• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Agama Islam di Indonesia 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu (Chabib Thoha, 2004: 4). Ilmu pendidikan Islam adalah teori, konsep dan atau pengetahuan tentang pendidikan yang berdasarkan Islam.

Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw (Fatah Yasin, 2008: 4). Secara sederhana Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran (agama) Islam. Sebagaimana kita maklumi, bahwa ajaran Islam bersumber dan berdasarkan atas Al-Qur’an, yang kemudian diteladani aplikasinya dalam kehidupan nyata oleh sunnah Nabi Muhammad saw (Munardji, 2004: 31).

Pembelajaran Agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan agama yang didesain dan diberikan kepada siswa yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagaman Islam. Dalam bukunya Muhaimin yang berjudul Nuansa Baru Pendidikan Islam (2006: 5) terdapat beberapa penjelasan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam. Di sini di jelaskan bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. Istilah “pendidikan Islam” dapat dipahami dalam beberapa perspektif, yaitu:

a. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilainilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan makna lain, pendidikan yang di pahami dan dikembangkan dari atau disemangati serta dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan hadits.

b. Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilai nya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat berwujud:

1) Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.

2) Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai (Abdul Majid, 2005: 134-135):

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketawaan peserta didik kepada Allah swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya. Tujuan pendidikan agama Islam dapat dibagi tiga macam, yaitu (1) tujuan ideal, (2) tujuan

institusional, (3) tujuan kurikuler. Adapun yang dimaksud dengan ke tiga tujuan tersebut adalah (Zainuddin Ali, 2007: 41-42):

a. Tujuan ideal, yang dimaksud tujuan ideal pendidikan agama Islam adalah menggerakkan mahasiswa untuk memperoleh hikmah kebijaksanaan hidup berdasarkan ajaran Islam QS.Lukman (31) ayat 12-20, yaitu mempunyai beberapa petunjuk:

1) Bersyukur kepada Allah 2) Tidak mempersekutukan Allah 3) Berbuat baik kepada Ibu Bapak 4) Mendirikan sholat

5) Menyuruh manusia berbuat baik dan melarang yang munkar

b. Tujuan institusional adalah usaha untuk mencapai agar mahasiswa:

1) Mengetahui, mengerti, dan memahami akidah dan syariah Islam

2) Mengamalkan, memahami, dan meyakni syari’ah islam baik melalui ibadah maupun muamalat sehingga mampu berdzikir kepada Allah dan bertafakur tentang ciptaannya

3) Membudayakan diri dan lingkungan dengan nilai-nilai Islam

4) Menjadi sarjana muslim yang mampu mengamalkan ilmu dan keterampilan sesuai dengan Islam.

c. Tujuan kurikuler yang ingin dicapai adalah:

1) Mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan rukun Iman, rukun Islam, dan Ihsan;

2) Membaca, mengerti, dan menghayati ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul;

3) Melaksanakan profesi keahliannya, penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat sesuai dengan akhlakul karimah dalam ajaran Islam

4) Memiliki kemampuan untuk menjadi khatib dan imam

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum adalah suatu alat yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan. Salah satu rumusan mengajukan konsep bahwa kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah, baik yang dilaksanakan didalam lingkungan sekolah (lembaga pendidikan) maupun di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Oemar Hamalik, 1993: 15). Dalam buku Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Mastuhu, 1999: 87-88) dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan, dan pengalaman siswa tentang Agama Islam dan bertaqwa kepada Allah SWT., serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Dari perumusan di atas dapat dikembangkan penafsiran yaitu, diharapkan para siswa mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dari GBPP (Garis-garis Besar Pedoman Pengajaran) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Menurut kurikulum 1994, jelas terlihat adanya keinginan agar anak mampu menguasai dan mempraktikkan ibadah mahdlah, seperti shalat wajib, beberapa shalat sunnah, puasa, membaca do’a-do’a, dan ayat-ayat pendek yang sifatnya “given” dan sederhana. Dari analisis tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum di atas, secara umum dapat dikemukakan bahwa peserta didik diharapkan berperilaku, berpikir, dan bersikap sehari-hari dalam kehidupan sosial selalu didasari dan dijiwai oleh agama.

Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut ini (Nur Uhbiyati; Abu Ahmadi, 1997: 187):

a. Kurikulum sebagai program studi.

Merupakan seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di institusi pendidikan lainnya.

b. Kurikulum sebagai konten.

Merupakan data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.

c. Kurikulum sebagai kegiatan terencana.

Merupakan kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.

d. Kurikulum sebagai hasil belajar.

Merupakan seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi caracara yang dituju untuk memperoleh hasil tersebut, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.

e. Kurikulum sebagai reproduksi kultural.

Merupakan transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.

f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.

Merupakan keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan sekolah.

g. Kurikulum sebagai produksi.

Merupakan seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

Menarik kesimpulan bahwa pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan Islam dalam menentukan/memilih kurikulum adalah segi akhlak/budi pekerti dan berikutnya segi kebudayaan dan manfaat.

Dalam Ilmu Pendidikan Islam, kurikulum merupakan komponen yang amat penting karena merupakan bahan-bahan ilmu pengetahuan yang diproses didalam sistem kependidikan Islam. Ia juga menjadi salah satu bagian dari bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat pencapai tujuan (input instrumental) pendidikan Islam.

Prof. H. M. Arifin, Med., menyatakan kategori ilmu pengetahuan Islam yang harus dijadikan materi kurikulum sebagai berikut (Nur Uhbiyati; Abu Ahmadi, 1997: 193-195):

a. Ilmu pengetahuan dasar yang esensial adalah ilmu-ilmu yang membahas (Ulumul Qur’an) dan Al-Hadits.

b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang menstudi tentang manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Ilmu ini memasukkan ilmu-ilmu: antropologi, pedagogik, psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

c. Ilmu-ilmu pengetahuan tentang alam atau disebut “Al ulum al kainiyah (ilmu pengetahuan alam)” yang termasuk didalamnya antara lain biologi, botani, fisika, astronomi, dan sebagainya.

Agar jalan yang ditempuh oleh pendidik dan peserta didik dapat berjalan mulus untuk menuju ke cita-cita pendidikan yaitu dengan terbentuk kepribadian Muslim atau insan kamil yang diridhai Tuhan orang harus selalu meniti jalan serta melihat kompas antara lain firman Allah sebagai berikut:

$#uρ | =≈tGÅ 3ø9$# ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ Artinya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS. AlBaqarah: 151).

Dengan ilmu pengetahuan dan hikmah yang telah diajarkan kepada manusia, maka timbullah dalam dirinya suatu kesadaran bahwa ia adalah makhluk Allah yang wajib menyembah kepada-Nya. Ibadat kepada-Nya merupakan salah satu bentuk menifestasi dari sikap berilmu dan beriman sehingga manusia Muslim hasil pendidikan Islam tetap akan mematuhi perintah Allah.

Kurikulum adalah termasuk aspek-aspek utama dalam proses pendidikan yang mendapat kecaman keras dan ditunjukkan cacat cela dan aspek-aspek kekurangannya dan ingin dikembangkan, diperbaiki dan dirubah konsepnya. Adapun ciri-ciri umum kurikulum pada pendidikan Islam, berdasar pada apa-apa yang telah kita sebutkan, dapat

disebutkan secara singkat sebagai berikut (Hasan Langgulung, 1987:

489-512):

a. Menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak agama.

b. Kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran-ajarannya adalah kurikulum yang luas dan menyeluruh dalam perhatian dan kandungannya.

c. Menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh, lengkap melengkapi, dan berimbang antara orang dan masyarakat.

d. Kecenderungan pada seni-halus, mengembangkan aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, bahasa-bahasa asing, sekalipun atas dasar perorangan dan juga bagi mereka yang memiliki kesediaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan mempunyai keinginan untuk mempelajari dan melatih diri dalam perkara itu.

e. Berkaitan antara kurikulum dalam pendidikan Islam dengan kesdiaan-kesediaan pelajar-pelajar dan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perorangan di antara mereka. Juga berkaitan dengan alam sekitar budaya dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.

4. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

Metode pendidikan agama Islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan (Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, 2009:

260).

Dalam proses pendidikan Islam metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan. Karena metode menjadi salah satu sarana yang memberikan makna bagi materi pelajaran, sehingga materi tersebut dapat dipahami dan diserap oleh peserta didik menjadi pengertian-pengertian fungsional yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Tanpa metode suatu materi tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan.

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani Metodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Armai Arief, 2002: 40).

Dalam bahasa Arab metode disebut tariqoh artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu, menurut istilah yaitu suatu sistem atau cara mengatur suatu cita-cita (Nur Uhbiyati; Abu ahmadi, 1997: 136).

Muhammad Athiyah al Abrasyi dalam bukunya Jalaluddin dan Usman Said (1994: 52) mendefinisikan bahwa metode adalah jalan

yang harus diikuti untuk memberikan paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran. Sedangkan menurut M. Arifin (1993:

61) dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Adapun Ahmad Tafsir (1995: 9) secara umum membatasi bahwa metode adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.

Dari beberapa pengertian metode di atas apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam bahwa metode pendidikan Islam adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran yaitu pribadi Islami (Abuddin Nata, 1997:

9). Jadi, metode pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara yang cepat dan tepat untuk mendidik anak didik agar dapat memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran Islam dengan baik sehingga manusia menjadi yang berkepribadian Islami. Metode mengajar merupakan salah sau cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Adapun metode yang digunakan oleh guru bidang studi PAI adalah (Abu Ahmadi, 1985: 110-121):

a. Metode Ceramah

Merupakan suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru dalam kelas. Peranan guru dan murid berbeda dalam metode ceramah ini, yaitu posisi guru disini dalam penuturan dan menerangkan secara aktif, sedangkan murid hanya mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan oleh guru. Dan dalam metode ini peran yang utama adalah guru.

b. Metode Tanya Jawab

Merupakan suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.

Metode Tanya jawab dilakukan:

1) Sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan.

2) Sebagai selingan dalam pembicaraan.

3) Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.

4) Untuk mengarahkan proses berfikir.

c. Metode Diskusi

Merupakan suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat, dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompokya. Dalam diskusi ini yang perlu diperhatikan adalah apakah setiap anak sudah mau mengemukakan pendapatnya, apakah setiap anak sudah dapat menjaga dan mematuhi etika dalam berbicara dan sebagainya. Barulah diperhatikan apakah pembicaraannya memberikan kemungkinan memecahkan persoalan diskusi.

d. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)

Metode ini sering disebut dengan pekerjaan rumah yaitu metode dimana murid diberi tugas khusus diluar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, akan tetapi bisa juga di perpustakaan, laboratorium, di taman dan sebagainya yang untuk mempertanggungjawabkan kepada guru. Metode resitasi ini dilakukan:

1) Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.

2) Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba sendiri.

3) Agar anak-anak lebih rajin.

e. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses belajar.

Misalnya, proses cara mengambil air wudhu, proses jalannya shalat dua rakaat dan sebagainya. Sedangkan metode aksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui, misalnya murid mengadakan eksperimen menyelenggarakan shalat Jum'at, merawat jenazah dan sebagainya.

Metode demonsterasi dan eksperimen dilakukan:

1) Apabila akan memberikan keterampilan tertentu.

2) Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas.

3) Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab membuat anak akan menarik.

f. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran merupakan kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang didalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik antara individu serta saling percaya mempercayai.

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa, hubungan dengan siswa ini dengan melalui pendekatan.

Adapun pendekatan yang dilaksanakan dalam pendidikan agama adalah:

a. Pendekatan pengalaman

Yaitu memberikan pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.

b. Pendekatan pembiasaan

Yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.

c. Pendekatan emosional

Yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.

d. Pendekatan rasional

Yaitu usaha untuk memberikan perasaan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agamanya.

e. Pendekatan fungsional

Yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilai nya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Pendidikan agama Islam juga diartikan sebagai usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.

Dokumen terkait