• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. Tinjauan Pustaka

6. Konsep Penyembuhan Luka

Secara fisiologis luka akan sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat

melakukan penyembuhan sendiri yang dikenal dengan istilah wound healing

process atau proses penyembuhan luka. Penyembuha luka merupakan suatu

proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan. (Tim perawatan luka di Wocare Clinic, 2013)

Menurut Baroroh, (2011) fase penyembuhan luka dimulai dari vascular

response atau respon yang terjadi beberapa detik setelah terjadinya luka, respon tubuh dengan penyempitan pembuluh darah (kontriksi) untuk menghambat perdarahan dan mengurangi pajanan terhadap bakteri. Pada saat yang sama,

protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika trombosit

bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket dan lembab membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelahnya terjadi luka, pembuluh darah melebar

karena serotonin yang dihasilkan trombosit. Plasma darah mengaliri luka dan

melawan toxin yang dihasilkan mikroorganisme, membawa oksigen dan nutrisi

20

melawan bakteri maupun jaringan yang rusak. Inflamasi merupakan bagian luka

yang akan menjadi hangat dan merah karena aprose fagositosis. Fase inflamasi

terjadi 4-6 hari setelah injury. Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri

dengan menetralkan toksin dan penyebaran bakteri. Proliferasi/resolusi

merupakan penumpukan deposit kolagen pada luka, angiogenesis (pembentukan

pembuluh darah baru), proliferasi dan pengecilan lebar luka. Fase ini berhenti dua

minggu setelah terjadinya luka, tetapi proses ini tetap berlangsung lambat 1-2

tahun. Fibroblast mensintesis kolagen dan menumbuhkan sel baru. Miofibroblast

menyebabkan luka menyempit, bila tidak terjadi penyempitan akan terjadi

kematian sel. Contohnya jika terjadi secar atau kontraktur. Epitelisasi adalah

perpindahan sel dari area sekitar folikel rambut ke area luka. Dan epitelisasi akan

lebih cepat terjadi jika luka dalam keadaan lembab. Maturasi atau rekontruksi

merupakan fase terakhir dalam proses penyembuhan luka dengan remodeling. Dan biasanya terjadi selama setahun atau lebih setelah luka tertutup. Selama fase ini fibrin dibentuk ulang, pembuluh darah menghilang dan jaringan memperkuat

susunanya. Remodelling ini mencakup sintesis dan pemecahan kolagen.

Menurut Wijaya, (2010) proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang

bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti : umur,

nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi metabolik. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, fase pertama luka akan mengalami

21

granulasi dan epitelisasi) dan fase terakhir adalah maturasi atau remodeling

(penguatan jaringan kulit).

Gambar 2.2 Proses penyembuhan luka.

6.1. Fase Inflamasi

Menurut (Kristianto 2010) pada fase inflamasi luka akan tampak eritema,

bengkak, hangat, dan nyeri, berlangsung 4 hari setelah injuri. Pada fase ini terjadi

destruksi dan penghancuran debris yang dilakukan oleh neutrofil atau PMN

(polimorfonukleosit) yang akan berdampak pembuluh darah melepaskan plasma

dan PMN ke sekitar jaringan. Neutrofil memfagosit debris dan mikrooganisme

sebagai pertahanan primer terhadap terjadinya infeksi. Fibrin dihancurkan dan

didegradasi. Proses selular yang berperan adalah makrofag yang mempunyai

kemampuan untuk untuk memfagosit bakteri sebagai pertahanan skunder.

Berbagai jenis growth factor dan kemotaksis disekresi, yaitu fibroblast growt

factor (FGF), epidermal growth factor (EGF), transforming growth factor (TGF) dan interleukin-1 (IL1) sebagai tahapan persiapan untuk masuk ke tahapan

22

berikutnya. Respon vaskuler yang terjadi adalah dilatasi, angiogenesis dan

vasculogenesis. 6.2. Fase Granulasi

Fase ini dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini menjadi

fase destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastic fase. Ini merupakan fase

dengan aktivitas yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan penggantian

jaringan sementara. PMN akan membunuh bakteri pathogen dan makrofag

memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat

menstimulasi fibroblastic sel untuk membuat kolagen.(Wijaya, 2010). Proses

granulasi terjadi dalam durasi waktu 4-21 hari, yang ditunjukan dengan terbentuknya jaringan yang berwarna kemerahan dan adanya kontraksi pada luka.

Secara selular, fibroblast akan mensekresikan kolagen untuk proses regenerasi

jaringan. Dan pada fase ini terjadilah proses angiogenesis untuk membentuk

sel-sel endotel sebagai cikal bakal terbentuknya kapiler-kapiler darah. Sel-sel-sel

keratinosit juga diproduksi yang bertanggung jawab dalam proses epitelisasi.

Sitokin utama yang berperan dalam proses ini adalah TGF � dengan respon

vascular dilatasi. Ekstraselular matriks yang berperan adalah kolagen dan

proteoglikan.(Kristianto, 2010).

Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru.

Kapiler baru yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan

23

dari folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar sebasea dalam luka terlihat

tipis, (translucent film) melewati luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah

dihilangkan dan pembersihan dilakukan dengan hati-hati. Migrasi akan berhenti

ketika luka menutup dan mitosis epithelium menebal.(Wijaya, 2010)

6.3. Fase Maturasi atau Remodeling

Menurut Kristianto, (2010) fase ini dimulai pada hari ke 21 dengan tahun.

Pada fase remodeling dan maturasi melibatkan peran fibroblast dan miofibroblas

untuk membentuk struktur jaringan yang lebih kuat. Sedangkan menurut (Wijaya,

2010) fase remodeling merupakan fase dimana fungsi utamanya adalah

meningkatkan kekuatan regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama

fase rekonstruksi yang diorganisir dengan kekuatan regangan yang minimal.

Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan regangan. Ini bertepatan

dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran skar.

Berikut adalah proses yang dapat dilihat proses penyembuhan luka dari

fase inflamasi, fase proliferative, dan fase maturasi.

Gambar 2.3 Fisiologi penyembuhan luka.( Wijaya, 2010)

24

7. Faktor-Faktor yang Menghambat Proses Penyembuhan Luka Kronis

Dokumen terkait