• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Proses Bisnis Simba Center

MENDUKUNG INFORMASI TANGGAP DARURAT KEBENCANAAN

II. MODEL MANAJEMEN BENCANA

4.1. Konsep Proses Bisnis Simba Center

Konsep proses bisnis SIMBA Center LAPAN secara umum dapat disajikan pada Gambar 2 berikut (Laporan Akhir tahun Pusfatja. 2011).

Gambar 2. Konsep SIMBA Center Kebencanaan Berbasis Data Penginderaan Jauh LAPAN. Pada Gambar 2. bahwa hasil kegiatan pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana menghasilkan informasi untuk mitigasi bencana, dan kemudian ditampilkan dalam SIMBA Center Kebencanaan. Informasi yang terdapat dalam SIMBA Center kemudian didifusikan ke pengguna melalui website SIMBA, Web Services, Prioriry User, Regional User maupun

Internal User yang akhirnya akan ke end-user. Hasil informasi yang diterima oleh End-user

kemungkinan tidak akurat atau sesuai, sehingga End-User dapat memberikan Feedback ke Pusfatja-LAPAN, sehingga Pusfatja-LAPAN dapat meneliti kembali dan mengembangan sistem yang telah dibangun, agar informasi yang disampaikan lebih baik. Siklus ini terus berputar, sehingga tidak berhenti dan perkembangan yang lebih baik dapat dihasilkan. SIMBA Center dapat digunakan untuk mendukung sistem informasi kebencanaan dan bila terbangun terdiri atas empat sub-sistem sehingga akan dapat menyampaikan informasi kebencanaan secepat mungkin. Empat bagian sistem tersebut perlu dibangun, diantaranya: a. Sistem Penerimaan Informasi Kebencanaan

Sistem ini dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan informasi bencana di wilayah Indonesia secara cepat, sehingga proses pengolahan data akan dilakukan dengan cepat begitu mendapatkan informasi bencana. Sistem ini akan menggunakan sistem komunikasi dengan radio kebencanaan yang dimiliki oleh BNPB. Data geospasial dapat disediakan dalam waktu 24 jam jika terjadi bencana di suatu wilayah. Selain komunikasi dengan radio BNPB, siaran televisi dan radio yang terupdate juga akan dikombinasikan dalam sistem ini.

b. Sistem Koneksi ke Data Center

Sistem ini dibuat untuk mendapatkan data remote sensing secara cepat, sehingga diperlukan sistem koneksi data center yang dikelola oleh pusat lain di LAPAN. Data penginderaan jauh yang diperlukan untuk pengolahan data secara cepat akan diperoleh dalam sistem ini. Saat ini yang telah berjalan dengan baik adalah sistem indofire yang telah langsung koneksi ke data

c. Sistem Pengolahan Data

Sistem itu merupakan rangkaian dari sistem sebelumnya, sehingga dapat dioleh baik secara manual maupun otomatis. Harapan untuk ke depannya sistem pengolahan data ini dapat berlangsung secara otomatis, namun penguatan riset pemanfaatan penginderaan jauh untuk deteksi daerah bencana sangat perlu dilakukan.

d. Sistem Penyampaian Informasi

Sistem ini merupakan ujung tombak dari keseluruhan sistem informasi kebencanaan berbasis penginderaan jauh. Website SIMBA, geospatial BNPB, Sentinel Asia, dan website lain merupakan target penyampaian informasi dari sistem ini. Secara keseluruhan sub sistem SIMBA Center yang di bangun di LAPAN secara umum disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sistem informasi kebencanaan berbasis penginderaan jauh SIMBA Center Sistem SIMBA Center memerlukan suatau ruangan khusus untuk mendisplay informasi yang disampaikan, sehingga jika masyarakat yang datang dapat langsung mengetahui situasi kebencanaan yang terjadi berbasiskan data penginderaan jauh. Masyarakat dalam hal ini adalah wartawan media cetak maupun elektronik, mahasiswa, masyarakat umum yang diijinkan dan penguna lainnya yang ingin melihat atau memantau kondisi lingkungan dari data penginderaan jauh. Gambar 4. merupakan desain SIMBA Center dalam ruangan yang ditampilkan secara sederhana.

Gambar 4. Sistem Sederhana SIMBA Center dalam Ruangan untuk Kebencanaan Dalam sistem ini terlihat bahwa terdapat empat monitor yang dapat menampilkan informasi berbeda. Sistem pemantauan banjir harian, sistem peringkat bahaya kebakarana, quick

response kebencanaan, dan kondisi lingkungan di suatu wilayah tertentu merupakan kandidat

informasi yang akan ditampilkan. Pada sistem sederhana ini setiap monitor akan terkoneksi dengan satu workstation yang memproses informasi baik otomatis, semi otomatis maupun manual. Setiap hari terdapat Officer on Duty (OOD) yang bertugas 24 jam 7 hari bekerja dengan bergantian. OOD bekerja terlatih dalam mengoperasionalkan peralatan dan informasi yang diperoleh.

Pada Gambar 5. di-desain pula untuk pelaksanaan rencana instalisasi wall display sesuai dengan kondisi ruangan yang ada saat ini. Dengan menggunakan peralatan wall display dengan ukuran monitor 127 cm x 76 cm, maka dapat dibuat gambar sebagai berikut.

Gambar 5. Rencana instalisasi wall display sesuai dengan kondisi ruangan

Sedangkan untuk ruangan atau tata kelola yang harus disiapkan untuk SIMBA Center dapat dilihat pada Gambar 6. Pada Gambar ini, dapat dilihat bahwa SIMBA Center berdampingan dengan sistem server Pusfatja dengan partisi yang tembus pandang, seperti kaca ataupun mika, yang akan digunakan sebagai sistem Pemantauan Bumi (Earth Observation) nantinya. Pada ruangan yang memiliki ukuran kurang lebih 670 cm x 486 cm ini akan direncanakan memasang dua buah pasang wall display yang akan dibangun dan beberapa monitor LCD tambahan. Direncanakan juga sebuah meja yang bersifat semi konferensi sehingga nantinya operator pengolah data maupun pengunjung dapat langsung melihat dan melakukan keperluan lainnya seperti uploading/downloading data dan informasi kebencanaan. Pada ruangan ini juga akan disiapkan beberapa lemari untuk penyimpanan data dan dokumen informasi kebencanaan. Selain itu pula perlu di adakan perangkat komunikasi telepon/

Gambar 6. Rencana ruang SIMBA Center Kebencanaan

Sistem SIMBA Center dengan menggunakan wall display yang dibangun untuk keperluan diseminasi secara langsung kepada pengguna di LAPAN Pusfatja. Selain wall display ini, akan dibangun juga Web SIMBA, Web Services, dan sistem priority user yang dapat komunikasi dua arah secara langsung antara pengguna data dan informasi kebencanaan. Dengan terbangunnya

wall display ini dapat memberikan gambaran kejadian bencana secara langsung dalam

hitungan waktu yang relatif cepat pasca kejadian bencana, sehingga nantinya dapat dilakukan kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam mengantisipasi atau meminimalisir dampak bencana yang terjadi. Pada bagian sistem pengolahan data kebencanaan ini dibutuhkan beberapa perangkat keras/lunak, antara lain: Internet connection/Virtual Private Network,

Multi Switch Hub, Workstation, Server, Automatic model. Terkait dengan Automatic model,

masih perlu dilakukan kajian atau penelitian dan pengembangan yang lebih komprehensif.

Priority Users pengguna data dan infromasi kebencanaan nantinya akan ditujukan kepada

instansi terkait dengan kebencanaan diantaranya, BNPB, BMKG, BPBD, Kementerian Kehutan, Kementerian Pertanian, Media TV ONE, METRO TV, dan lain-lain. Berdasarkan gambar skema di atas dapat dijelaskan bahwa secara garis besar sistem desiminasi SIMBA Center dikelompokkan menjadi 5 jenis, diantaranya: website, wall display, webservices, Televisi dan

Short Message Sistem. Semua informasi yang telah dihasilkan dari kegiatan operasional baik

pemantauan lingkungan maupun untuk mitigasi bencana didiseminasikan melalui website Sistem Informasi Mitigasi Bencana (SIMBA) (www.lapanrs.com/simba), sedangkan target sasaran adalah semua pihak-pihak yang membutuhkan informasi SIMBA Center (Publik). Berikut ditampilkan gambaran umum dari sistem desiminasi SIMBA Center LAPAN (Gambar 7).

Gambar 7. Skema Umum Alur Diseminasi Simba Center

Website SIMBA ini merupakan salah satu media untuk mendistribusikan atai mendemisimasikan

hasil-hasil kegiatan terkait SIMBA sehingga diharapkan dapat mempermudah masyarakat khususnya pengguna data penginderaan jauh untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan. Website ini memiliki beberapa menu pilihan yang dapat diakses pengguna untuk mendapatkan informasi diantaranya: Menu SIMBA, Informasi Harian, Informasi Bulanan, Link, Kategori SIMBA, INDOFIRE, Prediksi OLR, Hotspot Harian, dan Liputan Awan Harian. Pada pembahasan kali ini hanya dibatasi pada menu-menu yang berkaitan dengan informasi hasil-hasi kegiatanl operasional Simba Center dan desiminisasinya terkait pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana.

Informasi di-diseminasikan melalui 4 (empat) buah LCD Monitor 55 Inch dan didukung komputer workstation dengan spesifikasi tinggi yang terpasang di ruangan SIMBA Center LAPAN. Sistem desiminasi informasi SIMBA Center melalui teknologi ini menggunakan 2 (dua) prosedur yakni desiminasi secara Offline dan desiminasi secara Online. Desiminasi informasi secara Offline maksudnya informasi hanya ditampilkan di ruangan SIMBA Center dan user dengan lebih jelas dan leluasa bisa melihat informasi-informasi tersebut dalam layar monitor besar. Sistem desiminasi ini dilakukan dengan menampilkan informasi banjir, hotspot, dan lai-lain ke media wall display yang ada di ruangan SIMBA Center sehingga user (public) bisa dengan leluasa melihat informasi tersebut secara lebih detail dan jelas.

Sedangkan diseminasi informasi secara online yaitu informasi-informasi tersebut desiminasikan kepada instansi-instansi terkait (Priority users) secara real time melalui jaringan internet / VPN dengan memanfaatkan aplikasi remote desktop. Komputer workstation yang digunakan tersebut berbeda dengan desktop komputer yang biasa kita gunakan sehari-hari. Perbedaannya adalah terletak pada spesifikasi hardware dan tujuan penggunaannya. Sebuah komputer

workstation dioptimalkan untuk visualisasi dan manipulasi data yang kompleks seperti 3D mechanical design, engineering simulation, animasi, rendering video dan mathematical plots.

tinggi, Processor multicore khusus workstation (intel Xeon/AMD Opteron), Kartu VGA/Grafis professional (nVidia Quadro/Ati Firepro), dan Sistem Operasi Windows berbasis 64 bit. Untuk desiminasi informasi wall display secara online bisa digunakan beberapa alternative pilihan

software remote desktop di antaranya, Real VNC (Virtual Network Computing). VNC dapat

melakukan akses untuk bekerja di suatu komputer lain yang terhubung dengan jaringan. Hal ini dapat dilakukan baik dalam lingkungan LAN (Local Area Network) yang relatif berjarak dekat sampai dalam jaringan internet yang dapat berjarak ribuan kilometer. Penggunaan Remote

Control sangat membantu pekerjaan seorang administrator jaringan yang membutuhkan suatu interface yang handal untuk dapat menjangkau seluruh komputer yang ada dalam jaringannya

atau karena suatu sebab tidak dapat berada di depan komputer yang bersangkutan, sehingga perbedaan lokasi tidak menjadi masalah untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari, dalam hal ini Pusfatja memiliki dua lantai nantinya. Diharapkan dengan penggunaan Teknologi

remote control sangat powerfull karena kecepatan dalam memberikan informasi kebencanaan

baik untuk internal maupun eksternal LAPAN.

4.2. KONEKSI PRIORITY USER

Priority User adalah pengguna yang diprioritaskan untuk diberikan informasi segera dari SIMBA

Center, karena mereka memiliki akses langsung kepada pengguna. Priority User yang pertama adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan Pengkajian Penerapan dan Teknologi (BPPT), dan Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). UKP4 selanjutnya akan meneruskan informasi ke dalam Pusat Krisis Presiden. Selain dengan institusi nasional, priority user lainnya dalam wilayah regional maupun internasional dapat dilayani. Contoh institusi tersebut adalah Sentinel Asia, RSO UN SPIDER, International Charter, Asian Disaster Risk Reduction (ADRC), dan organisasi international lainnya. Gambar 8. merupakan desain proses bisnis koneksi ke

Untuk sharing informasi ke priority user dapat menggunakan software VMware view untuk menampilkan apa yang di wall display ke tempat priority user secara real time. Karena mekanismenya desktop yang ada di tempat priority user hanya meneropong tampilan yang ada di wall display dengan menggunakan jaringan internet dan tidak membutuhkan bandwith yang besar karena tidak ada transfer data atau informasi kebencanaan. Selain itu pengiriman informasi juga bisa dilakukan dengan memberikan tanda peringatan melalui SMS, email, atau pun dengan melakukan update pada website priority user apabila kita diberi akses oleh mereka. Spesifikasi peralatan minimal yang dibutuhkan pada proses bisnis priority user, diantaranya desktop, monitor atau wall display, Software vmware, dan Bandwith untuk akses internet.

Gambar 9. merupakan salah satu contoh informasi kebencanaan yang dikirim kepada priority

user / BNPB, terkait kejadian banjir di kota Medan dan sekitarnya berdasarkan pengamatan

dari citra satelit pada tanggal 6 Januari 2011. Dan untuk Gambar 10. salah satu contoh informasi kebencanaan terkait dengan kejadian erupsi gunung api soputan, Sulawesi Utara, Indonesia pada tanggal 3 Juli 2011, dan Gambar 11. dan Gambar 12. Gambar ini merupakan informasi spasial kejadian banjir di kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah dan kejadian banjir di kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 9. Contoh informasi kebencanaan yang dikirim kepada Priority User terkait kejadian banjir

Gambar 10. Contoh informasi kebencanaan yang dikirim kepada Priority User terkait kejadian erupsi gunung api.

Gambar 11. Contoh informasi spasial kejadian banjir di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 12. Contoh informasi spasial kejadian banjir di Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah.

a. Analisis Sistem Kinerja Organisasi

Kegiatan operasionalisasi dan perawatan terkait dengan infrastruktur yang dilakukan secara rutin di bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana terhadap sumber daya sistem yang ada, terdiri atas: Sistem SIMBA, Sistem Sentinel Asia / WINDS, Sistem indofire, Sistem download automatisasi data pendukung, Sistem Pengolahan MODIS, Sistem komunikasi data/internet, dan Sistem pengolah data modis. Sistem yang ada merupakan sebuah dukungan bagi Sistem informasi kebencanaan secara cepat atau tanggap darurat pasca bencana, biasanya memiliki produk dalam bentuk image atau peta citra spasial dalam format image dengan ukuran

resolusi image yang tinggi (1840 piksel) sehingga memberikan hasil yang sempurna. Berikut penjelasan sistem yang dimiliki oleh organisasi dalam mendukung SIMBA,

• Sistem SIMBA

Berikut dijelaskan dalam bentuk diagram siklus kinerja sistem SIMBA (Gambar 13)

Gambar 13. Siklus kinerja sistem SIMBA

Dapat dijelaskan sesuai gambar di atas, bahwa siklus kinerja sistem SIMBA yang dilakukan di bidang LMB terdiri atas beberapa tahap yakni: masukan, proses, dan keluaran. Secara detil dapat dijelaskan tahapan tersebut, sebagai berikut:

1. Tahap pertama adalah proses masukan, diantaranya:

• Melakukan inventarisir data dan informasi spasial pemantauan lingkungan dan bencana alam dibidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana

2. Tahap kedua adalah melakukan tahap proses di antaranya sebagai berikut:

• Melakukan standarisasi, yakni mempersiapkan data dan informasi dalam format yang seragam sehingga mempermudah proses uploading data dan informasi.

• Melakukan proses pengembangan, yakni membuat perubahan pada sistem website yang sudah ada atau melengkapi sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini. Pada tahap ini juga melakukan pengembangan metode sistem yang sudah ada sehingga tercapai diseminasi yang cepat dan akurat.

3. Tahap ketiga adalah tahap keluaran, diantaranya, sebagai berikut:

• Informasi spasial pemantauan lingkungan dan bencana alam berbasis website di SIMBA.

• Melakukan evaluasi terhadap hasil keluaran.

Sistem informasi penginderaan jauh untuk mitigasi bencana alam yang telah terbangun dalam web SIMBA LAPAN ini dapat diakses dengan web address http://www.lapanrs.com/simba. Informasi yang ditampilkan di update secara rutin terutama untuk informasi cuaca iklim,

hotspot di Indonesia, banjir longsor, serta prediksi cuaca harian. Informasi lainnya seperti

analisis kehijauan lahan untuk antisipasi kekeringan dan kebakaran hutan di update secara rutin harian, mingguan dan bulanan. Sistem website SIMBA berbasiskan bahasa Cascading

Sheet Style, sistem yang dimanfaatkan untuk menyebarluaskan hasil kegiatan di bidang LMB

kepada masyarakat luas dengan berbasis web.

mempunyai submenu yang menunjukkan periode dan daerah pemantauan serta informasi kegiatan. Berikut dijelaskan dalam Tabel 1 terkait dengan jumlah informasi spasial kebencanan yang telah di upload pada website SIMBA selama periode tahun 2011. Berdasarkan Prosentase keberhasilan yang telah dicapai selama tahun 2011 dalam gambar adalah rata-rata mencapai 83 %.

Tabel 1. Jumlah Data/Informasi Spasial yang Terupload di Website SIMBA tahun 2011

Pada Tabel 2. dijelaskan mengenai jumlah pengunjung yang mengakses website SIMBA selama tahun anggaran 2011. Tampak pada tabel dapat dilihat sejak tanggal 10 Nopember 2011, tidak ada jumlah pengunjung yang mengakses website SIMBA, hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada system hardware server lapan. Sistem penghitungan jumlah pengunjung ini menggunakan aplikasi Google Analityc sehingga dapat terpantau secara harian dan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan untuk merancang website di masa yang akan datang.

Tabel 2. Jumlah pengunjung website SIMBA tahun 2011

!

• Sistem Sentinel Asia / WINDS

Merupakan sistem komunikasi data dan sharing website antara JAXA Jepang dengan LAPAN Indonesia mengenai kejadian informasi kebencanaan yang terjadi di dunia khususnya di Asia. Sistem WINDS (Wideband Internetworking Engineering Test and Demonstration Satellite Very

Small Aperture Terminal) ini terjadual setiap bulannya dilakukan komunikasi data sebanyak lima

kali komunikasi yang dilakukan. Sistem WINDS ini juga merupakan sistem mirror dari website JAXA yang berada di Jepang, tentunya dengan server sentinel asia berada di Indonesia akan memberikan waktu dan jarak yang lebih dekat untuk mendapatkan informasi kebencanaan di wilayah Asia Tenggara khususnya di Indonesia. Namun demikian perlu dijaga kestabilan akses internet sistem ini.

• Sistem Download Automatisasi Data Pendukung

Merupakan sistem download yang dimiliki dan di maintenance secara harian dan merupakan sistem data pendukung untuk proses pengolahan lanjut dalam memberikan informasi spasial mitigasi dan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Sistem download outomatisasi dapat diakses secara umum (public) dengan alamat internet protocol sebagai berikut http://202133.6.214.

• Sistem Komunikasi Data/Internet

Sistem komunikasi data dan internet ini dilakukan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja komunikasi data dan internet di bidang LMB. Sistem ini dibutuhkan dalam operasionalisasi di bidang LMB guna memberikan ketersediaan akan informasi spasial mengenai kebencaan yang terjadi di Indonesia. Tampak Gambar 14 menjelaskan komunikasi data/internet di bidang LMB.

Gambar 14. Jalur komunikasi data di bidang LMB. • Sistem Pengolah Data MODIS

Merupakan sistem pengolahan data modis dengan hasil produk hingga level 2. Proses pengolahan dilakukan secara harian dan berasal dari data server di LAPAN Parepare, Sulawesi Selatan. Proses pengolahan data MODIS level 2 dilakukan secara automatis namun karena ada permasalahan sistem jaringan dan perangkat lunak antara LAPAN Pekayaon, LAPAN Rumpin, dan LAPAN Parepare, maka dilakukan dengan semi automatis. Hasil atau produk dari pengolahan modis ini dihasilkan Hierarchical Data Format (hdf) file maupun image file

4.2. Operasionalisasi Mitigasi Bencana Alam

Operasionalisasi mitigasi bencana di bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana (LMB) merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin dan hasilnya di upload ke server lapanrs.com untuk ditampilkan pada website SIMBA. Sebelum dilakukan proses upload perlu dilakukan inventarisasi data dan informasi dari setiap kegiatan yang ada di Bidang LMB. Beberapa informasi spasial yang ditampilkan dalam website SIMBA antara lain erupsi Gunung Api Soputan, Sulawesi Utara yang ditampilkan dalam menu hotnews sehingga dapat tampil secara insidentil.

Selain informasi hotnews terdapat informasi harian citra satelit dari Terra/Aqua Modis yang disajikan secara harian dengan informasi berupa format image (JPEG). Contoh lain dari informasi spasial cuaca harian ditampilkan secara harian dari citra satelit MTSAT yang ditampilkan dalam website SIMBA pada menu informasi harian dengan sub menu prediksi potensi banjir.

Dokumen terkait