• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Teori dan Konsep

2. Konsep Strategi Komunikasi

a. Pengertian Strategi Komunikasi

Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul (Komunikasi Serba Ada Serba Makna” mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah : 1. Strategi yang menjelaskan, mempromosikan dan

mengartikulasikan sebuah visi komunikasi dan satu tujuan komunikasi dalam rumusan yang baik.

2. Strategi yang menciptakan komunikasi konsisten, komunikasi yang dilaksanakan berdasarkan satu pilihan atau keputusan dari beberapa opsi dalam komunikasi.

3. Strategi berbeda dengan teknik, strategi komunikasi menjelaskan tahap kongkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis satu teknik pengimplementasian tujuan komunikasi.

Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu yang berdasarkan strattegi yang telah ditetapkan. (Alo Liliweri,2011 : 240)

Definisi ini dikemukakan oleh Muhammmad Arni (2004) mengenai strategi komunikasi yaitu semua yang terkait mengenai rencana dan taktik atau cara yang akan dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan menampilkan pengirim, pesan dan penerimanya pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Muhammad Arni, 2004 : 61)

Pernyataan dari Middleton bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang tebaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, sluran, penerima sampai pada pengaruh yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal. ( Hafied Cangara,2013 : 61)

Sedangkan menurut Hafied Cangara startegi komunikasi meliputi 5 tahap yakni penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. ( Hafied Cangara,2013 : 72 – 74).

b. Tahapan-tahapan Strategi Komunikasi

Seperti yang telah dikatakan oleh Onog Uchajana Effendy bahwa “Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Maka tahapan yang digunakan adalah perpaduan model tahapan perencanaankomunikasi dan tahapan

manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan. Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku

“Manajemen Strategi” mengatakan, bahwa “proses strategi manjemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama, yaitu : perumusan startegi, implementasi startegi, dan evaluasi strategi”.

(Bambang, 2005 : 4)

Demikian tahapan strategi komunikasi menurut Hafied Cangara yang terdiri dari lima tahapan, yaitu:

1. Penelitian (Research)

Sebuah organisasi atau Lembaga memerlukan tenaga spesialis yang berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan pencitraan perusahaan atau kegiatan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematic yang dihadapi sebuah lembaga. Problematic bisa dalam bentuk wabah penyakit yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugiaan perusahaan, ketidak percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.

(Hafied Cangara, 2013 : 72 )

Dalam tahapan penelitian dapat diartikan juga sebagai tahapan dalam menemukan fakta. Tahapan ini bertujuan untuk

mencari fakta atau permasalahan yang terjadi untuk dijadikan bahan rumusan membuat startegi komunikasi yang akan dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuannya.

2. Perencanaan (Plan)

Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkah-langkah kedepan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta merancang merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut (Bambang,2005:5)

Dengan demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen) dan efek yang diharapka.

Sumber atau komunikator disini adalah individu atau lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju yaitu komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan.

3. Pelaksanaan(Execute)

Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga berarti pengorganisasian

seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa dilakukan dalam bentuk tayangan ditelevisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat kabar, pemasangan baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan komunitas dilokasi yang menjadi target sasaran.

(Hafied Cangara, 2013 : 73)

Inti dari tahap pelaksanaan hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran yang telah ditetapkan dalam rumusan.

4. Evaluasi (Measure)

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya tercapai, apakah pesan yang di sampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa di perbaiki untuk pembelajaran kedepannya.

5. Pelaporan (Report)

Pelaporan/Report ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan itu sebaiknya dibuat dengan cara tertulis kepada pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan kegiatan-kegiatan. Jika dalam laporan itu diperoleh hasil positif dan berhasil, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam program itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan (Hafied Cangara, 2013:73).

c. Fungsi Strategi Komunikasi

Berhasil tidaknya komunikasi bergantung pada strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi komunikasi media massa dalam bentuk apapun, atau bahkan lembaga-lembaga yang mengikutsertakan komunikasi akan berpengaruh pada hasil yang negative. Dengan demikian, secara makro (planed multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda:

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi bersifat informative, persuasive, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran dalam memperoleh hasil yang optimal.

2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya (Onong, 2007 : 28)

3. Konsep Sosialisasi dan Program Website Layanan Aspirasi dan Pengaduan Rakyat (LAPOR)

a. Sosialisasi

Sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung pengertian proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya, dapat juga diartikan usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum(KBBI, 2002 : 1085).

Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil akhirnya ialah membentuk prilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita sesuai dengan budaya yang berlaku (James, 2007 : 74).

Mengisyaratkan suatu makna di mana setiap individu berupaya menyelaraskan hidupnya di tengah-tengah masyarakat.

Dalam sosialisasi, seseorang pasti mengenal dan melakukan penyesuaian keadaan tempat dimana dia bersosialisasi. Lewat proses sosialisasi, setiap individu masyarakat belajar mengetahui dan

memahami tingkahlaku pekerti apakah yang harus dilakukan, dan tingkahlaku pekerti apakah yang harus tidak dilakukan. Hal seperti itu, dikemukakan oleh Abdul Syani, bahwa sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh individu untuk berbuat atau bertingkahlaku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat disekitarnya. Menurut Soejono Dirjosisworo, sebagaimana dikutip oleh Abdul Syani, bahwa sosialisasi terdiri atas aktivitas, yaitu;

1. Proses sosialisasiadalahproses belajar.

2. Dalam proses sosialisasi itu individu memahami kebiasaan, sikap, ide-ide, pola nilai-nilai dan tingkah laku di dalam masyarakat dimana ia hidup.

3. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadi..

Dari pandangan diatas, dapat dipahami bahwa ketika Dinas Komunikasi dan Informatika bersosialisasi pada dasarnya melakukan pengenalan, penghayatan, terhadap norma-norma dan nilai dilingkungan sekitarnya. Suatu proses yang dapat memberikan nilai- nilai yang dibutuhkan terhadap pembentukan sikap dan kepribadian.

Dalam sosialisasi, seseorang dituntut agar dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola perilaku orang-orang disekitarnya. Penyesuaian hal

yang demikian itu,mencakup aspek yang luas seperti kebiasaan, sikap, ide-ide, pola hubungan sosial, serta nilai dan tingkah laku.

b. Program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR)

Program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) merupakan pengelolaan pengaduan pelayanan public disetiap organisasi penyelenggara di Indonesia belum terkelola secara efektif dan terintegrasi. Masing-masing organisasi penyelenggara mengelola duplikasi penanganan pengaduan, atau bahkan bisa terjadi sesuatu pengduan secara parsial dan tidak terkoodinir dengan baik. Akibatnya terjadi duplikasi penanganan pengaduan, atau bahkan bisa terjadi sesuatu pengaduan tidak ditangani oleh satupun organisasi penyelengara, dengan alasan pengaduan bukan kewenagngannya. Oleh karena itu, untuk mencapai visi dalam good governance maka perlu untuk mengintegritaskan sistem pengelolaan penagduan pelayanan public dalam satu pintu.

Tujuannya, masyarakat memiliki sartu saluran pengaduan sacara nasional.

Lembaga pengelolaan SP4N-LAPOR! Dinaungi oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementrian PANRB) sebagai Pembina Pelayanan Publik, Kantor Staf Presiden (KPS) sebagai Pengawas Program Prioritas Nasional dan Ombudsman Republik Indonesia sebagai Pengawas

Pelayanan Publik. LAPOR! Telah ditetapkan sebagai Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik (SP4N) berdasaran Peraturan Presiden Nomor 76 tahun 2013 dan Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 tahun 2021.

SP4N-LAPOR! Dibuat untuk merealiasasikan kebijakan “no wrong door policy” yang menjamin hak warga masyarakat agar pengaduan dari manapun serta jenis apapun akan disalurkan kepada penyelenggara pelayanan publik yang berwenang dalam menanganinya. Adapun tujuan untuk penyelenggara dapat mengolah pengaduan dari masyarakat secara cepat, tepat dan sederhana serta terkoordinasi dengan baik dan tuntas. Penyelenggara memberikan akses melakukan partisipasi kepada masyarakat dalam menyampaikan pegaduan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.

SP4N-LAPOR telah terhubung dengan 34 Kementerian, 96 Lembaga dan 493 Pemerintah daerah di Indonesia. Jumlah pelapor per januari 2019 adalah sebanyak 801.257 pengguna. Total laporan yang telah masuk sebanyak 1.389.891. sumber laporan terbanyak melalui website diikuti oleh SMS, Twitter dan Aplikasi Mobile.

Fitur-fitur yang ada dalam SP4N-LAPOR!

1. Anonym : Fitur yang bisa dipilih oleh pelapor yang akan membuat identitas pelapor tidak akan diketahui oleh pihak terlapor dan masyarakat umum.

2. Rahasia : seluruh isi laporan tidak dapat dilihat oleh public

3. Tracking id : nomor unik yang berguna untuk meninjau proses tindak lanjut laporan yang disampaikan oleh masyarakat.

Gambar 2.1 : Pelaporan Yang benar

Gambar 2.2 : Proses Alur Pelaporan

Dalam alur bisa digunakan dengan berbagai macam cara baik melalui website, sms, maupun aplikasi mobile sesuai dengan ranahnya, yaitu sesuai tingkat dan cakupan pemerintahan, namun dengan adanya LAPOR maka penggunaan yang efektif tentunya lewat online dimana tidak terbatas pada jarak untuk melapor tidak 1 2 3 Input Aduan Verifikasi Aduan Disposisi Tindak Lanjut Laporan Admin Kabupaten Respon Pelapor Admin kabupaten 5 4 23 harus ke tempatnya, sehingga mudah dan praktis bagi pelapor untuk melapor dari tempatnya. Setelah dilaporkan kemudian laporan-laporan yang relevan, lengkap, jelas, oleh admin LAPOR diolah dan ditindaklanjuti dengan mendisposisikan kepada kementerian/lembaga/pemerintah daerah terkait, kemudian secara teknis kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang mendapat disposisi laporan melakukan tindak lanjut terkait pengaduan yang masuk. Adapun alur pengaduan LAPOR yaitu sebagai berikut : 1. Input Pengaduan Masyarakat sebagai pelapor dapat melakukan

pengaduan melalui kanal, yaitu:

a) SMS 1708 mengetik LAPORGOWA spasi ISI ADUAN;

b) Website (www.lapor.go.id);

c) Mobile Apps;

d) Surat atau email;

e) Media sosial

2. Verifikasi pengaduan :

a) Admin instansi menerima serta memverifikasi pengaduan mulai dari identitas pelapor, substansi sampai data dukung pengaduan yang diterima;

b) Merumuskan apakah laporan pengaduan berupa sengketa atau berupa indikasi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku;

c) Mengidentifikasi subjek dan objek pengaduan;

d) Melakukan klarifikasi atas informasi dalam pengaduan serta meminta dokumen pendukung kepada pengadu apabila diperlukan;

e) Memastikan perlu atau tidaknya penggunaan fitur anonim dan rahasia; 24

f) Menentukan kelayakan dan kelengkapan pengaduan untuk diteruskan kepada pejabat penghubung atau tidak;

3. Disposisi :

a) apabila pengaduan telah dinyatakan lengkap, Admin instansi/organisasi meneruskan pengaduan kepada pejabat penghubung Perangkat Daerah/BUMD berdasarkan kategori pengaduan sesuai dengan prosedur yang berlaku;

b) apabila substansi pengelolaan pengaduan yang bersifat aspirasi dapat diteruskan dan/atau direspon langsung oleh Admin Instansi/Organisasi;

c) pengaduan yang memerlukan koordinasi lebih dari 1 (satu) Perangkat Daerah/BUMD dapat ditembuskan kepada pihak yang memiliki kewenangan terhadap pengaduan tersebut;

d) apabila pengaduan dinyatakan tidak lengkap, Admin instansi/organisasi wajib meminta kelengkapan data kepada pengadu;

e) pengadu yang dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja tidak memberikan kelengkapan data, maka pengaduannya akan diarsipkan;

f) apabila pengaduan yang diterima tidak sesuai dengan kewenangannya, Admin instansi/organisasi meneruskan pengaduan kepada Admin Nasional.

g) pengaduan terkait penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran hokum oleh aparatur, Admin Instansi/Organisasi berkoordinasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terhubung dengan SP4NLAPOR! untuk ditindaklanjuti. 25

4. Tindak Lanjut Pengaduan dan Penyelesaian pengaduan :

a) memverifikasi pengaduan mulai dari identitas pengadu, substansi sampai data dukung pengaduan yang diterima melalui Perangkat Daerah dan/atau BUMD untuk disampaikan ke dalam sistem SP4NLAPOR!;

b) memastikan perlu atau tidaknya penggunaan fitur anonim dan rahasia;

c) memverifikasi kesesuaian kewenangan pengaduan yang diterima melalui Admin Instansi/Organisasi;

d) merespon pengaduan yang diterima sesuai dengan kewenangannya;

e) perangkat Daerah dan/atau BUMD menyusun jawaban atau tanggapan atas laporan pengaduan berdasarkan data dan informasi yang akurat;

f) tanggapan atas laporan pengaduan dapat disusun dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan ke lapangan (bila diperlukan);

g) tanggapan atas laporan pengaduan dikirimkan kepada pengadu melalui SP4N-LAPOR! paling lama 1 (satu) hari kerja sejak pengaduan didisposisikan ke Perangkat Daerah dan/atau BUMD tersebut;

h) 8) apabila diperlukan, dalam penanganan dan penyelesaian laporan pengaduan, Perangkat Daerah dan/atau BUMD dapat berkoordinasi dengan Perangkat Daerah dan/atau BUMD terkait lainnya;

i) apabila pengaduan yang diterima tidak sesuai dengan kewenangannya, Pejabat Penghubung meneruskan pengaduan kepada Admin Instansi/Organisasi.

j) Penyelesaian laporan pengaduan oleh Perangkat Daerah dan/atau BUMD dilaksanakan secara cepat, tepat, tertib, tuntas, dan dapat 26 dipertanggungjawabkan;

k) Laporan dalam status selesai apabila dalam 10 (sepuluh) hari setelah Perangkat Daerah dan/atau BUMD terdisposisi memberikan tanggapan/jawaban tidak ada respon atau lanjutan pengaduan dari si pengadu.

c. Visi LAPOR

yaitu sebagai sistem pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat yang mudah diakses, terpadu dengan seluruh institusi pemerintahan, serta menjadi wadah partisipasi publik dalam pengawasan program pemerintah dan acuan utama dalam peningkatan kualitas pembangunan dan pelayanan publik di Indonesia.

Dari penjelasan tersebut ada dua poin penting yang menjadi tujuan LAPOR, yang pertama yaitu LAPOR mempunyai tujuan sebagai suatu sistem yang mengelola aspirasi dan pengaduan secara menyeluruh baik pada daerah terkait, antar daerah, maupun pusat ke daerah secara sinergi, yang kedua LAPOR menginginkan menjadi tempat untuk aduan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan program pemerintah sertamenjadi kepercayaan utama sebagai landasan untuk menentukan arah pembangunan dan pelayanan publik di Indonesia agar menjadi lebih baik.

Misi LAPOR yaitu untuk yang pertama untuk mengembangkan sistem pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat berbasis teknologi informasi yang transparan, akuntabel, dapat diandalkan, serta memiliki dasar hukum yang kuat. Dari poin tersebut dapat dijabarkan bahwa misinya untuk mengembangkan sistem pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat berbasis teknologi informasi 27 yaitu:

1. Transparan, artinya terbuka tidak ada yang ditutup-tutupi, baik dari masyarakat pelapor, OPD terkait maupun masyarakat lain yang ingin mengetahui tindak lanjut laporan yang disampaikan.

2. Akuntabel, artinya apa-apa saja yang ada pada LAPOR sifatnya sudah dipikirkan kedepannya akan seperti apa arahnya, sehingga dapat dipertanggung jawabkan setiap etika dan tindakan sesuai sopnya.

3. Dapat diandalkan,berarti bahwa LAPOR selalu siap untuk menelusuri dan menindaklanjuti permasalahan-permasalahan yang disampaikan serta mampu menanganinya dengan baik 4. Memiliki dasar hukum yang kuat, sangat jelas bahwa setiap

putusan dan alur dijamin secara kuat oleh hukum, sehingga tindakannya bersifat legal dan dapat dipercaya.

Yang kedua, memperkuat mekanisme dalam pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat di institusi pemerintahan.Artinya bahwa adanya keinginan oleh pemerintah untuk memperkokoh

mekanisme pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat yang bersifat serius, jika sebelumnya hanya bersifat laporan manual saja yang bisa disampaikan, serta sumber daya internal pemerintah yang belum mencukupi serta mempunyai gambaran luas untuk mekanisme pelaporan, bahkan sampai lini antar daerah dan nasional, maka dengan program ini, pemerintah terbukti benar-benar serius untuk mendapatkan pendapat/respon masyarakat secara langsung dilapangan sebagai bentuk evaluasi serta perbaikan sistem pengelolaan .

Yang ketiga yaitu meningkatkan partisipasi publik dalam pengawasan program pemerintah.Sangat jelas bahwa dengan adanya program ini dimana jarak, waktu serta biaya dapat berkurang dalam pelaporan oleh pelapor, bersifat mobile bisa dilakukan dimanapun, kapanpun oleh siapapun jikalau memang ada hal yang perlu dilaporkan oleh masyarakat. Yang keempat, mendorong pemanfaatan data dan informasi aspirasi dan pengaduan masyarakat untuk peningkatan kualitas pembangunan dan pelayanan publik di Indonesia.Secara bahwa pemanfaatan data informasi aspirasi dan pengaduan masyarakat ditujukan untuk peningkatan pembangunan dan pelayanan publik di Indonesia. Kemudian dengan adanya sistem pelaporan yang terintegrasi secara nasioanal tersebut jelas jika dijalankan dengan baik dan partisipasi masyarakat yang antusias, tentunya kualitas pembangunan, dan pelayanan pubik di Indonesia

akan menjadi lebih baik, karena tidak ada hal yang bisa ditutup- tutupi dalam laporan, karena bisa diakses oleh siapapun.

Prinsip LAPOR dibagi menjadi 3, yang pertama berintikan mudah, artinya adanya kemudahan dalam penyampaian dan pengelolaan aspirasi dan pengaduan, memang dari cara melapor sangat mudah, begitupun dengan pengelolaannya karena bersifat online, meski ada kekurangan jika laporan tersebut adalah palsu maka memakan waktu untuk OPD mengklarifikasiknya dilapangan.

Kedua yaitu terpadu, artinya bahwa LAPOR ini menghubungkan institusi pemerintahan dalam satu wadah dan sistem dengan alur koordinasi yang efektif dan efisien, tidak banyak melalui tahapan-tahapan prosedural yang rumit. Ketiga yaitu tuntas, artinya bahwa setiap laporan yang masuk itu secara transparan ditindaklanjuti, ada 29 fitur tracking untuk melihat perkembangan laporan, serta hasilnya akuntabel dapat dipertanggungjawabkan atas tindaklanjut pemerintah, serta hasilnya terukur.

Program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat

(LAPOR)

Dinas Komunikasi dan Informatika

 Faktor Pendukung

 Faktor Penghambat

Tahapan Strategi Komunikasi : (Hafied Cangara : 2013)

1. Research 2. Planning 3. Actuating 4. Evaluating

5. Pelaporan

Masyarakat Kota Makassar C. Kerangka Pemikiran

D. Fokus Penelitian

Agar tidak terjadinya penyimpangan ataupun semakin meluasnya masalah yang akan dibahas dalam penelitian maka perlu adanya suatu fokus masalah. Peneliti berdasarkan batasan materi dalam penelitian akan berfokus pada kebijakan pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Komunikasi dan Informatika dalam mensosialisasikan Program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR). Aplikasi ini di gagas dan disosialisasikan oleh pemerintah Kota Makassar agar memudahkan masyarakat dalam menyampaikan setiap keluhan terkait dengan pengaduan masyarakat di Kota Makassar.

Pemerintah kota Makassar ikut andil dalam menggagas serta mensosialisaikan pelaksanaan Program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) sebagai salah satu pilar penting pelaksanaan Open Government Indonesia sekaligus wujud komitmen terhadap implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi.

Program LAPOR merupakan program yang sangat unik dikarenakan pemerintah memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang sebagai media masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan pengaduan tanpa harus pergi ke kantor atau lembaga yang bersangkutan.

E. Deskripsi Fokus Penelitian 1. Penelitian

Tahapan ini bertujuan untuk mencari fakta atau permasalahan yang terjadi untuk dijadikan bahan rumusan membuat startegi komunikasi yang akan dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuannya.

2. Perencanaan

Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkah-langkah kedepan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

(Bambang,2005:5) 3. Pelaksanaan

Inti dari tahap pelaksanaan hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran yang telah ditetapkan dalam rumusan.

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan.

5. Pelaporan

Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang telah dilaksanakan.Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pinpinan kegiatan untuk di jadikan bahan kegiatan. Jika dalam laporan itu

diperoleh hasil positif dan berhsil,maka bisa dijadikan sebagai landasan program selanjutnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan dari 10 Agustus sampai dengan 13 Oktober 2021 selama 2 (dua) bulan, terhitung setelah melaksanakan ujian seminar dan lokasi penelitian dilaksanakan di Dinas Komunikasi dan Informatika, Ombudsman dan Komite Pengawas Legislatif.

Ada pun tempat bagi peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian seperti Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar, kantor KOPEL Kota Makassar dan Kantor Ombudsman Kota Makassar.Dengan Fokus Mengetahui bagaimana Streategi Komunikasi dalam mensosialisasi Program Website Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR).

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitan

Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dimana jenis penelitian ini menejelaskan mengenai suatu aturan penelitian yang menggunakan data deskriptif seperti kata yang tertulis dan lisan dari objek yang diteliti serta tingkah laku yang bisa diamati. Sama hal nya menurut Sugiyono (2003), penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat didefenisikan bahwasannya

Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dimana jenis penelitian ini menejelaskan mengenai suatu aturan penelitian yang menggunakan data deskriptif seperti kata yang tertulis dan lisan dari objek yang diteliti serta tingkah laku yang bisa diamati. Sama hal nya menurut Sugiyono (2003), penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat didefenisikan bahwasannya

Dokumen terkait