KONSEP PERDAGANGAN BEBAS BARANG DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
B. Konsep Perdagangan Bebas Barang dalam MEA
Pasar ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima elemen utama yaitu:
1. Free Flow of Goods (Aliran bebas barang),27 2. Free Flow of Services (Aliran bebas jasa),28
26
Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 12-14
27Free Flow of Goods (Aliran bebas barang) adalah liberalisasi perdagangan barang antar
negara-negara di kawasan ASEAN dengan cara penghapusan hambatan tarif, hambatan non-tarif untuk kelancaran arus barang dan juga perlu dilaksanakannya fasilitas perdagangan yang sesuai dengan standar internasional dan kerja sama kepabeanan.
3. Free Flow of Investment (Aliran bebas investasi), 29 4. Free Flow of Capital (Aliran bebas modal),dan30
5. Free Flow of Skilled Labour (Aliran bebas tenaga kerja terampil).31
Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam cetak biru MEA dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis produksi yang akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di kawasan dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari mata rantai global.
Adapun yang termasuk jadwal aliran bebas barang dalam MEA adalah sebagai berikut:
28
Free Flow of Services (Aliran bebas jasa) adalah liberalisasi perdagangan jasa antar negara-
negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan internasional yang berkaitan dengan akses pasar (market access) dan perlakuan nasional (national treatment). Contoh hambatan yang mempengaruhi akses pasar adalah penyedia jasa, volume transaksi, jumlah tenaga kerja, sedangkan contoh perlakukan nasional adalah kewarganegaraan, jangka waktu menetap, perizinan, kualifikasi, dan batasan kepemilikan properti dan lahan.
29Free Flow of Investment (Aliran bebas investasi) adalah liberalisasi investasi antar negara-
negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menjamin perlakuan yang sama antara investor domestik dan investor lokal, penghapusan hambatan investasi, membuka semua industri untuk investasi dengan beberapa pengecualian yang dinyatakan dalam Sensitif List (SL) dan
Temporary Exclusion List (TEL). Liberalisasi investasi di ASEAN untuk mewujudkan ASEAN
sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif, terbuka dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus Penanaman Modal Asing (PMA) baik dari luar maupun dari dalam kawasan ASEAN itu sendiri.
30Free Flow of Capital (Aliran bebas modal) adalah liberalisasi aliran modal di kawasan
ASEAN yang menurut jadwal strategisnya dilakukan dengan empat langkah utama, yaitu penghapusan hambatan bagi pembayaran dan transfer terkait dengan transaksi berjalan pada 2011 (Adopsi Artikel VIII IMF), liberalisasi ketentuan Foreign Direct Investment (FDI) pada 2008- 2015, liberalisasi ketentuan investasi portofolio khususnya untuk surat utang dan saham pada 2009-2015, dan liberalisasi ketentuan jenis aliran modal lainnya. Aliran bebas modal bertujuan agar terciptanya alokasi sumber daya kapital yang lebih baik di kawasan ASEAN. Namun liberalisasi aliran modal akan menimbulkan resiko tersendiri bagi stablitas makroekonomi.
31Free Flow of Labour (Aliran bebas tenaga kerja terampil) adalah libralisasi aliran jasa pada
tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN. Tenaga kerja terampil yang bekerja di sektor sektor yang berhubungan dengan aktivitas perdagangan dan investasi antarnegara di kawasan ASEAN akan di fasilitasi dengan penerbitan visa dan employment pass. Bagi tenaga kerja yang telah memiliki visa dan employment pass dapat mengisi lowongan kerja yang diperlukan di wilayah negara lain sesuai dengan keterampilannya.
1. Penghapusan Tarif
Tarif menurut orang awam diartikan sebagai besar harga suatu barang, tetapi beberapa sarjana Inggris, mengatakan bahwa bea masuk sebagai tarif. Jadi tarif diartikan sebagai harga, dan besarnya pungutan negara atas barang yang diimpor. 32
Tarif sebagai instrument fiscal, digunakan untuk melindungi kepentingan dalam negeri terutama akan bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi barang- barang tertentu.Tarif digunakan sebagai alat untuk melindungi industri dalam negeri dengan menetapkan hambatan tarif, berupa penerapan tarif yang tinggi atas barang-barang yang berasal dari impor. Namun, dalam era perdagangan bebas
tarif proteksi ini perlahan di hapuskan.33
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Penghapusan tarif diterapkan untuk seluruh produk intra-ASEAN, kecuali produk yang masuk dalam kategori Sensitive List(SL)34 dan Highly Sensitive List (HSL),35
32Ali purwito. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan Pajak dalam
Kepabeanan. (Jakarta, mitra wacana media, 2015), hlm.53
33Ibid, hlm.54
34Sensitive List (SL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang sifatnya sensitif bagi
perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu yang lebih panjang sebelum di liberalisasikan.
35Highly Sensitive List (HSL) adalah produk-produk pertanian yang sangat sensitif bagi
perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu lebih lama lagi sebelum dimasukkan dalam Inclusion List (IL).
dilakukan sesuai jadwal dan komitmen yang telah ditetapkan dalam persetujuan CEPT-AFTA dan digariskan dalam the Roadmap for Integration of ASEAN (RIA) yaitu pada tahun 2010 untuk ASEAN-6 dan tahun 2015 untuk CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) dan komposisi jumlah pos tarif dan tingkat tarif produk masing-masing
negara anggota yang masuk kategori Inclusion List (IL),36 SL, HSL, Temporary Exclusion List (TEL),37 dan General Exceptions List (GEL)38
2. Penghapusan Hambatan Non Tarif.
pada tahun 2009.
Hambatan non-tarif adalah kebijakan perdagangan selain bea masuk/ tarif yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi manfaat dari perdagangan
internasional.39Hambatan non-tarif, terdiri dari: 40
a. Certificate of Origin (CoO) adalah hambatan berupa sertifikasi untuk memberikan kepastian jaminan atas reputasi dan kualitas suatu produk. b. Import Licenses adalah hambatan dimana importir suatu komoditas tertentu
diminta memiliki izin untuk dapat melakukan pengapalan atas barang yang akan diimpor.
c. Technical Barriers to Trade adalah hambatan berupa penerapan peraturan teknis mengenai packaging, definisi produk, labelling dan lain-lain.
d. Voluntary Export Restraint (VER) adalah hambatan yang dilakukan dalam bentuk kesepakatan di antara negara-negara pengekspor untuk membatasi pengapalan komoditas mereka ke negara pengimpor.
36
Inclusion List (IL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang harus segera
diliberalisasikan melalui penghapusan/penurunan tarif, penghapusan hambatan kuantitatif serta penghapusan hambatan non-tarif lainnya.
37Temporary Exclusion List (TEL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang untuk
sementara masih ditunda liberalisasinya khusus dikarenakan oleh ketidaksiapan negara-negara anggota.
38General Exception List (GEL) adalah daftar yang memuat produk-produk yang secara
permanen dibebaskan dari kewajiban untuk dihapuskan hambatan tarif dan non-tarifnya.
39Anonim, “kebijakan impor, hambatan tarif, hambatan non-tarif, dan pelarangan
impor, (diakses pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 02.16)
Salah satu bentuk hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota adalah pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor).
Perhatian utama ASEAN menuju integrasi tahun 2015 akan di titik beratkan pada penghapusan hambatan non-tarif. Tindakan dalam penghapusan non-tarif, antara lain:
a. Meningkatkan transparansi,
b. Mematuhi komitmen standstill and roll back41
c. Menghapuskan seluruh hambatan non-tarif.
atas hambatan non-tarif,
d. Meningkatkan transparansi langkah-langkah kebijakan non-tarif,
e. Sedapat mungkin, memiliki aturan-aturan regional dan kebijakan yang
konsisten dengan praktik-praktik internsional yang terbaik.42
3. Rules of Origin (ROO)
Rules of Origin (ROO) adalah penentuan asal barang (consigment criteria) dan prosedur serta mengenai asal barang (origin criteria). Dalam penentuan asal barang yang akan masuk kesuatu negara di sertakan dengan Surat Keterangan Asal (SKA). Surat Keterangan Asal (SKA) adalah dokumen yang disertakan pada saat ekspor barang ke suatu negara tertentu yang mana negara penerima barang tersebut sudah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan kemudahan bagi barang dari suatu negara memasuki negara lain. SKA juga digunakan sebagai
41Standstill dan roll back adalah komitmen saling pengertian mengenai penghentian dan
mengulang kembali pada hambatan non-tarif diantara negara-negara ASEAN.
dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut benar-benar berasal,
dihasilkan atau diolah di negara pengekspor.43
a. Secara terus menerus membenahi dan meningkatkan CEPT-ROO untuk
menanggapi perubahan-perubahan dalam proses produksi tugas regional. Rules Of Origin (ROO) ditetapkan agar dapat mengikuti dinamika perubahan dalam proses produksi global sehingga mempermudah perdagangan dan investasi antar-negara anggota ASEAN, memperluas jejaring produksi kawasan, mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah dan mempersempit kesenjangan pembangunan. Tindakan dalam ROO, antara lain:
b. Menyederhanakan prosedur sertifikasi operasional untuk CEPT-ROO dan
memastikan peningkatannya yang berkesinambungan.
c. Meninjau kembali seluruh ROO yang telah diimplementasikan oleh
negaara-negara anggota ASEAN baik secara individual maupun kolektif. Ketentuan asal barang adalah fasilitas yang diberikan dalam kerangka CEPT hanya dapat dinikmati oleh produk-produk yang berasal dari negara anggota
ASEAN.44
4. Fasilitas Perdagangan
Upaya peningkatan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis produksi tunggal ASEAN, diperlukan mekanisme perdagangan dan kepabeanan, proses, prosedur dan arus informasi terkait yang simpel, harmonis dan terstandar.
43
Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan. Analisis Aplikasi Rules of
Origin Untuk Meningkatkan Akses Produk Global Value Chain Indonesia di Dunia. (Jakarta,
Kementrian Perdagangan, 2014), hlm.14
Dengan adanya fasilitas perdagangan diharapkan akan terciptanya suatu lingkungan yang konsisten, transparan dan dapat diprediksi bagi transaksi
pedagangangan ASEAN.45
a. Memberikan penilaian terhadap kondisi fasilitas perdagangan di ASEAN
Tindakan fasilitas perdagangan antara lain:
b. Mengembangkan dan mengimplementasikan program kerja fasilitas
perdagangan yang menyeluruh dengan tujuan menyederhanakan, menyelaraskan dan mengstandarisasi prosedur, proses, dan arus informasi yang terkait dengan kepabeanan dan perdagangan.
c. Meningkatkan transparansi dan visibilitas seluruh tindakan dan intervensi
yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam transaksi perdagangan internasional.
d. Membentuk mekanisme kerja sama fasilitas perdagangan kawasan.
e. Membentuk ASEAN Trade Facilitation Repository
f. Mengembangkan upaya-upaya nasional untuk mendukung dan menjamin
implementasi secara efektif inisiatif-inisiatif tingkat kawasan.
g. Mengembangkan program peningkatan kapasitas yang komprehensif untuk
menjamin kelancaran implementasi program kerja.46
5. Integrasi kepabeanan
Rencana strategis pengembangan kepabeanan untuk periode 2005-2010 bertujuan untuk:
45Ibid, hlm.25
a. Mengintegrasikan struktur kepabeanan;
b. Memoderenisasi serta membentuk ASEAN e-Customs;
c. Memperlancar pengeluaran barang;
d. Memperkuat pengembangan SDM;
e. Meningkatkan kemitraan dengan organisasi internasional terkait;
f. Mempersempit kesenjangan pembangunan di bidang kepabeanan; dan
g. Menerapkan teknik manajemen resiko dan pengawasan berbasis audit untuk
fasilitas perdagangan.47
6. ASEAN Single Window (ASW)
ASEAN Single Window (ASW) merupakan implementasi upaya-upaya penyederhanaan, penyelerasan, dan standarisasi proses dan prosedur kepabeanan dan perdagangan, serta penerapan teknologi informasi dan komunikasi di semua
bidang yang terkait dengan fasilitas perdagangan.48
Kawasan ASEAN mengembangkan ASEAN Single Window (ASW) guna meningkatkan fasilitas perdagangan dengan menyediakan sebuah platform yang terintegrasi bagi National Single Window (NSW) dari 10 negara anggota ASEAN.National Single Window (NSW) merupakan sistem elektronik yang mengintegrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis yang meliputi sistem kepabeanan, perjanjian, kepelabuhan/kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait degan proses
47Ibid, artikel 17 48Ibid, artikel 18
penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.49
Dengan ASW diharapkan negara-negara ASEAN dapat meningkatkan kinerja pelayanan kepabeanan, mempersingkat proses dan prosedur kepabeanan dalam rangka meningkatkan efisiensi perdagangan dan menekan biaya perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
National Single Window memungkinkan pengambilan keputusan untuk pengurusan kargo yang terpusat dan serentak yang bertujuan mempersingkat pengeluaran barang, menurunkan biaya dan waktu transaksi.
50 Batas akhir berlakunya ASW bagi ASEAN6 (Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) adalah tahun 2008. Sementara untuk CLMV (Kamboja, Laos, M
yanmar
dan Vietnam) pada tahun 2012.51
7. Standar dan Hambatan Teknis Perdagangan
Menurut pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibekukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Hambatan teknis perdagangan (techinical barriers to trade/ TBT) adalah tindakan atau kebijakan suatu negara yang bersifat teknis yang dapat menghambat perdagangan internasional, dimana penerapannya dilakukan sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu hambatan perdagangan. TBT
49Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 26 50Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 112
merupakan salah satu bagian perjanjian dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang mengatur hambatan dalam perdagangan yang terkait dengan peraturan teknis (technical regulation), standar dan prosedur penilaian kesesuaian. Sebagai upaya untuk mecegah terlalu banyaknya ragam standar, perjanjian TBT mendorong negara anggota untuk mengharmonisasikan standarnya dengan standar-standar internasional. Namun anggota tidak di cegah untuk mengambil
tindakan yang diperlukan agar standar nasionalnya terpenuhi. 52
Negara anggota ASEAN diharapkan dapat menetapkan dan menerapkan ketentuan-ketentuan mengenai standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian
kesesuaian.53 Sistem standar, jaminan mutu, akreditasi, dan pengukuran
merupakan hal penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya
produksi dalam ekspor/impor intra-kawasan.54
Negara anggota diberikan hak dan kewajiban untuk menerapkan kebijakan pemullihan perdagangan antara lain berupa anti-dumping, bea imbalan( terkait
dengan subsidi) dan safeguard.55