• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar

Kawasan puncak adalah kawasan yang khas dengan nuansa pedesaan, dan semakin diperkuat keindahannya dengan gunung serta bukit-bukit yang mengitarinya. Tidaklah mengherankan banyak pihak yang memanfaatkan kawasan ini sebagai tujuan utama berekreasi di akhir pekan. Melihat peluang tersebut, pihak developer Kota Bunga membangun kawasan rekreasi yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan permukiman. Konsep hunian yang digunakan mengadopsi dari arsitektur mancanegara, dan peruntukan kawasan ini ditujukan bagi kalangan menengah ke atas.

Keindahan pemandangan utama (good view) yang ditawarkan oleh pihak Kota Bunga adalah nuansa alam pegunungan (Gede-Pangrango) dengan udaranya yang masih bersih dan sejuk, serta dilengkapi dengan barisan bukit-bukit yang menjulang indah. Melihat keindahan alam tersebut dalam penataan lanskapnya dilakukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut. Contoh upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak Kota Bunga, yakni pada welcome area cluster Little Indian dimana pada jalur jalan dibuat pandangan garis lurus (axis) menuju pemandangan gunung (Gambar 7), serta tinggi bangunan diusahakan serempak agar konsep awal perencanaan tetap dipertahankan, hal ini juga dilakukan agar tidak mengganggu pemandangan untuk dapat mengakses keindahan alam pegunungan.

Axis Menuju Pemandangan Gunung Hamparan Sawah Berteras

Keindahan alam yang turut berperan adalah hijaunya hamparan sawah dan perkebunan penduduk yang dibuat berteras atau berundak-undak dimana di bagian bawahnya mengalir sungai dengan suara gemericik air yang menenangkan. Suatu keuikan alam tersendiri bila suatu keindahan alam tersebut dapat terbingkai (vista) dikala membuka jendela dan pintu rumah. Panorama suasana pedesaan yang kental dengan kesederhanaan ternyata cukup membuat harga vila-vila yang berada di daerah perbatasan yang dapat mengakses langsung keindahaan alam tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga vila lainnya.

Kawasan peristirahatan Kota Bunga ini sengaja dibangun mendekati pada tempat yang memiliki potensi pemandangan agar pengunjung dapat menikmati langsung keindahan alam di daerah tersebut. Sehingga penataan lanskapnya sebisa mungkin harus menciptakan ilusi kepada pengunjung sehingga tercipta fantasi mereka berada di suatu tempat yang jauh. Fantasi ini dapat tercapai apabila desainnya memiliki tema yang kuat, seperti yang dihadirkan oleh Vila Kota Bunga, dengan nuansa alam pegunungannya ataupun tema kebudayaan negara-negara tertentu dari berbagai negara-negara. Akan lebih baik apabila penerapan ilusi ini total tidak hanya lewat desain lanskap, juga ditunjang lewat arsitektur bangunan.

Elemen lanskap minor merupakan elemen yang dapat diubah, seperti bukit, tanaman-tanaman, danau kecil dan elemen buatan manusia (Sulistyantara, 2006). Pemeliharaan terhadap elemen lanskap minor ini telah dilakukan dengan baik oleh pihak Kota Bunga, diantaranya membuat penataan lanskap dan elemen-elemennya agar sesuai dengan konsep aslinya seperti penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan fungsinya, menciptakan serta memelihara keberlanjutan dari elemen buatan manusia seperti danau di Little Venice, dan menyediakan jalur pedestrian di sepanjang jalur untuk mengakomodasi keperluan pengguna.

Secara keseluruhan, desain dari setiap taman vila adalah kombinasi bentuk dan warna antara perdu, semak, rumput, dan pohon. Desain awal yang diberikan oleh pihak Kota Bunga bersifat standar. Tanaman-tanaman standar pada taman vila di Kota Bunga (Lampiran 7) dapat diubah atau diganti apabila pemilik menginginkan perubahan desain, hal ini masih diijinkan selama tidak mengubah desain ataupun mengganti tanaman yang berada di area berm atau median. Namun

pada pelaksanaannya masih saja ditemui pemilik vila yang berani merubah tanaman di areal berm tanpa menghubungi pihak Kota Bunga terlebih dahulu. Perlu lebih ditegaskan kembali mengenai larangan-larangan tersebut kepada konsumen dan diberikan sanksi yang sesuai.

Kawasan Kota Bunga memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit-bukit. Pada area kavling kosong dengan kondisi yang tidak terawat dapat memicu terjadinya longsor ketika terjadi hujan besar. Sebaiknya pada areal tersebut dilakukan penanaman dengan jenis tanaman penutup tanah yang memiliki daya ikat kuat terhadap tanah, seperti alang-alang, tanaman sereh, maupun rumput-rumputan. Pada beberapa kondisi sudah terlihat pemanfaatan lahan seperti menanami tanaman obat-obatan pada kavling kosong, disamping dapat meminimalkan erosi tanah hal ini juga dapat membawa keuntungan mengingat kondisi tanah di pegunungan masih baik untuk dijadikan area bertanam.

Kawasan vila yang berlokasi di Jalan Hanjawar-Pacet ini umumnya hanya digunakan sebagai tempat istirahat untuk berlibur saja dan tidak selalu ditinggali (dihuni). Sehingga intensitas pengunjung ramai dipenuhi pada hari libur (week-end, dan libur nasional), perayaan akhir tahun dan liburan sekolah. Pengunjung yang datang mayoritas berasal dari luar kawasan Cipanas, yaitu masyarakat kota pada umumnya (Jabodetabek). Daya tarik utama dari vila di Kota Bunga ini adalah perpaduan yang unik antara konsep bangunan yang bergaya kelas-kelas dunia dengan kentalnya nuansa pedesaan khas Indonesia. Udara yang masih bersih dan segar, pemandangan alam yang indah, serta taman yang tertata apik dapat membantu para pengunjung yang datang untuk mendapatkan ketenangan yang mereka cari. Berbagai fasilitas untuk berwisata pun disediakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi anak. Diharapkan setelah berlibur di kawasan Kota Bunga ini pikiran menjadi lebih jernih dan siap mengahadapi tantangan baru. Merujuk atas tujuan inilah dalam menata kawasan serta pelayanan yang diberikan, kepuasan konsumen menjadi prioritas utama bagi pihak Kota Bunga.

Konsep Bangunan

Kota Bunga dikembangkan dengan konsep bangunan yang bergaya arsitektur dari seluruh dunia (Gambar 8). Kawasan vila ini tersedia dalam bentuk cluster dan blok kavling. Pada sistem cluster menggunakan pola sirkulasi loop, sedangkan untuk blok kavling umumnya pola sirkulasinya linier. Kawasan cluster hanya diterapkan pada beberapa areal yang baru dibangun saja, yaitu pada wilayah tahap I cluster Little Indian dan wilayah tahap VI dengan cluster New Zealand.

Konsep bangunan vila yang dibuat sudah sesuai dengan standar pemukiman yang ideal. Berdasarkan elemen desain, yaitu dari aspek bunyi atau suara, untuk menciptakan suatu keadaan yang tenang dan nyaman maka pencemar (polusi) suara harus dapat diminimalisir salah satunya dengan desain yang dibuat. Jarak pada masing-masing bangunan disediakan ruang yang cukup jauh, misalnya dibuat halaman yang cukup luas atau terdapat garasi (tempat parkir), hal ini bertujuan untuk meminimumkan jumlah kendaraan di jalur jalan. Penanaman vegetasi di sepanjang jalur jalan juga berfungsi untuk meredam polusi suara. Desain bangunan vila yang mengadopsi dari arsitektur mancanegara ini pada pembangunannya masing-masing tipe vila dikhususkan untuk mewakili wilayah tahapannya masing-masing (kecuali pada wilayah tahap I dan II yang memiliki beberapa persamaan tipe vila). Tipe Little Indian di wilayah tahap I, tipe Cattelya di wilayah tahap II, tipe Yokohama di wilayah tahap III, tipe Madrid di wilayah tahap IV, Tipe Monza di wilayah tahap V, dan tipe vila Marryland di wilayah tahap VI.

Selain unit-unit vila yang telah tersedia, pihak pengelola juga menjual kavling kosong dimana pembeli dapat memesan desain rumahnya sesuai pilihan, namun terbatas pada jenis vila yang ditawarkan. Kalangan pembeli dan penghuni dari vila Kota Bunga beragam, namun secara keseluruhan mayoritas berasal dari kelas menengah ke atas hingga pejabat dan warga negara asing (WNA). Jenis desain vila yang ditawarkan pun beragam dari yang sederhana hingga desain yang cukup rumit. Berdasarkan survai lapang dan wawancara, untuk penghuni kalangan WNA umumnya menyukai jenis vila yang memiliki desain bangunan yang unik dan megah. Letak atau posisi bangunan terhadapa ajaran Feng Shui juga turut

mempengaruhi, terutama pada WNA yang berasal dari negara-negara di Asia. Kecenderungan untuk memilih, terfokus pada bangunan yang memiliki kriteria tertentu yang dianggap menguntungkan dan membawa berkah. Warga Negara Asing mayoritas adalah orang-orang Asia seperti Singapura, Thailand, Arab, Pakistan, RRC, Jepang, Filiphina, sedangkan untuk WNA yang berasal dari belahan benua Amerika dan Eropa jumlahnya sangat sedikit sekali (minoritas).

Gambar 8. Contoh Desain Bangunan Khas Mancanegara

Sarana pemukiman pada Kawasan Kota Bunga Puncak dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk melayani kebutuhan penghuni maupun pengunjung yang datang. Fasilitas-fasilitas yang ada tersebut seperti taman lingkungan, sarana rekreasi, hingga tempat-tempat perbelanjaan (factory outlet, mini market, dan culture village). Taman lingkungan (jogging track) dan taman bertema menggunakan elemen-elemen taman yang disesuaikan dengan fungsi dan tema kawasan tersebut. Taman ini banyak menggunakan warna hijau yang

diaplikasikan oleh rumput, semak dan pohon. Warna hijau ini menimbulkan efek psikologis berupa rasa sejuk dan segar, memberi rasa ketenangan, tidak gembira dan tidak menindas, sehingga fungsi dari penggunaan kawasan ini sebagai tempat untuk berileksasi (duduk-duduk, berjalan-jalan, dan olah raga) dapat terpenuhi. Dijumpai pula beberapa semak berwarna cerah (kuning, merah ataupun oranye) yang lebih minoritas, serta warna abu-abu dan broken white pada perkerasan jalan (paving block dan stepping stone) sebagai penunjang efek harmonis. Keberadaan warna putih tidak membuat komposisi warna menjadi polychromatic melainkan tetap bersifat komplementer. Hal ini disebabkan karena penggunaan ketiga warna tersebut tidak menimbulkan kesan ramai melainkan kesan yang menenangkan. Warna putih bersifat netral sedangkan yang menjadi penyusun komposisi warna adalah warna hijau dan warna-warna cerah sebagai komposisi split complementary.

Sarana rekreasi yang dihadirkan untuk menyemarakkan suasana di Kota Bunga antara lain: rekreasi air di danau Little Venice, kolam renang atau SPA (swimming pool area) serta kolam pancing Pasadena, sarana permainan anak Arena Fantasi, Botanical Garden, dan kebun binatang mini Petting Zoo. Kawasan ini sengaja didesain dengan pola-pola organik. Pada bagian pinggiran atau terluar (boundary) dari tempat-tempat rekreasi di Kota Bunga menggunakan vegetasi yang memiliki tekstur yang kasar sedangkan di bagian tengahnya didominasi oleh perkerasan sebagai jalur pergerakan. Keberadaan tanaman bertekstur kasar dapat mempersempit ruang sehingga sirkulasi cenderung bersifat aktif dan dinamis, dan pergerakan masa akan memusat di sekeliling areal yang dibatasi oleh tanaman-tanaman ini. Hal ini sesuai dengan konsep taman bermain. Jenis tanaman-tanaman-tanaman-tanaman berwarna cerah yang ditemui hanya pada welcome area, tempat penjulan makanan (foodcourt), dan pada taman-taman kantong (vest pocket park) atau area persimpangan dengan jumlah yang terbatas. Hal ini ditujukan untuk menghindari kerusakan yang mungkin akan terjadi mengingat fungsinya yang bersifat aktif. Keberadaan tanaman berwarna cerah dibuat senada dengan warna bangunan seperti kuning, oranye, merah, peach. Dengan kombinasi dari warna-warna ini memberikan efek psikologis seperti kesan terang, harapan, keberanian, mempunyai sugesti, dan getaran semangat (suasana semarak dan indah), serta

dapat menimbulkan selera makan. Karena bagian atapnya tidak ada batasan ruang (beratapkan langit) sehingga tidak menimbulkan kesan ruang yang menyesakkan karena langit menjulang tinggi.

Kawasan perbelanjaan (factory outlet, mini market, dan culture village) di letakkan dalam satu kawasan yang berdekatan untuk memudahkan mobilisasi pengunjung yang datang. Konsep factory outlet dan mini market mengadopsi gaya modern sedangkan untuk culture village bernuansa khas tradisional suku sunda, hal ini ditandai dengan halaman yang luas sebagai tempat makan, dan material bangunan yang terbuat dari kayu. Dilihat dari konsepnya tatanan culture village ini telah sesuai dengan tema kedaerahannya, namun penggunaan material kayu sangat rentan terhadap perubahan suhu serta serangan hama rayap. Alangkah lebih baik jika material kayu diganti dengan semen yang dibuat seolah-olah menyerupai bentuk kayu, agar lebih aman dan mudah dalam pemeliharaannya. Untuk mencerminkan kesan alami, keadaan lanskap area ini tidak dibatasi oleh elemen keras (dinding). Kumpulan pohon, perdu, dan semak yang berfungsi sebagai dinding transparan membentuk suatu batasan tak nyata dengan ruang di luar area ini. Sehingga memberikan kesan bahwa taman mempunyai privasi meskipun berada di ruang terbuka.

Konsep Tata Hijau

Konsep utama Kota Bunga sebagai ‘Kota Sejuta Aroma’ diterapkan dalam penataan lanskapnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara pada awal pengembangan kawasan menggunakan tanaman beraroma dan berwarna cerah sebagai identitas kawasan, seperti tanaman mawar (Rosa sinensis), melati (Jasminum sambac), kemuning (Murraya paniculata), kenanga (Cananga odorata), cempaka (Michelia champaca), lavender (Lavandula angustifolia), melati jepang (Pseuderanthemum reticulatum) dan lainnya. Penanaman vegetasi beraroma dikhususkan pada areal median dan berm di jalur-jalur utama, hal ini bertujuan meningkatkan daya tarik sebagai simbol dari kawasan ini serta kombinasi dengan tanaman semak berwarna dapat menyajikan sebuah atraksi warna yang menarik melalui warna daun, bunga, dan proses perubahan warna

tersebut, sehingga dapat menimbulkan kesan ceria dan semarak sebagai penanda dari kawasan rekreasi.

Tanaman beraroma umumnya bersifat musiman, sehingga untuk setiap musimnya harus tersedia tanaman pengganti lainnya. Karena terbentur pada keterbatasan biaya yang harus dikeluarkan akibat menurunnya daya beli masyarakat, maka dilakukan upaya-upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi saat itu, termasuk peniadaan bagian stok tanaman pengganti (nursery) serta pemilihan jenis vegetasi yang memiliki daya toleran yang tinggi terhadap lingkungan serta mudah dalam perawatannya, seperti taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), adam hawa (Rhoeo discolor), puring (Codieaum variegatum), dan soka (Ixora sp.). Penggunaan tanaman beraroma masih dapat dijumpai pada beberapa tempat namun jumlahnya sangat terbatas. Hal ini mengindikasikan bahwa implementasi konsep Kota Sejuta Aroma tidak sepenuhnya atau kurang diterapkan.

Konsep-konsep tata hijau meliputi tata hijau pada jalur jalan (median berm, dan blok kavling vila), sarana rekreasi, taman lingkungan, dan rotunda. Tata hijau pada jalur jalan membutuhkan penanganan khusus karena berada pada akses utama yang dilalui oleh pengunjung. Para pengunjung ini sebagian besar datang dengan membawa kendaraannya dan berjalan dengan kecepatan rendah. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menikmati pemandangan yang ada baik alami (pegunungan, bukit, kabut, dan udara yang sejuk) maupun yang binaan (desain bangunan vila, elemen taman, dan penataan lanskap).

Jenis vegetasi yang digunakan adalah kombinasi antara tanaman semak berwarna dengan pepohonan yang memiliki ciri peneduh dan pengarah jalan. Penanaman vegetasi pengarah jalan, misalnya pada jalur di sepanjang median Multi hingga median Blok D, serempak menggunakan tanaman pengarah, yaitu cemara norfolk (Araucaria heterophylla). Penggunaan jenis tanaman dengan keragaman rendah secara massal akan memberikan kesan yang kuat terhadap kesatuan (unity) tema kawasan, karena kesan tersebut akan tercapai apabila desain taman dapat mempertahankan suatu tema secara konsisten.

Contoh penerapan kelompok tanaman semak, yaitu pada belokan jalan untuk mengurangi kesan tegas dan kaku, sedangkan untuk penataan tanaman pada

jalur antar blok kavling berbeda-beda dimaksudkan untuk memudahkan orientasi dalam kawasan. Tata hijau pada jalur jalan memiliki jenis tanaman dengan ciri khas utama sebagai peneduh dan pengarah jalan, hal ini ditandai dengan bentuk tajuk pohonnya, seperti pohon pinus, tanaman palem-paleman, dan pohon yang mempunyai tajuk yang lebar. Selain itu penambahan tanaman beraroma juga dapat dijadikan bahan pertimbangan mengingat konsep Kota Bunga sebagai Kota Sejuta Aroma. Pihak Kota Bunga telah melakukan hal yang benar untuk memprioritaskan wilayah ini sebagai area intensif dari segi pemeliharaan dan pemilihan jenis tanaman.

Pemilihan jenis-jenis tanaman tersebut sebaiknya didasarkan pada kondisi tapak seperti kondisi tanah, kelembaban, serta intensitas matahari, serta memperhatikan luasan yang ada. Dalam pengamatan ditemui kondisi conblok dan kanstin yang terangkat serta perubahan ukuran saluran air karena luasan berm yang tidak sesuai untuk pertumbuhan akar pohon. Saat hujan dengan debit air yang cukup besar dapat memicu terjadinya banjir di kawasan ini, disamping itu dengan kondisi conblock yang terangkat menyebabkan adanya rongga atau ruang sebagai tempat hidup gulma, dan tentu akan berdampak pula terhadap kegiatan pemeliharaan yaitu pengendalian gulma. Menurut Arifin et al., (2008) ketepatan dalam pemilihan tanaman merupakan rahasia keberhasilan dalam membangun taman, oleh karena itu pemilihan the right plant for the right place dan peranan-peranannya seperti pengarah, peneduh, dan lainnya sangat membantu dalam mengelola taman. Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang matangnya perhitungan dan pertimbangan pada waktu mendesain. Dalam merencanakan taman sebaiknya benar-benar diperhitungkan terhadap kondisi jangka panjang, sehingga permasalahan seperti rusaknya fondasi rumah atau terangkatnya conblock karena perakaran tanaman pada ruang sempit tidak akan terjadi lagi. Namun apabila masih menginginkan tanaman peneduh berada di jalur berm, sebaiknya harus lebih memperhatikan persyaratan berikut, seperti memperkirakan luasan lahan dan memilih tanaman yang perakarannya tidak ekstensif (pohon kecil), permukaan tanah untuk penanaman lebih rendah 20-50 cm dari perkerasan jalan, serta memasang penghalang (barriers) dalam lubang tanam, berupa lapisan solid (kayu, plastik, atau beton) yang dipasang secara vertikal berjarak 1 m dari

batang dengan kedalaman 0,5-1 m untuk mengarahkan pertumbuhan akar ke bawah. Pemasangan ini akan afektif fungsinya jika ditunjang dengan tersedianya aerasi dan drainase yang cukup, salah satunya dengan melakukan penggemburan.

Conblock Kanstin Saluran Air

Gambar 9. Kondisi Perkerasan Akibat Terbatasnya Ruang Tumbuh Tanaman

Penataan lanskap untuk sarana rekreasi disesuaikan dengan kondisi tempat tersebut. Misalnya pada areal kolam pancing cukup menggunakan tanaman peneduh dan hamparan rumput saja, karena kawasan ini hanya bersifat rekreasi pasif. Sedangkan untuk kawasan yang lebih aktif seperti Arena Fantasi dan danau Little Venice, menggunakan tanaman yang berwarna cerah untuk memaksimalkan kesan ceria dan semarak di kawasan tersebut. Karena masih termasuk dalam area pemeliharaan intensif taman lingkar rotunda, node cluster vila dan median jalur (Gambar 10) juga memiliki penataan tanaman yang sama dengan kawasan permainan anak. Hal ini dilakukan karena pada tempat-tempat tersebut dapat dikatakan sebagai point of interest sehingga dapat menciptakan aksen tersendiri.

Taman lingkungan yang ada di kawasan Kota Bunga umumnya didesain sesuai dengan tema bangunan disekitarnya. Seperti taman Zen Garden dari Jepang dan taman Angkorwat dari Thailand. Dalam penataan lanskapnya diupayakan agar benar-benar menyerupai bentuk aslinya, misalnya Pada taman Jepang didominasi oleh tanaman berwarna hijau, bertekstur halus, tidak terlalu menggunakan banyak warna, natural, dan sederhana, seperti tanaman bentukan (topiary) dan bambu (Bambusa sp.) sebagai ciri khas tanaman jepang serta menggunakan elemen taman seperti batu, kolam ikan, dan pasir putih untuk menunjang konsep taman

tersebut. Hal ini sangat berkebalikan dengan taman gaya Eropa dan Amerika yang menggunakan jenis tanaman berwarna cerah dan berpola simetris sebagai identitas dari kedua gaya ini. Penanaman sekelompok semak berwarna seperti bunga kertas (Zinnia elegans), bunga kenikir (Cosmos bipinnatus), puring (Coidieaum variegatum), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), soka (Ixora sp.) dan lainnya.

Untuk tata hijau taman lingkungan umum atau jogging track, dimana penggunaan dari tempat ini hanya untuk beristirahat, berlari, dan bermain sehingga pemilihan jenis tanamannya hanya terdiri dari tanaman peneduh, tanaman pagar, dan rumput. Tanaman-tanaman yang dipilih sebaiknya memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan mudah dipelihara.

Node Cluster Little Indian Rotunda II

Median Jalur Blok K

Konsep Sirkulasi

Berdasarkan konfigurasi jalan, konsep jalur sirkulasi di Kota Bunga membentuk pola radial, pola linier serta ditemui juga pada beberapa jalur kavling yang berada diujung atau bersentuhan dengan wilayah perbatasan maka jalur tersebut dibuat satu pintu (masuk dan keluar) atau dikenal dengan pola loop. Di kawasan Kota Bunga memiliki rotunda dengan pola radial. Pola ini digunakan pada daerah yang berfungsi sebagai perputaran arah dan memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari satu pusat bersama. Pola linear berupa jalan lurus yang dapat menjadi pengorganisasi utama dari deretan ruang, pola linear ini juga dapat berbentuk melengkung atau berbelok arah ataupun memotong jalan. Konsep jalur sirkulasi yang menggunakan pola ini ditemui pada jalur antar kavling. Pada jalur kavling yang berada di ujung atau bersentuhan dengan wilayah perbatasan Kota Bunga, maka jalur tersebut dibuat satu pintu (masuk dan keluar) dan tidak terdapat arus sirkulasi pada sisi-sisi lainnya karena dibatasi oleh tembok atau dikenal dengan pola loop. Untuk keperluan mobilitas penduduk di dalam perumahan kota bunga berupa jalan utama dan jalan lingkungan yang menghubung antar blok hunian (vila), sedangkan jalan desa merupakan jalan penghubung Kota Bunga dengan desa-desa di sekelilingnya.

Luasan Kota Bunga yang mencapai 161 ha memiliki dua buah pintu masuk, yaitu pintu masuk utama (main gate) yang berada di bagian barat tapak dan pintu masuk dua di bagian timur tapak (Gambar 11). Dilihat dari fungsinya

Pintu I (barat) Pintu II (timur)

kedua pintu ini memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pintu masuk dan keluar, hal ini dirasa relevan sesuai dengan luasan yang ada, disamping untuk memudahkan pengunjung dalam pergerakannya tanpa harus berputar arah.

Dalam menjaga keamanan seluruh kawasan Kota Bunga pada dua pintu masuk terdapat dua buah pos jaga dan satu buah pos komando yang masing-masing terdiri dari satu hingga dua orang satpam. Fungsi pos komando ini adalah untuk mengatur atau mengalokasikan mengenai masing-masing tugas satpam (anak buah). Fungsi pos jaga pada kedua pintu masuk tersebut adalah untuk mengontrol keluar masuknya kendaraan. Bagi kendaraan roda empat akan diberikan pass tanda masuk sebelum memasuki kawasan dan diserahkan kembali

Dokumen terkait