PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN PLASTIK KRESEK HITAM DAUR ULANG SEBAGAI WADAH MAKANAN SIAP SANTAP
DI PUSAT PASAR TAVIP BINJAI TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
ERVINA DAMANIK NIM. 081000068
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN PLASTIK KRESEK HITAM DAUR ULANG SEBAGAI WADAH MAKANAN SIAP SANTAP
DI PUSAT PASAR TAVIP BINJAI TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ERVINA DAMANIK NIM. 081000068
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN PLASTIK KRESEK HITAM DAUR ULANG SEBAGAI WADAH MAKANAN SIAP SANTAP
DI PUSAT PASAR TAVIP BINJAI TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
ERVINA DAMANIK NIM. 081000068
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Juli 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, MSi ) (Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) NIP. 19680616 199303 2 003 NIP. 19670613 199303 1 004
Penguji II Penguji III
(Ernawati Nasution, SKM, MKes) (dr. Mhd. Arifin Siregar, MS)
NIP. 19700212199501 2 001 NIP. 19581111198703 1 004
Medan, Juli 2012
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan
ABSTRAK
Plastik kresek merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan favorit penjual makanan. Biasanya para penjual makanan pinggir jalan menggunakan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh pembeli. Namun ada sisi negatif dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan siap santap yang dibeli karena makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat bereaksi dengan komponen kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut langsung dikonsumsi oleh konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku konsumen (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012. Populasi adalah seluruh konsumen ibu rumah tangga yang membeli makanan siap santap. Sampel sebanyak 100 konsumen diambil dengan metode bukan acak (non-probability sampling) dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan.
Hasil penelitian menunjukkan dari 100 konsumen, 92% berpengetahuan baik, 95% memiliki sikap baik, dan 85% memiliki tindakan baik dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku konsumen dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012 berada dalam kategori baik. Diharapkan agar penjual makanan siap santap untuk mengganti plastik kresek pembungkus makanan dengan plastik kresek bening untuk meminimalkan kontaminasi cemaran kimia berbahaya dari plastik kresek hitam daur ulang. Juga, diharapkan konsumen agar lebih selektif dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap untuk mengurangi bahaya kesehatan.
ABSTRACT
Crackle of plastic food packaging is a very popular and a favorite choice of food vendors. Usually the roadside food vendors use a crackle of plastic containers ready to eat food purchased by the buyer. But there are negative side of this provision of plastic crackle of food ready to eat because the food purchased by the buyer purchased the heat can react with the chemical components of plastics maker that crackle. The food consumed by the consumer directly and may cause health effects.
This was a descriptive cross sectional design. This study aims to know the consumer behavior (knowledge, attitudes, and actions) in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012. The entire consumer population housewives buying food ready to eat. Sample of 100 consumers taken by the method instead of random (non-probability sampling) with accidental sampling technique. The data was collected through direct interview to the housewife using a questionnaire that has been prepared.
The results showed than 100 consumers, 92% good knowledge, 95% have a good attitude, and 85% had good action in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012.
The conclusion of this study is the behavior of consumers in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012 in good categories. It is expected that the ready to eat food vendors to replace the plastic crackle food wrappers with clear plastic to minimize the migration of hazardous chemical contamination of recycled plastic black crackle. It is also expected that consumers selectively use recycled plastic black crackle as ready to eat food containers to reduce the danger health.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ervina Damanik
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor / 2 Pebruari 1990
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
Alamat Rumah : Jl. Kenari No. 11 Binjai
Riwayat Pendidikan : 1. TK Mardiyuana Bogor 2. SD Negeri
3. SLTP Negeri 4 Binjai 4. SLTA Negeri 2 Binjai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Perilaku Konsumen Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang
Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun
2012.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara (FKM−USU).
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Ayahku Arpan Damanik dan Ibuku Depine Afriana Purba yang telah mendidik dan tak henti-hentinya memberikan dukungan baik berupa doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, didikannya materil maupun moril.
Penulisan skripsi ini juga dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai
pihak yang pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberi
motivasi, meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing dan
3. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, Msi selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak memberikan motivasi, meluangkan waktu dan pikiran
dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, Mkes selaku dosen penguji II yang telah memberi masukan dan kritik dalam skripsi ini.
5. Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MSi selaku dosen penguji III yang telah memberi masukan dan kritik dalam skripsi ini.
6. Seluruh dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Prof. Dr. Irnawati Marsaulina S., MS selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Bang Marihot Samosir, ST yang telah memberi masukan, motivasi, waktu dan bantuan dalam urusan administrasi.
9. Adik-adikku tercinta Nova Prensilia Damanik dan David Hamonangan Damanik yang telah memberikan dukungan, semangat serta hiburan terhadap penulis.
10. Sahabat terbaik dan teman spesial penulis, Ferry M. Sitopu yang telah menghibur dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
12. Teman-teman terbaik stambuk 2008 di FKM USU : Fienny Octa Marlina, Erzian Vesta, Ekaristi Manao, Sartika Purba, Herdiani Siallagan, Ristari Malau, Amza Manullang, Johannes Sianturi, Caprin Mangapul, Edy M. Purba. Makasih buat kebersamaan, canda tawa, suka duka, dukungan, pengertian, saran dan kritikan yang membangun, makasih untuk
persahabatannya. makasih buat segala dukungannya.
13. Teman dan tempat bertukar pikiran ada Kak Sairama, Evia, Mike, Neni, Jojo.
14. Keluarga dan teman-teman dan pihak lain yang tidak disebutkan satu persatu,
penulis ucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan memiliki
kekurangan baik dari isi maupun penulisan, namun penulis berharap semoga skripsi
ini bapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Riwayat Hidup Penulis... iv
Kata Pengantar... v
2.3 Bahaya Plastik Kresek Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap ... 11
2.4 Efek Toksik Plastik Krersek Hitam Daur Ulang Bagi Tubuh ... 14
2.4.1 Plasticizer ... 14
2.4.2 Kromium (Cr) ... 14
2.4.3 Timbal (Pb) ... 15
2.4.4 Cadmium (Cd) ... 15
2.4.5 Seng (Zn) ... 15
2.5 Konsep Perilaku Kesehatan ... 16
2.5.1 Pengetahuan ... 16
2.5.2 Sikap ... 17
2.5.3 Tindakan atau Praktek ... 18
2.5.4 Proses Perubahan Perilaku ... 19
2.6 Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 21
2.7 Kerangka Konsep ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.2 Waktu Penelitian ... 23
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 25
3.6.1 Instrumen ... 25
3.6.2 Aspek Pengukuran ... 25
3.7 Pengolahan dan Analisa Data... 27
3.7.1 Pengolahan Data ... 27
3.7.2 Analisa Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
4.2 Gambaran Umum Responden ... 29
4.2.1 Umur Responden ... 30
4.2.2 Pendidikan Terakhir Responden ... 30
4.3 Pengetahuan Responden ... 31
4.4 Sikap Responden ... 33
4.5 Tindakan Responden ... 35
4.6 Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap... 37
4.7 Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Penggunaan Plastik Kresek hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap... 38
4.8 Sikap Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Penggunaan Plastik Kresek hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap... 39
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perilaku Konsumen Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap ... 40
5.1.1 Pengetahuan ... 40
5.1.2 Sikap ... 42
5.1.3 Tindakan ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 45
6.2 Saran ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kode dan Jenis Plastik pada Wadah Makanan ... 10
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Pusat Pasar Tavip
Binjai Tahun 2012 ... 30
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012. ... 30
Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 32
Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 33
Tabel 4.5. Distribusi Sikap Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di
Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 34
Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Sikap Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 35
Tabel 4.7. Distribusi Tindakan Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 36
Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Tindakan Responden Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 36
Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah
Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 37
Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah
Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012 ... 38
Tabel 4.11. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Kuesioner Penelitian
Lampiran II Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Pendidikan Terakhir di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012
Lampiran III Distribusi Pengetahuan Konsumen Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012
Lampiran IV Distribusi Sikap Konsumen Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012
Lampiran V Distribusi Tindakan Konsumen Dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap Di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012
Lampiran VI Output Data Penelitian
Lampiran VII Dokumentasi Penelitian
Lampiran VIII Surat Izin Pengambilan data dari FKM
ABSTRAK
Plastik kresek merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan favorit penjual makanan. Biasanya para penjual makanan pinggir jalan menggunakan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh pembeli. Namun ada sisi negatif dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan siap santap yang dibeli karena makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat bereaksi dengan komponen kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut langsung dikonsumsi oleh konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku konsumen (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012. Populasi adalah seluruh konsumen ibu rumah tangga yang membeli makanan siap santap. Sampel sebanyak 100 konsumen diambil dengan metode bukan acak (non-probability sampling) dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan.
Hasil penelitian menunjukkan dari 100 konsumen, 92% berpengetahuan baik, 95% memiliki sikap baik, dan 85% memiliki tindakan baik dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku konsumen dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012 berada dalam kategori baik. Diharapkan agar penjual makanan siap santap untuk mengganti plastik kresek pembungkus makanan dengan plastik kresek bening untuk meminimalkan kontaminasi cemaran kimia berbahaya dari plastik kresek hitam daur ulang. Juga, diharapkan konsumen agar lebih selektif dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap untuk mengurangi bahaya kesehatan.
ABSTRACT
Crackle of plastic food packaging is a very popular and a favorite choice of food vendors. Usually the roadside food vendors use a crackle of plastic containers ready to eat food purchased by the buyer. But there are negative side of this provision of plastic crackle of food ready to eat because the food purchased by the buyer purchased the heat can react with the chemical components of plastics maker that crackle. The food consumed by the consumer directly and may cause health effects.
This was a descriptive cross sectional design. This study aims to know the consumer behavior (knowledge, attitudes, and actions) in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012. The entire consumer population housewives buying food ready to eat. Sample of 100 consumers taken by the method instead of random (non-probability sampling) with accidental sampling technique. The data was collected through direct interview to the housewife using a questionnaire that has been prepared.
The results showed than 100 consumers, 92% good knowledge, 95% have a good attitude, and 85% had good action in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012.
The conclusion of this study is the behavior of consumers in the use of recycled plastic black crackle as food containers ready to eat in Binjai Tavip Market Center in 2012 in good categories. It is expected that the ready to eat food vendors to replace the plastic crackle food wrappers with clear plastic to minimize the migration of hazardous chemical contamination of recycled plastic black crackle. It is also expected that consumers selectively use recycled plastic black crackle as ready to eat food containers to reduce the danger health.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan
yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan
hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan
keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk
kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun
pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak
ada nilainya sama sekali. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang
pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan
dan membahayakan.
Dalam pemilihan makanan yang baik untuk dikonsumsi semuanya tidak lepas
dari peran konsumen dalam memilih makanan. Konsumen yang pintar akan memilih
makanan yang sehat dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Tindakan yang
dilakukan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan untuk membeli makanan
disebut perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa
ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002).
Dewasa ini pangan disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi, salah satunya
atau lebih umum disebut dengan penjual makanan semakin menjamur dengan
berbagai jenis menu dan aneka konsep rumah makan, demikian juga dengan penjual
makanan jajanan pinggir jalan. Tidak sedikit penjual makanan yang menyediakan
fasilitas bawa pulang (take away) untuk mempermudah konsumen dalam
mengkonsumsi makanan, apabila konsumen berniat untuk menikmati makanan
tersebut di tempat lain atau untuk diberikan kepada orang lain atau kerabat (Ayodya,
2007). Biasanya para penjual makanan pinggir jalan memberikan plastik kresek
sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh pembeli. Namun ada sisi negatif
dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan siap santap yang dibeli karena
makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat bereaksi dengan komponen
kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut langsung dikonsumsi oleh
konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan.
Kantong plastik kresek merupakan salah satu tempat penyimpan makanan
yang paling banyak digunakan untuk menyimpan serta membungkus makanan.
Plastik memang memiliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti
bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi
(dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif
(berkarat) dan harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan,
yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen
monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen (Handayani,
2003).
Menurut Nurhadi (2003) plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan
chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut
dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan
untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini
kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalat (Handayani, 2003).
M. Yusuf Hasibuan (2009) mengatakan bahwa kemasan plastik daur ulang
yang digunakan pedagang untuk membungkus makanan dagangannya dapat
menyebabkan kanker. Setelah diteliti, ternyata plastik daur ulang tersebut
mengandung pemlastis dioktilfalat (DOP) yang telah diketahui sifat toksisitas
plastiknya berdasarkan uji karsinogenik. Maka, bila mie atau pun sejenisnya yang
disaji secara panas dan dibungkus dengan kemasan plastik daur ulang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena mengandung super toksik (sangat beracun).
Semakin panas makanan di dalam plastik daur ulang, maka semakin bahaya, karena
tingkat kontaminasi akan semakin tinggi ( Joewono, 2009).
Kantong kresek hitam daur ulang mengandung beberapa zat aditif yang sangat
berbahaya bagi manusia. Plastik kresek hitam daur ulang tersebut mengandung zat
aditif seperti ester ftalat, ester adipat atau diethylhexyl adipate (DEHA) yang
merupakan zat kimia pelentur atau dikenal plasticizer. Kemudian zat pewarna berupa
senyawa krom (Cr), Titan dioksida (TiO2), zat stabilizer seperti Plumbun (Pb), Cd
(Cadmium), Zn (Zeng), Sn(CH3)3 dan epoxidized soybean oil (ESBO) (Hadi, 2002).
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap konsumen, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan pernyataan yang cukup
mengejutkan mengenai plastik kresek daur ulang. BPOM meminta masyarakat dan
sebagai bahan pengemas primer pada makanan. Pernyataan BPOM tentang perlunya
berhati-hati dalam menggunakan kantong kresek daur ulang berwarna terutama
hitam, umumnya disebabkan oleh proses daur ulang yang menyertainya, seperti
peruntukan dan riwayat penggunaan plastik sebelumnya yang tidak diketahui
secara pasti. Ada kemungkinan plastik daur ulang tersebut adalah bekas wadah
pestisida, limbah logam berat, maupun bahan berbahaya dan beracun lainnya. Dalam
proses daur ulang tersebut, juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah
dampak bahaya bagi kesehatan. Masyarakat disarankan untuk tidak menggunakan
kantong plastik kresek daur ulang warna hitam atau daur ulang tersebut untuk
mewadahi langsung makanan siap santap (Anonim, 2009).
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu Husniah Thamrin
Akib juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa kantong plastik kresek ada dua
macam yaitu kantong kresek berwarna dan kantong kresek tak berwarna alias
transparan. Untuk kantong plastik kresek berwarna, ia menyarankan sebaiknya
jangan digunakan langsung untuk membungkus makanan yang langsung disantap
atau paling tidak boleh dipakai jika makanan itu dilapisi oleh kertas, namun bisa
langsung digunakan untuk barang atau makanan yang tak langsung disantap. Jenis
plastik kresek berwarna umumnya bahan bakunya berasal dari bahan plastik daur
ulang, sehingga diberikan pewarna untuk menghilangkan kesan kumal. Namun
untuk plastik yang berwarna hitam umumnya sudah didaur ulang lebih dari tiga kali.
Sedangkan plastik transparan relatif tidak menggunakan bahan baku daur ulang.
Plastik kresek daur ulang yang berwarna (hitam, merah, putih) riwayatnya tidak
ini kantong kresek daur ulang boleh maksimum didaur ulang hanya tiga kali,
selebihnya akan menjadi berwarna tidak cerah, untuk itu biasanya produsen plastik
menggunakan pewarna untuk menghindari kesan kumal. Ia juga menghimbau untuk
makanan yang langsung dimakan seperti kue mangkok, pisang goreng, pakailah
yang virgin (transparan). Himbauan sangat penting agar masyarakat bisa tahu plastik
mana saja yang aman sebagai pembungkus langsung makanan atau paling tidak
masyarakat bisa terhindari dari keracunan atau tertular zat berbahaya yang bisa
mengancam kesehatan maupun nyawa manusia dari penggunaan plastik kresek.
Penggunaan plastik kresek beresiko menimbulkan kanker dan kerusakan ginjal,
maupun penyakit lainnya tergantung bahan yang dikandungnya (Suhendra, 2009).
Penggunaan plastik kresek daur ulang paling banyak ditemukan di pasar. Pasar
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar. Pusat Pasar Tavip merupakan pasar tradisional terbesar
di kota Binjai. Dalam pembelian makanan siap santap dari para penjual, biasanya
konsumen yang merupakan pembeli diberikan plastik kresek untuk tempat
menyimpan makanannya. Saat membeli makanan siap santap dari penjual biasanya
penjual menempatkan makanan tersebut dalam plastik kresek. Hal ini tidak dapat
dihindari karena memang plastik kresek merupakan pembungkus utama yang
dipakai penjual untuk membungkus makanan yang dijual. Masih banyaknya
masyarakat yang menggunakan plastik kresek daur ulang sebagai penyimpan
makanan karena murah, mudah dan praktis dan mengingat akan dampak kesehatan
yang ditimbulkan oleh penggunaan plastik kresek sebagai penyimpan makanan di
“Perilaku Konsumen dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang sebagai
Wadah Makanan Siap Santap di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana perilaku konsumen dalam penggunaan plastik kresek
hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai
Tahun 2012.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui perilaku konsumen
(pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan plastik kresek hitam daur
ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012.
1.4Manfaat Penelitian
Memberikan masukan dan informasi tentang penggunaan plastik kresek hitam
sebagai wadah makanan siap santap bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai, Balai POM
Sumatera Utara, dan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan plastik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik
Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi
molekul-molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan
struktur yang kaku. Plastik merupakan senyawa sintesis dari minyak bumi (terutama
hidrokarbon rantai pendek) yang dibuat dengan reaksi polimerisasi monomer yang
sama sehingga terbentuk rantai panjang dan kaku dan akan menjadi padat setelah
temperatur pembentukannya (Wardania, 2009)
Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan
favorit penjual makanan. Tidak sedikit penjual makanan yang menggunakan plastik
sebagai pengemas makanan, namun tidak sedikit juga penjual makanan yang khawatir
akan dampak penggunaan plastik terutama plastik kresek hitam dan kemudian beralih
menggunakan kertas cokelat sebagai pengemas makanan. Tapi tanpa disadari, kertas
cokelat tersebut juga sudah dilapisi plastik dan ini menunjukkan betapa populernya
penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan dari kemasan plastik
yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak berkarat, dapat diberi
warna dan harganya yang murah seakan membutakan masyarakat tentang dampak
yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan zat-zat penyusun dari plastik ke
dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tidak cocok dengan plastik yang
mengemasnya. Zat-zat penyusun tersebut cukup tinggi potensinya untuk
Menurut Syarief yang dikutip oleh Hesty Herlina (2009) komponen utama
plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling
pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama -sama dalam
suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur
hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.
Menurut Nurminah dan Julianti (2006), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan
terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada
sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi
berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali.
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi,
tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya
yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil
dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk
secara sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.
Misalnya, plastik jenis Polivinil Chlorida (PVC), sesungguhnya adalah monomer dari
vinil klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat
bahan non plastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah,
yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti
lekat, dan masih banyak lagi (Koswara, 2006).
Plastik dibagi menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu,
yaitu: (1) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali
mengeras bila didinginkan. (2) termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan
kembali (Simanjuntak, 2010).
2.2 Plastik Sebagai Wadah Makanan
Akhir-akhir ini banyak dibahas di berbagai media bahwa plastik itu berbahaya
bagi kesehatan. Orang awam tentu saja agak sulit membedakan mana plastik yang
aman dan yang tidak aman. Namun kita tidak perlu khawatir, sebab sudah diatur dan
ditetapkan secara internasional sehingga di negara manapun di dunia ini
menggunakan kode dan simbol yang sama. Namun demikian masyarakat masih
banyak yang tidak mengetahui hal tersebut. Padahal sangatlah penting mengetahui
kode dan simbol tersebut sebab berkaitan dengan jenis bahan dan dampak
The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat
mengeluarkan kode pengenal plastik yang diadopsi oleh lembaga pengembangan
sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization). Secara
umum tanda pengenal plastik tersebut : (1) berada atau terletak dibagian bawah. (2)
berbentuk segitiga. (3) di dalam segitiga tersebut terdapat angka. (4) serta nama jenis
plastik di bawah segitiga.Menurut IATP (Institute for Agriculture and Trade Policy)
(2008) tanda pengenal plastik itu dibagi menjadi 7 buah kelompok :
Tabel 2.1. Kode dan Jenis Plastik pada Wadah Makanan
Nomor Kode Jenis Plastik Keterangan
PETE atau PET (polyethylene terephthalate)
Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena dapat mengeluarkan zat karsinogenik bila digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas.
HDPE
(high density polyethylene)
Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
PVC
(polyvinyl chloride)
Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
LDPE
(low density polyethylene)
Sulit dihancurkan, tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
PP (polypropylene)
Merupakan pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minuman dan terpenting botol minum untuk bayi.
PS (polystyrene)
Plastik jenis ini harus dihindari, dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
OTHER
(SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), Nylon)
2.3 Bahaya Plastik Kresek Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap
Dalam kehidupan sehari-hari plastik kresek memang memiliki banyak
kegunaan. Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat
mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk
terhadap kesehatan konsumen. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik kresek
berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida (PVC).
Banyak dari kantung plastik kresek daur ulang dibuat dari plastik bekas yang riwayat
penggunaannya tidak jelas melalui proses daur ulang yang tidak terjamin
kebersihannya dan proses daur ulang dalam pembuatan plastik kresek juga
menggunakan bahan kimia tertentu (Handayani, 2003).
Dalam kegunaannya plastik kresek juga menjadi pembungkus makanan
termasuk makanan siap santap yang dijajakan penjual. Makanan siap santap adalah
makanan yang umumnya telah diproses melalui proses pemanasan. Di Indonesia,
sebagian besar makanan siap santap diproses dengan panas tinggi dalam waktu yang
cukup lama karena pada umumnya masyarakat Indonesia terbiasa menyantap
makanan yang benar-benar matang (Ratih dan Hariyadi, 2005). Dewasa ini pangan
disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi, salah satunya adalah makanan olahan
siap saji atau siap santap. Pelaku usaha bisnis rumah makan atau lebih umum disebut
dengan penjual makanan semakin menjamur dengan berbagai jenis menu dan aneka
konsep rumah makan, demikian juga dengan penjual makanan jajanan pinggir jalan.
Tidak sedikit penjual makanan yang menyediakan fasilitas bawa pulang (take away)
berniat untuk menikmati makanan tersebut di tempat lain atau untuk diberikan kepada
orang lain atau kerabat (Ayodya, 2007). Biasanya para penjual makanan pinggir jalan
memberikan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh
pembeli. Namun ada sisi negatif dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan
siap santap yang dibeli karena makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat
bereaksi dengan komponen kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut
langsung dikonsumsi oleh konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan.
Menurut Nurhadi dalam Handayani (2003), plastik yang dijadikan bahan
kemasan makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene,
polyetilene, polyvinyl chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut
(plastikizers) turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan
mudah dilenturkan untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan
pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalate. Untuk membuatnya
menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol air kemasan, lalu
ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar tahan panas, dan
lain-lain. Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk plastik tersebut.
Pada tahun 1997 sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, adalah awal
ditemukannya plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu
produsen kesulitan mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya,
plastik yang sudah lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa
plastik kresek hitam itu bau. Sebenarnya plastik kresek itu tidak berbau dan berwarna.
Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan gunakan untuk
makanan seperti gorengan juga tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk
makanan. Sentuhan antara makanan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang
berbahaya bagi kesehatan. Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari
plastik tersebut.
Kantong kresek hitam daur ulang mengandung beberapa zat aditif yang sangat
berbahaya bagi manusia. Plastik kresek hitam daur ulang tersebut mengandung zat
aditif seperti ester ftalat, ester adipat atau diethylhexyl adipate (DEHA) yang
merupakan zat kimia pelentur atau dikenal plasticizer. Kemudian zat pewarna berupa
senyawa krom (Cr), Titan dioksida (TiO2), zat stabilizer seperti Plumbun (Pb),
Cadmium (Cd), Seng (Zn), Sn(CH3)3 dan epoxidized soybean oil (ESBO) (Hadi,
2002).
Pada tahun 2010, Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSSI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga pernah
mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan tas kresek hitam untuk
membungkus makanan siap santap. BPOM menjelaskan tas plastik jenis ini
kebanyakan merupakan produk daur ulang. Sementara itu, penggunaan sebelumnya
tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan
dan manusia, atau limbah logam berat. Proses daur ulang itu juga diketahui
menggunakan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan (Suhendra,
2009).
Plastik kresek daur ulang berbahaya bila dijadikan pembungkus langsung
pada makanan siap santap. Oleh karena itu sebaiknya untuk membawa makanan
2.4 Efek Toksik Plastik Kresek Hitam Daur Ulang bagi Tubuh
Plastik kresek hitam daur ulang mengandung beberapa zat aditif yang sangat
berbahaya bagi manusia. Plastik kresek hitam daur ulang tersebut mengandung zat
aditif seperti ester ftalat, ester adipat (DEHA) dan ESBO yang merupakan zat kimia
pelentur atau dikenal plasticizer. Kemudian zat pewarna berupa senyawa krom (Cr),
dan TiO2 (Titan dioksida), zat stabilizer seperti Plumbun (Pb), Cadmium (Cd), Seng
(Zn), Sn(CH3)3.
2.4.1 Plasticizer
Plasticizer atau bahan pelembut atau bahan pelentur dalam pembuatan plastik
kresek adalah ester ftalat, ester adipat (DEHA) dan ESBO. DEHA mempunyai
aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia).
Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan
menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR,
1999). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil
penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati.
Sementara ester ftalat dapat mengganggu sistem endokrin dan infeksi hati (Hadi,
2002).
2.4.2 Kromium (Cr)
Kromium bersifat karsinogenik terhadap alat pernafasan dan toksik bagi kulit,
mata, alat pernafasan, alat pencernaan, serta bisa ditransfer ke embrio melalui
2.4.3 Timbal (Pb)
Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan
minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar
oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan
terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan
rambut (Astawan, 2008).
2.4.4 Cadmium (Cd)
Kadmium bisa memberikan efek toksik pada hati, ginjal, paru-paru, jantung,
tulang, kerapuhan pada tulang dan sistem reproduksi. Toksisitas Cd secara akut
menunjukkan gejala seperti gejala flu (metal fume fever), yaitu lemah, lesu, sakit
kepala, menggigil, berkeringat, nyeri otot, dan edema pulmo. Toksisitas Cd secara
kronis menunjukkan gejala kanker paru-paru, emfisiema, kanker prostat, kerusakan
ginjal, kerusakan hepar, anemia, diskolorasi gigi, osteomalasia, osteoporosis, dan
anosmia (Widowati dkk, 2008).
2.4.5 Seng (Zn)
Toksisitas Zn bersifat akut dan kronis. Toksisitas Zn jarang terjadi karena
konsumsi Zn, karena gangguan alat pencernaan dan diare yang diakibatkan oleh
minuman dan makanan yang terkontaminasi peralatan yang dilapisi Zn. Gejala
defisiensi Zn berupa terhambatnya pertumbuhan, rambut rontok, diare, kelambatan
kematangan seksual, impoten, lesi mata, lesi kulit, dan kehilangan nafsu makan serta
gangguan perkembangan mental pada anak/bayi, kehilangan berat badan, proses
penyembuhan luka yang memerlukan waktu lama, gangguan syaraf perasa, kelelahan
kehamilan, gangguan sistem syaraf, gangguan daya tahan tubuh, dan masalah kulit
(Widowati dkk, 2008).
2.5 Konsep Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner (1938), perilaku kesehatan (healthy behaviour) adalah respons
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan,
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.
Menurut Benyamin Bloom (1908) perilaku manusia dibagi kedalam tiga
domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor).
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yaitu: (1) pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan
yang diberikan (knowledge). (2) sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi
pendidikan yang diberikan (attitude). (3) praktek atau tindakan yang dilakukan oleh
peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)
(Notoatmodjo, 2005).
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tersebut dapat berupa hasil tahu dari indera
manusia, misalnya peringatan yang dikeluarkan BPOM terkait larangan penggunaan
plastik kresek terutama plastik kresek hitam daur ulang sebagai pembungkus
makanan, informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar tentang bahaya plastik
kresek, dan kemudahan penggunaan plastik kresek sebagai wadah dan pembungkus
makanan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nova Yanti Siregar (2011) pada ibu rumah
tangga pengguna wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman di Kelurahan
Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan, sebagian besar pengetahuan ibu
rumah tangga dikategorikan sedang yaitu sebesar 65 (73,9%), baik sebesar 23
(26,1%).
2.5.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat
dan emosi yang bersangkutan (senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, baik/tidak
baik dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2005).
Campbell (1950) (dalam Notoadmodjo, 2005) mendefinisikan sikap sangat
sederhana, yakni suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus
atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Dalam menentukan sikap
yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Misalnya, seorang ibu mengetahui dampak penggunaan plastik kresek hitam daur
ulang sebagai wadah makanan siap santap. Pengetahuan tersebut akan membawa ibu
untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah dan meminimalkan penggunaan plastik
kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan. Dalam berpikir ini komponen
emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat (kecenderungan bertindak)
untuk mengganti plastik kresek dengan keranjang belanja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Hesty Herlina Ompusunggu (2009), sikap
siswa kelas X di SMU Negeri 14 Medan terhadap penggunaan plastik sebagai tempat
penyimpanan makanan dan minuman lebih banyak dalam kategori baik yakni
sebanyak 56 orang (72,73 %). Sedangkan siswa yang memiliki kategori sedang
sebanyak 10 orang (12,99%) dan dalam kategori kurang sebanyak 11 orang (14,28%).
2.5.3 Tindakan atau Praktek
Tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat
rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan.
Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo,
2003).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
santap. Perilaku masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan plastik sebagai wadah
saat membeli makanan siap santap sangat sulit untuk diubah. Plastik yang dianggap
lebih praktis dan murah seakan-akan membutakan masyarakat akan dampak
kesehatan yang mengikutinya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nova Yanti Siregar (2011) pada ibu
rumah tangga pengguna wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman di
Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan tentang tindakan
responden mengenai tindakan menggunakan plastik , yang paling banyak adalah
tindakan dalam kategori sedang sebesar 70 (79,5%), baik yaitu sebesar 18 responden
(20,5%).
2.5.4 Proses Perubahan Perilaku
Menurut WHO (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
merubah perilakunya. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut : (1) pikiran dan
perasaan. Banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pkirkan mengenai dunia yang
kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercaayaan,
sikap dan nilai yang kita miliki. (2) orang yang berarti bagi kita. Perilaku dapat
ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalam hidup kita. Bila seseoranag amat
berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha
meneladaninya. (3) sumber daya. Adapun sumber daya melipiti sarana, dana, waktu,
tenaga, pelayanan, keterampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat
menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali
tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga
nilai dan pemakainnya sumber daya dimasyrakat akan membentuk pola hidup
masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan
ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam
lingkungan tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO,
perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga : (1) perubahan alamiah (natural
change), merupakan perubahan yang disebabkan karena kejadian alamiah. (2)
perubahan terencana (planned change), merupakan perubahan perilaku karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek. (3) kesediaan untuk berubah (readdiness
to change), merupakan perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau
program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagaian orang cepat mengalami
perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubaah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).
Dalam kehidupan sehari-hari plastik kresek banyak digunakan para pedagang
untuk membungkus barang termasuk makanan. Plastik kresek sangat diminati sebagai
pembungkus atau penyimpan makanan karena plastik kresek memiliki beberapa
keunggulan yaitu kuat tetapi ringan, tidak berkarat, dapat diberi label atau cetakan
dengan berbagai kreasi, dan mudah di ubah bentuk. Namun dibalik keunggulannya
plastik kresek daur ulang memiliki kelemahan yaitu kemungkinan terjadinya migrasi
zat-zat monomer. Migrasi zat-zat aditif dipengaruhi oleh suhu makanan atau
Pada kenyataannya sulit sekali untuk meminimalkan pemakaian plastik kresek
sebagai wadah makanan karena alasan tidak praktis dan terlalu repot. Padahal plastik
tersebut yang tidak aman sebagai wadah makanan karena terdapat bahaya kesehatan
yang mengintai penggunanya (Koswara, 2006).
Perilaku penggunaan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap
merupakan bentuk perubahan perilaku readdiness to change atau kesediaan untuk
berubah. Akibat kemajuan teknologi yang pesat, maka plastik kresek menjadi
kebutuhan primer dalam proses jual beli dagangan termasuk makanan. Kelebihan
plastik kresek tersebut membuat masyarakat cepat menerima keberadaannya sebagai
wadah makanan tanpa memikirkan dampak kesehatan yang mengikutinya. Walaupun
dampak kesehatan tidak langsung dirasakan, namun masyarakat perlu berhati-hati
dalam penggunaan plastik kresek terhadap makanan.
2.6 Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhinya.
Menurut James F. Engel et al. (1968) berpendapat bahwa perilaku konsumen
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam
usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan
tersebut.
Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu
kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis. Hal ini sesuai dengan pendapat
William J. Stanton (1981) yang menyatakan : “sociocultural and psychological force
which influence consumers’ buying behavior”. Kekuatan sosial budaya terdiri dari
keluarga. Sedangkan kekuatan psokologis terdiri dari pengalaman belajar,
kepribadian, sikap dan keyakinan, gambaran diri (self-concept) (Mangkunegara,
2002).
2.7 Kerangka Konsep
Untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan konsumen tentang
penggunaan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan siap santap disajikan dalam
kerangka konsep dibawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan:
Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya pengetahuan akan
mempengaruhi sikap, lalu sikap akan mempengaruhi tindakan responden yaitu
penggunaan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan siap santap. Pengetahuan
Sikap
Tindakan
(Penggunaan plastik kresek
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional
study untuk mengetahui perilaku konsumen mengenai penggunaan plastik kresek
hitam sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Pusat Pasar Tavip Binjai dengan pertimbangan pasar
tersebut adalah pusat perbelanjaan bahan pangan terbesar di Binjai dan banyak
penjual makanan siap santap di pasar tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Pebruari 2012 sampai Juni 2012.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen ibu rumah tangga yang
membeli makanan siap santap. Alasan pemilihan ibu rumah tangga sebagai populasi
karena ibu rumah tangga lebih banyak berbelanja di pasar Tavip Binjai.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi seluruh konsumen ibu rumah tangga
yang membeli makanan di Pusat Pasar Tavip Binjai. Jumlah sampel yang dibutuhkan
N = Z21-α/2P(1-P)
d2
Keterangan : N = besar sampel minimum
Z21-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α
P = proporsi pada populasi
d = besar penyimpangan yang bisa diterima
N = (1,96)2 (0,5) (0,5)
(0,1)2
= (3,8416) (0,25) = 0,9604 = 96,04
0,01 0,01
= 96,04
Sampel yang diambil adalah 100 sampel. Setelah penghitungan sampel,
pengambilan sampel dilakukan dengan metode bukan acak (non-probability
sampling) dengan teknik accidental sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga
dengan menggunakan kuesioner daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Data
primer meliputi data tentang perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) ibu rumah
tangga tersebut dalam penggunaan plastik kresek.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Binjai
3.5 Defenisi Operasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh konsumen tentang
plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap.
2. Sikap adalah reaksi, respon atau tanggapan dari konsumen tentang plastik
kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap.
3. Tindakan adalah perbuatan nyata dari konsumen tentang plastik kresek hitam
daur ulang sebagai wadah makanan siap santap.
4. Konsumen adalah ibu rumah tangga yang berbelanja makanan dan
menggunakan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap
santap
5. Plastik kresek hitam adalah tas plastik berwarna hitam yang diterima
konsumen untuk membawa makanan yang dibeli dari penjual.
3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1. Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan responden terhadap penggunaan
plastik kresek hitam sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai.
3.6.2. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan nilai yang ada.
Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori (baik, sedang, kurang) yang
Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain :
- Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66% dari nilai tertinggi.
- Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33%-66% dari nilai tertinggi.
- Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi.
1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui 8 pertanyaan, bila jawaban responden benar diberi
nilai 2, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 1, dan jawaban tidak tahu diberi
nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan
jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan
kurang :
- Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 10.
- Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10.
- Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6.
2. Sikap
Sikap diukur melalui 8 pertanyaan, bila jawaban responden setuju diberi nilai
2, kurang setuju diberi nilai 1 dan jawaban tidak setuju diberi nilai 0. Sehingga nilai
tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang ada
dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang :
- Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 10.
- Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10.
3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 8 pertanyaan, bila jawaban responden tidak pernah
diberi nilai 2, kadang-kadang diberi nilai 1 dan jawaban sering diberi nilai 0.
Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan jumlah
nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang :
- Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh > 10.
- Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10.
- Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6.
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah secara
manual melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data entry
Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data.
2. Editing (pemeriksaan data)
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas
pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan
maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.
3. Coding (pemberian kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.
Untuk mempermudah analisis data dan pengolahan data serta pengambilan
kesimpulan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.
3.7.2 Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif untuk
mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan konsumen tentang pemakaian
plastik kresek. Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pusat Pasar Tavip Binjai merupakan pasar tradisional yang terletak di tengah
Kota Binjai. Pusat Pasar Tavip terdiri dari beberapa wilayah yaitu Pasar Ayam yang
terdiri dari 13 pedagang, Pasar Tavip Baru Lantai 1 yang menjual sayur yang terdiri
dari 17 pedagang, Pasar Tavip Baru Lantai 1 yang berupa kios yang terdiri dari 3
pedagang, Pasar Tavip Baru Lantai 2 yang berupa kios yang terdiri dari 9 pedagang,
Pasar Tavip Baru Lantai 2 yang menjual sayur terdiri dari 43 pedagang, Pasar Ikan
terdiri dari 29 pedagang, Pasar Samping Pasar Ikan terdiri dari 10 pedagang, Pasar
Daging terdiri dari 8 pedagang, Pasar Tavip baru Lantai 2 terdiri dari 140 pedagang.
Jadi total seluruh pedagang yang berjualan di Pusat Pasar Tavip ada 272 pedagang.
Di Pusat Pasar Tavip terdapat beberapa penjual makanan siap santap yang
menjajakan makanan antara lain gorengan, kue pancung, kue bakpao, kue kacang,
kue bohong, molen pisang, bakso goreng, bakso bakar, kue basah sekitar 20 penjual.
Para penjual makanan siap santap ini menjual makanan yang dibawa pulang oleh
konsumennya. Para penjual makanan siap santap ini memberikan kantong plastik
kresek sebagai wadah makanan siap santap tersebut kepada konsumen yang membeli
makanan tersebut.
4.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen ibu rumah tangga yang
membeli makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai. Karakteristik responden
4.2.1 Umur Responden
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh gambaran
responden menurut umur yang dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012.
Umur Responden (Tahun) n %
<21 1 1,0
21-30 22 22,0
31-40 33 33,0
41-50 31 31,0
51-60 12 12,0
>61 1 1,0
Total 100 100,0
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden yang membeli
makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai bahwa jumlah responden terbanyak
terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 33 responden (33%) dan
yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur <21 tahun dan >61 tahun yaitu
sebanyak 1 responden (1%). Dengan demikian responden berada dalam kelompok
umur produktif.
4.2.2 Pendidikan Terakhir Responden
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh gambaran
responden menurut pendidikan terakhir yang dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini :
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012.
Pendidikan n %
SD 8 8,0
SLTP 10 10,0
SLTA 56 56,0
Akademi/Perguruan Tinggi 26 26,0
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden yang membeli
makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai berdasarkan jenjang pendidikan
formal yang pernah ditempuh, sebagian besar responden menamatkan pendidikannya
pada jenjang SLTA yaitu sebanyak 56 responden (56%) dan yang paling sedikit
adalah SD yaitu sebanyak 8 responden (8%). Dengan demikian sebagian besar
responden berada dalam kategori pendidikan baik karena sudah menamatkan
pendidikannya sampai SLTA.
4.3 Pengetahuan Responden
Pengetahuan responden yang diukur meliputi kegunaan plastik kresek, alasan
mengapa plastik kresek banyak digunakan, ketahanan plastik kresek terhadap panas,
keamanan membungkus makanan dengan plastik kresek hitam, perpindahan zat kimia
dari plastik kresek hitam kedalam makanan, pembungkus makanan yang aman.
Pertanyaan pengetahuan terdiri dari 8 pertanyaan dengan jawaban benar diberi skor 2,
mendekati benar diberi skor 1, dan tidak tahu diberi skor 0.
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
mendapat skor 2 pada pertanyaan mengenai plastik kresek hitam berbau merupakan
plastik kresek daur ulang yaitu sebanyak 98 responden (98%). Pada skor 1 paling
banyak responden menjawab pertanyaan mengenai kegunaan plastik kresek adalah
suatu wadah yang digunakan untuk membawa benda-benda berukuran kecil yaitu
sebanyak 32 responden (32%), sedangkan pada skor 0 responden paling banyak
menjawab pertanyaan mengenai ketahanan plastik kresek terhadap panas adalah tahan