BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Konsep Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner (1938), perilaku kesehatan (healthy behaviour) adalah respons
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan,
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.
Menurut Benyamin Bloom (1908) perilaku manusia dibagi kedalam tiga
domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor).
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yaitu: (1) pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan
yang diberikan (knowledge). (2) sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). (3) praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2005).
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tersebut dapat berupa hasil tahu dari indera
manusia, misalnya peringatan yang dikeluarkan BPOM terkait larangan penggunaan
plastik kresek terutama plastik kresek hitam daur ulang sebagai pembungkus
makanan, informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar tentang bahaya plastik
kresek, dan kemudahan penggunaan plastik kresek sebagai wadah dan pembungkus
makanan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nova Yanti Siregar (2011) pada ibu rumah
tangga pengguna wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman di Kelurahan
Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan, sebagian besar pengetahuan ibu
rumah tangga dikategorikan sedang yaitu sebesar 65 (73,9%), baik sebesar 23
(26,1%).
2.5.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat
dan emosi yang bersangkutan (senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, baik/tidak
baik dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2005).
Campbell (1950) (dalam Notoadmodjo, 2005) mendefinisikan sikap sangat
sederhana, yakni suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus
atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Dalam menentukan sikap
yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Misalnya, seorang ibu mengetahui dampak penggunaan plastik kresek hitam daur
ulang sebagai wadah makanan siap santap. Pengetahuan tersebut akan membawa ibu
untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah dan meminimalkan penggunaan plastik
kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan. Dalam berpikir ini komponen
emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat (kecenderungan bertindak)
untuk mengganti plastik kresek dengan keranjang belanja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Hesty Herlina Ompusunggu (2009), sikap
siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat
penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori baik yakni
sebanyak 56 orang (72,73 %). Sedangkan siswa yang memiliki kategori sedang
sebanyak 10 orang (12,99%) dan dalam kategori kurang sebanyak 11 orang (14,28%).
2.5.3 Tindakan atau Praktek
Tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat
rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan.
Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo,
2003).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
santap. Perilaku masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan plastik sebagai wadah
saat membeli makanan siap santap sangat sulit untuk diubah. Plastik yang dianggap
lebih praktis dan murah seakan-akan membutakan masyarakat akan dampak
kesehatan yang mengikutinya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nova Yanti Siregar (2011) pada ibu
rumah tangga pengguna wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman di
Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan tentang tindakan
responden mengenai tindakan menggunakan plastik , yang paling banyak adalah
tindakan dalam kategori sedang sebesar 70 (79,5%), baik yaitu sebesar 18 responden
(20,5%).
2.5.4 Proses Perubahan Perilaku
Menurut WHO (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
merubah perilakunya. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut : (1) pikiran dan
perasaan. Banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pkirkan mengenai dunia yang
kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercaayaan,
sikap dan nilai yang kita miliki. (2) orang yang berarti bagi kita. Perilaku dapat
ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseoranag amat
berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha
meneladaninya. (3) sumber daya. Adapun sumber daya melipiti sarana, dana, waktu,
tenaga, pelayanan, keterampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat
menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali
tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga
nilai dan pemakainnya sumber daya dimasyrakat akan membentuk pola hidup
masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan
ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam
lingkungan tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO,
perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga : (1) perubahan alamiah (natural change), merupakan perubahan yang disebabkan karena kejadian alamiah. (2) perubahan terencana (planned change), merupakan perubahan perilaku karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. (3) kesediaan untuk berubah (readdiness to change), merupakan perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagaian orang cepat mengalami
perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubaah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).
Dalam kehidupan sehari-hari plastik kresek banyak digunakan para pedagang
untuk membungkus barang termasuk makanan. Plastik kresek sangat diminati sebagai
pembungkus atau penyimpan makanan karena plastik kresek memiliki beberapa
keunggulan yaitu kuat tetapi ringan, tidak berkarat, dapat diberi label atau cetakan
dengan berbagai kreasi, dan mudah di ubah bentuk. Namun dibalik keunggulannya
plastik kresek daur ulang memiliki kelemahan yaitu kemungkinan terjadinya migrasi
zat-zat monomer. Migrasi zat-zat aditif dipengaruhi oleh suhu makanan atau
Pada kenyataannya sulit sekali untuk meminimalkan pemakaian plastik kresek
sebagai wadah makanan karena alasan tidak praktis dan terlalu repot. Padahal plastik
tersebut yang tidak aman sebagai wadah makanan karena terdapat bahaya kesehatan
yang mengintai penggunanya (Koswara, 2006).
Perilaku penggunaan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap
merupakan bentuk perubahan perilaku readdiness to change atau kesediaan untuk berubah. Akibat kemajuan teknologi yang pesat, maka plastik kresek menjadi
kebutuhan primer dalam proses jual beli dagangan termasuk makanan. Kelebihan
plastik kresek tersebut membuat masyarakat cepat menerima keberadaannya sebagai
wadah makanan tanpa memikirkan dampak kesehatan yang mengikutinya. Walaupun
dampak kesehatan tidak langsung dirasakan, namun masyarakat perlu berhati-hati
dalam penggunaan plastik kresek terhadap makanan.