• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perempuan dalam Islam

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM (2) (Halaman 31-34)

TINJAUAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

2.5 Konsep Perempuan dalam Islam

mencapai tujuan bersama yang diridhai oleh Allah SWT. Tujuan itu ialah pengabdian kepada Sang Pencipta untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

2.5 Konsep Perempuan dalam Islam

Dalam terminologi Islam, perempuan disebut sebagai al-Mar’ah, sedangkan bentuk jamaknya adalah an-Nisa yang sepadan dengan kata wanita, perempuan dewasa atau lawan jenis pria. Penjelasan mengenai perempuan dalam konteks Islam, kita perlu merujuk pada dua sumber utama hukum Islam yakni al-Qur’an dan Hadits. Maka, penjelasan ini akan dibagi menjadi dua, yakni wacana perempuan dalam Al-Qur’an yang ditemui dalam kitab tafsir dan wacana perempuan dalam teks-teks hadits.

2.5.1 Perempuan dalam al-Qur’an

Wacana tentang perempuan dalam al-Qur’an bisa kita temui dalam banyak ayat. Bahkan beberapa surat dalam Al-Qur’an juga menggunakan nama perempuan. Contohnya Surat An Nisa dan surat Maryam. Di dalam surat Maryam dikisahkan putri dari Imran yang memiliki derajat ketakwaan paling tinggi di antara semua perempuan di masanya, bahkan mengalahkan laki-laki. Hingga kemudian ia dipilih untuk melahirkan Nabi Isa AS meski tak pernah berhubungan dengan laki-laki. Satu-satunya ibunda Nabi yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an hanyalah Maryam. Sebelum ia melahirkan Nabi Isa, Maryam digambarkan sebagai seorang perempuan mulia yang kesehariannya dihabiskan untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Ketika ia dipilih untuk mengandung bayi Nabi Isa tanpa seorang suami yang mencampurinya, Maryam telah menyadari konsekuensi yang akan ia terima berupa celaan dari masyarakat. Namun Maryam tetap menjalaninya sebagai ketetapan dari Allah SWT dan bukti kepasrahannya terhadap Allah.

Di dalam Al-Qur’an juga terdapat kisah seorang perempuan yang menjadi pemimpin dari sebuah kerajaan besar, yaitu Ratu Balqis dari kerajaan Saba’. Kisah tentang Ratu Balqis ada dalam dua surat dalam al-Qur’an, yakni surat an-Naml dan surat al-Anbiya. Kerajaan Saba’ digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai kerajaan yang makmur, rakyatnya sejahtera, dan memiliki angkatan perang yang kuat. Ketika Nabi Sulaiman mengirimkan surat kepada Ratu Balqis yang berisi ajakan untuk mengadakan hubungan diplomatik dan menyeru agar Ratu

21

Balqis dan rakyatnya menyembah kepada Allah SWT, pada saat itu rakyat kerajaan Saba’ masih menyembah matahari15.

Selain Ratu Balqis dan Maryam ibu Nabi Isa AS, masih ada beberapa orang perempuan lagi yang kisahnya tercantum dalam al-Qur’an. Contohnya, ibu Nabi Musa AS, istri Imran, dan Zulaikha. Kecuali Zulaikha yang memperdaya Nabi Yusuf AS, kesemua perempuan yang diceritakan dalam al-Qur’an tersebut menempati posisi yang mulia, sebagai ibu atau istri dari laki-laki shalih yang mengabdi kepada Allah. Ada pula Istri dari Nabi Luth AS dan Nabi Nuh AS yang membangkang dari ajaran suaminya sehingga mendapatkan azab dari Allah.

Demikianlah, sekilas mengenai perempuan dalam pandangan al-Qur’an. Al Qur’an sebagai sumber hukum utama yang menjadi rujukan bagi umat muslim, memandang wanita sebagai makhluk yang mulia, baik dalam posisinya sebagai ibu maupun sebagai individu yang utuh. Dan apabila ia beriman dengan sebenar-benarnya iman, maka derajatnya bisa melebihi laki-laki.

2.5.2 Perempuan dalam Hadits

Badriyah Fayuni dan Alai Najib menjelaskan menjelaskan posisi perempuan dalam Islam melalui hadits-hadits Nabi SAW. Mereka membagi pembahasannya ke dalam empat perspektif gender dalam hadits, yakni sebagai berikut16.

 Secara esensial, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah ibadah dan ajaran Islam. Semua hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang menyangkut ajaran Islam berlaku untuk semua jenis kelamin. Seruan untuk menuntut ilmu, berbuat amal sholeh, dan ajakan untuk bersodakoh ditujukan kepada semua jenis manusia, tanpa memandang laki-laki ataupun perempuan. Kesetaraan jenis kelamin berlaku untuk semua jenis ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Bahkan

15Nasaruddin Umar dan Amany Lubis. Hawa Sebagai Simbol Ketergantungan: Relasi Gender dalam Kitab Tafsir dalam Ali Munhanif, ed. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta: Gramedia, 2002) hlm. 9-11.

16Badriyah Fayuni dan Alai Najib. Perempuan yang Paling Mendapat Perhatian Nabi: Perempuan dalam Hadits dalam Ali Munhanif, ed. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta: Gramedia, 2002) hlm. 55-57.

22

Nabi pun membolehkan perempuan untuk melakukan sholat Jum’at dan menganjurkan

untuk mengikuti shalat Ied. Ini menandakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan pahala dan dosa, setara antara laki-laki dan perempuan.

 Dalam beberapa hadits Nabi, perempuan diperlakukan secara istimewa sesuai kodratnya, sebagaimana juga terdapat pengkhususan terhadap laki-laki sesuai dengan kodratnya. Perbedaan ini tidak dijadikan sebagai pembedaan yang mencolok yang bisa menimbulkan perpecahan. Tapi diakui sebagai keistimewaan masing-masing jenis kelamin.

 Perempuan diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi-kondisi objektif yang menuntut terjadinya pengkhususan atas mereka. Kadang pula terjadi tawar-menawar antara Nabi dan kaum perempuan dalam hal yang khusus ini. Hingga kemudian dicari jalan keluar yang bersifat akomodatif di kedua belah pihak. Hal yang sama juga terjadi pada laki-laki.

 Perempuan dipandang sebagai makhluk yang inferior dibanding laki-laki, namun pada saat yang sama, perempuan diberi kesempatan untuk menutupi kekurangannya agar bisa mencapai derajat yang setara bahkan melebihi laki-laki. Contohnya, dalam permasalahan agama, wanita kurang agamanya karena tidak melakukan shalat dan puasa saat haid, akan tetapi mereka bisa menggantinya dengan bersodakoh sehingga perempuan tetap bisa mendapatkan pahala dari sodakoh. Terlebih lagi, meninggalkan shalat dan puasa saat sedang haid dan nifas merupakan perintah Allah yang jika ditaati akan mendapatkan pahala dan bila dilanggar mendapatkan dosa, seperti halnya larangan berzina dan memakan daging babi. Di sisi lain, laki-laki dipandang lebih superior daripada wanita namun superioritas ini membuahkan tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh laki-laki. Jika tanggung jawab ini diabaikan oleh laki-laki, maka derajat lebih yang dimilikinya bisa berkurang atau bahkan hilang. Contohnya, laki-laki dianggap sebagai pemimpin bagi wanita dan laki-laki memiliki kelebihan beberapa derajat di atas wanita karena ia berkewajiban memberi nafkah, melindungi dan menjaga keselamatan bagi wanita. Jika tanggung jawab ini diabaikan, laki-laki akan jatuh ke tingkat derajat yang paling hina, bukan hanya di mata Allah, tapi juga di mata manusia.

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM (2) (Halaman 31-34)