BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan
yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan
keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak
ada nilainya sama sekali. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan
dan membahayakan.
Dalam pemilihan makanan yang baik untuk dikonsumsi semuanya tidak lepas dari peran konsumen dalam memilih makanan. Konsumen yang pintar akan memilih makanan yang sehat dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan untuk membeli makanan
disebut perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002).
atau lebih umum disebut dengan penjual makanan semakin menjamur dengan berbagai jenis menu dan aneka konsep rumah makan, demikian juga dengan penjual
makanan jajanan pinggir jalan. Tidak sedikit penjual makanan yang menyediakan fasilitas bawa pulang (take away) untuk mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi makanan, apabila konsumen berniat untuk menikmati makanan
tersebut di tempat lain atau untuk diberikan kepada orang lain atau kerabat (Ayodya, 2007). Biasanya para penjual makanan pinggir jalan memberikan plastik kresek
sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh pembeli. Namun ada sisi negatif dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan siap santap yang dibeli karena makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat bereaksi dengan komponen
kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut langsung dikonsumsi oleh
konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan.
Kantong plastik kresek merupakan salah satu tempat penyimpan makanan yang paling banyak digunakan untuk menyimpan serta membungkus makanan. Plastik memang memiliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti
bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif (berkarat) dan harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan,
yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen
monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen (Handayani, 2003).
Menurut Nurhadi (2003) plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan
chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan
untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalat (Handayani, 2003).
M. Yusuf Hasibuan (2009) mengatakan bahwa kemasan plastik daur ulang
yang digunakan pedagang untuk membungkus makanan dagangannya dapat menyebabkan kanker. Setelah diteliti, ternyata plastik daur ulang tersebut
mengandung pemlastis dioktilfalat (DOP) yang telah diketahui sifat toksisitas plastiknya berdasarkan uji karsinogenik. Maka, bila mie atau pun sejenisnya yang disaji secara panas dan dibungkus dengan kemasan plastik daur ulang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena mengandung super toksik (sangat beracun).
Semakin panas makanan di dalam plastik daur ulang, maka semakin bahaya, karena tingkat kontaminasi akan semakin tinggi ( Joewono, 2009).
Kantong kresek hitam daur ulang mengandung beberapa zat aditif yang sangat berbahaya bagi manusia. Plastik kresek hitam daur ulang tersebut mengandung zat
aditif seperti ester ftalat, ester adipat atau diethylhexyl adipate (DEHA) yang merupakan zat kimia pelentur atau dikenal plasticizer . Kemudian zat pewarna berupa senyawa krom (Cr), Titan dioksida (TiO2), zat stabilizer seperti Plumbun (Pb), Cd
(Cadmium), Zn (Zeng), Sn(CH3)3 dan epoxidized soybean oil (ESBO) (Hadi, 2002).
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap konsumen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan mengenai plastik kresek daur ulang. BPOM meminta masyarakat dan
sebagai bahan pengemas primer pada makanan. Pernyataan BPOM tentang perlunya berhati-hati dalam menggunakan kantong kresek daur ulang berwarna terutama
hitam, umumnya disebabkan oleh proses daur ulang yang menyertainya, seperti peruntukan dan riwayat penggunaan plastik sebelumnya yang tidak diketahui secara pasti. Ada kemungkinan plastik daur ulang tersebut adalah bekas wadah
pestisida, limbah logam berat, maupun bahan berbahaya dan beracun lainnya. Dalam proses daur ulang tersebut, juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah
dampak bahaya bagi kesehatan. Masyarakat disarankan untuk tidak menggunakan kantong plastik kresek daur ulang warna hitam atau daur ulang tersebut untuk mewadahi langsung makanan siap santap (Anonim, 2009).
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu Husniah Thamrin
Akib juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa kantong plastik kresek ada dua macam yaitu kantong kresek berwarna dan kantong kresek tak berwarna alias transparan. Untuk kantong plastik kresek berwarna, ia menyarankan sebaiknya jangan digunakan langsung untuk membungkus makanan yang langsung disantap
atau paling tidak boleh dipakai jika makanan itu dilapisi oleh kertas, namun bisa langsung digunakan untuk barang atau makanan yang tak langsung disantap. Jenis plastik kresek berwarna umumnya bahan bakunya berasal dari bahan plastik daur
ulang, sehingga diberikan pewarna untuk menghilangkan kesan kumal. Namun
untuk plastik yang berwarna hitam umumnya sudah didaur ulang lebih dari tiga kali. Sedangkan plastik transparan relatif tidak menggunakan bahan baku daur ulang. Plastik kresek daur ulang yang berwarna (hitam, merah, putih) riwayatnya tidak
ini kantong kresek daur ulang boleh maksimum didaur ulang hanya tiga kali, selebihnya akan menjadi berwarna tidak cerah, untuk itu biasanya produsen plastik
menggunakan pewarna untuk menghindari kesan kumal. Ia juga menghimbau untuk makanan yang langsung dimakan seperti kue mangkok, pisang goreng, pakailah yang virgin (transparan). Himbauan sangat penting agar masyarakat bisa tahu plastik
mana saja yang aman sebagai pembungkus langsung makanan atau paling tidak masyarakat bisa terhindari dari keracunan atau tertular zat berbahaya yang bisa
mengancam kesehatan maupun nyawa manusia dari penggunaan plastik kresek. Penggunaan plastik kresek beresiko menimbulkan kanker dan kerusakan ginjal, maupun penyakit lainnya tergantung bahan yang dikandungnya (Suhendra, 2009).
Penggunaan plastik kresek daur ulang paling banyak ditemukan di pasar. Pasar
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Pusat Pasar Tavip merupakan pasar tradisional terbesar di kota Binjai. Dalam pembelian makanan siap santap dari para penjual, biasanya konsumen yang merupakan pembeli diberikan plastik kresek untuk tempat
menyimpan makanannya. Saat membeli makanan siap santap dari penjual biasanya penjual menempatkan makanan tersebut dalam plastik kresek. Hal ini tidak dapat dihindari karena memang plastik kresek merupakan pembungkus utama yang
dipakai penjual untuk membungkus makanan yang dijual. Masih banyaknya
masyarakat yang menggunakan plastik kresek daur ulang sebagai penyimpan makanan karena murah, mudah dan praktis dan mengingat akan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh penggunaan plastik kresek sebagai penyimpan makanan di
“Perilaku Konsumen dalam Penggunaan Plastik Kresek Hitam Daur Ulang sebagai
Wadah Makanan Siap Santap di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perilaku konsumen dalam penggunaan plastik kresek
hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai Tahun 2012.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui perilaku konsumen (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan plastik kresek hitam daur
ulang sebagai wadah makanan siap santap di Pusat Pasar Tavip Binjai tahun 2012.
1.4Manfaat Penelitian
Memberikan masukan dan informasi tentang penggunaan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan siap santap bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai, Balai POM Sumatera Utara, dan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan plastik