• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

C. Konsep Penguatan Kapasitas

manajemen di pesantren tidak jauh berbeda dengan fungsi-fungsi lembaga pada umumnya.

C. Konsep Penguatan Kapasitas

1. Definisi Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)

Penelusuran definisi capacity building memiliki variasi antar satu ahli dengan ahli lainnya. Hal ini dikarenakan capacity building merupakan kajian yang multidimensi, dapat dilihat dari berbagai sisi, sehingga pendefinisian yang masih sulit didapat. Secara umum konsep capacity building dapat dimaknai sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau organisasi.22

Capacity building dapat juga diartikan sebagai upaya memperkuat

kapasitas individu, kelompok atau organisasi yang dicerminkan melalui pengembangan kemampuan, ketrampilan, potensi dan bakat serta penguasaan kompetensi-kompetensi sehingga individu, kelompok atau organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga. Capacity building dapat pula dimaknai sebagai proses kreatif dalam membangun kapasitas yang belum nampak.

Pengembangan kapasitas tentunya merupakan proses peningkatan terus menerus (berkelanjutan) dari individu, organisasi atau institusi, tidak hanya terjadi satu kali23.

22Harjantjo, kapasitas Kelembagaan(Bandung: Mizan,2008), hal.52

Ini merupakan proses internal yang hanya bisa difungsikan dan dipercepat dengan bantuan dari luar sebagai contoh penyumbang (donator). Lebih jauh lagi pengertian kapasitas dalam ranah komunitas didefinisikan sebagai berikut:

Community capacity is the interaction of human capital, organizational resources,and social capital existing within a given community that can be leveraged to solve collective problems and improve or maintain the well-being of that community. It may operate through informal social processes and/or organized efforts by indi-viduals, organizations, and social networks that exist among them and between them and the larger systems

of which the community is a part.24

Dari definisi penguatan kapasitas dalam komunitas di atas dapat dipahami bahwasannya penguatan kapasitas berfungsi untuk kepentinga bersama. Aspek yang berkaitan dengan organisasi komunitas, dan tujuan bersama. Seluruh keputusa dan urusan yang berada di ranah organisasi non formal pun mungkin saja menjadi kajian penguatan kapasitas berbasis komunitas. Dalam pemaparan singkat, selanjutnya strategi membangun peningkatan kapasitas dalam komunitas adalah sebagai berikut:

Community capacity-building efforts tend to focus on some combina-tion of four major strategies (box 4). Leadership development centers on the skills, commitment, engagement, and effectiveness of individuals in the community-building process. Organizational development includes the cre-ation of new organizations or the strengthening of existing ones so they can do their work better or take on new roles. Community organizing targets the associational aspects of community functioning and the mobilization of in-dividual stakeholders for particular collective ends. Finally, interorganiza-tional collaboration builds the organizational infrastructure of communities through the development of relationships

and collaborative partnerships on the organizational level.25

24Robert J Chaskin, What Is Community Capacity( NewYork: Walter De Gruyter, 2001), hal.7.

25Prudence Brown, Strateges For Building Community Capacity Conclusion(New york: Walter de Gruyter, 2001) hal.26.

Strategi menciptakan kapasitas dalam level komunitas dijelaskan dalam kutipan langsung diatas menggunakan 4 pilar bangunan utama yaitu pengembangan jiwa kepemimpinan, pengembangan organisasi, pengorganisasian masyarakat dan mengkolaborasikan lembaga informal dalam sebuah komunitas. Empat pilar tersebut dianggap penting dan urgent dalam konteks komunitas. Kepentingan komunitas adalah kepentingan bersama. Oleh karena itu, dalam pengembangan dan peningkatan kapasitasnya, pilar yang disentuh adalah pilar yang berhubungan dengan kepetingan orang banyak.

2. Tujuan Capacity Building

Lebih jauh dirumuskan bahwa tujuan dari pengembangan kapasitas adalah sebagai berikut26:

a. Mengakselerasikan pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Pemantauan secara proporsional, tugas, fungsi, sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah.

c. Mobilisasi sumber-sumber dana Pemerintah, Daerah dan lainnya. d. Penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan efisisen

Dalam sebuah artikel secara khusus menyampaikan bahwa faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pembangunan kapasitas meliputi 5 (lima) hal pokok yaitu.27

26Milen, Penguatan Kapasitas Berkelanjutan( Jakarta: Nuansa Ilmu, 2004), hal. 24.

27Riyadli, Faktor Signifikan dalam Penguatan Kapasitas, Jurnal Pengembangan:Vol 1. No. 2 hal.112.

a. Komitmen bersama (Collective commitments)

Collective Commitments merupakan modal dasar yang harus

terus-menerus ditumbuhkembangkan dan dipelihara secara baik. Komitmen ini tidak hanya untuk kalangan pemegang kekuasaan saja, namun meliputi seluruh komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Pengaruh komitmen bersama sangat besar, karena faktor ini menjadi dasar dari seluruh rancangan kegiatan dan tujuan yang akan dicapai bersama.

b. Kepemimpinan yang kondusif (condusiv Leadership)

Condusiv Leadership Adalah kepemimpinan yang dinamis yang

membuka kesempatan yang luas bagi setiap elemen organisasi untuk menyelenggarakan pengembangan kapasitas. Dengan kepemimpinan yang kondusif seperti ini, maka akan menjadi alat pemicu untuk setiap elemen dalam mengembangkan kapasitasnya.

c. Reformasi Peraturan

Dalam sebuah organisasi harus disusun peraturan yang mendukung upaya pembangunan kapasitas dan dilaksanakan secara konsisten. Tentu saja peraturan yang berhubungan langsung dengan kelancaran pembangunan kapasitas itu sendiri, misalnya saja peraturan adanya system reward dan punishment.

d. Reformasi Kelembagaan

Reformasi kelembagaan pada intinya menunjuk kepada bagian struktural dan kultural. Maksudnya adalah adanya budaya kerja yang mendukung pengembangan kapasitas. Kedua aspek ini harus dikelola

sedemikian rupa dan menjadi aspek penting dan kondusif dalam menopang program pengembangan kapasitas. Misalnya saja dengan menciptakan hubungan kerja yang baik antar karyawan dengan karyawan lainnya atau karyawan dengan atasannya.

e. Peningkatan Kekuatan dan Kelemahan yang Dimiliki

Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan agar dapat disusun program pengembangan kapasitas yang baik. Dengan adanya pengakuan dari personal dan lembaga tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki dari kapasitas yang tersedia. Maka kelemahan yang dimiliki oleh suatu organisasi dapat cepat diperbaiki dan kekuatan yang dimiliki organisasi tetap dijaga dan dipelihara.

Dokumen terkait