• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

6. Konsep Pendidikan Seksual

Pembahasan tentang pendidikan seksual berkaitan dengan teori pendidikan komprehensif yang mengurus seseorang bahkan sebelum ia terbentuk di dalam rahim. Memilih pasangan hidup yang di kehendaki Islam merupakan langkah pertama dalam menyiapkan pendidikan bagi seseorang. (Madani, 2014:120).

Maksud dari pendidikan seksual, seperti dikatan Profesor Gawshi, adalah untuk ―memberi pengetahuan yang benar kepada anak yang menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual di masa depan kehidupannya; dan pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual dan reproduksi.‖ (Madani, 2014:122).

Sementara itu, Syeikh Abdullah Ulwan Nasih mendefinisikan

pendidikan seksual sebagai ―pengajaran, penyadaran, dan

penerangan kepada anak sejak ia memikirkan masalah-masalah

seksual, hasrat, dan pernikahan sehingga ketika anak itu menjadi

22

23

24

ا َج ِّسنا َه ِم ِةَب ْز ِ ْلْا يِنوُأ ِسْيَغ َهي ِعِباَّحنا ِوَأ َّهُهُواَمْيَأ ْثَكَهَم اَم ْوَأ َّهِهِئاَس ْزَأِب َهْبِس ْضَي َلَ َو ۖ ِءاَسِّىنا ِتا َز ْىَع َٰىَهَع اوُسَهْظَي ْمَن َهيِرَّنا ِمْفِّطنا ِوَأ ِل َمَه ْعُيِن َّهِهِه ُج ُى ِم ْؤُمْنا َهُّيَأ اًعي ِم َج ِ َّاللَّ ىَنِإ اىُبىُج َو ۚ َّهِهِحَىيِش ْهِم َهيِف ْخُي اَم

َنى ُحِهْفُج ْمُكَّهَعَن َنو

―Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah merek a menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mer eka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak da ri padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung keda danya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepad a suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, ata u putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau s audara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wa nita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pela yan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap w anita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhi asan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu berunt ung.‖ (QS. An-Nur: 31)

A. Karakteristik Pendidikan Seksual

1. Aspek ketuhanan dalam pendidikan seksual

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

mukan 218 kasus kekerasan seksual anak pada 2015. Seme ntara pada 2016, KPAI mencatat terdapat 120 kasus kekeras an seksual terhadap anak-anak. Kemudian di 2017, tercatat sebanyak 116 kasus. (www.kpai.go.id di unduh pada tanggal 02 Desember 2017).

Kak Seto Mulyadi, Ketua Umum Komisi Nasional Perlin dungan Anak (Komnas PA), menambahkan bahwa peleceha n seksual pada anak bermakna segala tindakan melanggar k ehormatan diri anak secara seksual, termasuk di dalamnya p elecehan secara verbal dan fisik. Cakupannya memang luas, mulai dari kata-kata jorok, yang ditujukan kepada anak sehin gga ia merasa malu, tersinggung, marah, sakit hati, dan seba gainya, sampai pada tindakan mencowel, memegang, atau melakukan sentuhan-sentuhan yang tidak pantas dan seteru snya. (Chomaria, 2014:17)

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks bagi anak harus diajarkan atau diarahkan dengan cara yang berbeda sesuai dengan usia. Makna seks adalah jenis kelamin ya ng membedakan pria dan wanita secara bilogis. Pemicu aktivitas s eksual pada anak kemungkinan dari pengalaman dan melihat tanp a ada penjelasan ilmiah, sehingga terjadi pelecehan secara verbal dan fisik.

Seks memang bagian integral dalam kehidupan untuk menca

38

pai kebahagiaan duniawi, tetapi ketika keberadaanya justru menja di candu yang merusak moral anak bangsa, perlu adanya pemben ahan bersama demi terselamatkannya masa depan mereka dari s emakin terbukanya arus globalisasi lengkap dengan dampak nega tif yang diterima anak akibat tidak adanya filtrasi dari orang tua da n pendidik di usia prasekolah. Tulisan ini dimaksudkan untuk mem berikan informasi kepada orang tua dan pendidik usia prasekolah t entang pentingnya mengenalkan pendidikan seks beserta bagaim ana memulai komunikasi dengan anak agar mereka memperoleh i nformasi yang tepat dalam menyikapi arus globalisasi yang semak in transparan dalam berbagai hal.

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tah apan, yakni tahap infatil (0-5 tahun), tahap laten (5-12), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infatil yang paling mene ntukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, y akni fase oral, fase anal, dan fas falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan biologis, sehinga tahap in i disebut juga tahap seksual infatil. Perkembangan insting seks ber arti perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiap kan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (er ogenus zone). (Suhada, 2016:80)

a. Fase Oral (Usia 0-1 tahun)

Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung

39

pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

b. Fase Anal (Usia 1-2/3 tahun)

Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan di mana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.

c. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)

Face falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat

atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya

dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase

ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan

40

mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan.

Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar.

Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian katektis objek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah katektis objek seksual kepada orang tua yang berlawan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.

d. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)

Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak

mengalami periode peredaan implus seksual. Menurut Freud,

penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah

erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis,

alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase

ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni

41

42

remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan sexsual idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat yang tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan masalah seksual. Selain tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang sex tapi memahami permasalahan tersebut.

Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar. (www.e-psikologi.com/an: 2002).

Ada empat manfaat yang diambil dari pendidikan seks menurut Didik Hermawan (dalam Latief Awaludin, 2008:27):

1. anak akan memahami perubahan-perubahan yang sedang terjadi pada dirinya baik perubahan biologis, psikologis dan psikoseksual sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.

2. mendapat pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi manusia yang sekarang ini mulai "bekerja" sehingga anak akan lebih berhati-hati dalam merawat dan mejaga organ-organ reproduksinya.

3. mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang etika dan

berbagai perilaku seksual yang menyimpang yang harus

dihindari.

43

44

45

46

Dokumen terkait