses

clustering

dokumen.

(49)

24 Input query pencarian

Operasi tokenizing

Operasi stopword

Operasi stemming

Penghitungan tf, df, w

Pembangunan term-query matrix

Pembobotan cluster terhadap kueri, dengan membandingkan centroid terhadap kueri, dapat ditemukan bobot yang paling besar (cluster yg paling mirip

dgn kueri)

Load document id dari cluster yang paling mirip

Hitung ulang bobot document member cluster tadi terhadap kueri

Tampilkan hasil pencarian ke user

Pencarian

Gambar 3.2. Alur proses pencarian dokumen

Subsistem ini memiliki dua opsi untuk

retrieval

, yaitu

retrieval

berbasis

cluster

dan

retrieval

tanpa

cluster

. Retrieval berbasis

cluster

selanjutnya disebut

dengan Sistem Pemerolehan Informasi berbasis

Cluster

, sementara

retrieval

tanpa

cluster

disebut dengan Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional.

(50)

25

Text database Index

Index Text operation

Query operation Indexing DB Manager Module

Searching

Ranking User interface

Inverted file

Text Text

Logical view Ranked docs

feedback User need

Logical operation

query

Retrieved docs

Gambar 3.3. Sistem Pemerolehan Informasi Konvensional (Baeza, 1999)

Text database Text operation

Query operation Indexing DB Manager

Module

Searching

Ranking

User interface

Inverted file

Text Text

Logical view Ranked docs

feedback User need

Logical operation

query

Retrieved docs

Clustering

Cluster Member (Documents)

Cluster Member (Documents)

Cluster Index (Centroid)

Cluster Index (Centroid)

(51)

26

3.1.2.

Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 karya ilmiah

berbahasa Indonesia yang diambil dari berbagai prosiding dan jurnal.

3.1.3.

Analisis Kebutuhan Pengguna

Kebutuhan yang dibutuhkan tiap aktor dalam sistem ini disajikan dalam tabel

berikut ini :

Pengguna Sistem

Kebutuhan

User

1.

Melakukan

clustering

dokumen

2.

Melakukan pencarian dengan menggunakan

query

3.

Melihat isi dokumen

Tabel 3.1. Kebutuhan fungsional pengguna sistem

3.2.

Perancangan Sistem

3.2.1.

Data Flow Diagram

3.2.1.1.

Diagram Konteks

Diagram konteks atau diagram aliran data pada level 0 untuk sistem yang akan

dibangun, ditampilkan pada gambar berikut ini :

Dokumen Sistem Pemerolehan Informasi

koleksi

cluster

User query pencarian

list dokumen Sistem

pemerolehan informasi

(52)

27

3.2.1.2.

Overview

DFD

Overview

dari diagram aliran data untuk sistem yang akan dibangun, ditampilkan

pada gambar berikut ini :

D o k u m e n S is te m P e m e ro le h an In fo rm as i k o le k si cl u ste r 1 . P e n g e lo m p o k an d o k u m e n S is te m P e m e ro le h a n Inf o rm as i U se r q u e ry p e n car ian li st d o k u m e n 2 . P e n car ian d o k u m e n T e rm C lu ste r Re co rd C e n tr o id Te rm li st Kolek si, ind

ex cluste r cen tro id In d e x d o k u m e n ce n tr o id Ind ex d ok um en D o k u m e n se su ai in d e x cl u st e r

(53)

28

3.2.1.3.

DFD Level 2

3.2.1.3.1.

DFD Proses 1

: Pengelompokan Dokumen

Diagram aliran data pada level 2 untuk proses pengelompokan dokumen

ditampilkan pada gambar berikut :

Dokumen Sistem Pemerolehan Informasi koleksi

1.2. pembobotan

1.3. Pengelompokan

dokumen 1.1. preprocessing

Term

Cluster

Record Centroid Token list,

koleksi

Tf,df,w, term-document

matrix, koleksi

Term list

Index dok umen

Koleksi, index cluster

centroid

(54)

29

3.2.1.3.2.

DFD Proses 2

: Pencarian Dokumen

Diagram aliran data pada level 2 untuk proses pencarian dokumen ditampilkan

pada gambar berikut :

User Sistem Pemerolehan Informasi

query

1.2. Pembobotan query

1.3. Pemilihan cluster

termirip 1.1. Preprocessing query

Term

Cluster

Record Centroid Token list

TF-IDF query

df

Index dok umen

Dokumen

sesuai index cluster

centroid

1.4. Perankingan dokumen Index

cluster, TF-IDF query Dokumen

terurut

(55)

30

3.2.2.

Diagram Berjenjang

Diagram berjenjang (hierarchial chart) dari system yang akan dibangun ini

ditampilkan pada gambar berikut :

Sistem pemerolehan

informasi

1. Pengelompokan

dokumen

2. Pencarian dokumen

1.1. preprocessing

1.2. pembobotan

1.3. Pengelompokan

dokumen

2.1. Preprocessing

query

2.2. Pembobotan

query

2.3. Pemilihan cluster

termirip

2.4. Perankingan

dokumen Level 0

Level 1

Level 2

Gambar 3.9. Diagram berjenjang dari sistem yang akan dikembangkan

3.2.3.

Deskripsi Proses

3.2.3.1.

Deskripsi Proses 1 : Pengelompokan Dokumen

3.2.3.1.1.

Deskripsi Proses 1.1

: Preprocessing

Preprocessing

dilakukan

untuk

menghilangkan

stopword

dan

menyederhanakan bentuk-bentuk

term

dengan cara

stemming

. Preprocessing ini

berguna untuk mengurangi dimensi matriks

term

-

document

.

Setelah semua

term

diubah menjadi bentuk kata dasarnya, selanjutnya

dilakukan tokenisasi. Dalam sistem ini, token yang diambil adalah semua token

yang mengandung alfabet saja. Apabila token terdiri dari karakter alphanumeric

atau numerik, maka token akan dibuang. Setiap token akan dicatat

(56)

31

Selain itu, jumlah dokumen yang mengandung token tersebut akan dicatat juga.

Jumlah ini menghasilkan nilai

document

frequency (DF).

Hasil dari proses ini adalah TF, DF, dan token-token yang nantinya akan

dibobot oleh proses selanjutnya.

3.2.3.1.2.

Deskripsi Proses 1.2

: Pembobotan

Input dari proses pembobotan adalah nilai-nilai TF tiap dokumen, DF tiap

term

, serta token

list

. Token

list

selanjutnya disebut

term

list

. Pembobotan

dilakukan dengan rumus pada Persamaan 2.1.

Metode yang digunakan untuk pembob

Gambar

Tabel 2.1. Tabel kombinasi awalan dan akhiran yang tidak diijinkan
Tabel 2.2. Cara Menentukan Tipe Awalan Untuk awalan “te-”
Tabel 2.3. Awalan yang diijinkan dihapus berdasarkan Tipe Awalannya
Tabel 5.1. Hasil pengelompokan dokumen yang dilakukan oleh sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu tentang norma hukum dan dmu pengertian hukum disebut sebagai dogmatik hukum yang bersifat teoritis rasional dengan menggunakan metode berpikir deduktif.. Ilmu

Pendahuluan: Perawatan ortodontik menghasilkan pergerakan gigi yang bertujuan untuk mengoreksi posisi gigi yang tidak normal menjadi yang normal dan estetik. Prinsip pergerakan

Namun demikian dalam dua penelitian yang telah tersebut di atas belum membahas mengenai optimalisasi media sosial sebagai media sosialisasi kegiatan komunitas dan juga

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diacu terlihat pada cakupan kajian nya yaitu jika kajian ini hanya terfokus pada faktor –faktor pemertahanan bahasa

Eksperimen membuktikan bahwa energy partikel

Dari tabel 4.4 di atas menunjukan perlakuan dosis 20 ton/ha mempunyai jumlah buah yang paling banyak, perbedaan dosis bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah,

Kesedaran gaya kognitif perlu untuk membantu siswa guru, menggunakan strategi pembelajaran kendiri dengan lebih baik agar selari dengan generasi abad ke-21 yang