BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber pengelolaan dana yang terbesar dalam sistem perekonomian di
Indonesia, hampir 75, 02% adalah dari sektor perbankan. Ratusan atau bahkan
ribuan transaksi yang terjadi setiap harinya berhubungan dengan perusahaan ini.
Sampai pada akhirnya perbankan diberi julukan sebagai jantung dalam sistem
perekonomian suatu negara. Jantung memiliki peranan yang sangat esensi dalam
tubuh manusia, berdetak secara teratur sesuai keadaan tubuh seseorang, dan tanpa
detakan jantung yang sehat dan teratur seseorang dikategorikan mengalami
gangguan kesehatan dan jika dibiarkan secara terus menerus, akan mengalami
kematian.
Demikian halnya dalam konteks perekonomian, perbankan menjadi
indikator bagaimana kondisi perekonomian suatu negara. Sejak masa penjajahan,
orde baru, era reformasi sampai pada hari ini, banyak peristiwa-peristiwa yang
mengguncang dunia perbankan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni
kondisi pasar yang sudah tidak bisa diatasi maupun karena alasan politik untuk
kepentingan golongan tertentu. Masa yang paling sulit terjadi pada tahun
1997/1998, kita dapat melihat bagaimana mengerikan dampak krisis moneter itu,
sebagian besar aspek-aspek dalam perekonomian mengalami pasang surut. Alasan
Kondisi sektor perbankan memburuk dan semakin besarnya
ketergantungan terhadap modal asing, termasuk pinjaman dan impor, yang
membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh
krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada pertengahan tahun 1997.
Keadaan ini kemudian diperburuk dengan adanya krisis nilai tukar bath Thailand
yang menyebabkan nilai tukar dollar menguat. Penguatan nilai tukar dollar ini
berimbas ke rupiah dan menyebabkan nilai tukar rupiah semakin anjlok, demikian
dijelaskan Oktriandri dalam blognya di sosial media (Rabu, 14 Desember 2011).
Data yang bisa diungkapkan terdapat 16 bank umum swasta nasional
yang dilikuidasi dan sekaligus dicabut izin usahanya oleh pemerintah
serta 45 bank lainnya yang bermasalah. Pada tahun 1999, sebanyak 38 bank
ditutup, tahun 2004 Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi, tahun
2005 Bank Global ditutup, tahun 2008 kasus Bank Century dan penutupan
Bank Indover, dan pada tahun 2009 terjadi pencabutan ijin usaha Bank
IFI oleh pemerintah (Sebtika: 2013).
Mungkin kita sudah sering mendengar tipibank bukan? tipibank adalah
tindak pidana yang terjadi dalam dunia perbankan, saat ini sangat marak terjadi di
tanah air tercinta, yang dilakukan ole h pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
baik karena alasan pribadi atau golongan tertentu. Dalam pemaparannya Grace
Nugroho menjelaskan dalam tipibank terdapat kolusi oleh berbagai pihak. Sebaran
penanggung jawabnya atau para pelaku yang luas, mulai dar i pihak perusahaan
yang mengajukan kredit hingga berbagai struktur internal bank. Hal tersebut
pembobolan uang nasabah, penggelapan dana, kecurangan investasi/ deposito,
dan lain sebagainya. Banyaknya kasus yang terjadi di tengah kondisi
perekonomian yang kurang baik justru membuat menipisnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan.
Tidak selamanya mendung itu kelabu, benarlah peribahasa ini, selalu ada
jalan keluar dari setiap masalah yang terjadi. Munculnya API (Arsitektur
Perbankan Indonesia) yang berfungsi sebagai inisiator dan fasilitator perbankan
yang menjalankan misinya lewat program-program yang mendukung terciptanya
enam pilar perbankan yang sehat: struktur perbankan yang sehat, sistem
pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif,
industri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan
perlindungan konsumen. API merupakan sa lah satu langkah yang di ambil
untuk meyakinkan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan perbankan di Indonesia.
Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sesungguhnya sangat
dipengaruhi oleh pencapaian dunia perbankan itu sendiri dan bagaimana
upaya perbankan mengantisipasi setiap perubahaan yang terjadi pada
lingkungannya baik nasional maupun global. Perubahan-perubahan yang
dimaksud menyangkut masalah teknologi informasi, kebijakan atau regulasi
pemerintah, otoritas moneter, serta tuntutan konsumen yang semakin variatif.
Bagi sebuah bank, tidaklah cukup hanya dengan me mberikan jasa-jasa
keuangan saja, tetapi yang terpenting adalah bagaimana cara untuk meningkatkan
sehat, sehingga kepentingan semua pihak terjaga dan kelanjutan hidup bank
terjamin. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai perusahaan (firm value)
telah menjadi aspek fundamental dalam penilaian dan pengambilan keputusan,
sehingga diperlukan kajian yang lebih pasti mengenai nilai perusahaan.
Memperoleh keuntungan semaksimal mungkin bukanlah satu-satunya
tujuan utama perusahaan perbankan. N ilai perusahaan menjadi tolak ukur untuk
melihat pencapaian prestasi perusahaan atas pelaksanaan fungsi- fungsi
keuangannya, dan perlu diingat bahwa suatu perusahaan memiliki nilai yang
baik hanya jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik pula. N ilai
perusahaan dapat digunakan para investor sebagai reaksi terhadap informasi yang
diberikannya yang mencakup harga pasar saham dan volume saham yang
beredar. Jika calon investor melihat bahwa pengembalian yang diterimanya di
kemudian hari memiliki nilai yang tinggi kemungkinan dia akan mengambil
keputusan untuk melakukan investasi. Dengan kata lain investor dapat
memperoleh informasi mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa yang
akan datang dengan mengetahui peningkatan nilai perusahaan saat ini.
Mempertahankan para investor yang potensial sebagai stakeholder yang
dapat memberi kontribusi bagi perkembangan perusahaan merupakan salah satu
starategi untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan menjadi perusahaan yang
mampu memberikan potensi kemakmuran besar bagi mereka, hal inilah yang
sering menjadi syarat pertama melihat minat investor dalam menginvesatsikan
modalnya dalam suatu perusahaan. Jadi dapat disimpulkan nilai perusahaan
pada akhirnya akan mempengaruhi stakeholder dalam membuat keputusan
investasi di perusahaan tersebut.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan
baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal bersifat
controllable artinya dapat dikendalikan oleh perusahaan, seperti kinerja
perusahaan, keputusan keuangan, struktur modal, biaya ekuitas, dan faktor
lainnya. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa tingkat suku bunga, fluktuasi
nilai valas, dan keadaan pasar modal. Dalam hal ini penulis melihat bahwa rasio
leverage, profitabilitas, earning per share dan ukuran perusahaan akan
mempengaruhi nilai perusahaan perbankan. Seperti ditunjukkan oleh data berikut
ini
Tabel 1.1
Rata-rata PBV, ROA, EPS, Ukuran peurusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2008-2011
Secara kasat mata dapat kita amati tabel diatas yang menunjukkan
hubungan yang tidak konsisten antara data yang ada. PBV yang menjadi variabel
dependen yang mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai 2010 dan mengalami
penurunan tahun 2011. Hal ini jika dibandingkan dengan rasio leverage yang
sama untuk tiga tahun pertama, dan turun pada tahun ke empat (0.87) memberikan
informasi bahwa nilai perusahaan tidak berhubungan positif dengan rasio leverage.
Demikian halnya dengan ukuran perusahaan yang mengalami peningkatan tiga
tahun pertama namun drastis turun tahun ke empat, walaupun penilaian tidak
sama namun kita dapat melihat hubungan yang positif antara nilai perusahaan
dengan ukuran perusahaan. Sementara profitabilitas dan EPS menunjukkan
kenaikan dari tahun 2008-2011. Penulis melihat ada kejanggalan data, mari kita
amati data PBV tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, justru
EPS dan profitabilitas meningkat (174.7) dan (1.92) dibandingkan tahun tahun
sebelumnya. Dalam hal ini juga didapati kurang konsistensi data yang ada.
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu
seperti penelitian yang dilakukan Nova (2010) dan Prapaska (2012) yang meneliti
hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Nova (2010 ) melihat
bahwa profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, sementara Prapaska (2012) menyatakan bahwa p rofitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sebtika (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang merupakan
faktor penting dalam menentukan nilai perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Pakpahan (2010)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, semantara berbeda dengan yang dinyatakan oleh Utami
(2009) bahwa ukuran perusahaan secara pasrial tidak berpengaruh signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmis (2011) mengungkapkan
bahwa secara parsial rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio
Price to Book Value. Berbeda dengan hal tersebut, Andri dan Hanung (2007)
menyatakan bahwa secara parsial leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(PBV).
Penelitian mengenai hubungan antara earning per share (EPS) dengan
nilai perusahaan dilakukan oleh Ana (2010) dan Putra (2006). Ana (2010)
mengungkapkan bahwa earning per share (EPS) tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan Putra (2006) menyatakan sebaliknya, bahwa
EPS berpengaruh signifikan terhadap PBV.
Hasil penelitian yang belum menunjukkan konsistensi penelitian yang satu
dengan penelitian yang lainnya, baik karena perbedaan lokasi maupun karena
periode waktu, mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan perbankan, Rasio
leverage, Profitabilitas, Earning per share dan Ukuran perusahaan sebagai
variabel independen. Peneliti memilih perusahaan Perbankan yang terdaftar di
BEI sebagai objek penelitian dengan periode pengamatan 2008-2011. Perbedaan
periode pengamatan, serta variabel independen yang dipilih diharapkan bisa
memberikan hasil yang lebih akurat dan sesuai dengan kondisi perkonomian saat
ini. Maka penelitian ini mengambil judul : “Analisis Pengaruh Rasio leverage,
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio leverage, profitabilitas, earning per share, dan ukuran
perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah rasio leverage, profitabilitas, earning per share, dan ukuran
perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui analisis rasio leverage, profitabilitas, earning per share,
dan ukuran perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui analisis rasio leverage, profitabilitas, earning per share,
dan ukuran perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signi fikan
terhadap nilai perusahaan.
1.4Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah pemahaman dan wawasan tentang analisis
pengaruh rasio leverage, profitabilitas, earning per share dan ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan
2. Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dasar
pengembangan penelitian yang bersifat sejenis
3. Bagi manajemen perusahaan, memberikan informasi dan sumbansih dalam
meningkatkan nilai perusahaan
4. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat d igunakan sebagai pertimbangan